Kel Sib Mengelola Knowledge
Kel Sib Mengelola Knowledge
Kel Sib Mengelola Knowledge
Pengertian Knowledge
Knowledge atau pengetahuan adalah kesadaran dan pemahaman akan fakta, kebenaran atau
informasi yang diperoleh melalui pengalaman atau pembelajaran (suatu posteriori), atau
melalui introspeksi (suatu priori).Pengetahuan adalah suatu istilah dengan banyak pengertian
yang tergantung pada konteksnya. Pengetahuan berbeda dari informasi sederhana.Baik
pengetahuan dan informasi terdiri atas statement yang benar, tetapi pengetahuan adalah
informasi yang mempunyai tujuan atau kegunaan. Ahlifilsafat akan menerjemahkan hal ini
sebagai informasi yang berhubungan denganintentionalas (kesengajaan). Studi mengenai
pengetahuan disebut sebagai epistemology
Knowledge adalah penggabungan data, dan informasi. Data adalah faktamentah. Informasi
adalah data yang dilihat melalui sudut pandang tertentu. Pengetahuan adalah informasi
dengan panduan untuk suatu aktifitas berdasarkan pandangan dan pengalaman.Dapat
disimpulkan bahwa knowledge atau pengetahuan yang kamiungkapkan dalam skripsi ini
adalah informasi dan data yang diperoleh dari para pakar dengan tujuan memberikan
informasi yang bernilai benar dan bergunakepada khalayak umum
Setiap organisasi diera ini harus menghadapi tingkat persaingan yang sangat tinggi. Para
pemimpin organisasi senantiasa berusaha untuk mencari competitive advantage untuk
bertahan dalam persaingan. Salah satu sumber potensial dari competitive advantage adalah
knowledge (Omerzel & Gulev, 2011). Smith (2001) menyatakan bahwa organisasi yang
mampu mengelola knowledge para karyawannya akan memiliki competitive advantage.
Ibrahim & Heng (2015) menyatakan bahwa integrasi knowledge dan pembelajaran kedalam
sumber daya perusahaan sangatlah penting. Untuk itu, knowledge perlu dikelola. Pengelolaan
knowledge oleh organisasi dikenal dengan istilah knowledge management. Girard & Girard
1
(Imran, 2010) http://saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2010/05/Management-Knowledge.pdf
(2015) mendefinisikan knowledge management sebagai, “the process of creating, sharing,
using and managing the knowledge and information of anorganization2.
Menurut Dalkir (2011, p.38) Fungsi atau teori Knowledge Management System memiliki
enam langkah cycle. Berikut merupakan cycle dari Knowledge Management System:
1. Create Knowledge
Pengetahuan tercipta sebagaimana orang menentukan cara untuk melakukan seuatu
atau mengembangkan keahlian. Terkadang pengetahuan dari luar telah membawa
masuk.
2. Capture Knowledge
Pengetahuan yang baru haruslah teridentifikasi sebagai sesuatu yang bernilai dan
terwakili dengan cara yang wajar.
3. Refine Knowledge
Pengetahuan baru haruslah ditempatkan dalam suatu konteks sehingga dapat
ditindaklanjuti. Disinilah wawasan manusia harus dapat ditangkap.
4. Store Knowledge
Pengetahuan yang dapat berguna kemudian harus dapat tersimpan dalam format yang
wajar pada repository yang ada sehingga orang lain dalam organisasi dapat
mengaksesnya.
5. Manage Knowledge
Seperti halnya perpustakaan, pengetahuan harus tetap terjaga dan tersimpan hingga
saat ini. Ini harus ditinjau kembali untuk dapat memverifikasi bahwa hal tersebut
relevan dan akurat.
2
(Andika, n.d.) https://www.neliti.com/id/publications/182918/meningkatkan-knowledge-sharing-di-organisasi-studi-literatur-terh
3
Digiib e,u. https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-480-BAB_I.pdf
6. Disseminate Knowledge
Pengetahuan yang telah tersimpan dengan baik dan sudah terverifikasi secara
keseluruhan dapat mulai dilakukan sosialisasi ataupun menyebarluaskan pengetahuan
dalam organisasi.4
KM terdiri dari 3 komponen utama yaitu people, place, dan content. KM membutuhkan orang
yang kompeten sebagai sumber pengetahuan, tempat untuk melakukan diskusi, dan isi dari
diskusi itu sendiri. Dari ketiga komponen tersebut peran teknologi informasi adalah mampu
menghilangkan kendala mengenai tempat melakukan diskusi. TI memungkinkan terjadinya
diskusi tanpa kehadiran seseorang secara fisik. Dengan demikian kapitalisasi pengetahuan
dapat terus diadakan walaupun tidak bertatap muka. Dalam konteks secara umum,
pelaksanaan KM menghadapi masalah utama yaitu masalah perilaku. Pertama, berkaitan
dengan ketidakmauan orang untuk berbagi. Kedua berkaitan dengan ketidakdisiplinan untuk
selalu menuliskan apa yang didapatkan. Ini merupakan suatu kendala karena budaya
Indonesia lebih cenderung pada budaya lisan. Orang Indonesia belum bisa mendisiplinkan
diri untuk selalu menuliskan pengetahuan dan pengalaman yang dialami dalam suatu sistem
sebagai suatu aset organisasi.5
Knowledge Management Strategy yang baik sangat penting untuk keberhasilan setiap
inisiatif manajemen pengetahuan, dan harus menjadi salah satu langkah awal dalam
penerapan manajemen pengetahuan di organisasi. Menerapkan manajemen pengetahuan
harus dilakukan dalam konteks strategi yang disepakati. Strategi ini memastikan bahwa
hasil pelaksanaan manajemen pengetahuan selaras dengan pendekatan bisnis proses saat
ini, ditargetkan pada masalah yang tepat, dan terkoordinasi dengan inisiatif perubahan
4
(Reizandi Fadli, 2019) https://bbpombandung.app/kms/artikel/1/knowledge-management-system
5
(Imran, 2010) http://saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2010/05/Management-Knowledge.pdf
lainnya. Dalam strategi manajemen pengetahuan visi, misi dan objektifitas dari
pengelolaan knowledge yang mendukung visi, misi dan objektifitas organisasi. Organisasi
dapat menggunakan berbagai kerangka kerja sebagai alat bantu untuk menentukan
knowledge apa yang harus dimiliki dan apa yang sudah dimilik (Tiwana, 2000). Terdapat
dua buah strategi manajemen pengetahuan yang sangat berbeda yaitu : strategi kodifikasi
dan strategi personalisasi. Menurut Hansen et al (2005) tujuan dari strategi kodifikasi
adalah untuk memberikan acuan yang mengarah pada standar laporan, langkah tersebut
untuk dikumpulkan dalam basis pengetahuan. Standarisasi ini memudahkan untuk
mencari dokumen dari hasil sebelumnya, jika cukup mirip, hal ini dapat membantu dalam
situasi apapun. Hansen et al (2005). Menjelaskan bahwa strategi kompetitif, yang akan
menerapkan strategi manajemen pengetahuan dikodifikasikan, biasanya bertujuan untuk
memberikan solusi yang berkualitas tinggi yang handal dan khusus dibidang tertentu.
Fokus Personalisasi adalah pada orang dan komunikasi langsung antara satu dengan
lainnya. Terutama di organisasi, mengikuti struktur organisasi yang flat, komunikasi
internal sangat penting. Mendorong karyawan untuk bertukar ide dan pengalaman adalah
prinsip utama. Dengan demikian karyawan terus membangun dan meningkatkan jaringan
sosial dalam organisasi, yang mereka manfaatkan untuk melokalisasi pengetahuan yang
diinginkan dalam hal kebutuhan (berorientasi tujuan). Hanset et al (2005).
Mendefinisikan bahwa pendekatan ini adalah pengetahuan strategi manajemen personal
atau personalisasi.
1. Penghematan waktu dan biaya. Dengan adanya sumber pengetahuan yang terstruktur
dengan baik, maka organisasi akan mudah untuk menggunakan pengetahuan tersebut
untuk konteks yang lainnya, sehingga organisasi akan dapat menghemat waktu dan
biaya.
2. Peningkatan aset pengetahuan. Sumber pengetahuan akan memberikan kemudahaan
kepada setiap karyawan untuk memanfaatkannya, sehingga proses pemanfaatan
pengetahuan di lingkungan organisasi akan meningkat, yang akhirnya proses
kreatifitas dan inovasi akan terdorong lebih luas dan setiap karyawan dapat
meningkatkan kompetensinya.
3. Kemampuan beradaptasi. Organisasi akan dapat dengan mudah beradaptasi dengan
perubahan lingkungan bisnis yang terjadi.
4. Peningkatan produktfitas. Pengetahuan yang sudah ada dapat digunakan ulang untuk
proses atau produk yang akan dikembangkan, sehingga produktifitas dari organisasi
akan meningkat6
6
(Imran, 2010) http://saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2010/05/Management-Knowledge.pdf
dan menganalisis knowledge management (Serenko et al., 2011)
Pentingnya knowledge managemen diarahkan untuk mencapai tujuan dan kesuksesan
organisasi (Staples and Webster, 2008).
Organisasi yang mengaplikasikan knowledge secara baik harus mampu menciptakan inovasi
dan kreavifitas yang tinggi dalam menemukan, menghasilkan, mengemas dan mengelola
knowledge itu secara baik pula dalam waktu, cara dan bentuk yang tepat. Jika tidak demikian,
maka organisasi tidak akan mungkin mencapai keunggulan kompetitif. Bagaimana
menggunakan sumber knowledge itu secara baik? Organisasi harus meningkatkan standar
pengukuran internal, memberi motivasi kepada karyawan untuk mengembangkan knowledge,
berpikir kreatif untuk mengaplikasikan knowledge agar
perusahaan tetap survive dan tidak tergilas di lingkungan yang semakin kompetitif.
Jika manajemen serius menjadikan knowledge management sebagai prioritas dalam
organisasi, maka hal yang penting lainnya yang harus dilakukan adalah menganalisis
keseimbangan antara aspek orang, teknologi dan sosial organisasi. Tendensius yang
berlebihan kepada salah satu, yakni orang atau teknologi tidaklah cukup; Ahli-ahli
manajemen harus meninjau kembali pola interaksi antara teknologi, orang, dan teknik yang
digunakan dalam menggunakan teknologi ini. Hanya dengan mengubah pola interaksi
yang menguntungkan mereka, para manajer dapat memanfaatkan knowledge untuk
keunggulan kompetitif organisasi. Dalam mengembangkan knowledge organisasi, maka
knowledge individu sangat dibutuhkan. Akan tetapi knowledge organisasi bukan
semata-mata terdiri knowledge individu. (Bhatt, 2001). Knowledge organisasi merupakan
kompleksitas pola-pola hubungan antara teknologi, teknik dan individu. Interaksi ini
memiliki keunikan tersendiri dan tidak dapat ditiru oleh organisasi lain, karena interaksi
ini terbentuk atas history maupun culture dari orgnisasi. Berbicara budaya organisasi maka
menurut Coronel, Robbins and Judge, (2012), Budaya organisasi mengacu ke suatu sistem
makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan orang-orang
itu dari orang lain. Setiap organisasi merupakan sistem yang khas, sehingga organisasi
mempunyai kepribadian dan jati diri sendiri. Itu berarti ada perbedaan budaya bagi setiap
organisasi.
Culture atau budaya tidak dapat dipisahkan dari knowledge, karena itu sangat menunjang
tercapainya efektifitas knowledge management dalam organisasi (Nahm and Vonderembse,
2004) Organization culture terbentuk melalui tatanan strategi, struktur, orang dan proses
dalam organisasi yang yang saling terkait.
Dengan pola penerapan culture secara maksimal, maka akan terlihat komitmen
pemimpin organisasi dan respeknya terhadap knowledge management.
Pemimpin organisasi akan memahami bagaimana knowledge itu dapat diciptakan dan pada
akhirnya akan dipromosikan menjadi nilai jual organisasi demi mencapai keunggulan
kompetitif. Culture juga akan memayungi anggota organisiasi untuk bekerja berdasarkan
struktur organisasi, wewenang dan pembagian kerja masing-masing anggota organisasi.
Itulah sebabnya, struktur organisasi dan organization culture sangat berhubungan dan saling
Struktur organisasi dan budaya organisasi merupakan dua hal yang berpengaruh terhadap
keberhasilan knowledge management (Gopalakrishnan, 2015). Knowledge sudah tertanam
dan terpola dalam rutinitas organisasi, yang di dalamnya ada proses, praktik dan budaya
organisasi (Jennex, 2001). Dengan demikian betapa pentingnya organisasi memperdalam
konsep knowledge dengan memasukan unsur culture dalam memahami dan menggunakan
knowledge.
Organisasi yang mengakui bahwa knowledge adalah sumber daya utama perlu melakukan
proses penciptaan knowledge, berbagi knowledge dan meningkatkan knowledge individu dan
kolektif (Drucker, 1999). Banyak organisasi yang sudah melakukan praktik knowledge
management dan berusaha menggunakan knowledge yang dimiliki secara efektif. Semakin
banyak organisasi yang mencoba untuk mengatur sistem dan praktik knowledge management
untuk lebih efektif menggunakan knowledge yang mereka miliki. Tapi yang paling penting
adalah bagaimana knowledge itu ada, kemudian knowledge itu dibagi (knowledge sharing)
dan knowledge itu digunakan secara baik di dalam organisasi.
7
(Lewaherilla C.Novalien et al., 2021) https://anyflip.com/qhcsr/bsaq/basic
kompetitornya.“ Digitalisasi dan industrialisasi telah membawa kita pada perubahan saat ini,
keterbukaan informasi menjadi domain tersendiri bagi masyarakat modern, dimana literasi
penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT) secara masif terjadi pada semua
aspek kehidupan manusia. Teknologi informasi, media dan komunikasi benar-benar menjadi
peradaban manusia modern, sehingga di perlukan sebuah manajemen ilmu pengetahuan
dalam mengakses sebuah informasi. Para futuris ICT seperti Bill Gates, Steve Jobs, dan
Mark Zuckerberg, merupakan deretan manusia paling berpengaruh di dunia, dimana mereka
mampu menghubungkan sepertiga kehidupan manusia di dunia dari total 8 miliar populasi
manusia di tahun 2020 jika di hitung secara kuantitatif, sebagai pengguna internet aktif
(International Telecommunications Union, 2017). Dalam era informasi, perubahan siklus dari
suatu periode seperti teknologi, produk dan tren semakin lama menjadi semakin pendek.
Siklus perubahan yang dulunya setiap 10 tahun, selanjutnya menjadi 5 tahun, 2 tahun, 6 bulan
dan bahkan perubahan bisa setiap bulan sekali. Sistem komputer dan sistem telekomunikasi
merupakan dua sistem dasar yang membentuk teknologi informasi dan komunikasi.
Bagian dari kesulitan mendefinisikan pengetahuan muncul dari hubungannya dengan dua
konsep lain, yaitu data dan informasi. Kedua istilah ini sering dianggap sebagai denominasi
pengetahuan yang lebih rendah, tetapi hubungan yang tepat sangat bervariasi dari satu contoh
ke yang lain. Dalam rumpun ilmu yang lebih berorientasi teknologi,
khususnya yang melibatkan sistem informasi, pengetahuan sering diperlakukan sangat mirip
dengan informasi. Itu dilihat sebagai sesuatu yang dapat dikodifikasikan dan ditransmisikan,
di mana IT memainkan peran penting dalam berbagi pengetahuan. Pandangan sederhana
tentang pengetahuan seperti ini tersebar luas pada tahun 90-an ketika teknologi informasi
menjadi semakin umum. Namun bahkan sampai saat ini, beberapa sistem knowledge
management sedikit lebih dari sistem manajemen informasi yang menggunakan pengetahuan
sebagai sinonim virtual untuk informasi.
Sebagai ilustrasi, Theirauf (1999) mendefinisikan tiga komponen sebagai berikut: data adalah
titik terendah, kumpulan fakta dan angka yang tidak terstruktur; informasi adalah tingkat
berikutnya, dan itu dianggap sebagai data terstruktur; yang akhirnya pengetahuan
didefinisikan sebagai “informasi tentang informasi” (Garcia-Valdecasas, 2015). Namun,
semakin banyak orang melihat definisi yang memperlakukan pengetahuan sebagai konsep
yang lebih kompleks dan pribadi yang menggabungkan lebih dari sekadar informasi. Kamus
online Longman memiliki satu definisi yang mulai mendekati cara pengetahuan yang
biasanya dianggap dalam knowledge management. Dalam hal ini “informasi, keterampilan,
dan pemahaman yang kita peroleh dinyatakan melalui pembelajaran atau pengalaman”
(Sensuse and Cahyaningsih, 2017). Meskipun masih terkait erat dengan informasi, konsep
seperti keterampilan, pemahaman, dan pengalaman mulai muncul ke permukaan. Di Bawah
ini, penulis telah memasukkan definisi yang akan digunakan untuk mendefinisikan data,
informasi, dan pengetahuan.
Data: Fakta dan angka yang menyampaikan sesuatu yang spesifik, tetapi yang tidak diatur
dengan cara apa pun dan yang tidak memberikan informasi lebih lanjut mengenai pola,
konteks, dll. Saya akan menggunakan definisi untuk data yang disajikan oleh Thierauf
(1999): “fakta dan angka yang tidak terstruktur yang memiliki dampak paling kecil pada
manajer tipikal.”
Menurut (Debowski, 2006) terdapat 5 tahap pengembangan pengetahuan. Tahapan itu adalah:
1. Knowledge Sourcing. Disebut juga sebagai tahap awal yaitu mengidentifikasi dari
pengetahuan itu sendiri. Identifikasi pengetahuan mempunyai tujuan untuk mengisi
“gap” dari apa yang diketahui dengan apa yang ingin diketahui.
2. Knowledge Abstraction. Tahapan ketika sumber-sumber pengetahuan sudah mulai
didapatkan, hal berikutnya adalah mengadakan pemeriksaan untuk menarik
pengetahuan yang ada dari sumber pengetahuan tersebut.
3. Knowledge Conversion. Setelah mendapatkan ide dan prinsip yang telah ditemukan
dalam knowledge abstraction, akan dirubah menjadi pengetahuan yang bisa
didokumentasikan dan bermakna.
4. Knowledge Diffusion. Tahap ini merupakan tahap dimana pengetahuan yang ada
disebarkan ke seluruh pengguna dan bagian yang ada. Penyebaran bisa dilakukan
dengan media komunikasi, modeling dari praktik yang baru, dan demonstrasi atau
pelatihan prosedur tersebut. Tentunya explicit knowledge akan lebih mudah untuk
disebarkan dibandingkan dengan tacit knowledge.
5. Knowledge Development and Refinement. Karena pengetahuan merupakan hal yang
dapat usang, maka tidak cukup sampai pada penyebaran pengetahuan saja, namun
pengetahuan pun harus diperbaharui dan dikembangkan dari waktu ke waktu agar
tetap terbaru dan berguna.
Di awal pengembangan knowledge management, pertimbangan yang lebih pragmatis tentang
proses untuk memahami apa yang menjadi kebutuhan dalam berorganisasi dan
bermasyarakat, baik dari manajemen pengetahuan, informasi, maupun data. Pendekatan yang
lebih holistik untuk knowledge management telah menjadi penting sebagai sub-kompleks
mengenai sifat pengetahuan yang dinamis dan telah menjadi masalah yang lebih mendesak.8
Stankosky, M. (2000)
Terdapat empat pilar utama dalam arsitektur Knoeledge Management yang sangat
mempengaruhi dalam keberhasilan penerapan Knowledge Management suatu Organisasi
1. Leadership
Kepemimpinan mengembangkan strategi yang dibutuhkan untuk keberhasilan dalam
sebuah lingkungan. Strategi ini untuk menentukan visi dan harus dapat menyelaraskan
Knowledge Management dengan strategi bisnis agar dapat mendorong nilai Knowledge
Management ke seluruh organisasi.
2. Organization
memperkenalkan Knowledge Management pada seluruh organisasi dimana dibutuhkan
perubahan dalam organisasi, Knowledge Management dituntut untuk dapat menjadi
katalis dalam budaya Perusahaan dan harus terintegrasi dengan proses bisnis organisasi.
3. Technology
merupakan tools dalam Knowledge Management yang sangat penting untuk dapat
menentukan dan mendefinisikan kemampuan IT agar sesuai dan sejalan dengan
kebutuhan organisasi.
4. Learning
pembelajaran dalam organisasi haruslah diarahkan kepada pendekatan seperti
peningkatan komunikasi, menjalankan tim yang memiliki beberapa fungsi atau bidang
dan menciptakan komunitas belajar.
( Apa saja yang menjadi pilar dalam knowledge management system? - Komputer / Sistem
Informasi - Dictio Community )
8
(Lewaherilla C.Novalien et al., 2021)https://anyflip.com/qhcsr/bsaq/basic
PILAR UTAMA KNOWLEDGE MANAGEMENT
Untuk memahami dan mendifinisikan Knowledge Management, hal ini berguna untuk
mempertimbangkan Knowledge Management yang memiliki empat pilar diantaranya:
Manajemen dan Organisasi; Infrastruktur; Orang dan Budaya; dan Sistem Manajemen
Konten.
Hal yang paling utama dan penting sebagai pilar Knowledge adalah komitmen, yang sangat
penting untuk keberhasilan setiap inisiatif Knowledge Management. Upaya berkelanjutan
untuk mengelola pengetahuan harus menyerap ke seluruh organisasi, dari kepala organisasi
hingga pangkat dan file. Hal ini juga penting untuk manajer mempromosikan perilaku yang
tepa tantara karyawan dengan menjadikannya sebagai contoh.
1. Blogs. Merupakan pelayanan aplikasi dari internet yang mencakup beberapa informasi
pengetahuan yang di upload oleh seseorang yang dapat diakses orang lain.
2. Internet. Yaitu media komunikasi yang sederhana, terjangkau, dan mudah dibuat.
System internet ini merupakan system global yang saling terhubung pada jaringan
computer dengan standar Intenet Protocol Suite (TCP/IP) yang dapat melayani
pengguna di seluruh dunia.
3. E-Mail. Sebagai media komunikasi dengan berbagai fungsi yang dapat digunakan
4. Web Server. Merujuk pada perangkat keras dan perangkat lunak yang menyediakan
layanan akses kepada pengguna melalui protocol komunikasi HHTP ataupun varian
seperti FTP dan HTTPSbatas berkas-berkas yang terdapat pada suatu URL ke
pemakai.
5. Chat Room. Sebuah sarana untuk melalukan percakapan secara LAN dengan lebih
mudah dan cepat jika dibandingkan dengan E-Mail
6. Telephon. Alat komunikasi yang sekarang umum digunakan untuk berkomunikasi dan
melakukan banyak hal secara online.
( TOOLS UNTUK MEMBANTU KNOWLEDGE MAGAMENT PADA SUATU TIM – School of Information
Systems (binus.ac.id) )
Knowledge Management adalah sebuah proses yang membantu perusahaan mengidentifikasi, memilih,
mengorganisasikan, menyebarkan, dan mentransfer informasi dan keahlian yang penting yang merupakan
bagian dari ingatan perusahaan dan yang biasanya berada di dalam perusahaan dalam bentuk yang tidak
terstruktur. (Turban, et al 2008)
Sedangkan menurut Debowski (2006, p.151), terdapat tiga kriteria yang harus diraih agar implementasi
Knowledge Management System dapat berhasil, antara lain:
Secara umum, Debowski (2006) menyebutkan ada beberapa tahapan yang harus direncanakan dengan baik
agar implementasi sistem sekompleks Knowledge Management System dapat berjalan dengan baik.
Tahapan-tahapan tersebut adalah:
Menurut Dalkir (2011, p.38) Fungsi atau teori Knowledge Management System memiliki enam langkah
cycle. Berikut merupakan cycle dari Knowledge Management System:
1. Create Knowledge
Pengetahuan tercipta sebagaimana orang menentukan cara untuk melakukan seuatu atau
mengembangkan keahlian. Terkadang pengetahuan dari luar telah membawa masuk.
2. Capture Knowledge
Pengetahuan yang baru haruslah teridentifikasi sebagai sesuatu yang bernilai dan terwakili dengan
cara yang wajar.
3. Refine Knowledge
Pengetahuan baru haruslah ditempatkan dalam suatu konteks sehingga dapat ditindaklanjuti.
Disinilah wawasan manusia harus dapat ditangkap.
4. Store Knowledge
Pengetahuan yang dapat berguna kemudian harus dapat tersimpan dalam format yang wajar pada
repository yang ada sehingga orang lain dalam organisasi dapat mengaksesnya.
5. Manage Knowledge
Seperti halnya perpustakaan, pengetahuan harus tetap terjaga dan tersimpan hingga saat ini. Ini
harus ditinjau kembali untuk dapat memverifikasi bahwa hal tersebut relevan dan akurat.
6. Disseminate Knowledge
Pengetahuan yang telah tersimpan dengan baik dan sudah terverifikasi secara keseluruhan dapat
mulai dilakukan sosialisasi ataupun menyebarluaskan pengetahuan dalam organisasi.
Menurut Debowski (2006) disebutkan bahwa terdapat empat (4) komponen dari Knowledge Management
System. Kompenen-kompenen itu dapat tergambarkan sebagai berikut:
Tabel Komponen Knowledge Management System (Sumber: Debowski, 2006, p.144)
Hal ini secara langsung berpengaruh pada Knowledge Management System dan aspek lain Knowledge
Management yang menentukan akses terhadap Knowledge tertentu, terutama akses
terhadap Knowledge yang memiliki prioritas tinggi dan bagaimana dukungan terhadap akses Knowledge.
Web Management System dicirikan dengan adanya server, interface dan KMS portal yang mendukung
Web Content Mangement System.
Efektivitas KMS sebagian tergantung pada kapasitas user untuk menciptakan knowledge baru dan
mengelola workflows menggunakan teknologi yang ada dan manajemen aplikasi knowledge yang
mendukung hal ini.
Sumber https://bbpombandung.app/kms/artikel/1/knowledge-management-system
Knowledge Management Strategy yang baik sangat penting untuk keberhasilan setiap inisiatif
manajemen pengetahuan, dan harus menjadi salah satu langkah awal dalam penerapan manajemen
pengetahuan di organisasi. Menerapkan manajemen pengetahuan harus dilakukan dalam konteks
strategi yang disepakati. Strategi ini memastikan bahwa hasil pelaksanaan manajemen pengetahuan
selaras dengan pendekatan bisnis proses saat ini, ditargetkan pada masalah yang tepat, dan
terkoordinasi dengan inisiatif perubahan lainnya. Dalam strategi manajemen pengetahuan visi, misi
dan objektifitas dari pengelolaan knowledge yang mendukung visi, misi dan objektifitas organisasi.
Organisasi dapat menggunakan berbagai kerangka kerja sebagai alat bantu untuk menentukan
knowledge apa yang harus dimiliki dan apa yang sudah dimilik (Tiwana, 2000). Terdapat dua buah
strategi manajemen pengetahuan yang sangat berbeda yaitu : strategi kodifikasi dan strategi
personalisasi. Menurut Hansen et al (2005) tujuan dari strategi kodifikasi adalah untuk memberikan
acuan yang mengarah pada standar laporan, langkah tersebut untuk dikumpulkan dalam basis
pengetahuan. Standarisasi ini memudahkan untuk mencari dokumen dari hasil sebelumnya, jika cukup
mirip, hal ini dapat membantu dalam situasi apapun. Hansen et al (2005). Menjelaskan bahwa strategi
kompetitif, yang akan menerapkan strategi manajemen pengetahuan dikodifikasikan, biasanya
bertujuan untuk memberikan solusi yang berkualitas tinggi yang handal dan khusus dibidang tertentu.
Fokus Personalisasi adalah pada orang dan komunikasi langsung antara satu dengan lainnya.
Terutama di organisasi, mengikuti struktur organisasi yang flat, komunikasi internal sangat penting.
Mendorong karyawan untuk bertukar ide dan pengalaman adalah prinsip utama. Dengan demikian
karyawan terus membangun dan meningkatkan jaringan sosial dalam organisasi, yang mereka
manfaatkan untuk melokalisasi pengetahuan yang diinginkan dalam hal kebutuhan (berorientasi
tujuan). Hanset et al (2005). Mendefinisikan bahwa pendekatan ini adalah pengetahuan strategi
manajemen personal atau personalisasi. Strategi pengetahuan adalah metode khusus untuk
mengoptimalkan penciptaan pengetahuan dan mengubahnya untuk keuntungan kompetitif di
perusahaan (McDermott Consulting Firm, 2005). Strategi pengetahuan merumuskan untuk mengisi
kesenjangan pengetahuan yang ada dan kesenjangan pengetahuan yang dibutuhkan. Tujuan dari
strategi pengetahuan adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan strategis, yang menekankan pada
kecerdasan dan retrieving intern sistem kompetitif pengetahuan (Zack, 1999). Begitu pengetahuan
sangat membantu, strategi dapat mengkoordinasikan antara kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman (Kruger et al., 2005). Secara umum, semua upaya ke arah KM harus menjadi bagian dari
proses perumusan strategi organisasi, yang seharusnya bersama latihan yang mengarah ke organisasi
perencanaan masa depan dan menargetkannya (Sadaghiyani et al., 2011). Sejalan dengan itu, ada teori
yang berbeda dan definisi tentang strategi pengetahuan yang hadir dengan intelektual manajemen
sampai sekarang. Beberapa model dan kerangka kerja strategi pengeloaan pengetahuan akan di
uraikan berikut ini :
APQC
Model APQC (American Productivity and Quality Center) merupakan kerangka kerja yang
menyediakan kebutuhkan untuk mengatasi permsalahan pada pengelolaan pengetahuan yang bagi
organisasi. Kerangka kerja APQC pada intinya untuk mengembangkan proses bisnis organisasi tetapi
ada bagian yang dikhususkan untuk mengembangakan strategi pengelolan pengetahuan dalam
mempercepat inisiatif pengelolaan pengetahuan dengan dukungan model yang dapat disesuaikan.
Kerangka kerja APQC dapat diterapkan dalam program manajemen pengetahuan dengan prosesnya
antara lain mengukur kinerja dan kemajuan bisnis menuju sasaran. Kerangka Kerja APQC bias dilihat
pada Gambar 1.
https://www.apqc.org/km-framework
Pada akhir fase Develop KM Strategy, menurut APQC dapat menghasilkan strategi terperinci
berdasarkan kondisi saat ini, apa yang akan dicapai dalam hal aliran pengetahuan, bidang mana yang
akan direncanakan untuk dapat di prioritaskan terlebih dahulu, dan pengaturan timeline yang
diperlukan. Tata kelola Kerangka kerja ini dapat menentukan prioritas, rencana implementasi, kasus
bisnis, dan penganggaran serta menyedikan roadmap terperinci untuk implementasi KM.
APO
Asian Productivity Organization (APO) Framework Knowledge Management Practice (KMP)
merupakan kerangka kerja dalam pengelolaan pengetahuan yang lapisan atau layer utamanya adalah
visi dan misi strategis organisasi. dengan mengidentifikasi kompetensi untuk mencapai tujuan bisnis
organisanya. visi dan misi tersebut membantu merancang roadmap pengelolaan pengetahuan.bisa kita
lihat pada gambar 2 yaitu kerangka kerja APO untuk pengelolaan pengetahuan.
APO Framework membantu organisasi untuk mengidentifikasi dan menganalisis kompetensi dan
kemampuan inti yang dimiliki oleh individu dan yang perlu dikembangkan. Keempat akselerator
(orang, proses, teknologi, kepemimpinan) dapat membantu organisasi memahami sejauh mana
implementasi KM dapat sukses. Lima proses pengetahuan inti (mengidentifikasi, membuat,
menyimpan, berbagi, menerapkan) merupakan proses awal terkait dengan KM yang dapat
dimanfaatkan selama implementasi. Organisasi, terkadang, sudah dapat mempraktikkan KM tanpa
menyadarinya. Hasil dari upaya KM mengukur efektivitas proses pengetahuan yang didukung oleh
faktor penentu keberhasilan (akselerator, visi, dan misi). Hasil harus dapat mampu menunjukkan
peningkatan pembelajaran dan inovasi dalam membangun kemampuan individu, tim, organisasi. APO
Framework dapat meningkatkan kualitas produk dan layanan, produktivitas, profitabilitas, dan
pertumbuhan (Young , 2010).
Sumber https://journal.umy.ac.id/index.php/bti/article/download/2420/3398
Mengelola pengetahuan merupakan aplikasi dari istilah “learning by doing”, “learning by action”,
“learning by sharing”, “learning by interacting” dan “learning by learning”. Pengetahuan sangat
berharga, pengetahuan diperoleh dari pengalaman, belajar, sharing dan interaksi dengan orang lain.
Banyak pakar mendefinisikan knowledge management, masingmasing melihat dari sudut pandang
yang berbeda, diantaranya mendefinisikan knowledge management sebagai:
1. Proses formal yang meningkatkan aplikasi dari knowledge yang dimiliki (Koretz dan Lee,
1998).
2. Pendekatan sistematis yang terintegrasi untuk mengidentifikasi, mengelola dan menyebarkan
aset informasi perusahaan, termasuk database, dokumen, kebijakan dan prosedur seperti
pengalaman dan keahlian sebelumnya yang dimiliki karyawan (Regina Yu, 2002 dalam
Lendy, 2005).
3. Pendekatan manajerial yang sistematis yang terdiri dari empat penekanan: (1) memonitor dan
memfasilitasi secara top-down aktivitas hubungan pengetahuan, (2) menciptakan dan menjaga
prasarana pengetahuan, (3) memperbarui, mengorganisasikan dan mentrasformasikan asset
knowledge, dan (4) menggunakan asset knowledge untuk mewujudkan nilai organisasi (Wiig,
1997).
4. Praktek pemanfaatan dan eksploitasi modal intelektual untuk meningkatkan keunggulan
kompetitif dan komitmen pelanggan melalui efisiensi, inovasi dan pengambilan keputusan
secara cepat dan efektif (Steve Barth, 2000 dalam Lendy, 2005).
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disampaikan bahwa knowledge management adalah
pendekatan formal dan sistematis untuk menciptakan, memanfaatkan, mengelola dan menyebarkan
knowledge (sebagai aset intelektual dan aset informasi) agar organisasi menjadi efisien, kreatif dan
inovatif guna menciptakan nilai organisasi, meningkatkan komitmen pelanggan dan keunggulan
bersaing. Hasil observasi Wigg (1997) menyebutkan bahwa beberapa perusahaan mengikuti strategi
knowledge management yang berbeda menyesuaikan kultur, prioritas dan kapabilitas yang dimiliki.
Mereka menggunakan salah satu atau beberapa kombinasi dari lima strategi utama dari knowledge
management, yaitu:
1. Knowledge strategy as business strategy: fokus pada menciptakan, memperbarui, membagi
dan menggunakan pengetahuan yang terbaik untuk bertindak dalam bisnis.
2. Intellectual assets management strategy: fokus pada level pengetahuan perusahaan yang
spesifik pada modal intelektual seperti hak paten, teknologi, praktek operasional dan
manajemen, hubungan pelanggan, dan pengetahuan struktural lainnya.
3. Personal knowledge asset responsibility strategy: fokus pada tanggung jawab pengetahuan
personal (karyawan) yaitu menggunakan pengetahuan mereka untuk berbagi dengan
karyawan lain.
4. Knowledge creation strategy: fokus pada pembelajaran dan aplikasi dari R&D dan
memotivasi karyawan untuk berinovasi untuk mendapatkan pengetahuan yang baru dan lebih
baik dalam rangka meningkatkan daya saing.
5. Knowledge transfer strategy: fokus pada pendekatan yang sistematis untuk mentransfer
pengetahuan sebagai tindakan untuk mencapai kinerja yang terbaik melalui sharing dan
adopsi pengetahuan.
Beberapa langkah praktis dalam melaksanakan knowledge management untuk mencapai
manfaat dan tujuan organisasi disampaikan oleh Lendy (2005) dan Beijerse (2000), yaitu:
1. Mengidentifikasi level knowledge organisasi dan organization intelligence (kecerdasan
organisasi): melakukan pengumpulan data secara periodik tentang pengetahuan setiap
personil, misalnya dalam hal inovasi, layanan pelanggan, potensi pengetahuan, dll, untuk
mengetahui level knowledge organisasi secara keseluruhan.
2. Melakukan sharing visi dan pengetahuan secara periodik: mendiskusikan visi, misi dan
value organisasi, untuk membangun kemampuan analisis para personil. Pada tahap ini
informasi sangat berperan penting.
3. Membentuk learning organization: meliputi kepandaian organisasi dalam melakukan
pemecahan masalah secara sistematis, melakukan percobaan, belajar dari pengalaman,
belajar dari yang lain (bahkan organisasi lain) dan knowledge sharing.
4. Membangun budaya knowledge sharing: knowledge perlu disebarluaskan ke seluruh
personil organisasi dan aktivitas ini perlu dibudayakan. Personil organisasi perlu diberikan
pemahaman bahwa melalui knowledge sharing masing-masing individu akan kaya
pengetahuan dan memiliki wawasan yang luas, meningkatkan kemampuan inovasi dan
kreativitas, responsif terhadap pelanggan dan produktivitas akan meningkat.
5. Mengubah knowledge menjadi action: knowledge yang dimiliki diterapkan dalam
organisasi, mempersempit gap antara knowledge dengan action, misalnya apakah hasil
pembelajaran dapat benar-benar diterapkan dalam penghematan biaya, meningkatkan
kualitas, inovasi, memperbaiki hubungan pelanggan dan mempercepat waktu penyerahan
kepada pelanggan.
6. Mengukur efektivitas knowledge management: diukur secara kualitatif dan kuantitatif.
Ukuran dapat menggunakan manfaat dari sisi biaya (misalnya retensi pelanggan, produk
cacat, waktu penyelesaian masalah), pendapatan dan ukuran finansial lainnya, kepuasan
pelanggan, inovasi dan pembelajaran sumber daya manusia. Ukuran dapat mengadopsi
dari MAKE (Most Admired Knowledge Enterprises), merupakan penghargaan
internasional bagi perusahaan yang berhasil menerapkan inovasi melalui knowledge
management. MAKE memiliki berbagai ukuran yang dapat diadopsi oleh organisasi untuk
menilai efektivitas. Konsep lain untuk menilai efektivitas strategi ini khususnya dalam
penggunaan sistem informasi dapat mengadopsi MaKE (Manage Knowledge Effectively)
oleh Sharp (2002) dalam Sharp (2006). Ukuran knowledge gap, knowledge sharing dan
development of knowledge dapat diadopsi dari Beijerse (2000).
7. Melembagakan knowledge management: dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu
membentuk komunitas praktisi untuk memfasilitasi knowledge sharing, memasukkan
dalam program sumber daya manusia, mengaplikasikan knowledge management tools
dalam tehnologi informasi, sampai pada pembentukan departemen khusus knowledge
management yang dipimpin oleh CKO (Chief Knowledge Officer) yang memiliki posisi
sejajar dengan CFO (Finance), CIO (Information) dan fungsi lainnya (Jones, N.B. et al.,
2003).
Sumber https://journal.umy.ac.id/index.php/bti/article/download/2420/3398
KESIMPULAN