Makalah Pendekatan Pembelajaran
Makalah Pendekatan Pembelajaran
Makalah Pendekatan Pembelajaran
PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
Proses pengajaran akan lebih hidup dan menjalin kerjasama diantara siswa, maka
proses pembelajaran dengan paradigma lama harus diubah dengan paradigma baru yang
dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berpikir, arah pembelajaran yang lebih
kompleks tidak hanya satu arah sehingga proses belajar mengajar akan dapat
meningkatkan kerjasama diantara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, maka
dengan demikian siswa yang kurang akan dibantu oleh siswa yang lebih pintar sehingga
proses pembelajaran lebih hidup dan hasilnya lebih baik. Dalam kegiatan pembelajaran
tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang saling berkaitan yaitu kurikulum,
guru/pendidik, pembelajaran, peserta. Dimana semua komponen ini bertujuan untuk
kepentingan peserta. Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu
menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan
kegiatan belajar dengan menyenangkan. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik
bukan hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta
didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya
sehingga berbagai jenis pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
C. TUJUAN MAKALAH
BAB II
PEMBAHASAN
Jenjang Dasar oleh Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP Malang,
meliputi :
a. Pendekatan Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning - CTL) sebagai
model pembelajaran untuk membangun pengetahuan dan keterampilan berpikir
melalui bagaimana belajar dikaitkan dengan situasinya tadi lingkungan sekitar
peserta didik, sehingga hasilnya lebih bermakna. Pengembangan model
pembelajaran ini mengakomodasi motto belajar (CTL Academy Fellow, 1999)
bahwa cara belajar terbaik apabila peserta didik mengonstruksikan sendiri secara
aktif pemahamannya.
Pembelajaran kontekstual menurut Johnson (daiam Nurhadi, Burhan Yasin,
dan Agus Gerrad Senduk, 2004) merupakan proses pendidikan yang bertujuan
membantu peserla didik melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka
pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka
sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan
budayanya.
Pembelajaran yang dikembangkan menggunakan pendekatan substansi
(content) pelajaran dikontekskan pada situasi kehidupandi sekitar peserta didik ini
dengan pertimbangan akan memperlancar proses belajar mereka sekaligus
memahami dan menyadari bahwa pengetahuan yang didapatkan di sekolah sesuai
dengan apa yang dibutuhkan, sehingga akan memberikan manfaat bagi
kehidupannya. Hal ini akan rnenjadikan pendorong mereka untuk menerapkan
8
terhadap anak didik akan mementukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu
mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan
mempengaruhi pendekatan pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran.
Guru yang memandang anak didik sebagai pribagiyang berbedaa dengan anak
didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang abak didik sebagai mahluk
yang sama dan tidak ada pebedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan
pandangan yang keliru dalam pengakaran. Ada beberapa pendekatan yang diajukan
dalam pembicaraan ini dengan harapan dapat membantu guru dalam memecahkan
berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar. Demi jelasnya ikutlah uraian
berikut.
a. Pendekatan Individual
Di kelas ada sekelompok anak didik. Mereka duduk di kursi masing-masing.
Mereka berkelompok dari dua smapai lima orang/ di depan mereka ad meja untuk
membaca dan menulis atau meletakkan fasilitas belajar. Mereka belajar dengan gaya
yang berbeda-beda. Perilaku mereka juga bermacam-macam. Cara mengemukakan
pendapat, cara berpakaian, daya serap tingkat kecerdasan, dan sebgainya, selalu ada
variasinya. Masing-masing anak didik memang mempunyai karakteristik tersendiri
yang berbeda dari satu anak didik dengan anak didik lainnya.
Perbedaan individual anak didik memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi
pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual ini.
Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual ini. Dengan kata lain,
guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi belajar mengajatnya. Bila
tidak, maka strategi belajar tuntas atau mastery learning yang menuntut penguasaan
penuh kepada anak didik tidak pernah menjadi kenyataan. Paling tidak dengan
pendekataan individual dapat diharapkan kepada nak didik dengan tingkat penguasaan
optimal.
Pada kasus-kasus tertentu yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar, dapat
diatasidengan pendekataan individual. Misalnya, untuk menghentikan anak didik yang
suka bicara. Caranya dengan memisahkan atau memindahkan salah satu anak didik
tersebut pada tempat yang terpisah dengan jarak yang cukup jauh. Anak didik yang
suka bicara ditempatkan pada kelompok anak didik yang pendiam.
Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan
pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini.
10
Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan keguaan pendekatan invidual,
sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan
individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan anak lebih mudah
dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat
pendekatan kelompok diperlukan.
b. Pendekatan Kelompok
Dalam krgiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan
pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekataan kelompok memang suatu
waktu diperlukan dan perlu digunakan untuk membina anak didik adalah sejenis
mahluk homo socius, yakni mahluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama.
Dengan pendekatan kelompok, diharpkan dapay ditumbuh-kembangkan rasa sosial
yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois
yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan
sosial di kelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik saja. Mereka sadar bahwa
hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem dalam mata rantai terus menerus
berdiri sendiri tanpaketerlibatan mahluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari
tau tidak, mahluk lain itu ikut ambil bagian dalam kehidupan mahluk tertentu.
Anak didik dibiaskan hidup brrsama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari
bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan yang mempunyai kelebihan dengan
ikhlas mau membantumereka yang mempunyai kekurangan. Sebaliknya, mereka yang
mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajat dari mereka yang mempunyai
kelebihan, tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi di kelas dalam
rangka untuk mencapaiprestasi belajar yang optimal. Inilah yang diharpkan, yakni
anak didik yang aktif, kreatif, dan mandiri.
Ketika guru ingin menggunakan pendekatan kelompok, maka guna harus sudah
mempertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas belajar
pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akan diberikan
kepada anak didik emang cocok didekati dengan pendekatan kelompok. Karena itu,
pendekatan kelompok tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus
mempertimbangankan hal-hal yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
Dalam pengelola kelas, terutama yang berhubungab dengan penempatan anak didik,
pendekatan kelompok sangat diperlukan. Perbedaan individual anak didik pada aspek
biologis, intelektual, dan psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan
pendekatan kelompok.
11
perubahan suasana kelas, sulit menormalkannya kembali. Ini sebagai tanda adnya
gangguan dalam proses belajar mengajar. Akibatnya, jalanya pelajaran kurang
menjadi efektif. Efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan pun jadi terganggu,
disebabkan anak didik kurang mampu berkonsentrasi. Metode yang hanya satu-
satunya dipergunakan tidak dapat diperankan, karena memang gangguan itu
terpangkal tidak dapat diperankan, karena memang gangguan itu terpangkal dari
kelemahan metode tersebut. Karena itu, dalam mengajar kebanyakan guru
menggunakan beberapa metode dan jarang sekali menggunakan satu metode.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru bisa saja membagi anak didik dalam
beberapa kelompok belajar. Tetapi dalam hal ini, terkadang diperlukan juga
pendapat dan kemauan anak didik. Begaimana keinginan mereka masing-masing.
Boleh jadi dalam suatu pertemuan ada anak didik yang suka belajar dalam
kelompok dan belajar sendiri, terlepas dari kelompok tetapi masih dalam
pengawasan dan bimbingan guru.
Permasalhan yang dihadapi oleh setiap anak didik biasanya bervariasinya,
maka pendekatan yang digunakan akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi
pula. Misalnya, akan berbeda anak didik yang tidak disiplin dan menghendaki
pemdektan yang berbeda-beda pula. Demikian juga halnya terhadap anak didik
yang membuat keributan. Guru tidak bisa menggunakan teknik teknik pemecahan
yang sama untuk memecahkan permasalahan yang lain. Kalaupun ada, itu hanya
pada kasus tertentu. Perbedaan dalam teknik pemecahan kasus ialah dalam
pembicaraan ini didekati dengan “pendekatan bervariasi”. Pendekatan bervariasi
bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap didik dalam
belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam pengajaran dengan
berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap kasus.
Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan
untuk kepentingan pengajaran.
d. Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan
umtuk mendidik, bukan karena motif motif lain, seperti dendam, gengsi, ingin
takuti, dan sebagainya.
Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan di kelas
ketika sedang memberikan pelajaran, misalnya tidak tepat diberikan sanksi hukum
dengan cara memukul badannya hingga luka atau cidera. Ini adalah tindakan
13
sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah menggunakan teori
power, yakni teori kekuasaan untuk menundakkan orang lain. Dalam pendidiakan,
guru akan kurang tarif dan bijaksana bila menggunakan kepribadian anak didik.
Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif.
Setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai
pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma
hukum, norma susila, norma moral, norma sosial, dan norma agama.
Cukup banyak sikap dan perbuatan yang harus guru lakukan untuk
menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak didik. Salah satu contohnya,
misalnya ketika lonceng tanda masuk telah berbunyi, anak-anak jangan dibiarkan
masuk dulu, tetapi suruhlah mereka berbaris di depan pinbtu masuk dan
perintahkanlah ketua kelas untuk mengatur barisan. Semua anak perempuan
dipersilahkan masuk oleh ketua kelas. Mereka pun satu persatu masuk kelas,
mereka satu persatu menyalami guru dan mencium tangan guru dan mencium
tangan guru sebelum dilepas. Akhirnya, semua anak masuk dan pelajaran pun
dimulai.
Contoh di atas menggambarkan pendekatan edukatif yang telah dilakukan oleh
guru dengan menyuruh anak didik berbaris di depan pintu masuk kelas. Guru telah
meletakkan tujuan untuk membina watak anak didik dengan pendidikan akhlak
yang mulia. Guru telah membimbing anak didik, bagaimana cara memimpin
menghargai orang lain dengan cara mematuhi semua perintahnya yang bernilai
kebaikan. Betapa baiknya jika semua sekolah (TK, SD, atau SLTP) melakukan hal
yang demikian itu. Mungkin kewibawaan guru yang dirasakan mulai memudar
sekarang ini dapat dimunculkan kembali dan tetap melekat mulai memudar
sekarang ini dapat dimunculkan kembali dan tetap meletak pada pribadi guru.
Sekaranglah saatnya mengedepankan pendidikan kepribadian kepada anak didik
dan jangan hanya pendidikan intelektual serta keterampilan semata, karena akan
menyebabkan anak tumbuh sebagai seorang intelektual atau ilmuwan yang
berpribadi kering.
Guru yang hanya mengajar di kelas, belum dapat menjamin terbentuknya
kepribadian anak didik yang berakhlak mulia. Demikian juga halnya dengan guru
yang mengambil jarak dengan anak didik. Kerawanan hubungan guru dengfan
anak didik disebabkan komunikasi anatar guru dengan anak didik kurang berjalan
harmonis. Kerawanan hubungan ini menjadi kendala bagi guru untuk melakukan
14
pendekatan edukatif kepada anak didik yang bermasalah. Guru yang jarang
mengajar dengan anak didik dan tidak mau tahu dengan masalah yang dirasakan
anak didik, membuat anak didik apatis dan tertutup atas apa yang dirasakannya.
Sikap guru yang demikian kurang dibenarkan dalam pendidikan, karena
menyebabkan anak didik menjadi orang-orang yang tertutup.
Kasuistis yang terjadi di sekolah biasanya tidak hanya satu, tetapi bermacam-
macam jenis dan tingkat kesukarannya. Hal ini menghendaki pendekatan yang
tepat. Berbagai kasus yang terjadi, selain ada yang dapat didekati dengan
pendekatan individual, ada juga yuang dapat didekati dengan pendekatan
bervariasi. Namun yang penting untuk diingat adalah bahwa pendekataan
individual harus berdampingan dengan pendekatan edukatif. Dengan demikian,
semua pendekatan yang dilakukan guru harus bernilai edukatif, dengan tujuan
untuk mendidik . tindakan guru karena dendam, marah, kesal, benci, dan
sejenisnya bukanlah termasuk perbuatan mendidik, karena apa yang guru lakukan
itu menurutkan kata hati atau untuk memuaskan hati.
Selain berbagai pendekatan yang disebutkan di depan, ada lagi pendekatan-
pendekatan lain. Berdasarkan kurikulum atau Garis – Garis Besar Program
Pengajaran (GBPP) Pendidikan Agama Islam SLTP tahun 1994 disebutkan lima
macam pendekatan pengalaman, pembiasaan, emosional, rasional, dan fungsional.
Kelima macam pendekatan ini diajukan, karena pendidikan agama islam di
sekolah umum dilaksanakan melaui kegiatan intra dan ekstra kurikuler yang satu
sama lain saling menunjang dan saling melengkapi. Kelima pendekatan tersebut
dijelaskan sebagai berikut :
Pendekatan Pengalaman
Experience is the best teacher, pengalaman adalah guru yang terbaik.
Pengalaman adalah guru yang tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh siapa
pun juga. Belajar dari pengalaman adalah lebih baik dari pada sekedar
berbicara, dan tidak pernah berbuat sama sekali. Belajar adalah kenyataan
yang ditunjukkan dengan fisik. Karena itu, the proces of learning is doing,
reacting undergoing, experiencing. The products of learning are all
achieved by the learner through his own activity. ( H.C. Witherington and
W.H Burton, 1986 : 57 )
Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup,
namun tidak semua pengalaman tidak bersifat mendidik karena ada
15
BAB III
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Pendekatan (Approach) merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran. Pendekatan Pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu.