Budidaya Bayam
Budidaya Bayam
Budidaya Bayam
Kelas : X-B
Budidaya Bayam
I. UMUM
1.1. Sejarah Singkat
Bayam merupakan tanaman sayuran yang dikenal dengan
nama ilmiah Amaranthus spp. Kata "amaranth" dalam bahasa
Yunani berarti "everlasting" (abadi). Tanaman bayam berasal
dari daerah Amerika tropik. Tanaman bayam semula dikenal
sebagai tumbuhan hias. Dalam perkembangan selanjutnya.
Tanaman bayam dipromosikan sebagai bahan pangan sumber
protein, terutama untuk negara-negara berkembang. Diduga tanaman bayam masuk ke Indonesia
pada abad XIX ketika lalu lintas perdagangan orang luar negeri masuk ke wilayah Indonesia.
1. Bayam cabut atau bayam sekul alias bayam putih (A. tricolor L.). Ciri - ciri bayam cabut
adalah memiliki batang berwarna kemerah-merahan atau hijau keputih - putihan, dan memilki
bunga yang keluar dari ketiak cabang. Bayam cabut yang batangnya merah disebut bayam
merah, sedangkan yang batangnya putih disebut bayam putih.
2. Bayam tahun, bayam skop atau bayam kakap (A. hybridus L.). Ciri - ciri bayam ini adalah
memiliki daun lebar - lebar, yang dibedakan atas 2 spesies yaitu:
1. A. hybridus caudatus L., memiliki daun agak panjang dengan ujung runcing, berwarna hijau
kemerah - merahan atau merah tua, dan bunganya tersusun dalam rangkaian panjang terkumpul
pada ujung batang.
2. A. hibridus paniculatus L., mempunyai dasar daun yang lebar sekali, berwarna hijau,
rangkaian bunga panjang tersusun secara teratur dan besar - besar pada ketiak daun.
Varietas bayam unggul ada 7 macam yaitu; varietas Giri Hijau, Giti Merah, Maksi, Raja, Betawi,
Skop, dan Hijau. Sedangkan beberapa varietas bayam cabut unggul adalah Cempaka 10 dan
Cempaka 20.
Bayam merupakan bahan sayuran daun yang bergizi tinggi dan digemari oleh semua lapisan
masyarakat. Daun bayam dapat dibuat berbagai sayur mayur, bahkan disajikan sebagai hidangan
mewah (elit). Di beberapa negara berkembang bayam dipromosikan sebagai sumber protein
nabati, karena berfungsi ganda bagi pemenuhan kebutuhan gizi maupun pelayanan kesehatan
masyarakat.
Manfaat lainnya adalah sebagai bahan obat tradisional, dan juga untuk kecantikan. Akar bayam
merah dapat digunakan sebagai obat penyembuh sakit disentr. Daun dan bunga bayam duri
berkhasiat untuk mengobati penyakit asma dan eksim. Bahkan sampai batas tertentu, bayam
dapat mengatasi berbagai jenis penyakit dalam. Untuk tujuan pengobatan luar, bayam dapat
dijadikan bahan kosmetik (kecantikan). Biji bayam digunakan untuk bahan makanan dan obat -
obatan. Biji bayam dapat dimanfaatkan sebagai pencampur penyeling terigu dalam pembuatan
roti atau dibuat bubur biji bayam. Ekstrak biji bayam berkhasiat sebagai obat keputihan dan
pendarahan yang berlebihan pada wanita yang sedang haid.
2.1. Iklim
1. Keadaan angin yang terlalu kencang dapat merusak tanaman bayam khususnya untuk bayam
yang sudah tinggi. Kencangnya angin dapat merobohkan tanaman.
2. Karena tanaman bayam cocok ditanam di dataran tinggi maka curah hujannya juga termasuk
tinggi sebagai syarat pertumbuhannya. Curah hujannya bisa mencapai lebih dari 1.500 mm /
tahun.
3. Tanaman bayam memerlukan cahaya matahari penuh. Kebutuhan akan sinar matahari untuk
tanaman bayam cukup besar. Pada tempat yang terlindungi (ternaungi), pertumbuhan bayam
menjadi kurus dan meninggi akibat kurang mendapat sinar matahari penuh.
4. Suhu udara yang sesuai untuk tanaman bayam berkisar antara 16 - 20 derajat C.
5. Kelembaban udara yang cocok untuk tanaman bayam antara 40 - 60%.
1. Tanaman bayam menghendaki tanah yang gembur dan subur. Jenis tanah yang sesuai untuk
tanaman bayam adalah yang penting kandungan haranya terpenuhi.
2. Tanaman bayam termasuk peka terhadap pH tanah. Bila pH tanah di atas 7 (alkalis),
pertumbuhan daun-daun muda (pucuk) akan memucat putih kekuning - kuningan (klorosis).
Sebaliknya pada pH di bawah 6 (asam), pertumbuhan bayam akan merana akibat kekurangan
beberapa unsur. Sehingga pH tanah yang cocok adalah antara 6 - 7.
3. Tanaman bayam sangat reaktif dengan ketersediaan air di dalam tanah. Bayam termasuk
tanaman yang membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhannnya. Bayam yang kekurangan
air akan terlihat layu dan terganggu pertumbuhannya. Penanaman bayam dianjurkan pada awal
musim hujan atau akhir musim kemarau.
4. Kelerengan lahan untuk budidaya tanaman bayam adalah sekitar 15 - 45 derajat.
3.1. Pembibitan
Disamping persyaratan seperti yang disebutkan diatas, benih / bibit yang digunakan kalau bisa
merupakan benih unggul agar nantinya tahan terhadap hama dan penyakit.
3.2.1. Persiapan
Sebelum pengolahan lahan dilakukan perlu diketahui terlebih dahulu pH tanah yang sesuai yaitu
antara 6 - 7 sehingga perlu dilakukan pengukuran dengan menggunakan pH-meter. Selanjutnya
menganalisis tanah yang cocok untuk tanaman bayam, apakah perlu dilakukan pemupukan atau
tidak. Kapan tanaman akan ditanam dan sebaiknya pada awal musim hujan atau akhir musim
kemarau. Berapa luas lahan yang akan ditanami dan akan melakukan sistem polikultur atau
monokultur. Dan berapa banyak kebutuhan benih untuk dapat memenuhi produk bayam yang
diinginkan.
3.2.4. Pengapuran
Apabila pH tanah terlalu rendah maka diperlukan pengapuran untuk menaikkannya. Pengapuran
dapat menggunakan kapur pertanian atau Calcit maupun Dolomit. Pada tipe tanah pasir sampai
pasir berlempung yang pH-nya 5,5 diperlukan ± 988 kg kapur pertanian / ha untuk menaikkan
pH menjadi 6,5. Kisaran kebutuhan kapur pertanian pada tanah lempung berpasir hingga liat
berlempung ialah antara 1.730 - 4.493 kg / hektar. Sebaliknya, untuk menurunkan pH tanah,
dapat digunakan tepung Belerang (S) atau Gipsum, biasa sekitar 6 ton / hektar. Cara
pemberiannya, bahan - bahan tersebut disebar merata dan dicampur dengan tanah minimal
sebulan sebelum tanam.
3.2.5. Pemupukan
Pemupukan awal menggunakan pupuk kandang yang telah masak. Waktu pemupukan dilakukan
satu minggu atau dua minggu sebelum tanam. Cara pemupukan adalah dengan disebarkan merata
diatas bedengan kemudian diaduk dengan tanah lapisan atas. Untuk pemupukan yang diberikan
per lubanng tanam, cara pemberiannya dilakukan dengan memasukkan pupuk ke dalam lubang
tanam. Dosis pemberian pupuk dasar disesuaikan dengan jenis tanaman dan keadaan lahan. Akan
tetapi dosis untuk pupuk kandang sekitar 10 ton per hektar. Pemupukan per lubang tanam
biasanya diperlukan sekitar 1 - 2 kg per lubang tanam.
3.4.3. Pembubunan
Proses pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
3.4.4. Perempalan
Apabila perawakan tanaman terlalu subur, mungkin perlu dilakukan perempalan tunas - tunas
liar dan pemasangan ajir / turus untuk memperkuat tegaknya tanaman agar tidak rebah.
3.4.5. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik, untuk tiap lubang calon tanaman
sekitar 0,4 - 0,8 kg. Dengan demikian kuantum pupuk organik akan berkisar 15 - 30 ton. Untuk
pertanaman di dataran rendah bekas sawah, pupuk organik tidak diberikan, tinggi bedengan perlu
ditambah dan dalamnya parit antar bedengan perlu diperdalam. Pupuk organik yang diberikan
adalah pupuk N (Urea sekitar 250 kg / ha atau ZA 500 kg / ha) cara dilarutkan dalam air ± 25
gram / 10 liter air, TSP 300 kg / ha dan KCl 200 kg/ha. N diberikan dua kali, setengah takaran
pada waktu tanam dan yang setengahnya lagi pada umur 30 hari setelah tanam. Apabila ternyata
nanti pertumbuhan tanaman kurang subur, dapat dipertimbangkan untuk memberi pupuk N
susulan dengan takaran sekitar 125 kg / ha, interval sekitar 30 hari dan dihentikan 30 hari
sebelum panen. Pupuk P diberikan sekali pada waktu tanam, sedangkan pupuk K diberikan dua
kali, setengah takaran pada waktu tanam dan setengah lagi pada umur 30 hari setelah tanam.
3.5.1. Hama
3.5.2. Penyakit
1. Rebah kecambah
Penyebab: cendawan Phytium sp. Gejala: menginfeksi batang daun maupun batang daun.
Pengendalian: Fungisida
2. Busuk basah
Penyebab: cendawan Rhizoctonia sp. Gejala: adanya bercak - bercak putih. Pengendalian: sama
dengan pengendalian penyakit rebah kecambah.
3. Karat putih
Penyebab: cendawan Choanephora sp. Gejala: menginfeksi batang daun dan daunnya.
Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit rebah kecambah.
3.5.3. Gulma
Jenis gulma: rumput - rumputan, alang-alang. Ciri - ciri: tumbuh mengganggu tanaman
budidaya. Gejala: lahan banyak ditumbuhi pemila liar. Pencegahan: herbisida
3.6. Panen
3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Pengumpulan dilakukan setelah panen dengan cara meletakkan di suatu tempat yang teduh agar
tidak terkena sinar matahari langsung, karena dapat membuat daun layu.
3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
Penyortiran dilakukan dengan memisahkan bayam yang busuk dan rusak dengan bayam yang
baik dan segar. Disamping itu juga penggolongan terhadap bayam yang daunnya besar dan yang
daunnya kecil. Setelah itu diikat besar - besar maupun langsung degan ukuran ibu jari.
3.7.3. Penyimpanan
Penyimpanan untuk menjaga kesegaran bayam dapat diperpanjang dari 12 jam tempat terbuka
(suhu kamar) menjadi 12 - 14 hari dengan perlakuan suhu dingin mendekati 0 derajat C,
misalnya dengan remukan es.
3.7.5. Pencucian
Pencucian hasil panen pada air yang mengalir dan bersih, atau air yang disemprotkan melalui
selang maupun pancuran.