Part 2
Part 2
Part 2
Iya.. Aku anak hasil pelecehan itu. Orang yang memperkosa ibuku
dengan santainya bahagia di tengah keluarga nya. Tanpa dipenjara,
tanpa merasakan bersalah membuat bundaku seperti itu dan tersiksa
beberapa taun lamanya, bejad. Aku ingin membunuhnya saat itu juga
saat di ceritai itu oleh tanteku. Dan kau mau tau? Aku tidak malu, aku
bangga pada bunda dan bangga pada papa. Bunda tetap
mempertahankan aku dengan dalih ‘AKU TIDAK BERSALAH AKU
HANYA TUHAN PERCAYAKAN UNTUK DIJAGA DAN
PANTAS UNTUK HIDUP!”
Tapi raga bunda hancur, jiwa nya mati saat aku lahir. Mimpinya mati.
Bersama dengan jiwanya. Tapi lagi lagi dengan bangga nya aku pda
bunda, saat aku lahir tante ku bilang bunda hanya bias mencium
diriku yang bayi dan berkata ‘tetap hidup, kau pantas bahagia, dan
aku hanya dipercayakan oleh tuhan untuk menghidupkanmu”
Dan papa hebatku menerimaku dengan baik dan mengangggapku
anak kandungnya, dengan hebatnya dia selalu meyakini ku bahwa
bunda adalah wanit terhebat yang pernah ia punya. Wanita baik dan
cantik seperti bidadari nya di dunia dan surge kelak.
“asa rindu bun, sangat.” Lirihku. Tanpa aku sadar papa sudah melihat
ku sedari tadi, melihatku membiarkan telapak lengan kanan ku terluka
lebar, pisau itu membuat ku terluka kali ini.
“kamu ga boleh kaya gini nak, bunda sedih sangat sedih nanti” ucap
papa dengan isakkannya aku tersadar dan berusaha menghapus air
mataku dan menatap papa yang kini sudah berjongkok memeluk
sendu paha kananku.
“jangan luka kan papamu dengan tangisan menyedihkan mu asa, papa
takut kau pergi juga” lanjut papa.
Aku menatap punggung papa dan mengusapnya perlahan, mencoba
meyakini kalau aku akan baik baik saja untuk sementara ini. “ga akan
pa, tapi aku akan melanjutkan mimpi bunda untuk menjadi hakim,
maaf telat memberitau karna kita masih berduka, pa asa lolos sbmptn
dan kalau umur asa panjang asa akan jadi hakim seperti yang bunda
dan papa mau” ucapku menenangkan, lengan ku masih mengusap
punggung rapuhnya, papa terbangun dengan sigap menatapku dengan
tidak percaya nya, “Terimakasih yatuhan terimakasih atas rezeki dan
duka yang kau berikan, lancarkan dan sehatkan putriku, tenangkan
istriku dan beritau ia bahwa anak kesayangannya ini akan menjadi
hakimnya kelak” papa memelukku dengan bangga, aku terkekeh kecil
mengAamini doanya “Bun, lelaki ini sangat mencintaimu, tolong
dengar kan ini, dan abaikan semua bayangan burukmu selama ini”
ucapku dalam hati.
Papa selalu menanyai apa yang kubutuhkan untuk mos nanti,
peralatan apa yang aku butuhkan, bahkan kendaraan dan apartemen nt
tempat ku tinggal nanti. Aku hanya ingin ia sisihkan uangnya
ditabung untuk masa tua nya, walaupun papa tidak akan dengar karna
menurut ia, ia kerja banting tulang sampai dia bisa di posisi ini ia
pemilik perusahaan pun uang itu hanya untuk aku, dan bunda.
Aku menatap diriku di cermin, Menatap rambut panjang ku, aku ingin
mengubahnya, memotong asal rambutku mengubah poni yang
menghalangi acak dengan sampai titik di bahu. Mengubah gaya
tampilan ku, karna rasa kehilangan aku ingin mencoba daya tarik baru
untuk diriku melupakan semua hal menyakitkan perlahan. Lengan ku
yang terluka pun sudah terbalut rapih dengan perban luka. “aku harus
bisa, ini mimpiku,bunda, bahkan papa,”ucapku meyakinkan diri.
Hari hari berlalu, sekarang saat ny aku mengikuti hal yang wajar
dikalangan mahasiswa baru, hari pertama ku menginjakan kaki di titik
tinggi di pendidikan, kampus impianku.
Halo nama ku Asa Gheofani Haruku, anak dari pasangan suami istri
yang sangat aku kagumi, bundaku bernama Laluna Putri Aninggrat,
dan Jaraffy Delon Mahendara, aku anak tunggal. Bunda pergi
meninggalkan ku baru baru ini. Papa sibuk bekerja dan sibuk
membahagiakan ku seperti ia membahagiakan bunda dulu.
Aku lulusan terbaik dari Sekolah Menengah Kejuruan di salah satu
sekolah popular di tempat ku tinggal. Dan kini aku pergi jauh
menjemput mimpi. Pergi dari tempat lahir, tempatku kehilangan jiwa
ku dan kehilangan bundaku. Meninggalkan papa sendiri dengan masa
kelamnya, aku tidak tega tapi demi masa depan yang baik aku harus
tega, begitu kata papa.
“mau sampe kapan mama ngatur aku dengan kehendak harus seperti
apa yang mama mau!”
Aku tidak sengaja mendengar, sumpah tidak sengaja.
Suara asing yang tidak sengaja kudengar, dan bantingan keras dari
pintu unit pojok itu, tidak sengaja saling menatap dengan gadis cantik
itu dengan matanya yang sayu, airmatanya yang tidak henti mengalir.
Tatapan kosong itu mengisyaratkan tidak kuat kepada dunia..
Iya pergi dengan lari kecilny, aku coba ikuti kemana ia pergi
jalan cepat pun tidak terkejar ternyata, aku coba ikut lari kecil dan
pada sampainya melihat ia menangis sendirian dibawah pohon
rindang dengan kucing disebelahnya
Seolah kucing itu tau bahwa si gadis cantik ini sangat menyedihkan
matanya seolah mengatakan tidak kuat, memerah dengan sangat
menusuk hati yang melihat.
“aku pembunuh…” katanya sendu, “paa kenapa papa pergi saat aku
butuh papa disini, kalau tau begini aku akan memaksa papa untuk
mengajak ku saat itu” lanjutnya, isak tangis nya mengiris hati.
Kenapa? Kenapa aku se ingin ini untuk perduli?