4 Bab1
4 Bab1
4 Bab1
BAB I
PENDAHULUAN
setiap lafadz dan ungkapan yang terdapat dalam Alquran tidaklah sama, padahal
penjelasan mengenai Alquran begitu gamblang dan ayat-ayatnya pun sangat rinci.
Perbedaan daya nalar di antara kaum muslimin satu dengan yang lainnya
merupakan suatu hal yang tidak dipertentangkan lagi. Seperti halnya pada
kalangan awam dan para cendikia, kalangan awam mereka hanya memahami ayat
alquran hanya pada makna-maknanya secara dzahir dan secara global saja.
Berbeda halnya dengan para cendikia dalam memahami ayat-ayat Alquran mereka
tidak hanya memahami ayat-ayat dan maknanya saja, tetapi mereka mampu
menghasilkan kesimpulan makna-makna ayat yang menarik dari apa yang mereka
pahami.1
Selain itu, tujuan mempelajari dan memahami Alquran adalah agar kita
dalam Alquran itu tergantung sejauh mana mereka berpegang teguh terhadapnya,
1
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antar
Nusa, 2013), 455.
2
pergulatan tersebut muncul pada dataran persepsi atau pada aspek metodologis
cepat itu tidak hanya sebatas pengetahuan tentang bahasa Arab, akan tetapi pada
idiom-idiom bahasa pada masa Nabi Muhammad Saw. Dari sini berkembanglah
gramatika bahasa Arab, ilmu perkamusan, dan kesusastraan Arab dengan pesat.4
Hal ini dikarenakan susunan gaya bahasa yang dimiliki dalam Alquran tidak bisa
disamakan dengan apapun, karena Alquran bukan susunan syair dan bukan pula
susunan prosa. 5
tinggi dan sempurna dalam seni bertutur. Karenanya untuk memahami setiap kosa
kata yang tedapat dalam Alquran terlebih dahulu harus mencari arti linguistik
aslinya yang memiliki rasa kearaban tersebut. Makna Alquran disusun dengan
2
Rif’at Sauqi Nawawi, Rasionalitas Tafsir Muhammad Abduh, (Jakarta: Paramadina,
2002), 6.
3
Fakhruddin Faiz, Hermeneutika Qur’ani Antara Teks, Konteks, dan Kontekstualisasi,
(Yogyakarta : Qalam Fakhruddin, 2002), 3.
4
Fazlur Rahman, Tema Pokok al-Qur’an, (Bandung: Pustaka, 1994), 48.
5
Muh{ammad Ali Ash-Sha>buni>, Studi Ilmu Al-Qur’an, Terj. Kitab At-Tibyan fi> ‘Ulumil
Qur’a>n, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), 138.
3
mengumpulkan dan mempelajari konteks spesifikasi kata tertentu dalam ayat demi
sangat kaya, teliti, dan hati-hati dalam memilih kata untuk menjelaskan sesuatu.
Menurut sebagian ahli linguistik mengatakan bahwa ada kata-kata tertentu yang
dipandang sebagai sinonim atau persamaan kata, namun pada kenyataannya tidak
pernah muncul di dalam Alquran dengan pengertian yang sama atau benar-benar
sama. Ketika Alquran menggunakan sebuah kosa kata, maka makna kata dalam
kosa kata tersebut tidak bisa diganti dengan kata lain yang dipandang sebagai
Kata khauf berasal dari bahasa arab yaitu – خوفاف – يخاف خافdan rahbah
berasala dari kata رهبا- رها – يرهاyang mempunyai makna takut7. Akan tetapi
meskipun kedua kata tersebut memiliki makna dasar yang sama, namun makna
relasionalnya berbeda. Hal ini menunjukan bahwa di dalam Alquran terdapat kosa
kata yang nampaknya memiliki makna yang sama, meskipun demikian dari kedua
Kata khauf dalam kamus Mu’jam al-Furu>q ad-Dila>liyah fi> al-Qur’a>n al-
6
M.Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an, Cet. II, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2007).
90.
7
Ah{mad Warson Al-Munawir, Kamus Arab-Indonesia, huruf kha dan ra, (Surabaya:
Pustaka Progresif, 1997), 376 dan 539.
8
Muh{ammad Muh{ammad Da>wud, Mu’jam al-Furu>q al-Dila>liyah fi> al-Qur’a>n al-Kari>m,
(al-Qa>hirah: Da>r Ghari>b, 2008 ), 237.
4
hati karena menduga akan adanya bahaya. “Kata khauf banyak digunakan untuk
dimaksud dengan khauf adalah merasa bahwa dirinya dalam melakukan amalan
merasa kurang sempurna dan takut apabila amalan yang dilakukan selama ini
Adapun makna kata rahbah adalah khauf yang artinya “takut” atau
menakuti. Dalam makna konteks lainnya kata rahbah bermakna sangat takut dan
terus menerus dalam keadaan itu, serta dibarengi dengan kegelisahaan. Dan
diantara derivasi dari kata rahbah adalah ar-rahib, kata ruhbah maknanya bisa
“Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah aku anugerahkan
kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya aku penuhi janji-Ku
kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk)”.
Al-Maraghi menafsirkan kata irhabu>n yang merupakan jamak dari kata
rahbah dengan “takut dan tidak mau berbuat sembrono”, didalam tafsirannya ia
9
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan, kesan, dan keserasian al-Qur’an, Vol.
13, (Jakarta : Lentera Hati, 2006), 197.
10
Muh{ammad Muh{ammad Da>wud, Mu’jam al-Furu>q al-Dila>liyah fi> al-Qur’a>n al-Kari>m,
238.
5
menegaskan kepada kita sebagai hamba Allah untuk tidak takut kepada selain
Allah.11
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa kata khauf dan rahbah dalam
makna-makna yang berbeda. Oleh karena itu, kata khauf dan rahbah dapat
teori Toshihiko Izutsu dan teori-teori lainnya sebagai tambahan. Selain itu
menampilkan tabel-tabel untuk dapat membedakan antara kata khauf dan rahbah
apabila diperlukan.
berjudul “Analisis Semantik Terhadap Kata Khauf dan Rahbah dalam Al-
tema tersebut pembahasan ini akan menjadi menarik apabila diteliti dari segi
kebahasaannya, yaitu dari segi variasi katanya, konteks penggunaan serta beragam
makna. Dan dengan menggunakan metode analisis semantik ini diharapkan dapat
11
Ah}mad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Terj. Bahrun Abu Bakar, Hery Noer
Aly, Cet. 2, Juz. I, (Semarang : PT. Karya Toha Putra, 1994), 172-174.
6
B. Rumusan Masalah
dalam pembahasan ini adalah: “Bagaimana analisis semantik terhadap kata khauf
C. Tujuan Penelitian
adalah “untuk mengetahui analisis semantik pada kata khauf dan rahbah dalam
Alquran.”
D. Kegunaan Penelitian
kedalam dua bagian. Pertama, kegunaan yang bersifat akademis (teoritis) dan
Tafsir serta memberikan wacana tambahan bagi peneliti lain yang akan meneliti
macam makna dan implikasi kata khauf dan rahbah dalam Alquran terhadap
kehidupan.
E. Tinjauan Pustaka
Kajian Mengenai khauf dan semantik banyak sekali baik dalam bentuk
buku maupun jurnal hasil penelitian. Namun sejauh ini penulis belum menemukan
pembahasan atau penelitian tentang kata khauf dan rahbah dalam Alquran yang
ditemukan dan dijadikan rujukan atau tinjauan pustaka oleh peneliti adalah
sebagai berikut:
Pertama, Jurnal karya Ecep Ismail yang berjudul “Analisis Semantik Pada
Kata Ahza>b dan Derivasinya dalam Al-Qur’an”.12 Dari hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa kata ahza>b sering merujuk kepada kumpulan orang
apabila dilihat dari segi penggunaannya dalam Alquran dengan bentuk dan
gramatikal yang beraneka ragam, hal ini dapat memunculkan makna yang berbeda
antara makna kata ahza>b dan derivasinya dalam Alquran adalah sebagai berikut:
12
Ecep Ismail, “Analisis Semantik Pada Kata Ahza>b dan Derivasinya Dalam Al-Qur’an,”
Al-Bayan : Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir 1, 2, (2016), 139-148.
8
Kedua, Jurnal karya Abdullah Affandi yang berjudul “Antara Takwa dan
Takut (Kajian Semantik Leksikal dan Historis terhadap al-Qur’an).” Dalam Jurnal
ini penulis dapat menyimpulkan bahwa makna dasar dari kata tersebut adalah
takut, yang mana keduanya memiliki sinonimitas yaitu : kata khasya, kha>uf, dan
rahiba namun dari ketiga sinonim tersebut belum tentu bermakna takwa. Oleh
karena itu untuk mengetahui kesamaannya dengan kata “takwa” maka harus
dilihat dari segi kontek ayatnya terlebih dahulu.13 Namun, dalam penelitian
sebelumnya perbedaannya adalah dalam hasil penelitian tersebut tidak secara rinci
Terhadap Kata Imam dan Padanannya dalam Al-Qur’an”. Dalam penelitiannya ini
medan semantik, analisis komponen semantik dan tendensi pada kata yang diteliti,
dan makna konseptual terhadap kata yang diteliti yaitu kata (imam). Dari
penelitiannya dapat disimpulkan bahwa medan semantik untuk kata imam dalam
Alqurann itu ada enam yaitu, khalifah, ulil amri, qawam, malik, wali, dan
shulthan. Sedangkan dalam hadits ada dua yaitu, ra’is, ra’ih. Analisis komponen
pewaris bumi, khalifah yang mewarisi prilaku baik dan khalifah yang mewarisi
prilaku buruk. 2) Ulil ‘Amri adalah kepala pemerintah, dan pemimpin yang
mutlak dan abdi, kekuasaan manusia hanya sementara, dan kekuasaannya bersifat
13
Abdullah Affandi, “Antara Takwa dan Takut: Kajian Semantik Leksikal dan Historis
Terhadap Al-Qur’a>n,” Jurnal al-Hikmah, Vol. 4, No. 2, (2016).
9
materi. 4) Shulthan maknanya ialah kekuasaan Allah mutlak dan abadi, kekuasaan
manusia hanya sementara dan kekuasaan yang bersifat non materi. 5) Qawwam
maknanya ialah kepala keluarga, dan pemimpin yang menegakkan keadilan dan
berperilaku adil. 6) Walli maknanya adalah Allah SWT sebagai pemimpin yang
dan Rasul serta orang beriman adalah pemimpin yang melindungi manusia.14
Makna dasar dan makna relasional dengan menggunakan teori Toshihiku Izutsu.
Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa makna dasar dari kata”h}amala”
terhadap amanat, fungsi dan kegunaan binatang dan kendaraan untuk alat
pengangkut, reproduksi manusia, sesuatu yang dibawa, dan tugas malaikat. Makna
relasional kara “h}amala” sebagai sebuah proses reproduksi dapat dilihat ketika
syakara, wadha’a, kurhan, washaina, shalih, hanya saja relasi satuannya memiliki
makna tersendiri.
Istilah “Ulul ‘Ilmi” dan Padanannya dalam Al-Qur’an”. Analisis semantik yang
14
Hasan Hadiansyah, “Analisis Semantik Terhadap Kata Imam dan Padanannya Dalam
Al-Qur’an.” (Skripsi Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2007).
15
Noor Afwa Shofia, “Konsep Reproduksi Manusia Dalam Al-Qur’an: Pendekatan
Semantik Terhadap Kata H}amala Dalam Al-Qur’an.” (Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan
Gunung Djati Bandung, 2016).
10
digunakan nya yaitu pada makna dasar dan makna relasional yang dikembangkan
oleh Toshihiko Izutsu, dari penelitiannya dapat disimpulkan bahwa makna dasar
dari Ulul ‘ilmi terbagi menjadi dua yaitu u>lu> ( )اولاواini merupakan bentuk jamak
dari kata a>lun ( )آلyang bermakna keluarga, sahabat, pemilik, dan yang memiliki.
pengetahuan yang dilandasi oleh kebenaran yaitu wahyu, karenanya ulul ‘ilmi
bukan sekedar orang-orang yang memiliki ilmu, tapi mereka yang dari
pengetahuannya dapat bersikap adil, taat dan patuh kepada Allah SWT.
Sedangkan ulul ilma adalah orang yang diberikan ilmu sehingga mereka dapat
mengetahui kebenaran. Adapun makna relasional kata ulul ‘ilmi dan padanannya
adalah penyandaran kata ulul ‘ilmi dengan orang-orang yang berilmu, baik yang
Kata يَحْ ُكمdan ُح ْكمdalam Al-Qur’an Terjemah Depag dengan H.B.Jassin: (Studi
makna semantik gramatikal pada kata h}ukmun dan yah}kum dalam Alquran
terjemah Depag dengan H.B.Jassin, makna kata h}ukmun dan yah}kum pada versi
keduanya pada ayat pertama tidak terdapat perbedaan secara makna, tetapi
berbeda dalam pemilihan diksinya. Dalam hal ini, terjemahan Depag dengan
tersebut memiliki perbedaan makna. Adapun makna yah}kum di dalam tafsir depag
16
Ramdan, “Analisis Semantik Terhadap Istilah Ulul ‘Ilmi dan Padanannya Dalam Al-
Qur’an.” (Skripsi Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, t.t).
11
makna kata dhanb dan ithm dalam Al-Qur’an”. Analisis semantik yang digunakan
dalam penelitiannya ini adalah mengenai makna kata dhanb dan ithm, dari
penelitiannya ini dapat penulis simpulkan bahwa kata dhanb memiliki makna
dasar dosa atau kesalahan, dan makna relasionalnya adalah dosa orang kafir yang
Sedangkan makna dasar dari kata ithm adalah perbuatan yang tidak halal, dan
makna relasionanya adalah perbuatan dosa orang munafik, yang mana mereka
mengaku beriman kepada Allah Swt akan tetapi perbuatan mereka tidak
mencerminkan sikap seorang yang beriman kepada Allah Swt. Adapun medan
semantik dari kata dhanb yaitu kufr, kadzab, tawallaw, israf, zalim, al-Nar, adzab,
taubah, iman, dzikrullah, dan istighfar. Sedangkan medan semantik dari kata ithm
adalah shirk, fawahish, zann, haram, kufr, ‘aduww, kaba’ir, ‘azim, al-Lamm,
taqwa, istighfar, ‘adzab, dan al-Nar.18 keduanya memiliki makna yang sama akan
tetapi tidak benar-benar sama karena dosa dhanb lebih berat daripada dosa ithm.
Dengan demikian, kajian kata khauf dan rahbah dalam analisis semantik
sudah ada maka penulis akan membahas mengenai “makna khauf dan rahbah
Nur’aini, “Analisis Semantik Pada Kata ْ يَحْ ُكمdan ُح ْكمDalam Al-Qur’an Terjemah Depag
17
Dengan H.B.Jassain: Studi Kasus Pada Surat Al-Ma’idah.” (Skripsi Fakultas Adab dan
Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010).
18
Dini Hasinatu Sa’adah, “Kajian Semantik Makna Kata Danb dan Ithm Dalam Al-
Qur’an.” (Skripsi Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2017).
12
F. Kerangka Berpikir
ini harus mencangkup tiga momentum: pertama, momentum linguistik yang akan
menompang suatu tatanan yang terpendam di bawah suatu ketidak teraturan yang
sangat erat dengan makna yaitu: Pertama, tataran fonologi yaitu bidang linguistik
gramatika terkecil yang mempelajari arti dan menganalisis struktur, bentuk, dan
klasifikasi kata-kata (atau disebut juga dengan tasrif). Ketiga, tataran sintaksis
kalimat, frase, dan klausa. Keempat, tataran semantik yang merupakan salah satu
19
Noor Afwa Sofia, “Konsep Refroduksi Dalam Al-Qur’an: Pendekatan Semantik
Terhadap Kata H}amala.” (Skripsi Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2016),
9.
20
J.W.M. Verhaar, Pengantar Linguistik, (Yogyakarta: Gajahmada University Press,
1995), 36.
21
A. Chaedar Alwasilah, Linguistik Suatu Pengantar, (Bandung: Angkasa, 1993), 99-
156.
13
Semantik ialah ilmu yang meneliti tentang makna, baik yang berhubungan
antar kata dan lambang-lambang dengan gagasan atau benda yang mewakilinya,
dengan perubahan yang terjadi pada kata tersebut.22 Semantik juga disebut dengan
studi tentang hubungan antar simbol dan bahasa baik berupa (kata, ekspresi,
maupun frasa atau kumpulan suatu kata) maupun objek atau konsep yang
dan maknanya.23
Toshihiku Izutsu dalam bukunya God and Man In The Koran : Semantik Of The
pendekatan semantik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan teori
merupakan kajian analitik terhadap istilah-istilah kunci suatu bahasa dengan suatu
atau pandangan dunia Masyarakat yang menggunakan bahasa itu, tidak hanya
sebagai alat komunikasi dan berpikir, tetapi yang lebih penting lagi,
pengkonsepan dan penafsiran dunia yang melingkupinya. Yaitu pada makna dasar
22
Save M Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta : LPKM, 2006), 1016.
23
Ray Prytherch, Harrod’s Librarians Glossaary, (Enggland : Gower, 1995), 579.
24
Toshihiku Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik Terhadap Al-
Qur’an, Cet. 2, (Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya, 2003), 3.
14
Makna dasar25 dari kedua kata yang sedang penulis analisis yaitu kata
analisis sintagmatis antara kata fokus27 dengan kata kunci28 dalam bidang
semantik29
historis). Untuk mengungkap sejarah dalam semantik yaitu bisa dengan cara
bisa dilihat dari kata yang digunakan masyarakat Arab pada waktu itu, baik
yaitu (pada periode Nabi Muhammad Saw dan periode setelah Nabi sampai
25
Makna dasar adalah sesuatu yang selalu melekat pada kata itu sendiri, yang selalu
terbawa dimanapun kata itu diletakan.
26
Makna relasional adalah sesuatu yang bermakna konotatif yang diberikan dan
ditambahkan pada makna yang sudah ada dengan menempatkan kata tersebut pada posisi yang
khusus berada pada relasi berbeda dengan semua kata-kata penting lainnya dalam sistem tersebut.
27
Kata fokus adalah kata kunci yang secara khusus menunjukan dan membatasi bidang
konseptual yang relatif independen berbeda dalam keseluruhan kosa kata yang lebih besar dan ia
merupakan pusat konseptual dari sejumlah kata kunci tertentu.
28
Kata kunci adalah kata-kata yang memainkan peranan yang sangat menentukan dalam
penyusunan struktur konseptual dasar pandangan dunia al-Qur’an.
29
Toshihiku Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik Terhadap Al-
Qur’an, 10-16.
30
Diakronik adalah pandangan terhadap kata bahasa yang memfokuskan pada unsur
waktu atau aspek yang masing-masing tumbuh dan berubah bebas dengan caranya sendiri yang
khas.
31
Sinkronik adalah sudut pandang dimana kata tersebut lahir dan mengalami perubahan
makna sesuai dengan perjalanan sejarah penggunaan kata tersebut dalam sebuah masyarakat
penggunanya untuk memperoleh suatu sistem makna yang statis.
15
membagi periode waktu penggunaan kosakata dalam tiga periode waktu yaitu
3. Medan Semantik
Medan semantik selalu terdiri dari sejumlah medan baru, yang kita
katan sebagai medan konseptual yang lebih besar yang terbagi kedalam
kosakata jika ia cukup besar untuk dibicarakan sebagai suatu unit tersendiri.
keseluruhan yang lebih besar, kita membedakan dari yang kita sebut sebagai
Mu’jam Mufah{ras Li> alfadz al-Qur’a>n al-Kari>m, kata khauf merupakan bentuk
(infinitif) masdhar dari kata kerja kha>fa ( )خف, yakha>fu ( )يخاف. Sedangkan bentuk
masdhar lainnya dari kata khauf adalah khi>fah ( )خيفاdan makha>fah ( )مخففاdan
bentuk fiil dari kata tersebut adalah kha>’if ( )خافف, khuyyaf ( )الخيّا, dalam bentuk
16
mufrad. Adapun bentuk jamak dari kata kha>uf adalah khuwwaf ( )خا ّو, khuyyaf
sebanyak 124 ayat, 42 surat dengan berbagai derivasinya yaitu 18 ayat dalam
bentuk fiil madhi, 60 ayat bentuk fiil mudhari, 34 ayat berbentuk masdhar, 1 ayat
dalam bentuk fiil amr, 8 ayat dalam bentuk fi’lun nahyi, dan 3 dayat alam bentuk
isim fa’il. Adapun ayat-ayat Alquran yang membahas tentang kha>uf di antaranya
adalah :32 Q.S. Al-Baqarah : 38, 62, 112, 114, 155, 182, 229 239, 262, 274, 277,
Q.S. Hud : 3, 26, 84, 70 103, Q.S. Ibrahim : 14 Q.S. Ar-Rahman : 46, Q.S. An-
Nazi’at : 40, Q.S. An-Nisa : 3, 9, 34, 35, 83, 101 dan 128, Q.S. Maryam : 5, 45,
Q.S. Al-Qasash : 7, 18, 21, 25, 31, 33, 34, Q.S. Asy-Syu’ara : 12, 14, 21, 135,
Q.S. At-Taubah : 28, Q.S. Al-Maidah : 23, 28, 54, 69, 94, 108, Q.S. Al-An’am :
15, 48, 51 80, 81, Q.S. Al-A’raf : 35, 49, 56, 59, 205, Q.S. Al-Anfal : 26, 48, 58,
dan lain-lain.33
dalam 10 surat dengan berbagai bentuk derivasinya di antaranya: Q.S. Al- A’raf :
116, 154, Q.S. Al-Baqarah : 40, Q.S. An-Nahl : 51, Q.S. Al-Anfal : 60, Q.S. Al-
Qasash : 32, Q.S. Al-Hasyr :13, Q.S. Al-Anbiya : 90, Q.S. At-Taubah : 31, 34,
32
M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata, jilid 2, (Jakarta: Lentera
Hati 2007), 474-475.
33
Muh{ammad Fu’ad Abdul Baqi’, Mu’jam Mufah{ra>s Li> alfadz al-Qur’a>n al-Kari>m,
(Kairo : Da>r al-H}{adith}, 2007), 246-248.
34
Muh{ammad Fu’ad Abdul Baqi’, Mu’jam Mufah{ra>s Li> alfadz al-Qur’a>n al-Kari>m, 325.
17
G. Langkah-Langkah Penelitian
penelitian ini tentunya sangat diperlukan dalam sebuah penelitian agar penelitian
lebih terarah dan dapat mempermudah dalam proses penelitian. Diantara langkah-
1. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
fungsi tertentu.36 Adapun metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah
berbagai istilah atau kata-kata kunci yang digunakan pada sebuah tafsir, di sini
kemungkinan dapat ditemukan berbagai arti dari satu kosa kata tertentu.
2. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah jenis data kualitatif.
Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk bilangan, data kualitatif
3. Sumber Data
bahwa yang dimaksud dengan sumber data adalah subjek tempat asal data
35
Cik Hasan Bisri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi
:Bidang Ilmu Agama, Cet. 2., (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), 57.
36
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta,
2012), 2.
37
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Cet. 10., (Bandung : CV. Pustaka Setia,
2011), 147.
18
dapat diperoleh, dapat berupa bahan pustaka, atau orang (informan atau
terbagi kedalam dua bagian yaitu, sumber data primer dan sumber data
dokumen (sumber pokok). Sumber semacam ini dapat disebut juga dengan
semantik.
secara langsung diperoleh dari orang (karya tulis orang lain yang
berhubungan dengan objek yang diteliti), atau dari lembaga yang mempunyai
wewenang dan tanggung jawab terhadap informasi yang ada padanya.38 Yang
kitab-kitab tafsir, dan jurnal atau skripsi serta karya ilmiah lainnya yang
38
Mahmud, Metode Penelitian Pemdidikan, 151-152.
19
telah dilakukan dengan teknik pencatatan, sebagai data yang akan dijadikan
semantik.
5. Analisis Data
sebagai berikut:
H. Sistematika Penulisan
Agar skripsi ini tersusun secara rapih, sistematis, lebih terarah, dan mudah
di pahami, maka penulis membuat sistematika penulisan pada setiap bab nya. Di
sistematika penulisan.
konsep khauf dan rahbah dalam Alquran, dan implikasi ayat khauf
4. Dan pada Bab 4 yaitu merupakan akhir dari semua pembahasan yang
peneliti selanjutnya.