Ahmad Muhidin Fatahillah
Ahmad Muhidin Fatahillah
Ahmad Muhidin Fatahillah
Tugas Makalah
Mata Kuliah: Ulumul Qur’an
Oleh:
A. Tarjamah
Kata terjemah berasal dari bahasa arab, “tarjama” yang berarti menafsirkan
dan menerangkan dengan bahasa yang lain (fassara bi lisanin akhar). Sedangkan
menurut Muhammad Hadi Ma’rifat tarjamah ialah naqlu al-kalam min lughatin ila
ukhra artinyamengalihkan pembicaraan dari satu bahasa ke bahasa lain. Hal
yangsama juga dalam Kamus Bahasa Indonesia terjemah mempunyai arti salinan dari
suatu bahasa ke pada bahasa lain.1
Secara etimologi, kata terjemah diartikan dengan menyalin atau memindahkan
sesuatu pembicaraan atau bahasa dari satu bahasa kepada bahasa lain. Secara singkat
terjemah berarti mengalihbahasakan agar bisa difahami. Sedangkan terjemahan
adalah salinan bahasa, atau alih bahasa dari suatu bahasa ke bahasa yang lain.”
Kalimat ini berasal dari bahasa Arab yaitu tarjamah.
Dalam literatur Arab, tarjamah berarti menerangkan atau menjelaskan. Adz-
Dzahabi menjelaskan setidaknya tarjamah digunakan untuk dua macam pengertian,
yaitu:
Pertama, mengalihkan atau: memindahkan suatu pembicaraan dari suatu
bahasa ke bahasa yang lain tanpa menerangkan makna dari bahasa asal yang
diterjemahkan.
Kedua, menafsirkan suatu pembicaraan dengan menerangkan maksud yang
terkandung didalamnya, dengan menggunakan bahasa yang lain.
Al-Qur'an adalah kitab yang menggunakan Bahasa Arab dan sebagai pedoman
hidup umat Islam dengan keragaman bahasa masing-masing. Maka suatu hal yang
urgen untuk menerjemahkan al-Qur'an ke dalam bahasa yang bisa difahami oleh
1
Maulana, “Memahami Tafsir. Ta’wil, dan tarjamah Al-Qur’an”, dalam Jurnal Cross-Border,
Vol. 03, No. 01, 2020, h.210.
1
masing-masing pemilik bahasa karena intinya al-Qur'an diturunkan adalah untuk
difahami kandungan ayatnya.2
Terjamah dapat dibagi menjadi dua yakni Tarjamah harfiyah, dan tarjamah
Tafsiriyah. Tarjamah harfiyah adalah memudahkan kata-kata dari suatu bahasa yang
sinonim dengan bahasa yang lain, dimana susunan kata yang menarjamahkan,
demikain juga susunan bahasa yang menarjamahkan. Sedangkan Tarjamah Tafsiriyah
atau tarjamah maknawiyah, menjelaskan maksud kalimat (pembicaraan) dengan
bahasa lain tanpa terikat oleh tartib (susunan) kalimat (kata-kata) aslinya atau tanpa
mempertimbangkan susunannya. Muhammad Husein al-Dzahabiy yang dikutif
Usman menyatakan bahwa tarjamah tafsiriyah adalah menjelaskan perkataan dan
menerangkan maknanya dengan bahasa yang lain, tanpa memperhatikan tartib dan
susunan bahasa aslinya, serta tanpa terikat sepenuhnya pada semua makna yang
dimaksudnya.3
Adapun syarat-syarat terjamah harfiyah adalah sebagai berikut:
1. Penarjamah hendaknya memahami benar persoalan yang ada dalam dua
bahasa, baik bahasa pertama (yang ditarjamah) maupun bahasa kedua (yang
digunakan menarjamah)
2. Penarjemah benar-benar tahu tentang gaya bahasa dan pola-pola kalimat serta
ciri khusus dari kedua bahasa.
3. Dalam hasil terjamaah terpenuhi dan tercermin semua makna dan maksud
yang dikehendaki oleh bahasa pertama (yang diterjamah) dengan mantap.
4. Wujud dan bentuk hasil terjamah itu hendaknya benar-benar lepas dari bahasa
pertama, sehingga tidak ada lagi lafal atau kata dalam bahasa pertama itu yang
masih melekat atau mengikat alam bahasa terjamah.
2
Endang Saeful Anwar, “Tafsir, Ta’wil, Terjemah dan Ruang Lingkup Pembahasannya”,
dalam Jurnal Al-Fath, Vol. 03, No. 01, 2009, h.215-216.
3
Ajahari, Ulumul Qur’an (Ilmu-Ilmu AL Qur’an), (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2018), h.
253-254.
2
Adapun syarat-syarat terjamah tafsiriyah dan terjamah maknawiyah adalah
sebagai berikut:
1. Terjamah harus dilakukan menurut persyaratan tafsir dengan bersumber pada
hadis-hadis Nabi, ilmu Bahasa Arab dan prinsif-prinsif syariat dalam Islam.
2. Penarjemah tidak berkecendrungan pada akidah yang justru berlawanan
dengan akidah yang dibawa oleh al-Qur’an.
3. Penerjamah merasakan benar secara mendalam mengenai dzauq (sense) dari
kedua bahasa baik yang diterjamahan dalam hal ini Alqur’an, maupun bahasa
tarjamahannya, memahami rahasia-rahasiannya, mengerti segi persoalan,
bentuk, gaya dan pola serta dadlalah keduannya.
4. Mula-mula dilakukan penulisan terhadap ayat al-Qur’an, setelah itu baru
dilakukan penafsiran, selanjutnya dikemukakan tarjamah tafsiriyahnya,
sehingga tidak muncul dugaan bahwa tarjamah itu sebagai tarjamah harfiyah
al-Qur’an.4
B. Tafsir
`Tafsir diambil dari kata fassara – yupassiru – tafsiran yang berarti
keterangan, penjelasan atau uraian. Secara istilah, tafsir berarti menjelaskan makna
ayat al-qur’an, keadaan kisah dan sebab turunya ayat tersebut dengan lafal yang
menunjukkan kepada makna zahir.5
Dalam bahasa Inggris kegiatan menafsir distilahkan dengan kata "exegesis"
yang memiliki arti membawa keluar atau mengeluarkan. Apabila dikenakan pada
tulisan-tulisan, maka kata tersebut berarti "membaca atau menggali" arti tulisan
tersebut. Jadi pada waktu kita membaca sebuah tulisan atau mendengar suatu
4
Ajahari, Ulumul Qur’an…, h. 255.
5
Zainuddin & Moh. Ridwan, “Tafsir, Ta’wil dan Terjemah”, dalam Jurnal Al-Allam, Vol. 01,
No. 01, 2020, h. 2.
3
pernyataan yang kita coba fahami dan tafsirkan, maka kita sebenarnya sedang
melakukan penafsiran.
Dalam al-Qur'an, lafazh tafsir terulang hanya satu kali yaitu dalam QS. Al-
Furqan (25) ayat 33:
ق َوَأ ْح َس¹ ِ ََن َك ِبٱْل َح.َٰ َوَل َيأُ ْتوَن َك َِب م ٍَث ل ِإاَل ِْجئ
ف ِسًيرا.َْن َت
Artinya: “Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang
ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang
paling baik penjelasannya”.
4
6
Endang Saeful Anwar, “Tafsir, Ta’wil, Terjemah…, h. 205.
7
Maulana, “Memahami Tafsir. Ta’wil…, h. 205.
5
C. Ta’wil
Kata ta'wil berasal dari kata dla yatilu aulan yang berarti kembali kepada asal.
Ada yang berpendapat ta'wil berasal dari kata iydlah yang berarti mengatur, seorang
mu‘awwil (penta'wil) seakan-akan sedang mengatur perkataan dan meletakkan makna
sesuai dengan tempatnya.” Menta'wil kalam berarti menjelaskan dan mengembalikan
kepada maksud yang diharapkan.8
Kata takwil dari segi bahasa adalah sama dengan arti kata tafsir, yaitu
menerangkan dan atau menjelaskan dengan pengertian kata takwil dapat mempunyai
arti:
1. Al-Ruju’ yang berarti kembali atau mengembalikan, yakni mengembalikan
makna pada proporsi yang sesungguhnya.
2. Al-Sarf yang berarti memalingkan, yakni memalingkan suatu lafal tertentu
yang mempunyai sifat khusus dari makna lahir kemakna batin lafal itu, karena
ada ketetapan dan keserasian dengan maksud yang dituju.
3. Al-Siyasah yang berarti menyiasati, yakni dalam lafal tertentu atau kalimat-
kalimat yang mempunyai sifat khusus memerlukan siasat yang jitu untuk
menemukan maksudnya yang setepat-tepatnya.
Jadi, takwil secara istilah adalah mengembalikan suatu pada maksud yang
sebenarnya, yakni menerangkan apa yang dimaksudnya. Dan mentakwilkan al-
Qur’an adalah membelokkan atau memalingkan lafal-lafal atau kalimat-kalimat yang
ada dalam al-Qur’an dari makna lahirnya kemakna lainnya, sehinggga dengan cara
demikian pengertian yang diperoleh lebih cocok dan sesuai dengan jiwa ajaran al-
Qur’an dan Sunnah Rasullullah SAW.9
8
Endang Saeful Anwar, “Tafsir, Ta’wil, Terjemah…, h.
206.