Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan Peserta Didik
Disusun Oleh :
Gunawan Sanang
16303125
Kelas G Semester 3
Fakultas Ekonomi
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik, dan ilham-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga maklah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Makalah ini disusun dalam rangka untuk melaksanakan tugas mata kuliah
Perkembangan Peserta didik.
Makalah ini kami akui masih banyak banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
2
DAFTAR ISI
C. Tujuan ……………………………………………………………………… 5
3
3. Permasalahan Perkembangan Anak Usia Dini ………………………….. 15
Kesimpulan ……………………………………………………………………. 23
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini banyak para pendidik yang kurang perhatian dalam mempelajari pola
pertumbuhan maupun perkembangan peserta didik yang sebenarnya sangat berguna
demi kelancaran proses pembelajaran. Dengan kurang fahamnya pendidik dengan pola
pertumbuhan maupun perkembangan peserta didikinya maka akan terjadi beberapa
hambatan dalam proses pembelajaran seperti : kurang difahaminya materi yang
disampaikan pendidik.
Disamping itu, kami membuat makalah ini dengan harapan agar penulis dapat
lebih mendalam lagi dalam mempelajari perkembangan peserta didik guna mendukung
metode pembelajaran kelak.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peserta Didik
Hakekat peserta didik menurut ilmu filosofi adalah menuntut pemikiran secara
dalam, luas, lengkap, menyeluruh, tuntas serta mengarah pada pemahaman tentang
peserta didik. Sedangkan menurut pandangan tradisionil, anak (peserta didik) adalah
miniatur manusia dewasa (Elizabeth B.Hurlock. 1978:2).
Johan Amos Comenius (abad ke-17) mempelopori kajian tentang anak bahwa
anak harus dipelajari bukan sebagai embrio orang dewasa melainkan sosok alami anak.
Pengikut Comenius mengembangkan pendapat bahwa mengamati anak secara langsung
akan memberi manfaat ketimbang mempelajari secara filosofis.
Pandangan menurut ilmu psikolog tentang peserta didik adalah individu yang
sedang berkembang baik jasmani maupun rohani. Perubahan jasmani biasa disebut
pertumbuhan, ialah terdapatnya perubahan aspek jasmani menuju kearah kematangan
fungsi, missal kaki, tangan sudah mulai berfungsi secarea sempurna. Sedangkan
perkembangan adalah perubahan aspek psikis secara lebih jelas.
Pandangan lama mengatakan bahwa manusia adalah primat, artinya kerabat kera
besar, simpanse dan gorila yang telah mengalami evolusi. Sedang pandangan baru
mengatakan bahwa peserta didik adalah homosapien, artinya makhluk hidup yang telah
mengalami evolusi paling sempurna.
7
Dari tinjauan Anthopologi hakekat peserta didik dapat ditafsirkan sebagai
berikut:
Peserta didik sebagai organism yang harus ditolong, sebab pada waktu
lahir dia dalam kondsi yang lemah.
Imran Manan (1989: 12-13) menjelaskan bahwa dari dimensi Anthropologi peserta
didik dapat dijelaskan dari tiga dimensi:
Islam menjelaskan bahwa manusia (peserta didik) adalah makhluk Allah swt
sesuai firman-Nya dalam Al-Qur’an surat At-Tin : 4
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.”
Agar dapat menjalankan fungsinya selain dibekali dengan kodrat tersebut juga
dibekali akal, pikiran, nafsu. Dalam banyak ayat peserta didik berpotensi untuk
diperlakukan sebagai subjek didik yang harus dididik, hal tersebut dijelaskan dalam
surat Al-Anbiya’ : 12-17 dan juga surat Al-A’raf : 179.
8
Beberapa sebutan manusia dalam Al-Qur’an antara lain Al-Basyr, An-Nas,
Abdullah, Kholifah fil Ard.
Dalam pembelajaran, peserta didik dapat dipandang sebagai objek didik, subjek
didik, dan sebagai subjek dan objek didik sekaligus.
Sebagai individu yang sedang berkembang baik potensi fisik maupun psikis
9
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik
Warisan atau turunan yang dibawa anak sejak lahir dari kandungan
sebagian besar berasal dari kedua orang tuanya dan selebihnya berasal dari
nenek dan moyangnya dari kedua belah pihak (ibu dan ayahnya). Hal ini sesuai
dengan hukum Mendel yang dicetuskan Gregor Mendel (1857).
Kata Belanda karakter, itu berasal dari kata Yunani charassein, yang
berarti (mula-mula) coretan, atau gorasan. Kemudian berarti stempel atau
gambaran yang ditinggalkan oleh stempel itu. Jadi di sini kita menganggap
bahwa tingkah laku manusia adalah pencerminan dari seluruh pribadinya. Ini
telah lama sekali dikenal oleh manusia.
Inteligensi (kecerdasan)
11
memecahkan suatu masalah. Dengan lain perkataan inteligensi adalah situasi
kecerdasan berpikir, sifat-sifat perbuatan cerdas (inteligen).
Hukum Chepalocoudal
Hukum Proximodistal
Pada setiap aspek pertumbuhan dan perkembangan dimulai dari hal-hal yang
bersifat umum, kemudian sedikit demi sedikit menuju ke hal yang bersifat khusus.
Perkembangan berlangsung sesuai dengan tahap perkembangan. Pada umumnya para
ahli membagi tahap-tahap perkembangan manusia sebagai berikut :
Masa pra-lahir
Anak usia dini (0 – 8 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan
perkembangan karena itulah maka usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas)
yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya. Usia tersebut
merupakan fase kehidupan yang unik. Secara lebih rinci akan diuraikan karakteristik
anak usia dini sebagai berikut :
Usia 0 – 1 tahun
Usia 2 – 3 tahun
Anak pada usia ini memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan masa
sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat. Beberapa
karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2 – 3 tahun antara lain :
Usia 4 – 6 tahun
Usia 7 – 8 tahun
Perkembangan kognitif anak masih berada pada masa yang cepat. Dari
segi kemampuan, secara kognitif anak sudah mampu berpikir bagian per
bagian. Artinya anak sudah mampu berpikir analisis dan sintesis,
deduktif dan induktif.
15
Perkembangan sosial anak mulai ingin melepaskan diri dari otoritas
orangtuanya. Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan anak untuk
selalu bermain di luar rumah bergaul dengan teman sebaya.
Perkembangan fisik-motori.
Perkembangan kognitif
16
Tahap sensor motor (0 – 2 tahun) . .
Kemampuan berpikir logis muncul pada tahap ini. Mereka dapat berpikir
secara sistematis untuk .mencapai pemecahan masalah. Pada tahap ini
permasalahan yang dihadapinya adalah permasalahan yang konkret.
Pada tahap ini anak akan menemui kesulitan bila diberi tugas sekolah
yang menuntutnya untuk mencari sesuatu yang tersembunyi. Misalnya, anak
sering kali menjadi frustasi bila disuruh mencari arti tersembunyi dari suati kata
dalam tulisan tertentu. Mereka menyukai soal-soal yang tersedia jawabannya.
17
Tahap operasional formal (11 -15 tahun)
Tahap ini ditandai dengan pola berpikir orang dewasa. Mereka dapat
mengaplikasikan cara berpikir terhadap permasalahan dari semua kategor baik
yang abstrak maupun yang konkret. Pada tahap ini anak sudah dapet memikirkan
buah pikirannya, dapat membentuk ide-ide, berpikir tentang masa depan secara
realistis.
Perkembangan moral,disiplin,etika
Perkembangan sosial,empati,kerjasama
Pasa tahap ini perkembangan sosial anak dimulai dari sifat egosentrik, individual
kearah interaktif, komunal.
Perkembangan emosional, harga diri pada anak usia dini dimulai dengan
18
Tahap Intiative vs Guilt (4-5 tahun)
Pada masa ini anak harus dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari orang tua,
anak harus dapat bergerak bebas dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Suka berpetualang
19
Bahaya fisik
Kematian
Penyakit
Kecelakaan
Kejanggalan
Tangan kidal
Bahaya psikologis
Orang lain tidak dapat mengharapkan anak-anak untuk mengerti apa yang
dikatakan apabila orang lain memakai kata-kata yang tidak dimengerti oleh
anak-anak.
Dalam awal masa kanak-kanak, mutu pembicaraan yang buruk dapat disebabkan
salah ucap atau kesalahan tata bahasa, gagap, pelat atau berbahasa dua.
Bahaya emosional
Bahaya sosial
Bahaya moral
Pada masa ini anak usia dini mempunyai kecenderungan disiplin yang
kurang konsisten akan memperlambat proses untuk belajar menyesuaikan diri.
Bahaya kepribadian
Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun
anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif
sama pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan
perbedaan yang menyolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan,
perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain.
Olahraga juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak. Anak
yang kurang berolahraga atau tidak aktif sering kali menderita kegemukan atau
kelebihan berat badan yang dapat mengganggu gerak dan kesehatan anak.
21
Orang tua harus selalu memperhatikan berbagai macam penyakit yang sering
kali diderita anak, misalnya bertalian dengan kesehatan penglihatan (mata), gigi, panas,
dan lain-lain. Oleh karena itu orang tua selalu memperhatikan kebutuhan utama anak,
antara lain kebutuhan gizi, kesehatan dan kebugaran jasmani yang dapat dilakukan
setiap hari sekalipun sederhana.
Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan jenis
kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua maupun guru di sekolah.
Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya,
etnik dan bangsa.
Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang sering kali bertemu
dan bergaul juga memegang peranan penting pada perkembangan emosional anak.
Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang tua dan
anak, biasanya orang tua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak, psikiatri,
psikolog dan sebagainya. Dengan berkonsultasi tersebut orang tua akan dapat
melakukan pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala
22
sesuatu yang dapat merugikan bahkan memperlambat perkembangan mental dan
emosional anak.
Stres juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidakhadiran orang tua,
keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang sering kali timbul.
Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan stres pada anak biasanya kurang
perhatian orang tua, sering kali mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan
jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu di luar kesanggupannya menyesuaikan diri
dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat
positif selama anak melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat.
3. Perkembangan Bahasa
Bahasa telah berkembang sejak anak berusia 4 – 5 bulan. Orang tua yang bijak
selalu membimbing anaknya untuk belajar berbicara mulai dari yang sederhana sampai
anak memiliki keterampilan berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa. Oleh
karena itu bahasa berkembang setahap demi setahap sesuai dengan pertumbuhan organ
pada anak dan kesediaan orang tua membimbing anaknya.
Fungsi dan tujuan berbicara antara lain: (a) sebagai pemuas kebutuhan, (b)
sebagai alat untuk menarik orang lain, (c) sebagai alat untuk membina hubungan sosial,
(d) sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri, (e) untuk dapat mempengaruhi pikiran
dan perasaan orang lain, (f) untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
Potensi anak berbicara didukung oleh beberapa hal. Yaitu: (a) kematangan alat
berbicara, (b) kesiapan mental, (c) adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak,
(d) kesempatan berlatih, (e) motivasi untuk belajar dan berlatih dan (f) bimbingan dari
orang tua.
Terdapat bermacam hadiah yang sering kali diberikan kepada anak, yaitu yang
berupa materiil dan non materiil. Hadiah tersebut diberikan dengan maksud agar pada
kemudian hari anak berperilaku lebih positif dan dapat diterima dalam masyarakat luas.
Fungsi hadiah bagi anak, antara lain: (a) memiliki nilai pendidikan, (b)
memberikan motivasi kepada anak, (c) memperkuat perilaku dan (d) memberikan
dorongan agar anak berbuat lebih baik lagi.
Fungsi hukuman yang diberikan kepada anak adalah: (a) fungsi restruktif, (b)
fungsi pendidikan, (c) sebagai penguat motivasi.
Syarat pemberian hukuman adalah: (a) segera diberikan, (b) konsisten, (c)
konstruktif, (d) impresional artinya tidak ditujukan kepada pribadi anak melainkan
kepada perbuatannya, (e) harus disertai alasan, (f) sebagai alat kontrol diri, (g) diberikan
pada tempat dan waktu yang tepat.
24
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pembaca yang budiman, semoga makalah ini dapat dijadikan salah satu referensi
dalam pembelajaran Perkembangan Peserta Didik khususnya pada pembahasan Bab
Peserta Didik, Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik, Perkembangan Anak
Usia Dini, dan Krakteristik Anak Usia Sekolah Dasar.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca sekalian sangat penulis harapkan guna
kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.
25
DAFTAR PUSTAKA
26