Kel 9 Alasan Pentingnya Berpikir Sistem.-1
Kel 9 Alasan Pentingnya Berpikir Sistem.-1
Kel 9 Alasan Pentingnya Berpikir Sistem.-1
A. PENDAHULUAN
Kehidupan manusia (dan kehidupan kita tentu saja) sepenuhnya terhubung ke proses, tetapi
proses orang dan proses buatan manusia. Saat kamu keluar dari rumah ke kampus dan Untuk
memesan ojek online, anda terhubung dengan sistem permintaan ojek online. Saat Anda
menunggangi kuda-kudaan ojek online, anda adalah bagiannya sistem siaran mendarat di negara
anda. Ketika Anda masuk sekolah, anda ditempatkan dan prosedur di dalam gedung seperti listrik,
AC, dan lain-lain. Saat anda naik ke lantai 8 gedung, anda menggunakan sistem lift gedung. Saat
anda masuk kelas untuk belajar, Anda berpartisipasi dalam sistem pendidikan sekolah. Anda
bahkan akan terhubung ke sistem manusia berteman, atau sekelompok teman, atau sekelompok
siswa. Ini adalah proses penting dalam kehidupan manusia karena semua orang harus
memahaminya bagaimana prosesnya. Bahkan sejujurnya Selain itu, Anda dapat menerapkan ide-
ide secara komprehensif dan sistematis, yang disebut berpikir sistem (Dian, 2019).
B. PENTINGNYA BERPIKIR SISTEM
Menurut Hidayatno, berpikir, yaitu sebagai suatu aktivitas mental dalam usaha untuk
memperoleh pengetahuan. Oleh karena itu, berpikir merupakan proses kognitif yang tidak dapat
dilihat secara fisik. Hasil dari berpikir itupun bersifat abstrak yakni berupa ide, pengetahuan,
prosedur, argumen, dan keputusan (Hidayatno, 2016). Menurut Banathy, ia mengatakan bahwa
teori sistem adalah suatu ekspresi yang terorganisir dari rangkaian berbagai konsep dan prinsip
yang saling terkait yang berlaku untuk semua sistem. Terdapat dua kelompok pendekatan dalam
mendefinisikan sebuah sistem(Banathy, 2013). Sedangkan Salamun menegaskan bahwa sistem
adalah sekumpulan elemen yang berhubungan satu dengan yang lainnya yang mana saling
membentuk fungsi tertentu (Salamun, 2017).
Berpikir sistem adalah salah satu pendekatan yang diperlukan agar manusia dapat
memandang persoalan-persoalan dunia ini dengan lebih menyeluruh dan dengan demikian
pengambilan keputusan dan pilihan aksi dapat dibuat lebih terarah kepada sumber-sumber
persoalan yang akan mengubah sistem secara efektif (Hidayatno, 2016). Menurut Ackoff, Pada
prinsipnya berpikir sistemik mengkombinasikan dua kemampuan berpikir, yaitu kemampuan
berpikir analis dan berfikir sintesis(Ackoff, 1994). Sedangkan menurut hurliman mengatakan
bahwa Systemic thinking lebih menekankan pada kesadaran mengenai segala sesuatu yang
berkaitan dalam satu rangkaian sistem. Pola dalam berpikir seperti berseberangan dengan berpikir
fragmented-linear-cartesian (Hürlimann & Hürlimann, 2009).
Rohmadi menyatakan bahwa proses dari berpikir system akan melahirkan sebuah hasil
pikir yang nantinya berefek kepada suatu tindakan atau perilaku (Rohmadi, 2018).Sedangkan
menurut Adetary, maka berpikir system berdampak kepada serangkaianpemikiran yang
membentuk kebiasaan berpikir seseorang (Mindset ) atau cara pandangseseorang sebagai implikasi
dari pemahaman terhadap suatu objek pikiran dalam meresponsuatu permasalahan (Adetary,
2016). Jadi Mindset merupakan kepercayaan (belief), sekumpulan kepercayaan atau cara berfikir
yang mempengaruhi prilaku (behavior) dan sikap (attitude) seseorang, yang akhirnya akan
menentukan level keberhasilan hidupnya (Nata, 2016).
C. KOMPLEKSITAS SISTEM
Agar sistem bisa bekerja dengan baik, sistem akan menyederhanakan permasalahan
kompleks tersebut menjadi permasalahan sederhana. Ada sebuah teori yang disebut teori
kompleksitas digunakan untuk mempelajari masalah kompleks dalam sistem. Doktrin Ini berasal
dari pemecahan masalah dalam ilmu alam dan digunakan saat ini. Sistem kesehatan yang
kompleks dipelajari untuk menganalisis situasi menggunakan metode ilmiah yang kompleks. Teori
Kompleksitas adalah elemen lengkap dari teori/pendekatan neoklasik dan tampaknya mengatasi
kelemahannya Pengurangan metode mekanistik. Di kantor, Teori neoklasik lebih fokus pada pasar
dan sisi bisnis (sistem), sedangkan jurnalisme neoklasik Kebingungan menekankan pemikiran
sosial atau proses global (umum) (Devereux et al.,2020; Gaeta et al., 2021). Misalnya: manajer
suatu organisasi Siswa yang dipilih tahun ini memimpin kolaborasi dengan siswa lain di luar
sekolah dibandingkan dengan presiden sebelumnya yang memimpin peningkatan keterampilan
para anggotanya. Pemimpin baru organisasi itu adalah menghadapi permasalahan yang kompleks
dibandingkan presiden sebelumnya, karena lebih terbuka.
Teori kompleksitas berupaya memperbaiki pandangan reduksionis atau deterministik. Menurut
kaum reduksionis (dianggap tidak konsisten atau bertentangan dengan para ahli sistem) (Martinez-
Garcia & Hernández-Lemus, 2013; Mazzocchi, 2008):
a. Segala sesuatu (barang apa pun) di dunia ini diproduksi dengan menggunakan sedikit
macam komponen. Sementara itu, menurut aliran kerangka, semua yang ada di dunia ini
merupakan hasil komunikasi antar bagian-bagian kecil (yang Saling berhubungan)
c. Kekhasan atau keadaan yang kompleks dapat dikonsentrasikan dengan memecah bagian-
bagian terkecil dan satu dampak yang ditimbulkan oleh satu variabel sebab akibat. Untuk
sementara, sesuai dengan kerangka sekolah, kerumitan dikonsentrasikan dengan
memusatkan perhatian pada keterhubungan antar bagian, atau satu dampak merupakan
kolaborasi antara sebab-sebab yang berbeda (saling berkaitan)
D. KOMPLEKSITAS SISTEM KESEHATAN
Sistem kesehatan merupakan gambaran sebuah asosiasi yang menyatukan panggilan dari
berbagai disiplin ilmu dengan berbagai latihan. Dengan berkembangnya ilmu/hipotesis yang rumit,
sistem kesehatan yang tadinya dipandang sebagai kerangka lurus, kini dipandang sebagai substansi
yang tidak langsung dan kompleks, yang digambarkan dengan kekhasan asosiasi diri. (panduan
diri) dan berbagai permasalahan yang muncul (Martinez-Garcia dan Hernández-Lemus, 2013).
Mengapa sistem kesehatan (bagian dari pelayanan kesehatan) merupakan sistem yang kompleks?
Dipahami oleh (Martinez-Garcia dan Hernández-Lemus, 2013) sistem kesehatan memiliki kualitas
seperti:
1. Jaringan dan struktur organisasi sistem kesehatan pada dasarnya tidak bersifat hierarkisdan
tidak dinamis. Misalnya saja dalam sebuah rumah sakit, hubungan antar
departemen/unit/departemen sangatlah kompleks.
2. Terdapat upaya terkoordinasi yang dinamis dalam sistem kesehatan. Misalnya, upaya
bersama yang dinamis antara dokter spesialis dan dokter spesialis penyakit dalam,
dokter/dokter spesialis, dan kelompok manajerial.
3. Reaksi dari kerangka klinis tidak lurus, artinya reaksi yang diberikan tidak terlalu
signifikan dibandingkan dengan peningkatan yang didapat.
4. Membutuhkan ketahanan dan kemampuan beradaptasi. Sistem kesehatan dirancang untuk
merespons berbagai macam masalah kesehatan, oleh karena itu diperlukan ketahanan yang
tinggi.
E. LINGKUNGAN SISTEM
Sistem adalah sekumpulan komponen terkait yang bekerja sama dalam lingkungan tertentu
untuk melakukan fungsi apa pun yang diperlukan untuk mencapai tujuan sistem -Donella
Meadows. Sistem lingkungan hidup dibedakan menjadi dua, yaitu lingkungan hidup internal dan
lingkungan hidup eksternal. Lingkungan sistem eksternal adalah lingkungan di luar sistem, yang
mana lingkungan sistem adalah lingkungan yang mendukung komponen-komponen (subsistem)
sistem.. Untuk kejelasan, lihat contoh ini berikut.
Dari contoh di atas kita bisa melihatnya sistem memiliki lingkungan internal dan sistem
eksternal. Dalam situasi ini, sistem akan terhubung ke sistem yang lain tidak menerima batasan
Suatu sistem, misalnya sistem X dapat berinteraksi dengan sistem Y atau sistem Z. Untuk
lingkungan dan proses (internal) adalah lingkungan di mana komponen-komponen berinteraksi.
1.Faktor Internal
Faktor internal yang dapat mempengaruhi pemikiran sistem seseorang adalah: Hal-hal yang
berasal dari dalam diri orang itu sendiri antara lain:
● Pendidikan
● Sistem Kepercayaan
● Nafsu
2. Faktor Eksternal
Faktor tersebut dapat memberikan solidaritas yang belum pernah ada sebelumnya terhadap
cara pandang, dan menjadi acuan pemikiran yang digunakan oleh setiap individu, baik secara
sengaja (Elfiky dan Ibrahim, 2020). Faktor luar tersebut adalah sebagai berikut:
● Orang tua
Proses berpikir pertama kita dapatkan dari orang tua, karena orang tualah yang
berinteraksi pertama sekali dengan kita. Segala aktifitas yang dilakukan oleh orang tua,
tanpa disadari menjadi kontruks sebuah pemikiran anak (Purnomo, 2013). Artinya dari
apa-apa yang di ketahui oleh anak maka dari orang tua lah kita belajar tentang kata-
kata ,ekspresi wajah, perilaku, norma, keyakinan dan lain sebagainya. Semua hal ini kita
terima dari orang tua, jadi orang tua merupakan termasuk orang yang paling penting dalam
membentuk proses berpikir. Proses ini kemudian mengakar dalam diri, lalu menjadi
referensi utama dalam berinteraksi dengan diri sendiri atau dengan dunia luar.
● Keluarga
● Masyarakat
Anjuran Al-Quran untuk menggunakan akal bukan hanya sekedar memanfaatkan akal saja,
sebenarnya Al-Qur’an memberikan isyarat tentang sistem yang sangat cerdas, apa itu konsep
berpikir bagi seseorang, sistem dalam mengambil informasi dan bagaimana caranya. Pada
dasarnya berpikir. Meski demikian, masih banyak umat Islam yang menganggap cara memperoleh
informasi sebagai sebuah cobaan seolah-olah itu adalah strategi yang dimulai dari Barat dan bukan
proses memperoleh informasi dalam Islam yang pada umumnya diabaikan oleh umat Islam.
Padahal Al-Qur’an telah memberikan model penalaran dalam beberapa refrensi Al-Qur’an,
khususnya a. Tajribi, b. Burhani, c. Bayani, d. Irfani. Hal ini perlu dimaknai kembali agar tidak
ada salah langkah di kalangan umat Islam dalam kaitannya dengan model penalaran dan strategi
mendapatkan informasi yang dimaknai dalam Al-Quran.
َو َلِٕىْن َس َاْلَتُهْم َّم ْن َّنَّز َل ِم َن الَّس َم ۤا ِء َم ۤا ًء َفَاْح َيا ِبِه اَاْلْر َض ِم ْۢن َبْع ِد َم ْو ِتَها
َࣖ َلَيُقْو ُلَّن ُهّٰللاۙ ُقِل اْلَحْم ُد ِهّٰلِلۗ َبْل َاْك َثُر ُهْم اَل َيْع ِقُلْو ن
Dan sesungguhnya jika engkau (wahai Muhammad) bertanya kepada mereka (yang
musyrik) itu: “Siapakah yang menurunkan hujan dari langit, lalu Ia hidupkan dengannya tumbuh-
tumbuhan di bumi sesudah matinya?” Sudah tentu mereka akan menjawab: “Allah”. Ucapkanlah
(wahai Muhammad): “Alhamdulillah”, bahkan kebanyakan mereka tidak memahami (laa
Ya’qiluun).
ِاَّن ِفْي َخ ْلِق الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِض َو اْخ ِتاَل ِف اَّلْيِل َو الَّنَهاِر َو اْلُفْلِك اَّلِتْي َتْج ِر ْي ِفى اْلَبْح ِر ِبَم ا َيْنَفُع الَّن اَس
َو َم ٓا َاْنَز َل ُهّٰللا ِم َن الَّس َم ۤا ِء ِم ْن َّم ۤا ٍء َفَاْح َيا ِبِه اَاْلْر َض َبْع َد َم ْو ِتَه ا َو َبَّث ِفْيَه ا ِم ْن ُك ِّل َد ۤا َّب ٍةۖ َّو َتْص ِر ْيِف
الِّر ٰي ِح َو الَّس َح اِب اْلُمَس َّخ ِر َبْيَن الَّس َم ۤا ِء َو اَاْلْر ِض ٰاَل ٰي ٍت ِّلَقْو ٍم َّيْع ِقُلْو َن
Artinya:
"Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal
yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah
dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia
tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi orang-orang yang mengerti." (QS. Al-Baqarah 164)
Dari kedua ayat di atas, bahwa Islam memerintahkan kaum Muslim untuk meneliti
(observasi dan eksprimen realitas alam, manusia dan sejarah manusia terdahulu dengan tujuan
untuk mengukuhkan keimanan). Terlihat dalam ayat tersebut menganjurkan untuk menggunakan
alat indra sebagai pengamatan terhadap alam semesta dan mengambil ‘ibrah dari pengamatan
tersebut. Ini menunjukkan bahwa dalam Al Qur’an mengobservasi atau melakukan studi
eksperimen sebagai dasar untuk berpikir secara lebih mendalam, artinya dalam alquran sendiri kita
diperintahkan untuk bisa berpikir dan memperoleh suatu ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Ackoff, R. L. (1994). Systems thinking and thinking systems. System Dynamics Review.
https://doi.org/10.1002/sdr.4260100206
Adetary, A. H. (2016). Ta’dib Sebagai Konsep Pendidikan: Telaah Atas Pemikiran Naquib
Al-Attas. At-Turas.
Braithwaite, J., Churruca, K., Ellis, L. A., Long, J., Clay-Williams, R., Damen, N., ... &
Ludlow, K. (2017). Complexity science in healthcare. Sydney: Australian Institute of
Health Innovation, Macquarie University.
Bungsu, R., & Rosadi, K. I. (2020). Faktor Yang Mempengaruhi Berpikir Sistem:
AspekInternal Dan Eksternal. Jurnal Ekonomi Manajemen SistemInformasi, 2(2),
205-215.
Devereux, L., Melewar, T. C., Dinnie, K., & Lange, T. (2020). Corporate identity orientation
and disorientation: A complexity theory perspective. Journal of Business
Research, 109, 413-424.
Elfiky, A. A., & Ibrahim, I. M. (2021). Zika virus envelope–heat shock protein A5 (GRP78)
binding site prediction. Journal of Biomolecular Structure and Dynamics, 39(14),
5248-5260.
Heryana, A. (2017). Sistem: Teori, Pengertian dan Berfikir Sistem Aplikasi dalam
BidangKesehatan. November 2017, 1–36.
Hürlimann, M., & Hürlimann, M. (2009). System thinking. In Dealing with Real-World
Complexity. https://doi.org/10.1007/978-3-8349-8074-8_5
IAKMI & AIPTKMI. (2012). Blue Print Uji Kompetensi Sarjana Kesehatan Masyarakat
Indonesia. Jakarta: PP IAKMI.
Kannanpallil, G. T., Schauer, F. G., Cohen, T., & Patel, L. V. (2011). Considering
complexity in healthcare systems.
Nata, A. (2016). Islam Rahmatan Lil Alamin Sebagai Model Pendidikan Islam Memasuki
Asean Community. In Makalah.
Purnomo, H. (2013). Peran Orang Tua dalam Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak
untuk Membangun Karakter Anak Usia Dini. Prosiding Seminar Nasional Parenting.
Sembiring, I. M. (2021). Model berpikir sistem dalam pendidikan Islam: studi analisis ayat-
ayat Al qur'an. Tarbawi: Jurnal Pendidikan Islam, 18(1).
Turner, J. R., & Baker, R. M. (2019). Complexity theory: An overview with potential
applications for the social sciences. Systems, 7(1), 4.