Makalah Agama I - Kelompok 2
Makalah Agama I - Kelompok 2
Makalah Agama I - Kelompok 2
Dosen Pengampu:
Salma Jufri, M.Pd
Oleh:
Kelompok 2
Denti Destripa NIM. C1B023040
Raisyahma Welania NIM. C1B023093
Siti Pertiwi NIM. C1B023111
Dwi Maharani Nopianti NIM. C1B023124
KELAS R-004
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak SALMAN Jufri, M.Pd
sebagai dosen pengampu mata kuliah Agama I yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Kelompok 2
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
sedangkan tashdiq maksudnya membenarkan bahwa
orang yang mengenalkan Tuhan secara benar adalah
Rasulullah. Oleh karena itu, penjelasan tentang Tuhan
harus bersumber dari penjelasan Rasulullah.
2 Iman kepada malaikat- Meneladani para malaikat yang atas perintah Allah rela
malaikatNya sujud kepada wakilnya Tuhan di bumi, dalam arti
“selalu” taat kepada Rasulullah (taat kepada rasul
berarti taat kepada Allah). Jangan sampai seperti iblis
yang membangkang perintah Allah untuk sujud kepada
wakilnya Tuhan dibumi.
3 Iman kepada kitab- Menjadikan Alqur’an sebagai pedoman hidup untuk
kitabNya menjalani kehidupan sebagaimana kehidupan yang
dijalankan oleh orang-orang yang telah diberi nikmat
oleh Allah (memilih jalan Shirathal mustaqim;menjadi
kan Alqur’an sebagai pedoman mati, agar dapat mati
hanya sekali) dengan mati yang selamat (husnul
khatimah).
4 Iman kepada kitab- Menjadikan rasul sebagai ahli zikir (ahli mengingat
kitabnya tuhan karena telah mengenali tuhan,telah ma rifat
billah ),sebagai guru dan teladan dalam menjalani
shirathal mustaqim.
5 Iman kepada hari Meyakini hari akhir,bahwa dirinya akan memasuki hari
akhir akhir,yang pintu masuknya dengan kematian yang
husnul khatimah.hari akhir dapat diyakini jika dirinya
telah mempersiapkan kehidupan akhir sejak sekarang.
6 Iman kepada qadha Suka dengan takdir tuhan.dibuat hidupnya serba
dan qadar mudah (dikayakan,dipintarkan,dihebatkan,dan lain-
lain) bersyukur karena dapat bertambahnya ibadah dan
5
amal social. Namun,sekaligus takut jika dirinya malah
menyalah gunakan kemudahan hidupnya untuk
mengumbar nafsu dan syahwat. Dibuat hidupnya serba
susah (dimiskinkan,disakitkan, dan segala derita
lainnya). disyukuri juga,karena jika dijalani dengan
sabar akan mendatangkan berbagai kebaikan dari
allah,sekaligus berikhtiar dan berdoa untuk
melepaskan kesulitan.
6
Allah anugerahkan kepada dirinya sehingga meyakini
hari akhir. Jangan sampai puasanya hanya sekedar
menahan lapar dan haus, sebagaimana yang diingatkan
oleh Rasulullah.
4 Membayar zakat Menyadari bahwa rezeki yang Allah anugerahkan
kepada kita adalah harta milik Allah. Oleh karena itu,
zakat dan segala ibadah harta lainnya (sedekah, infaq,
dll) dibayarkan dengan mudah dan mempunyai
kepedulian social yang tinggi.
5 Haji bagi yang mampu Haji yang mencapai ma’rifat billah, sebagaimana sabda
nabi, al-hajju arrafatun. Praktiknya harus wukuf di
Padang Arafah. Makna wukuf adalah berhenti, yang
harus dihentikan adalah semua hal yang menjadikan
terhijabnya mata hati sehingga tidak akan dapat
menyaksikan zat yang al-ghaib.
7
Abdulkarim Al-Jillī membagi insan kamil atas tiga tingkatan.
a) Tingkat permulaan (al-bidāyah). Pada tingkat ini insan kamil mulai dapat
merealisasikan asma dan sifat-sifat Ilahi pada dirinya.
b) Tingkat menengah (at-tawasuth). Pada tingkat ini insan kamil sebagai orbit
kehalusan sifat kemanusiaan yang terkait dengan realitas kasih Tuhan (al-haqāiq
ar-raḫmāniyyah). Pengetahuan yang dimiliki oleh insan kamil pada tingkat ini
telah meningkat dari pengetahuan biasa, karena sebagian dari hal-hal yang gaib
telah dibukakan Tuhan kepadanya.
c) Tingkat terakhir (al-khitām) ). Pada tingkat ini insan kamil telah dapat
merealisasikan citra Tuhan secara utuh. Ia pun telah dapat mengetahui rincian dari
rahasia penciptaan takdir.
Ada orang mengatakan, belum tentu setiap muslim pasti beriman (mukmin)
karena bisa jadi imannya sangat lemah sehingga hatinya tidak meyakini dengan
keimanan yang sempurna walaupun dia melakukan amalan-amalan lahir dengan
anggota badannya. Status orang seperti ini hanyalah muslim saja dan tidak tergolong
mukmin dengan iman yang sempurna. Setiap mukmin pasti muslim karena orang
yang telah beriman secara benar pasti akan merealisasikan iman dengan
melaksanakan amal-amal Islam secara benar pula, sebagaimana Allah Swt. telah
berfirman dalam QS Al-Hujuraat/49:14 sebagai berikut :
“Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu
belum beriman, tapi Katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke
dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan
8
mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang”.
Kaum muslimin Indonesia lebih familier dengan istilah akidah, syariat, dan
akhlak sebagai tiga unsur atau komponen pokok ajaran Islam. Akidah merupakan
cabang ilmu agama untuk memahami pilar iman; syariat merupakan cabang ilmu
agama untuk memahami pilar Islam; dan akhlak merupakan cabang ilmu agama
untuk memahami pilar ihsan. Jika digambarkan hubungan antara iman-Islam-ihsan
dan akidah-syariat-akhlak, maka bisa dilihat pada tabel hubungan Islam, Iman dan
Ihsan dengan Ilmu-ilmu Islam berikut:
No Unsur Ilmu Objek Kajian
1 Islam Syariat 5 Rukun Islam
2 Iman Akidah 6 Rukun Iman
3 Ihsan Akhlak Bagusnya akhlak sebagai buah dari
keimanan dan keislaman
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Iman artinya percaya. Oleh sebab itu, setiap ajaran Islam yang berhubungan
dengan kepercayaan disebut dengan iman. Dengan demikian, iman mengambil pusat
kesadarannya di dalam hati manusia. Keimanan itu diawali dari pengikraran
seseorang terhadap asas keimanan tersebut dengan lisan (lidah), membenarkan
dengan sepenuh hati tanpa keraguan, dan merealisasikan tuntutan-tuntutan keimanan
itu dengan anggota tubuh..
Iman, islam dan ihsan adalah suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu
dengan yang lainnya.iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah.keyakinan
tersebut diwujudkan melalui pelaksanaan rukun islam. Sedangkan rukun islam
dilakukan dengan cara ihsan,sebagai upaya pendekatan kepada allah SWT.
11
DAFTAR PUSTAKA
Buku MENJADI MUSLIM MODERAT BUKU DARAS, UNTUK MAHASISWA MUSLIM DI PTU
karya Dr. Supian, S.Ag., M.Ag. dkk
12