Ubi Jalar
Ubi Jalar
Ubi Jalar
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Klasifikasi Tanaman Ubi Jalar Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) adalah sejenis tanaman
budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan kadar gizi
(karbohidrat) yang tinggi. Di Afrika, umbi ubi jalar menjadi salah satu sumber makanan pokok yang
penting. Di Asia, selain dimanfaatkan umbinya, daun muda ubi jalar juga dibuat sayuran. Terdapat pula
ubi jalar yang dijadikan tanaman hias karena keindahan daunnya. Ubi Jalar berasal dari Amerika Selatan
dan iklim tropis dan sekarang masih diperdebatkan Papua. Kalangan yang tidak menyetujui asal muasal
ubi jalar dari Papua berpendapat bahwa orang Indian telah berlayar menuju kebarat melalui Samudra
Pasifik dan membantu menyebarkan ubi jalar ke Asia. Proposal banyak ditentang karena bertentangan
dengan fakta-fakta klimatologi dan antropologi. Di beberapa daerah tertentu, ubi jalar merupakan salah
satu komoditi bahan makanan pokok. Ubi jalar merupakan komoditi pangan penting di Indonesia dan
diusahakan penduduk mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanaman ini mampu
beradaptasi di daerah yang kurang subur dan kering. Dengan demikian tanaman ini dapat diusahakan
orang sepanjang tahun Ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai bentuk atau macam produk olahan.
Beberapa peluang penganeka-ragaman jenis penggunaan ubi jalar dapat dilihat berikut ini: Daun:
sayuran, pakan ternak Batang: bahan tanam, pakan ternak Kulit ubi: pakan ternak Ubi segar: bahan
makanan Tepung: makanan Pati: fermentasi, pakan ternak, asam sitrat
1 Rumusan Masalah
Mengingat pentingnya tanaman Ubi Jalar bagi sebagian masyarakat yang merupakan tanaman pokok,
maka perlu diketahui tentang tanaman ubi jalar, cara
2 Klasifikasi Tanaman Ubi Jalar Klasifikasi Tanaman Ubi Jalar adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Convolvulales
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomea
Ubi jalar atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari Benua Amerika. Para ahli botani
dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesi, dan
Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli Botani Soviet, memastikan daerah
sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah. Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh
dunia, terutama Negara-negara beriklim tropika pada abad ke-16. Orang- orang Spanyol menyebarkan
ubi jalar kekawasan Asia, terutama Filiphina, Jepang, dan Indonesia
Plasma nutfah (sumber genetik) tanaman ubi jalar yang tumbuh di dunia diperkirakan berjumlah lebih
dari 1000 jenis, namun baru 142 jenis yang diidentifikasi oleh para peneliti. Lembaga penelitian yang
menangani ubi jalar, antara lain: International Potato centre (IPC) dan Centro International de La Papa
(CIP). Di Indonesia, penelitian dan pengembangan ubi jalar ditangani oleh Pusat Peneliltian dan
Pengembangan Tanaman Pangan atau Balai Penelitian Kacang- Kacangan dan Umbi-Umbian (Balitkabi),
Departemen Pertanian. Varietas atau kultivar atau klon ubi jalar yang ditanam di berbagai daerah
jumlahnya cukup banyak, antara lain: lampeneng, sawo, cilembu, rambo, SQ-27, jahe, kleneng,gedang,
tumpuk, georgia, layang-layang, karya, daya, borobudur, prambanan, mendut, dan kalasan. Varietas
yang digolongkan sebagai varietas unggul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.)dan penyakit kudis oleh cendawan Elsinoe sp.
4. Syarat Tumbuh
Iklim Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Daerah yang paling ideal
untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21- 27 oC. Daerah yang mendapat sinar matahari
11-12 jam/hari merupakan daerah yang disukai. Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usaha
tani ubi jalar tercapai pada musim kering (kemarau). Di tanah yang kering (tegalan) waktu tanam yang
baik untuk tanaman ubi jalar yaitu pada waktu musim hujan, sedang pada tanah sawah waktu tanam
yang baik yaitu sesudah tanaman padi dipanen.Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan
curah hujan 500- mm/tahun, optimalnya antara 750-1500 mm/tahun. 2.5 Media Tanam Hampir setiap
jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi jalar. Jenis tanah yang paling baik adalah pasir
berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik. Penanaman
ubi jalar pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang hama
penggerek (Cylas sp.). Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah becek atau berdrainase yang
jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi,
dan bentuk ubi benjol. Derajat keasaman tanah adalah pH=5,5-7,5. Sewaktu muda memerlukan
kelembaban tanah yang cukup.Ubi jalar cocok ditanam di lahan tegalan atau sawah bekas tanaman padi,
terutama pada musim kemarau. Pada waktu muda tanaman membutuhkan tanah yang cukup lembab.
Oleh karena itu, untuk penanaman di musim kemarau harus tersedia air yang memadai.
5 Ketinggian Tempat
Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Tanaman ubi jalar juga dapat
beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh karena daerah penyebaran terletak pada 300 LU dan 300
LS. Di Indonesia yang beriklim tropik,tanaman ubi jalar cocok ditanam di dataran rendah hingga
ketinggian 500 m dpl. Di dataran tinggi dengan ketinggian 1 m dpl, ubi jalar masih dapat tumbuh dengan
baik, tetapi umur panen menjadi panjang dan hasilnya rendah.
6. Pengolahan tanah
Kondisi tanah yang cocok untuk budidaya ubi jalar adalah tanah yang lempung berpasir, gembur, banyak
mengandung hara dan memiliki drainase yang baik. Budidaya ubi jalar pada tanha kering dan retak-
retak, akan menurunkan imunitas tanaman. Tanaman mudah terserang hama dan penyaki. Sebaliknya
bila ditanam ditempat becek atau basah, umbinya akan kerdil, kadar sera tinggi, umbi mudah busus dan
bentuknya benjol.Derajat keasaman tanah idela untuk budidaya ubi jalar sekitar 5,5 – 7, pH. Tanaman ini
tumbuh baik pada lahan tegalan atau bekas sawah. Pada lahan tegalan, budidaya ubi jalar cocok
dilakukan diakhir musim hujan. Sedangkan untuk lahan sawah lebih cocok pada musim
kemarau.Budidaya ubi jalar relatif tidak membuuhkan pupuk yang banyak. Apalagi bila ditanam dilahan
bekas sawah. Untuk budidaya ubi jalar secara organik, berikan pupuk dasar berupa pupuk kandang atau
kompos. Pupuk kandang yang bagus adalah campuran kotoran ayam dan sapi atau kambing yang telah
matang. Campurkan pupuk pada saat pembuatan bedengan dengan dosis 20 ton per hektar. Pengolahan
tanah dapat dilakukan dengan cara berikut :
Bersihkan lahan atau area tanam dari semak belukar dan gulma
Buat bedengan dengan tinggi 30 – 40 cm, lebar 60 – 100 cm dan jarak antar bedengan satu dengan yang
lainnya 40 – 60 cm
7. Pembibitan
Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif berupa stek
batang atau stek pucuk. Perbanyakan tanaman secara generatif hanya dilakukan pada skala penelitian
untuk menghasilkan varietas baru.
fase awal pertumbuhan ubi jalar memerlukan ketersediaan air tanah yang memadai. Seusia tanam ubi
jalar tanah tempat tumbuh ubi jalar harus diari selama 15-30 menit hingga tanah cukup basah,
kemudian air dialirkan keseluruh tanaman yang tumbuh. Pengairan berikutnya masih diberikan secara
kontinu hingga tanaman ubi jalar berumur 1- bulan. Pada periode pembentukan dan perkembangan ubi
jalar yaitu umur 2- minggu sebelum panen, pengairan dikurangi atau dihentikan. Waktu pengairan yang
paling baik adalah pada pagi ata sore hari. Didaerah yang sumber airnya memadai, pengairan dapat
dilakukan rutin seminggu sekali. Hal yang paling penting diperhatikan dalam kegiatan pengairan adalah
menghindari agar tanah idak terlalu becek (menggenang). 2 Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Ubi Jalar
Ada cara yang sederhana yang dapat dilakukan untuk pengendalian hama dan penyakit pada ubi jalar
yakni dengan menanam varietas yang tahan terhadap serangan penyakit. Selain cara tersebut masih
banyak cara yang bisa dilakukan untuk meminimalisir kerugian yang diakibatkan oleh serangan hama
dan penyakit pada ubi jalar. Cara-cara tersebut sesuai dengan hama dan penyakit yang menyerang.
9 Hama Tanaman
Ubi Jalar Untuk jenis hama yang sering menyerang tanaman ubi jalar ialah Cylas formicarius, Nematoda
Meloidogyne sp dan hama penggerak batang Omphisa anastomasalis.
Cylas formicarius
Gejala :
menyerang dengan cara menggerek ubi mulai di lapangan sd penyimpanan sehingga merusak kualitas
dan kuantitas ubi jalar
kerusakan akibat serangan larva adanya lubang-lubang kecil bekas gerekan yang tertutup oleh kotoran
berwarna hijau dan berbau menyengat.
Umumnya menyerang ubi jalar pada fase umbi Cara hama itu menyerang : Telur diletakkan dengan
melukai umbi, kemudian ditutup dengan kotoran. Larva menggerek di dalam umbi. Pupa dibentuk dalam
liang gerek. Imago aktif malam hari, dan makan daun, tangkai daun maupun umbi.
Status hama : merupakan hama penting paling merugikan pada ubi jalar.
Gejala :
Terjadi pembekakan batang, beberapa batang mudah patah, daun-daun menjadi layu dan akhirnya
cabang-cabang tanaman mati.
Telur diletakkan satu per satu pada permukaan bawah daun atau tangkai daun. Larva warna violet dan
menggerek dari tangkai daun, terus ke batang dan akhirnya dapat menggerek umbi. Kotoran larva keluar
dari liang gerek. Larva dapat terbawa umbi saat panen. Pupa dibentuk dalam kokon, pada bag atas umbi
atau dalam gerekan di pangkal batang. Imago warna abu2 dengan bercak-bercak putih pada sayap.
Siklus Hidup : + 55 hari
Pengendaliannya :
Pergiliran tanaman
Pengamatan pada tanaman muda, bila serangan > 5 % dikendalikan dengan pestisida kimia
Aplikasi insektisida terdaftar dan diijinkan Mentan dengan konsentrasi sesuai anjuran(mis : Curacron 500
EC, atau Matador 25)
Nematode Meloidogyne sp
Penyakit utama yang salah satunya yang sering menyerang tanaman ubi jalar ialah kudis (scab), jenis
penyakit ini dapat disebabkan oleh cendawan Sphaceloma batatas ( Elsinoe batatas ). Penyakit juga
merupakan salah satu jenis penyakit yang berada didaerah tropis, jika tanaman tersebut terkena
penyakit jenis ini maka akan menurunkan hasil panennya hingga mencapai kurang lebih 30%. Cendawa
sphaceloma batatas ini dapat tumbuh dengan subur pada kondisi yang lingkungannya lembab dan
dengan memiliki curah hujan yang terbilang cukup tinggi. Secara umum tanaman ubi jalar ditanam
dengan cara menggunakan stek dari stek tersebut cendawan ini dapat mudah menyerang tanaman ubi
jalar.
Virus
Beberapa virus yang menyerang ubi jalar : Internal Cork, Chlorotic Leaf Spot dan Yellow Dwarf.
Gejala :
Pertumbuhan batangdan daun tidak normal, tanaman kerdil dengan tata letak daun bergerombol di
bagian puncak, warna daun klorosis atau hijau kekuningan.
Pengendaliannya :
Pemanenan ubi jalar bisa dilakukan pada umur 3,5-4 bulan. Perhatikan cuaca saat menjelang panen,
atau umur tanaman di atas 3 bulan. Umbi siap panen yang tiba-tiba tertimpa hujan deras biasanya akan
membusuk. Hal ini terjadi pada budidaya ubi jalar yang dilakukan di musim kemarau terjadi hal tersebut
segera lakukan pemanenan, maksimal 7 hari setelah hujan.
Panen dikatakan berhasil jika tiap satu bibit yang ditanam minimal menghasilkan 1 kg umbi. Secara
umum tanaman ubi jalar yang baik dan tidak terserang hama akan menghasilkan umbi lebih dari 25 ton
per hektar. Bahkan pada ubi jalar varietas tertentu seperti kalasan bisa menghasilkan hingga 30-40 ton
per hektar.
Setelah dipanen, ubi jalar dicuci dan disortir kemudian masukkan dalam karung dan simpan ditempat
kering sebelum dijual ke pasar.
2 Penanganan Pasca Panen Ubi Jalar Salah satu usaha untuk meningkatkan hasil ubi jalar atau ketela
rambat adalah memperhatikan pasca panennya agar mendapatkaan hasil dengan kualitas, yang baik.
Dengan perlakuan yang kurang tepat, akan menyebabkan ubi busuk,
ataupun bolengen. Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, diperlukan perlakuan tahapan sebagai
berikut :
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dan dijangkau oleh angkutan.
Pemilihan atau penyortiran ubi jalar sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung.
Akan tetapi penyortiran ubi jalar dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam
suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi
yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis- garis
pada daging umbi.
Penanganan pascapanen ubi jalar biasanya ditujukan untuk mempertahankan daya simpan ubi yang
paling baik dilakukan dalam pasir atau abu. Tata cara penyimpanan ubi jalar dalam pasir atau abu adalah
sebagai berikut: a) Angin-anginkan ubi yang baru dipanen di tempat yang berlantai kering selama 2-3
hari. b) Siapkan tempat penyimpanan berupa ruangan khusus atau gudang yang kering, sejuk, dan
peredaran udaranya baik. c) Tumpukkan ubi di lantai gudang, kemudian timbun dengan pasir kering atau
abu setebal 20-30 cm hingga semua permukaan ubi tertutup.
Cara penyimpanan ini dapat mempertahankan daya simpan ubi sampai 5 bulan. Ubi jalar yang
mengalami proses penyimpanan dengan baik biasanya akan menghasilkan rasa ubi yang manis dan enak
bila dibandingkan dengan ubi yang baru dipanen.
Hal yang penting dilakukan dalam penyimpanan ubi jalar adalah melakukan pemilihan ubi yang baik,
tidak ada yang rusak atau terluka, dan tempat (ruang) penyimpanan bersuhu rendah antara 27-30
derajat C (suhu kamar) dengan kelembapan udara antara 85-90 %.menghasilkan terpene phytoalexins.
Diduga enzim pektolitik yang terdapat pada kumbang C. formicarius adalah terpen (Sato et al.
1982).Selanjutnya dinyatakan bahwa sisa gerekan di dalam batang menyebabkan malformasi,
penebalan, dan patahnya batang rambat serta daun menjadi hijau pucat. Supriyatin (2001)
mengemukakan bahwa warna jaringan di sekitar lubang gerekan pada umbi akan berubah menjadi lebih
gelap dan membusuk, sehingga umbi tidak layak dikonsumsi karena rasanya pahit. Bila dikonsumsi umbi
tersebut akan merangsang pembentukan senyawa toksik yang dapat mempengaruhi kerja hati dan paru-
paru manusia (Supriatin 2001).
Dari pernyataan tersebut maka perlu adanya tindakan untuk mencegah terjadinya serangan yang dapat
mengakibatkan kerusakan yang fatal dan dapat merugikan petani dan juga merudak kesehatan bagi
yang telah mengkonsumsinya tindakan yang dilakukan adalah dengan dua cara yaitu tindakan secara
prefentif dan tindakan secara kuratif. Dimana tindakan-tindakan tersebut sangat membantu untuk
mengurangi atau meminimalisir tingkat serangan yang bisa terjadi. Tindakan secara prefentif adalah
tindakan-tindakan yang dilakukan sebelum terkadi serangan yang bertujuan untuk mencegah adanya
serangan yang mungkin bisa masuk,dan tindakan secara kuratif adalah tindakan yang dilakukan setelah
terjadi serangan atau bisa dikatakan tindakan yang dilakukan pada saat ubi mengalami serangan.
Pengendalian menggunakan cara prefentif, yaitu dengan melakukan beberapa cara dengan menerapkan
konsep pengendalian hama terpadu (PHT). PHT merupakan pendekatan ekologi dalam pengelolaan
agroekosistem. Oleh karena itu, PHT mengutamakan berfungsinya pengendalian mekanisme alami yang
secara dinamis dapat menjaga populasi hama tetap berada pada keseimbangan umum yang rendah.
Komponen PHT meliputi penggunaan varietas tahan, teknik cocok tanam, musuh alami, dan penggunaan
pestisida bila diperlukan. CABI (2001) melaporkan bahwa beberapa komponen pengendalian C.
formicarius yang telah diteliti meliputi teknik cocok tanam, pemusnahan inang antara, serta penggunaan
varietas tahan, musuh alami, dan seks feromon.
Pengendalian menggunakan musuh alami merupakan pengendalian yang cukup efektif alami yang
berupa patogen belum banyak diketahui baik jenis maupun pencampuran jenis patogen yang menjadi
musuh alami C. formicarius adalah jamur, virus, bakteri, protozoa, dan nematoda antara jamur
entomopatogenik, Beauveria bassiana adalah yang paling efektif . Mortalitas C. formicarius mencapai
80–90% jika spora B diaplikasikan pada tanah steril (Talekar et al. 1989). Capinera (1998) menyatakan
bahwa B. bassiana mampu menyebabkan kematian yang besar pada kondisi kelembaban tinggi dan
kepadatanC yang juga tinggi.
Untuk pengendalian secara kuratif yaitu dengan melakukan pemotongan umbi yang telah terserang dan
membuangnya, hal ini merupakan salah satu cara agar serangan yang menyebabkan tidak menyebar ke
seluruh bagian umbi dan juga dengan menyortir umbi yang telah terserang dengan mengelompokkan
tingkat kerusakannya dengan begitu kita dapat mengetahui mana yang masih bisa dipertahankan, cara
ini merupakan cara yang efektif karena melihat adanya tingkat kerusakannya, apabila tidak dilakukan
maka akan mengakibatkan kerusakan yang lebih besar,sehingga kerugiannyapun semakin besar apabila
tidak dilakukan.