bahan
bahan
bahan
PENDAHULUAN
yang tidak dapat ditandingi oleh yang menentangnya, walaupun satu ayat saja.
mentilawahkannya.”1
Qur’an itu bermakna yang dibaca masdar (dimaknakan dengan isim maf’ul ).
Menurut pendapat yang terkenal mengatakan bahwa karena al-Qur’an itu dibaca,
Di samping itu, al-Qur’an tidak hanya dibaca dan dipelajari dari bentuk
susunan redaksi dan pemilihan kosa-katanya saja, tetapi juga terdapat kandungan
di dalamnya, baik dalam bentuk tersurat maupun tersirat dan bahkan sampai
atau karya yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan kecenderungan yang
1
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu AL-Qur’an dan Tafsir ( Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra, 2009) hlm. 2.
2
Ibid., hlm. 3
1
Di sisi lain al-Qur’an juga telah menegaskan bahwa kitab suci ini tertuang
dalam lisan Arab yang jelas’ sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur’an
surat an-Nahl/16:103:
Bahasa 'Ajam ialah bahasa selain bahasa Arab dan dapat juga berarti bahasa
Arab yang tidak baik, karena orang yang dituduh mengajar Muhammad itu bukan
orang Arab dan hanya tahu sedikit bahasa Arab.3 Pemilihan bahasa Arab oleh
Tuhan sebagai bahasa komunikasi bukan tidak beralasan, sebab, tidak tidak ada
komunikasi linguistik kecuali jika dua orang terlibat dalam pembicaraan (kalam)
yang menggunakan system isyarat yang sama. Dalam kasus ini, Tuhan
Bahasa Arab sendiri bagi kaum muslimin memiliki arti penting. Di samping
diyakini sebagai bahasa yang dipilih Allah, ia juga merupakan bahasa peribadatan.
Artinya bahwa karena al-Quran merupakan kumpulan firman Allah, maka huruf,
kata-kata, dan struktur bahasa yang terdapat dalam al-Qur’an itu juga dinilai
3
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT. Syaamil Cipta
Media. 2005), hlm. 279
2
Sekalipun bahasa Arab yang digunakan dapat dipahami, namun terdapat pula
ayat mutasyabihat dan ayat ayat yang masih samar pengertiannya (al-ghumud)
yang memiliki makna ganda), gharabah al-lafzhi (lafazh yang masih asing), al-
Satu di antara sekian banyak kosa kata atau term menarik untuk diteliti yang
tertulis dalam al-Qur’an adalah kata dzikr ( )ذﻛﺮyang artinya secara bahasa adalah
menyebut.4 Kata dzikr ( )ذﻛﺮberasal dari bahasa Arab, yakni kata masdar dari -َذ َﻛ َﺮ
َﻣ ْﺬﻛُﻮْ ٌر- ذاَ ِﻛ ٌﺮ-ً ِذﻛْﺮا-ﯾَ ْﺬ ُﻛ ُﺮ. Kata َذ َﻛ َﺮadalah ﻓﻌﻞ ﻣﺎضdari kata ِذ ْﻛ ٌﺮyang bermakna telah
mengingat. Sedangkan kata ﯾَ ْﺬ ُﻛ ُﺮadalah ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرعnya yang berarti akan menyebut.
Dan ﻣﺼﺪرnya adalah ً ِذﻛْﺮاyang bermakna menyebut. Adapun kata ذاَ ِﻛ ٌﺮadalah
sebagai اﺳﻢ ﻓﺎﻋﻞbermakna orang yang menyebut, sedangkan kata َﻣ ْﺬﻛُﻮْ ٌرsebagai اﺳﻢ
tidaklah semua kata dzikr dapat diartikan dengan menyebut, terkadang diartikan
kata dzikr :
1. Ada 17 makna dalam sebuah buku Kamus Kecil al-Qur’an karya Abul Fadhl
a. Wahyu,
4
Zainal Abidin Munawwir, Kamus Al-Munawwir , (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997),
hlm. 448.
3
b. Taurat,
c. Al-Qur’an,
d. Lauh Mahfuzh,
f. Shalat Jum’at,
h. Kemuliaan,
i. Berita,
l. Menjaga,
m. Memberi wejangan,
n. Renungan (Tafakkur),
o. Penjelasan,
p. Tauhid,
q. Rasul.5
a. Ingat,
b. Menyebut,
c. Memperhatikan,
d. Pelajaran,
e. Ceritakan,
f. Memikirkan,
5
Abul Fadhl Hubaisy Tiblisi, Kamus kecil al-Qur’an, (Jakarta: Citra, 2012), hlm. 134.
4
g. Mencela,
h. Terangkan,
i. Berzikir,
j. Sholat,
k. Kehormatan,
l. Pengajaran,
m. Kitab,
n. Wahyu,
o. Kesadaran,
p. Penjelasan,
q. Mengingatkan,
s. Al-Qur’an,
t. Laki-laki,
u. Jantan,
v. Peringatan,
w. Lauh mahfuz,
x. Ayat-ayat,
y. Kisah. 6
yaitu:
5
c. ‘Azab Allah
d. Al-Qur’an.7
4. Kata اﻟﺬﻛﺮdi dalam kamus Lisanul ‘Arab secara bahasa adalah ً ﯾَ ْﺬ ُﻛ ُﺮ – ِذﻛْﺮا- َذ َﻛ َﺮ,
Dengan banyaknya makna kata dzikr dalam al-Qur’an yang penulis temukan,
maka penulis tertarik untuk meneliti makna kata dzikr tersebut dalam bentuk
1. Sebagian umat islam telah mengenal term kata dzikr , Tetapi tidak semua orang
mengetahui bahwa makna kata dzikr yang di dalam al-Qur’an itu memiliki
makna yang berbeda-beda. Hal ini boleh jadi disebabkan karena kekurang
pahaman mereka terhadap makna kata dzikr, atau bahkan ada yang memang
2. Begitu juga sering kali terjadi perbedaan penafsiran para mufassir dalam
menafsirkan ayat atau lafazh karena metode dan corak penafsiran yang
dugunakan oleh ulama itu sendiri. Maka karena itulah penulis ingin mengetahui
7
Muhammad Adanan salim, Mu’jam al-Mufahras lima’ani al- Qur’ani al-‘Azhimi,
(Damaskus: Darul Fikri, 1416 H), hlm. 442.
6
penafsiran mufassir terhadap ayat-ayat yang memiliki kata dzikr dalam al-
Qur’an.
tetapi sebagai orang yang mencari suatu kebenaran, tentu kita tidak boleh taklid
begitu saja dengan penafsiran para mufassir. Kita harus membuktikan kebenaran
pemaknaan kata yang dilakukan oleh Ahmad Musthafa Al-Maraghi dan Hamka
4. Secara spesifik belum ada penelitian ilmiah, baik bentuk Skripsi, Tesis, maupun
Disertasi, yang membahas secara khusus tentang masalah ini. Namun demikian
tidak menutup kemungkinan ada kesamaan dengan penelitian lain yang secara
tidak sengaja, tetapi belum atau tidak pernah saya jumpai atau baca karya yang
5. Selain itu, penulis menilai bahwa judul penelitian ini belum pernah dibahas di
lingkungan Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau. Di sisi lain, judul ini relevan
dengan spesialisasi jurusan yang penulis tekuni dan penulis merasa sanggup
C. Penegasan Istilah
penelitian ini, maka perlu untuk memberikan penegasan istilah atau kata kunci
7
1. Makna
maksud).8
2. Dzikr
Dzikr secara bahasa berasal dari bahasa Arab yang berarti : mengingat,
pengertian. Pertama, dzikr berarti mengingat atau menyebut nama Allah dengan
melafalkan kalimat tayyibat, yakni kalimat yang indah atau ungkapan dzikr
tertentu. Kedua, dzikr berarti merasakan kehadiran Allah di dalam sanubari kita.
Dzikr yang pertama dinamakn dzikr lisan, sedangkan yang kedua dinamakan
dzikr qalbu.
3. Tafsir
8
Muhammad Ngajenan, Kamus Indonesia Kontemporer, (Semarang: Dahara Prize,
1990), hlm. 49.
9
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Moderen, (Jakarta: Pustaka Amani),
hlm. 480.
10
Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2002), hlm. 40.
8
Tashrif, Ilmu Bayan, Ushul Fiqih, Ilmu Qira’at, Asbab An-Nushul, dan Nasikh
Mansukh.11
4. Komparatif (Muqarin)
Qur’an yang memiliki persamaan atau kemiripan redaksi dalam dua kasus atau
lebih, dan atau memiliki redaksi yang berbeda bagi satu kasus yang sama; 2).
menafsirkan al-Qur’an.12
Ungkapan kata dzikr di dalam al-Qur’an terdapat sebanyak 282 kata dalam 262
ayat pada 71 surat. Dalam penelitian ini penulis hanya membahas makna kata dzikr
dalam beberapa ayat saja, yaitu: surat al-Baqarah/2: 152, surat Ali ‘Imrân/3: 103,
surat al-A’râf/7: 63, surat Thâhâ/20: 124, surat al-Mukminûn/23: 71, surat ash-
Agar penelitian ini terfokus dalam mengungkap makna kata tersebut, penulis
gali dari dua mufassir. Yaitu Ahmad Musthafa Al-Maraghi dan Haji Abdu Malik
Karim Amrullah (Hamka). Adapun kitab tafsir karya Ahmad Musthafa Al-Maraghi
11
Muhammad Bin Alawi al-Maliki al-Hasni, Mutiara Ilmu-Ilmu al-Qur’an, (Bandung:
Pustaka Setia, 1999), hlm. 401.
12
Nashiruddin Baidan, op. cit, hlm. 65.
13
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Mu’jam al-Mufahras li al-Fazhi al- Qur’ani al-Karimi,
(Mesir: Darul Kutub, 1364 H), hlm. 270-275.
9
tersebut adalah Tafsir Al-Maraghi, sedangkan kitab tafsir karya Hamka adalah
Tafsir Al-Azhar. Penulis memilih kedua ulama tafsir tersebut adalah karena
menurut penulis kedua pengarang tafsir ini adalah ualma yang sangat diakui
keilmuannya dan banyaknya kitab tafsir kedua mufassir ini digunakan dikalangan
masyarakat, begitu juga dengan ilmu maupun intlektual keduanya. Dan alasan
yang lain adalah karena para ulama tafsir sering kali berbeda pendapat dalam
menafsirkan al-Quran, sudah tentu antara kedua mufassir ini ada perbedaan mereka
menafsirkan ayat.
permasalahannya yaitu:
1. Apa penafsiran al-Maraghi terhadap ayat-ayat yang ada padanya kata ذﻛﺮ
2.Apa makna kata ( ذﻛﺮdzikr) pada ayat –ayat yang terdapat padanya kata ذﻛﺮ
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan penelitian ini adalah agar dapat memahami makna kata dzikr dalam al-
Qur’an, khususnya saya penulis, umumnya yang membaca tulisan kami ini.
10
2. Kegunaan Penelitian,
penafsiran para mufassirin terhadap ayat-ayat yang ada padanya kata dzikr
b. Di samping itu, penelitian ini sangat besar artiya sebagai bahan masukan
F. Tinjauan Kepustakaan
Makna Kata Dzikr Dalam al-Qur’an belum ada. Selain dari kajian saya ini, karya
konsep fikir dan zikir yang terdapat didalam tafsir al-Azhar serta hubungan
11
jelaslah baginya kekuasaan Allah. Dengan demikian akan semakin ingatlah ia
kepada Allah. Demikianlah hubungan fikir dan zikir menurut konsep Hamka.14
mengungkapkan :
a. Tujuan zikir.
g. Inti zikir:
1. Hakekat zikir.
2. Kedudukan zikir.
3. Metode zikir.
14
Halimah Sadiah, Skripsi, (Fakultas Ushuluddin,Tafsir Hadits, UIN Sultan Syarif Kasim
Riau, 2000).
15
David Amnur, Skripsi, (Fakultas Ushuluddin,Tafsir Hadits, UIN Sultan Syarif Kasim
Riau, 2010).
12
8. Pengaruh zikir terhadap ketenangan jiwa.
dibina.17
Secara umum dari skripsi yang telah saya temukan belum ada yang meneliti
makna kata dzikr dalam al-Qur’an. Oleh karena itu, maka penelitian akan lebih
memfokuskan kajiannya pada makna kata dzikr dalam al-Qur’an dengan tema
16
Basri, Skripsi , (Fakultas Psikologi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, 2004).
17
Muhammad Rozi Bin Mustafha, Skripsi, (Fakultas Ushuluddin, Aqidah Filsafat, UIN
Sultan Syarif Kasim Riau, 2011).
18
Nur Witri, Skripsi, (Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sultan Syarif Kasim Riau,
2008).
19
Nazri, Skripsi, (Fakultas Ushuluddin, Tafsir Hadits, UIN Sultan Syarif Kasim Riau,
2004).
13
MAKNA KATA DZIKR DALAM AL-QUR’AN (Kajian Komparatif antara
G. Metode Penelitian
tafsir komparatif (muqarin), maka untuk itu langkah yang di ambil adalah:
1. Sumber Data
kepada dua hal, yaitu: Pertama, data primer yang terdiri dari dua kitab tabsir
yaitu: 1. Tafsir al-Maraghi (juz 1, 4, 9, 16, 18, 23, 28). 2. Tafsir al-Azhar (jilid
Karim, Kamus Al-Munawwir, serta buku-buku atau literatur lain yang berkaitan
14
a. Mengumpulkan buku-buku yang merupakan data primer dan skunder.
utama, dalam hal ini adalah Tafsir al-Maraghi dan Tafsir al-Azhar, serta di
langkahnya20:
a. Menetapkan permasalahan yang akan dikaji, dalam hal ini adalah Makna
b. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang dijadikan objek studi, dalam hal
20
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), hlm. 68.
15
c. Melacak berbagai pendapat ulama tafsir dalam menafsirkan ayat-ayat
tersebut.
ayatnya.
dan utuh.
21
‘Amm adalah lafaz yang menghabiskan atau mencakup segala apa yang pantas baginya
tanpa ada pembatasnya. Lebih jelas lihat Manna Khalil al-Qattan, hlm.311. Sebagian Ulama’
berpendapat, di dalam bahasa terdapat sighat-sighat tertentu yang secara hakiki dibuat untuk
menunjukkan makna umum dan dipergunakan secara majaz pada selainnya. Yakni mengungkapkan
sejumlah argument dari dalil-dalil Nassiyah dalam surat Hud ayat 45-46 dan surat al-Angkabut ayat
31-32, Ijma’iyah dalam surat an-Nur ayt 2 dan surat al-Maidah ayat 38. Dan maknawiyah yaitu
makna umum yang dipahami dari penggunaan lafaz-lafaz tertentu yang menunjukkan demikian.
Dan masih banyak pembagian tentang ‘amm baca, Manna Khalil al-Qattan, hlm. 312-314.
22
Khass adalah lawan kata dari ‘amm, karena ia tidak menghabiskan semua apa yang
pantas baginya tanpa pembatasan. Dan masih banyak kaitannya dengan selapas dengan khass, lebih
jelas baca, Manna Khalil alQattan, hlm. 317-322.
16
dan muqayyad24, mengsingkronkan ayat-ayat yang lahirnya kontrdiktif,
pada satu muara atau topik, tanpa perbedaan dan kontrdiksi atau tindakan
sebenarnya.
4. Sistematika Penulisan
Penelitian ini akan diuraikan dalam lima bab, dan masing-masing bab
Bab satu merupakan Pendahuluan, ini terdiri dari uraian mengenai Latar
Bab tiga berisi Makna Kata Dzikr Dalam Al-Qur’an, berupa Pengertian
23
Mutlaq adalah lafaz yang menunjukkan suatu hakiki tanpa sesuatu qayid (pembatas).
Jadi hanya menunjuk kepada satu individu tidak tertentu dari hakikat tersebut. Lebih jelas lihat ,
Manna Khalil al-Qattan, hlm. 348-349.
24
Muqayyad adalah lafaz yang menunjukkan suatu hakikat dengan qayyid (batasan). Lebih
jelasnya tentang mutlaq dan muqayyad macam-macamnya serta hukum-hukumnya baca, Manna
Khalil al-Qattan, hlm. 349-355.
25
Naskh meurut bahasa dipergunakan untuk arti izalah (menghilangkan). Dan menurut istilah
adalah mengankat (menghapuskan) hokum syara’ dengan dalil hokum (kitab) syara’ yang lain.
Untuk lebih jelas ruang lingkupnya baca, Manna Khalil al-Qattan, hlm. 324-347.
26
Mansukh adalah hukum yang diangkat atau dihapuskan. Hukum yang mansukh
adalah hokum syara’. Lebih jelas baca, Manna Khalil al-Qattan, hlm. 325-347.
17
Penafsiran Kata Dzikr Menurut Al-Maraghi, Penafsiran Kata Dzikr Menurut
Hamka.
Bab empat Analisa Terhadap makna Kata Dzikr dalam Al-Qur’an, berisi,
ayat : surat al-Baqarah/2: 152, surat Ȃli ‘Imrân/3: 103, surat al-A’râf/7: 63,
Thalâq/65: 10.
18