Ulumul Qur'An
Ulumul Qur'An
Ulumul Qur'An
PENDAHULUAN
Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi manusia yang menghendaki
kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat. Seluruh ajaran Islam pada prinsipnya
telah tertuang dalam kitab suci ini. Isinya sangat universal, sesuai dengan zaman dan
makan. Namun untuk memahami isi bacaan yang ada di dalamnya tidaklah semudah
kitab-kitab atau buku lain. Oleh karena itu, untuk memahaminya secara lebih
mendalam diharuskan memiliki metode-metode yang tepat untuk memahaminya.
Menafsirkan Al-Qur’an bukanlah hal yang mudah. Hal ini dikarenakan banyak
kosa kata dalam Al-Qur’an yang tidak atau belum difahami oleh sahabat nabi.
Misalnya sahabat Umar bin Khattab, menurut riwayat yang bersumber dari Anas bin
Malik pernah ditanya tentang makna kata”Abbaan” yang terdapat pada surat ‘Abasa
ayat 31, yang dijawab dengan pernyataan, kita dilarang memberatkan diri dalam hal
memahami sesuatu di luar kamampuan kita. Penyataan tersebut memberikan indikasi
bahwa tidak semua kosa kata Al-Qur’an dapat difahami oleh sahabat, padahal
mereka adalah orang Arab asli. Maka dilihat dari hal tersebut, pentinglah kiranya ada
seorang mufassir (orang yang menfsirkan) Al-qur’an.
Seorang mufasir harus memiliki berbagai persyaratan yang berpengaruh besar
dalam penafsiran. Diantaranya yang terpenting ada empat. Pertama, penguasaan ilmu
bahasa Arab dengan baik. Kedua, mengatahui asbab al-nuzul. Ketiga, mengetahui
berbagai qiraat Alqur’an. Dan keempat, mengetahui biografi Nabi.
II. RUMUSAN PERMASALAHAN
A. Pengertian tafsir dan mufasir
B. Penguasaan Ilmu Bahasa Arab
C. Mengetahui Asbab al-Nuzul
D. Mengetahui Qiraat Alqur’an
E. Mengetahui Biografi Nabi SAW
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian tafsir dan mufasir
a. Pengertian tafsir
Istilah tafsir merujuk pada Al-Qur’an dalam ayat 33 Al-Furqan:
Artinya: tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu membawa sesuatu yang
ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan penjalasan
(tafsir) yang terbaik.1
Didalam kamus bahasa Indonesia, kata tafsir diartikan dengan “keterangan
atau penjelasan tentang ayat-ayat Al-Qur’an”.2
Tafsir menurut lughah (bahasa) ialah menerangkan dan menyatakan. Menurut
istilah adalah sebagai berikut:
Al-Kilby dalam At-Tas-hil: mensyarahkan Al-Qur’an, menerangkan maknanya
dan menjeaskan apa yang dikehendakinya dengan nashnya atau dengan
isyaratnya ataupun dengan najwahnya.
Az-Zarkasyi dalam Al-Burhan: menerangkan makna-makna Al-Qur’an dan
mengeluarkan hukum-hukumnya dan hikmah-hikmahnya. 3
Jadi tafsir Al-Qur’an ialah penjelasan atau keterangan untuk memperjelas
maksud yang sukar memahaminya dari ayat-ayat Al-Qur’an.
b. Pengertian Mufasir
Mufassir adalah orang yang memiliki kapabilitas sempurna yang dengannya ia
mengetahui maksud Allah dalam al-Qur’an sesuai dengan kemampuannya. Dia
melatih dirinya di atas manhaj para mufassir dengan mengetahui banyak pendapat
mengenai tafsir kitabullah. Selain itu, ia menerpkan tafsir tersebut, baik dengan
mengajarkannya atau menuliskannya.4
Seorang mufassir harus hati-hati ketika menafsirkan al-Qur’an. Dan tidak serta
merta dalam menafsirkan ayat. Sebab, bagaimanapun juga, mereka telah
mengemban amanah yang sangat berat dari Tuhan.
1
Departmen Agama RI,Al-Qur’an dan terjemahannya, (Jakarta:Yayasan penyelenggara Penterjemah Al-
Qur’an,1984) hlm
2
Kamus Bahasa Indonesia
3
Teungku Muhammad Hasybi Ash-Shiddieqy,ilmu Al-qur’an dan tafsir,(Semarang:Pustaka Rizki
putra,2002), hlm.153
4
Husain bin Ali bin Husain al-Harby, Qawa’id al-tarjih ‘inda al-Mufassirin, Dirasah Nazhariyyah
Tathbiqiyyah, (Riyadh: Dar al-Qasim, 1996 J: 1 hal 29)
B. Penguasaan Ilmu Bahasa Arab
Oleh karena Alqur’anul karim diturunkan dalam bahasa Arab yang mubin,
maka kaidah-kaidah yang diperlukan para mufassir, dalam memahami Al qur’an,
bersendi atas kaidah-kaidah bahasa Arab, memahami asas-asasnya, merasakan
keindahan uslub-uslubnya dan mengetahui rahasia-rahasianya. Sebagaimana Allah
telah berfirman dalam surat Yusuf:
7
Ibid,hal.269
8
Ibid,hlm.270
menurut istilah, ialah mengubah dari bentuk asal (pokok pertama) kepada bentuk
yang lain.
Yang dimaksud dengan tasrif menurut istilah, ialah mengubah dari fi’l madli
kepada fi’il mudlori’, masdar, isim, fa’il, isim marfu’, maf’ul, fi’il nahi, isim
makan, isim zaman, dan isim alat.9
Sharf dalam Al-Qur’an membahas bentuk suatu kata dan pengembangannya
seperti ibdal dan idgham dll. Contoh lain, misalnya, lafadz imaamun dalam ayat
71 dari al-Isra’:
9
K.H. Moch. Anwar,Ilmu sharaf terjemahan matan kailani dan nadzam maqsud ,(Bandung:Penerbit sinar
baru algensindo,2006) cet.12,hlm.1
10
Op cit,hal.273
C. Mengetahui Asbab al- nuzul
1. Pengertian asbab al nuzul
Ada beberapa definisi asbab al-nuzul diantaranya yaitu:
a. Menurut Hasbi As-Shiddieqy, asbabun nuzul adalah suatu kejadian yang
karenanya diturunkan Al-Qur’an untuk menerangkan hukumnya dihari
timbulnya kejadian-kejadian itu dan suasana yang di dalamnya Al-Qur’an
diturunkan serta membicarakan sebab yang tersebut itu, baik diturunkan
langsung sesudah terjadi sebab itu ataupun kejadian lantaran suatu hikmah.
b. Menurut Nurcholis Majid adalah konsep, teori, atau berita tentang adanya sebab-
sebab turunnya wahyu tertentu dari Al-Qur’an kepada nabi Muhammad baik
berupa satu ayat, satu rangkaian ayat, maupun satu surat.11
Peristiwa-peristiwa pada masa ayat Al-Qur’an itu diturunkan (yaitu dalam waktu
23 tahun), baik peristiwa itu terjadi sebelum atau sesudah ayat itu diturunkan.
c. Peritiwa yang dicakup oleh suatu ayat, baik pada waktu 23 tahun itu maupun
yang terjadi sebelum atau sesudahnya.12
11
Ahsin W.Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta:Amzah,2008), hlm.31
12
Abu Anwar, Ulumul Qur’an sebuah pengantar, (Jakarta:Amzah,2009), hlm.29
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari
orang-orang yang diberi al-kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu
menjadi orang kafir.
14
Ibid,hlm.35
15
Nasrhrudin Baidan, Metode Penafsiran Al-Qur’an, (Yogyakarta: pustaka pelajar,2011) hlm. 277
E. Mengetahui Biografi Nabi
Setiap penafsiran tidak boleh menyimpang, apalagi bertentangan dengan apa
yang telah digariskan nabi. Apabila menyimpang maka hendaklah ditolak. Salah satu
upaya untuk menghindari hal tersebut adalah dengan mengetahui biografi nabi Saw,
karena biografi beliau tidak dapat dipisahkan dengan Al-Qur’an meskipun bisa di
bedakan. Beliau adalah perumpamaan atau personifikasi dari penafsiran Al-Qur’an,
sehingga dapat berwujud dan dilihat oleh umat dalam perilaku dan aktifitas
Rosulullah, baik dalam individu, keluarga maupun bermasyarakat. Ini adalah diantara
makna yang terdapat dalam ucapan istri beliau Aisyah :Akhlaq beliau adalah Al-
Qur’an. Dalam mengkaji biografi Nabi saw pasti akan menyinggung tentang
kehidupan beliau dalam keluarga maupun bermasyarakat. Kajian iniberkaitan erat
dengan masalah sosiokultural suatu bangsa. Maka Rasyid ridho menjadikan
pengetahuan tentang situasi dan kondisi kehidupan manusia sebagai salah satu syarat
yang harus di penuhi seorang mufasir.17
IV. Kesimpulan
Alqur’anul karim diturunkan dalam bahasa Arab yang mubin, maka kaidah-
kaidah yang diperlukan para mufassir dalam memahami Al qur’an,bersendi atas
kaidah-kaidah bahasa Arab,memahami asas-asasnya,merasakan keindahan uslub-
uslubnya dan mengetahui rahasia-rahasianya. Minimal ada empat hal yang harus
dikuasai, yaitu kosa kata Alqur’an, ilmu nahwu,ilmu shorof, ilmu balaghat.
Asbabun nuzul menjadi hal yang penting manakala ingin menafsirkan Al-
Qur’an karena menunjukkan sebab dan musabab agar tidak salah dalam penafsiran.
16
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Semarang: Pustaka Rizki
Putra,2002),hlm.139
17
Op cit,hlm.279
Sahabat-sahabat nabi terdiri dari berbagai golongan dan pada tiap-tiap
golongan mempunyai lahjah (dialek) yang berbeda satu sama lain. Allah menurunkan
Al-Qur’an dengan lahjah Orang Quraisy dan dan golongan-golongan yang lain di
tanah Arab. Oleh karena itu Al-Qur’an mempunyai bermacam-macam dialek.
DAFTAR PUSTAKA
Oleh :
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG