Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
79 tayangan5 halaman

Tugas 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 5

Nama : Megiwati Inka Wello

Nim : 2018610071

Kelas : A

Tugas : Manajemen Kepimpinan Keperawatan

RANGKUMAN

Pengarahan Konsep Dasar Dan Tujuan Pengarahan, Kegiatan Manejer Keperawatan


Pada Fungsi Pengarahan, Indikator Pengarahan Yang Baik, Langkah Supervisi Ruang
Rawat

A. Konsep dasar dan tujuan Pengarahan


Pengarahan adalah suatu proses pembimbingan, pemberi petunjuk, dan instruksi
kepada bawahan agar mereka bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Pengarahan mencakup beberapa proses operasi standar, pedoman dan buku panduan,
bahkan manajemen berdasarkan sasaran.

Tujuan pengarahan, yaitu :

1. Menjamin kontinuitas perencanaan


2. Membudayakan prosedur standart
3. Menghindari kemungkinan yang tidak berarti
4. Membina motivasi yang terarah

B. Kegiatan Manajer Keperawatan pada Fungsi Pengarahan


Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha memotivasi,
membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan negosiasi (Marquis dan
Huston, 2010). Pengarahan adalah fungsi manajemen yang memantau dan menyesuaikan
perencanaan, proses, dan sumber yang efektif dan efisien mencapai tujuan (Huber, 2000).
Pengarahan yang efektif akan meningkatkan dukungan perawat untuk mencapai tujuan
manajemen keperawatan dan tujuan asuhan keperawatan. Fungsi pengarahan selalu
berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap dalam
rangka menugaskan perawat untuk melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Kepala ruangan dalam melakukan kegiatan pengarahan melalui: saling memberi
motivasi, membantu pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan
komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi.
Prinsip komunikasi manajer keperawatan menurut Nursalam (2012), yaitu:

1. Manajer harus mengerti struktur organisasi, siapa yang terkena dampak dari
keputusan yang dibuat. Jaringan komunikasi formal dan informal perlu dibangun
antara manajer dan staf
2. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, tetapi sebagai proses yang tak
terpisahkan dalam organisasi
3. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat.
4. Perawat profesional adalah mampu berkomunikasi dengan secara adekuat, lengkap
dan cepat.
5. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima
6. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen penting dalam komunikasi.

Douglas dalam Swansburg (2000) mengatakan bahwa ada dua belas aktivitas teknis yang
berhubungan dengan pengarahan pada manajemen, yaitu:

1. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan keperawatan, pasien


dan perawat pelaksana
2. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan dengan tugas-tugas
perawat pelaksana
3. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan
4. Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana
5. Memberikan perawatan yang berkesinambungan
6. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari perawat pelaksana
7. Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal pengajaran, konsultasi, dan
evaluasi
8. Mempercayai anggota
9. Menginterpretasikan protokol
10. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti
11. Memberikan laporan ringkas dan jelas
12. Menggunakan proses kontrol manajemen

C. Indikator Pengarahan yang Baik


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengarahan Arni (2009) menyatakan bahwa arus
komunikasi melalui media pengarahan dipengaruhi oleh struktur hierarki dalam
organisasi. Namun arus komunikasi ini tidaklah berjalan lancar, tetapi dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain sebagai berikut :
1. Keterbukaan Kurangnya sifat terbuka diantara pimpinan dan pegawai akan
menyebabkan pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan atau gangguan
dalam pesan.Umumnya para pimpinan tidak begitu memperhatikan arus
komunikasi kebawah.Tetapi apabila suatu pesan tidak relevan dengan tugas, pesan
tersebut tetap dipegangnya. Misalnya seorang pimpinan akan mengirimkan pesan
untuk memotivasi pegawai guna penyempurnaan hasil kerja, tetapi tidak mau
mendiskusikan kebijaksanaan baru dalam mengatasi masalah-masalah organisasi.
2. Kepercayaan Pada Pesan Tulisan Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pesan
tulisan dan metode diskusi yang menggunakan alat-alat elektronik dari pada pesan
yang disampaikan secara lisan dan tatap muka. Hal ini menjadikan pimpinan lebih
banyak menyampaikan pesan secara tertulis berupa bulletin, manual yang mahal,
buklet dan film sebagai pengganti kontak personal secara tatap muka antara
pimpinan dan bawahan.
3. Pesan Yang Berlebihan Karena banyaknya pesan-pesan yang dikirim secara tertulis,
maka pegawai dibebani dengan memo-memo, bulletin, surat-surat pengumuman,
majalah, dan pernyataan kebijaksanaan sehingga banyak sekali pesan-pesan yang
harus dibaca oleh pegawai. Reaksi pegawai terhadap pesan tersebut biasanya
cenderung untuk tidak membacanya.
4. Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke
bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman
pesan dan tampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan. Pesan seharusnya
dikirim kebawah pada saat saling menguntungkan kepada kedua belah pihak yaitu
pimpinan dan karyawan.
5. Penyaringan Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan hendaklah semuanya
diterima mereka, tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan. Penyaringan
pesan ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor diantaranya perbedaan
persepsi diantar a pegawai, jumlah mata rantai dalam jaringan komunikasi dan
perasaan kurang percaya kepada pimpinan.

D. Langkah Supervisi Ruang Rawa


Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber- sumber yang
dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan seorang manajer keperawatan dapat
menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asuahan keperawatan di
ruang yang bersangkutan melalui analisis secara komprehensif bersama-sama dengan
anggota perawat secara efektif dan efesien. Melalui kegiatan supervisi seharusnya
kualitas dan mutu pelayanan keperawatan menjadi fokus dan menjadi tujuan utama,
bukan malah menyibukkan diri mencari kesalahan atau penyimpangan (Arwani, 2006).
Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak langsung.
a. Teknik Supervisi Secara Langsung
Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang dilaksanakan. Pada
waktu supervisi diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan
pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah Bittel, 1987 (dalam Wiyana,
2008).
Cara memberikan supervisi efektif adalah :
1) pengarahan harus lengkap dan mudah dipahami;
2) menggunakan kata-kata yang tepat;
3) berbicara dengan jelas dan lambat;
4) berikan arahan yang logis;
5) Hindari banyak memberikan arahan pada satu waktu;
6) pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami;
7) Pastikan bahwa arahan yang diberikan dilaksanakn atau perlu tindak lanjut Supervisi
lansung dilakukan pada saat perawat sedang melaksanakan pengisian formulir
dokumentasi asuhan keperawatan.
Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana, 2008) :
1) Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa pendokumentasiannya akan
disupervisi.
2) Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan pendokumentasian.
Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara langsung dihadapan perawat yang
mendokumentasikan.
3) Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan keperawatan pakai
yaitu menggunakan form A Depkes 2005.
4) Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang disupervisi
komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang sedang menjalankan pencacatan
dokumentasi asuhan keperawatan sesuai form A dari Depkes.
5) Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi.

2. Secara Tidak Langsung


Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis
maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan
sehingga memungkinkan terjadinya kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara
tertulis (Bittel, 1987) dalam Wiyana, 2008.
Langkah-langkah Supervisi tak langsung, yaitu :
1) Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil dokumentasi pada buku
rekam medik perawat.
2) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
3) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi asuhan
keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari Depkes.
4) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan memberikan tanda bila
ada yang masih kurang dan berikan cacatan tertulis pada perawat yang
mendokumentasikan.
5) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau sesuai standar.

Anda mungkin juga menyukai