Akses Internet Terhadap Kelengkapan Imunisasi Baduta (Analisis Data SDKI 2017)
Akses Internet Terhadap Kelengkapan Imunisasi Baduta (Analisis Data SDKI 2017)
Akses Internet Terhadap Kelengkapan Imunisasi Baduta (Analisis Data SDKI 2017)
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk di
artikel jurnal ilmiah yang berjudul “Akses Internet dalam keluarga hubungannya dengan
status imunisasi dasar lengkap anak baduta (Analisis Data SDKI 2017)”. Jurnal
Kesehatan Reproduksi. Vol.11 No 2 Desember 2020 hal 191-202, menerangkan bahwa:
Demikian surat keterangan ini dibuat agardapat dimanfaatkan, terimakasih atas perhatiannya.
Volume 11 No. 2, Desember 2020 ISSN : 2087-703X
e-ISSN : 2354-8762
Jurnal
Kesehatan Reproduksi
Reproductive Health Journal
Dewan Redaksi/Editorial Board
Diterbitkan oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta
Published by
National Institute of Health Research and Development
Ministry of Health, Republic of Indonesia, Jakarta
Volume 11, No. 2, Desember 2020 p-ISSN: 2087-703X e-ISSN: 2354-8762
No Akreditasi: 763/AU1/P2MI-LIPI/10/2016
Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan YME, Jurnal Kesehatan Reproduksi Volume 11
No. 2 Tahun 2020 dapat diterbitkan. Pada volume ini kami menyajikan delapan artikel dengan tiga tema
besar, meliputi kesehatan remaja, ibu hamil dan kesehatan anak (imunisasi).
Sebagai pembuka, pada tema kesehatan remaja kami menyajikan artikel Fransiska Theresia yang
mengupas tentang perilaku seksual di kalangan anak SMP yang mengambil daerah penelitian di Jakarta
Barat. Selanjutnya Ratna Wulandari menulis tentang pengaruh status ekonomi terhadap pernikahan dini
di wilayah perdesaan. Masih terkait dengan kesehatan remaja, Mizna Sabilla mengangkat hasil penelitian
tentang abstinen seksual remaja di Kota Tangerang Selatan, dilanjutkan dengan artikel Lu’lu Nafisah yang
mengangkat masalah mengenai compliance terapi antiretroviral pada kelompok lelaki seks lelaki (LSL)
di klinik swasta. Sebagai penutup pada tema remaja, kami hadirkan artikel Santy Irene Putri tentang faktor
path analysis yang berhubungan dengan perilaku pencegahan kanker serviks pada remaja.
Permasalahan ibu hamil sangat kompleks, salah satunya adalah anemia. Aditianti menyampaikan artikel
mengenai pengaruh anemia pada ibu hamil terhadap kejadian berat bayi lahir rendah. Permasalahan pada
ibu hamil tidak hanya sebatas pada saat masa kehamilan berlangsung, melainkan juga pada saat pasca
kehamilan seperti hasil penelitian yang disampaikan oleh Ika Saptarini mengenai hubungan depresi
maternal dengan fungsi kognisi anak usia 7-14 tahun.
Sebagai penutup, kami menghadirkan tema besar lain dari edisi kali ini yaitu tentang kesehatan anak.
Kesehatan anak menjadi hal penting dalam rangkaian fase kehidupan. Kesehatan anak merupakan pondasi
awal dalam kehidupan manusia, dan dukungan keluarga mempunyai peran penting dalam
keberlangsungan kehidupan di periode selanjutnya. Salah satu temuan penting disampaikan oleh Olwin
Nainggolan yang menyajikan hasil penelitian tentang akses internet dalam keluarga dan hubungannya
dengan status imunisasi dasar.
Akhir kata, redaksi mengucapkan terima kasih terutama kepada para mitra bestari dan penulis atas kerja
sama yang baik selama proses penulisan hingga penerbitan. Semoga artikel yang kami sajikan pada edisi
kali ini bisa memberikan pencerahan dan manfaat bagi khazanah keilmuan terkait.
REDAKSI
Volume 11, No. 2, Juni 2020 ISSN: 2087-703X e-ISSN: 2354-8762
No. Akreditasi: No. 763/AU1/P2MI-LIPI/10/2016
Internet Acces in Family and Its Relationship with The Complete Basic Immunization Status of
Children Under Two Years (2017 IDHS Data Analysis)
*E-mail : olwin.n@gmail.com
Naskah masuk 1 September 2020; review 1 September 2019; disetujui terbit 29 Desember 2020
Abstract
Background:Internet access penetration in Indonesia is growing, all information can be obtained very easily,
including how the child's immune system can be obtained against diseases that can be prevented by
immunization. However, the internet can also have a bad impact, because it is very easy to use to spread false
news or hoaxes.
Objective: An analysis will be conducted to find the relationship between internet access in the family and the
status of completeness of basic immunization for children under two years
Method: The study will use data from the Indonesian Health Demographic Survey (IDHS) conducted in 2017.
The unit of analysis is children under two years. The analysis of the relationship between internet access in the
family and the completeness status of basic immunization for children under two years used logistic regression
analysis with a complex sample mode.
Result: The analysis shows that families in Indonesia who have internet access based on the 2017 IDHS data
are 46.0 percent, and children under two years with complete basic immunization status is 65.3 percent. It can
be seen that there is a relationship between internet access and the completeness status of basic immunization
for children with OR 1.37 (1.14-1.66).
Conclusion: The internet is like a double-edged sword, one side can be used to find various information that is
beneficial to health, but can also be used to spread false information. Therefore it is important to educate all
Indonesians to use internet access positively.
Abstrak
Latar belakang: Penetrasi akses internet di Indonesia semakin berkembang, semua informasi dapat diperoleh
dengan sangat mudah, termasuk bagaimana diperolehnya kekebalan tubuh anak terhadap penyakit-penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi. Akan tetapi, internet juga bisa memberikan dampak yang tidak baik karena
sangat mudah dimanfaatkan untuk menyebarkan berita yang tidak benar atau hoax.
Tujuan: Akan dilakukan analisis untuk mencari hubungan antara akses internet dalam keluarga terhadap status
kelengkapan imunisasi dasar anak bawah dua tahun.
Metode: Penelitian akan menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan
tahun 2017. Unit analisis adalah anak bawah dua tahun (baduta). Analisis hubungan antara akses internet dalam
keluarga dengan status kelengkapan imunisasi dasar anak bawah dua tahun menggunakan analisis regresi logistik
dengan mode kompleks sampel.
Hasil: Analisis memperlihatkan bahwa keluarga di Indonesia yang memiliki akses internet berdasarkan data
SDKI 2017 adalah sebesar 46,0 persen, dan baduta dengan status imunisasi dasar lengkap adalah sebesar 65,3
persen. Terlihat adanya hubungan antara akses internet dengan status kelengkapan imunisasi dasar anak dengan
OR 1,37 (1,14-1,66).
Kesimpulan: Internet bagai pedang bermata dua, satu sisi dapat digunakan untuk mencari berbagai informasi
yang bermanfaat bagi kesehatan, akan tetapi bisa juga dapat digunakan untuk menyebarkan informasi yang tidak
benar. Oleh sebab itu, edukasi penting bagi seluruh penduduk Indonesia untuk menggunakan akses internet
dengan positif.
Kata kunci: imunisasi, vaksin, internet, SDKI, Indonesia
Akses internet dalam keluarga … (Olwin Nainggolan, Felly Philipus Senewe)
saat kehamilan trimester pertama, satu kali Akses internet dalam keluarga tidak selalu
pemeriksaan saat kehamilan trimester kedua, hanya digunakan untuk mencari informasi
dan dua kali pemeriksaan pada saat kehamilan tentang manfaat imunisasi dan keamanan
trimester ketiga). Penelitian menunjukkan vaksin bagi anak-anak, tetapi pencarian
bahwa pemeriksaan kehamilan (ANC) yang informasi segala bidang. Sehingga, pendekatan
dilakukan di fasilitas kesehatan memberikan yang digunakan adalah proxy keluarga yang
dampak terhadap ibu dalam memberikan memiliki akses internet, memiliki kecakapan
imunisasi terhadap anaknya kemudian. Hal ini dan kemampuan untuk pencarian informasi
menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan tentang vaksin dan imunisasi. Akses internet
antenatal adalah platform konvensional untuk tidak harus dikuasai oleh orang tua bayi, tetapi
mendidik ibu hamil tentang manfaat imunisasi bisa saja pada anggota rumah tangga lain yang
anak.24 tinggal dalam satu rumah. Penelitian ini tidak
dirancang khusus untuk melihat akses internet
Tahap awal, analisis univariat dilakukan untuk dalam keluarga dan dampaknya langsung
melihat proporsi serta jumlah sampel yang telah terhadap imunisasi anak baduta dalam keluarga,
dilakukan pembobotan semua variabel yang akan tetapi ada banyak faktor-faktor lain yang
diikutsertakan dalam analisis meliputi: status berpengaruh. Oleh sebab itu, untuk melihat
imunisasi, akses internet dalam keluarga, pengaruh bersih akses internet, analisis ini
kelompok umur orang tua, jumlah balita, mengikutsertakan variabel perancu lain yaitu:
tingkat pendidikan orangtua, status sosial jumlah anak balita dalam keluarga, umur kepala
ekonomi, serta wilayah. Jumlah sampel yang keluarga, status sosial ekonomi, ANC K4 serta
dianalisis adalah sebanyak 3633 anak yang tempat tinggal responden berada di wilayah
merupakan jumlah total anak baduta survei perkotaan atau perdesaan.
SDKI tahun 2017 dan jumlah rumah tangga
(ruta) yang memiliki anak baduta sebanyak HASIL
3570 ruta. Penelitian menggunakan kerangka
konsep pendekatan model faktor risiko di mana Hasil analisis univariat pada Tabel 1
status imunisasi baduta sebagai variabel memperlihatkan karakteristik responden
dependen utama, dan akses internet dalam penelitian akses internet dalam keluarga dan
keluarga sebagai variabel independen utama. hubungannya dengan status imunisasi dasar
Sedangkan variabel kelompok umur orang tua, lengkap anak bawah dua tahun SDKI tahun
jumlah balita, tingkat pendidikan orangtua, 2017. Tabel 1 menunjukkan bahwa proporsi
status sosial ekonomi, serta wilayah tempat imunisasi dasar lengkap baduta berdasarkan
tinggal diperlakukan sebagai variabel perancu. data SDKI tahun 2017 adalah sebesar 65,3
Analisis regresi logistik berganda digunakan persen, menurun sebesar 1 persen dibandingkan
untuk menilai hubungan antara variabel dengan proporsi imunisasi dasar lengkap
independen utama, dalam hal ini akses internet baduta berdasarkan data SDKI tahun 2012 yaitu
dalam keluarga, dengan variabel dependen sebesar 66 persen.25 Proporsi keluarga yang
yaitu status imunisasi baduta. Analisis regresi memiliki akses internet di Indonesia masih
logistik yang digunakan adalah regresi logistik cukup sedikit hanya sebesar 46 persen.
model complex samples dengan Berdasarkan kelompok umur kepala keluarga,
mengikutsertakan variabel bobot yang sudah umur 45 tahun ke atas adalah kelompok umur
dirata-ratakan, Primary Sampling Unit (PSU), yang paling banyak yaitu sebesar 38,9 persen,
serta Strata. Jumlah N yang dihasilkan jauh lebih banyak dibandingkan dengan
menggunakan analisis complex samples disebut kelompok umur lainnya. Keluarga yang
dengan jumlah N tertimbang. Fungsi dari memiliki jumlah anak balita ≤ 2 di Indonesia
pembobotan adalah untuk menyamakan dengan proporsi paling besar yaitu sebanyak
peluang yang diakibatkan pengambilan sampel 95,8 persen. Sebanyak 36,9 persen latar
pada SDKI 2017 bukan Simple Random belakang pendidikan kepala keluarga adalah
Sampling (SRS) dan jumlah N tertimbang SMA, proporsi paling tinggi dibandingkan
menjaga agar jumlah sampel yang telah dengan latar belakang pendidikan yang lain.
dibobot sama dengan jumlah sampel pada Dari sisi status sosial ekonomi, proporsi
survei. kelompok tidak miskin lebih banyak sebesar
59,5 persen, dibandingkan dengan kelompok
Limitasi Penelitian status sosial ekonomi miskin sebesar 40,5
persen. Ibu yang melakukan pemeriksaan ANC sebesar 42,2 persen. Responden yang tinggal di
K4 lengkap, mempunyai proporsi sebanyak daerah perdesaan lebih banyak dibandingkan
57,8 persen, lebih banyak dibandingkan dengan dengan yang tinggal di daerah perkotaan.
yang tidak melakukan pemeriksaan ANC K4
Tabel 2 memperlihatkan bahwa proporsi baduta dengan pendidikan rendah sebesar 64,7 persen.
dengan status imunisasi dasar lengkap pada Demikian juga orang tua yang berasal dari
keluarga dengan akses internet sebesar 69,7 status ekonomi tidak miskin memiliki proporsi
persen, lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih tinggi yaitu sebesar 68,7 persen,
keluarga tanpa akses internet. Dari sisi dibandingkan yang berasal dari status ekonomi
kelompok umur kepala keluarga, proporsi miskin, dengan proporsi imunisasi dasar
status baduta dengan imunisasi dasar lengkap lengkap sebesar 60,2 persen. Terdapat
paling tinggi pada kelompok umur 35 – 30 perbedaan sekitar 9 persen lebih tinggi anak
tahun. Meskipun demikian, proporsi tersebut dengan status imunisasi dasar lengkap, antara
tidak berbeda jauh dengan kelompok umur ibu yang melakukan pemeriksaan ANC K4
lainnya. Keluarga yang memiliki jumlah ≤2 lengkap dengan ibu yang tidak melakukan
anak, status imunisasi dasar lengkapnya lebih pemeriksaan ANC K4 lengkap. Ibu yang
tinggi dibandingkan dengan keluarga dengan tinggal di daerah perkotaan memiliki proporsi
jumlah >2 anak. Status imunisasi dasar lengkap anak dengan imunisasi dasar lengkap lebih
sebesar 73,1 persen berasal dari kepala keluarga tinggi dibandingkan dengan ibu yang tinggal di
dengan latar belakang pendidikan tinggi, lebih daerah perdesaan.
banyak dibandingkan dengan kepala keluarga
Tabel 2. Tabulasi silang antara variabel akses internet dalam keluarga dengan
variabel Status imunisasi baduta (SDKI 2017)
Tabel 3 memperlihatkan variabel akses internet perancu. Keluarga yang tidak memiliki akses
dalam keluarga dan seluruh variabel perancu internet memiliki risiko 1,37 (95% CI 1,14 –
kecuali variabel wilayah tempat tinggal, layak 1,66) untuk memiliki anak dengan imunisasi
masuk ke dalam model multivariat akhir. Hasil dasar tidak lengkap, dibandingkan dengan
analisis logistik berganda model akhir keluarga dengan akses internet. Selanjutnya,
memperlihatkan bahwa akses internet dalam yang menjadi variabel perancu dalam penelitian
keluarga sangat berhubungan dengan status ini adalah jumlah anak balita dengan OR 1,51
imunisasi dasar lengkap anak bawah dua tahun (95% CI 1,00 – 2,3), serta pemeriksaan ANC
di Indonesia, setelah dikontrol oleh variabel K4 (95% CI 1,51 – 2,30).
Tabel 3. Analisis awal dan akhir analisis multivariat penelitian hubungan akses internet dalam
keluarga dengan status imunisasi dasar lengkap (SDKI 2017)
OR Crude OR Adj
Variabel P value P value
(95% CI) (95% CI)
Model Awal Model akhir
Akses Internet dalam
keluarga
Ya Ref Ref
Tidak 1,43(1,20-1,72) 0,00 1,37(1,14-1,66) 0,00
Jumlah Anak Balita
≤2 Ref Reff
>2 1,74(1,15-2,62) 0,01 1,51(1,00-2,3) 0,05
Tingkat Pendidikan
Kepala Keluarga
Tinggi Ref 0,01
Rendah 1,47(1,12-1,96)
Status Sosial Ekonomi
Tidak Miskin Reff 0,00
Miskin 1,45(1,20-1,75)
ANC K4
Ya Reff Reff
Tidak 1,50(1,25-1,80) 0,00 1,51(1,00-2,30) 0,00
Lestari (2014) yang melakukan penelitian Internet telah menjadi sumber informasi utama
perilaku masyarakat Indonesia dalam di abad ke-21 di mana setiap orang memiliki
penggunaan internet menyatakan penetrasi akses dalam segala aspek mencari informasi di
internet di Indonesia sebenarnya masih cukup ujung jari. Beberapa penelitian menunjukkan
rendah yaitu 46 persen, Ia menyatakan wilayah banyak orang tua memperoleh informasi
yang penggunanya paling sering mengakses mengenai vaksinasi melalui sumber internet.
internet di Indonesia adalah wilayah DKI Hal ini menjadi tantangan dengan begitu
Jakarta dengan proporsi 53,6 persen dengan banyaknya informasi yang tersedia untuk
mayoritas penggunaan internet adalah untuk mengetahui informasi mana yang akurat dan
membuka situs jejaring sosial Facebook, dapat diandalkan.33 Beberapa penelitian yang
Twitter, Google+, Instagram. Jejaring sosial dilakukan tentang bagaimana informasi
tidak hanya populer di wilayah DKI Jakarta, ditemukan di internet mempengaruhi keputusan
tetapi juga wilayah Papua, Maluku, Sulawesi, orang tua tentang apakah anak akan divaksinasi
dan Sumatera mayoritas penggunaan internet atau tidak. Hal ini dikarenakan internet adalah
adalah untuk media sosial. Penggunaan internet sumber informasi yang sangat luas di mana
studi-studi yang pernah dilakukan persen orang dewasa dengan akses internet
menggunakan pendekatan dari berbagai aspek. menggunakannya untuk mencari informasi
Beberapa studi berfokus hanya pada jenis terkait kesehatan.47 Internet memiliki potensi
vaksin tertentu, sedangkan yang lain lebih besar untuk menyebarluaskan informasi
umum. Selain itu ada juga penelitian dengan kesehatan yang tidak benar dan berpotensi
target media online tertentu.34 berbahaya.36 Secara khusus, orang tua yang
Di satu sisi, meluasnya penyebaran konten- dihadapkan dengan keputusan untuk
konten tentang vaksin tidak hanya mampu memvaksinasi anak-anak mereka atau tidak,
meningkatkan basis audiens potensial terkait maka besar kemungkinannya akan mencari
informasi berbasis internet, namun di sisi lain informasi tentang vaksin melalui Internet
hampir mustahil untuk mengatur serta terlebih dahulu daripada melalui dokter.48
melakukan pembatasan dari sudut pandang Turunnya kepercayaan publik terhadap
normatif. Meskipun luas dan melimpah, keamanan vaksin dan cakupan vaksin,
informasi yang tersedia di internet terkadang digambarkan sebagai "krisis pada masa datang"
tidak selalu dapat diandalkan.35 Lebih jauh, khususnya di negara maju.15,49 Kebingungan
banyak informasi berbasis internet yang publik dan keraguan terhadap vaksin campak-
dijangkau orang tua tentang vaksin yang justru gondok-rubella (MMR) disorot pada sebuah
mengandung konten mengecilkan arti studi pada tahun 2010 di Kanada yang
pentingnya pemberian vaksinasi.34,36,37 Dalam melaporkan bahwa 65 persen perempuan dan
beberapa penelitian internasional, beberapa 72 persen laki-laki percaya bahwa vaksin itu
faktor telah diidentifikasi mempengaruhi tidak aman.50 Selain itu survei pada tahun 2015
penerimaan terhadap vaksin, antara lain mengungkapkan bahwa dua dari lima warga
kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan Kanada percaya bahwa "ilmu vaksinasi tidak
vaksin, kesalahan persepsi tentang vaksin dan cukup jelas".51
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, Para peneliti melaporkan perlunya komunitas
takut terhadap efek samping vaksinasi, kesehatan masyarakat untuk memiliki
ketersediaan vaksin yang tidak konsisten, pemahaman yang lebih informatif tentang
kurangnya kepercayaan terhadap sistem penggunaan internet, bagaimana dan sejauh
kesehatan, dan riwayat negatif dengan program mana interaksi media sosial dapat menjawab
imunisasi sebelumnya.38 pertanyaan-pertanyaan tentang vaksin.
Mengingat semakin populernya platform media
Internet merupakan platform yang tepat untuk sosial serta pengaruhnya terhadap imunisasi
mendukung dan memfasilitasi keputusan anak, perlu dipahami faktor-faktor apa yang
apakah akan melakukan vaksinasi atau mempengaruhi individu ketika membuat
tidak.39,40 Informasi saja kadang tidak cukup keputusan vaksinasi. Dalam hal imunisasi,
untuk menciptakan kesadaran dan keputusan untuk memberikan vaksinasi kepada
acceptabilitas terhadap imunisasi, tetapi anak, seimbang dengan risiko jika tidak
hasilnya lebih efektif jika didukung secara aktif diberikan yaitu tertular penyakit yang dapat
oleh seluruh stakeholder.41,42 Internet tidak dicegah dengan imunisasi.17 Dalam sebuah
hanya dapat dimanfaatkan untuk advokasi studi deskriptif singkat tentang konten situs-
terkait vaksinasi,43 tetapi juga bisa situs antivaksinasi, Nasir (2000) mencatat
dimanfaatkan untuk meningkatkan pendidikan bahwa 2 – 5 dari 10 “hit” pada masing-masing
di kalangan petugas kesehatan,44 terutama di 4 mesin pencari (search engine) adalah situs-
negara-negara berpenghasilan rendah dan situs antivaksinasi, menggunakan kata kunci
menengah (LMICs).45 Penelitian yang ''vaksinasi'' dan ''imunisasi”.52 Studi yang
dilakukan di Melbourne, Australia, dilakukan oleh Abbott (2000) menemukan
mendapatkan hasil bahwa internet terbukti bahwa ketika mencari informasi dengan kata
menjadi sarana yang efektif untuk kunci “vaksinasi MMR”, sebesar 42,5 persen
meningkatkan partisipasi dan tingkat cakupan dari situs web yang dihasilkan oleh mesin
selama kampanye vaksinasi influenza.46 pencarian berisi konten antivaksinasi, sebesar
32,5 persen mendukung vaksinasi, dan sebesar
Internet memberikan kesempatan kepada para 25 persen mengandung konten netral.53 Studi
antivaksinasi untuk mendapatkan paparan yang dilakukan oleh Davies, Chapman, dan
informasi yang belum pernah terjadi Leask (2002) menemukan bahwa penggunaan
sebelumnya. Di Amerika Serikat, sebanyak 55 kata kunci “vaksinasi”, sebanyak 43 persen dari
10 situs pertama yang ditampilkan pada 7 mesin (baduta) di Indonesia dengan Odds Ratio (OR)
pencari adalah situs antivaksinasi, sedangkan 1,37. Variabel jumlah balita dalam keluarga
penggunaan kata kunci “imunisasi” hanya 6 serta variable ibu melakukan pemeriksaan ANC
persen dari situs yang ditampilkan adalah situs K4 saat kehamilan, menjadi variabel perancu
antivaksinasi.36,54 Sayangnya, sampai sejauh ini dalam penelitian ini. Internet dapat digunakan
di Indonesia belum ada penelitian yang sebagai sumber pencarian informasi yang kaya
melakukan studi tentang kehadiran internet dan tentang vaksin atau imunisasi.
era media sosial sekarang ini yang dapat
mempengaruhi pilihan orangtua untuk SARAN
memberikan vaksinasi pada anaknya atau tidak.
Ponsel dan internet telah menjadi bagian hidup Perlu perluasan akses internet bagi seluruh
sehari-hari masyarakat Indonesia. Teknologi penduduk Indonesia sampai daerah pelosok
yang terus berkembang membuat jumlah demi tercapainya pemerataan pembangunan
pengguna internet di Indonesia juga semakin terutama untuk kemudahan akses informasi.
banyak.26 Terdapat bukti bahwa media sosial Konten-konten dari para stakeholder yang
berdampak positif terhadap luasnya jangkauan memberikan informasi tentang pentingnya
pesan kesehatan masyarakat yang secara efektif pemberian imunisasi pada anak perlu lebih
meningkatkan kesadaran masyarakat, diperbanyak. Penelitian lebih lanjut tentang
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, perilaku penduduk Indonesia pada penggunaan
serta terjadinya perubahan perilaku. Penetrasi internet terhadap akses tentang kesehatan pada
internet yang masih rendah memberikan umumnya serta persepsi penerimaan imunisasi
peluang lebih luas bagi pemerintah Indonesia pada khususnya perlu untuk dilakukan.
untuk melakukan ekspansi jaringan internet
sampai ke seluruh pelosok Indonesia. Dengan UCAPAN TERIMAKASIH
demikian, semua informasi dapat lebih mudah
tersampaikan ke seluruh lapisan masyarakat. Kami ucapkan terimakasih kepada Bridgette
Studi perubahan perilaku jelas menunjukkan Wellington dari The Demographic and Health
pentingnya koneksi sosial untuk mendukung Surveys (DHS) program yang telah
perubahan perilaku.55 Studi intervensi internet memfasilitasi penggunaan data Survei
juga menunjukkan bahwa jaringan online Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017.
mampu memfasilitasi penciptaan dan koneksi Seluruh penulis merupakan kontributor utama
sosial melalui partisipasi langsung dalam dalam penyusunan artikel ini.
mengelola masalah kesehatan.55,56 Dengan
demikian, sangat mungkin penggunaan DAFTAR PUSTAKA
komunikasi media sosial dan pertukaran
informasi yang fokusnya pada kesehatan 1. Statistics Canada. Individual Internet
memiliki dampak signifikan terhadap perilaku use and e-commerce, 2012. Stat Canada
yang relevan dengan kesehatan masyarakat.14 [Internet]. 2013;2010–3. Available
Di sisi lain, perlu adanya dorongan kepada from: http://www.statcan.gc.ca/daily-
semua lapisan masyarakat agar memiliki etika quotidien/131028/dq131028a-
bagaimana memanfaatkan media sosial. eng.pdf%0Ahttp://www.statcan.gc.ca/d
Penyebaran informasi tanpa dikoreksi maupun aily-quotidien/131028/dq131028a-
dipilah, pada akhirnya akan berdampak pada eng.htm
hukum dan informasi hoax yang dapat 2. Mills E, Jadad AR, Ross C, Wilson K.
memecah belah publik.18 Systematic review of qualitative studies
exploring parental beliefs and attitudes
toward childhood vaccination identifies
KESIMPULAN common barriers to vaccination. J Clin
Epidemiol [Internet]. 2005 Nov
Akses internet di keluarga Indonesia sebesar 46 1;58(11):1081–8. Available from:
persen, dan cakupan imunisasi lengkap anak https://doi.org/10.1016/j.jclinepi.2005.0
bawah dua tahun adalah sebesar 65,3 persen. 9.002
Terdapat hubungan yang bermakna antara 3. Tonsaker T, Bartlett G, Trpkov C.
akses internet di keluarga dengan status Health information on the Internet. Can
kelengkapan imunisasi anak bawah dua tahun Fam Physician. 2014;60:407–8.