2 Prinsip Satigrafi Dan Sedimentologi Hapri Imanuel
2 Prinsip Satigrafi Dan Sedimentologi Hapri Imanuel
2 Prinsip Satigrafi Dan Sedimentologi Hapri Imanuel
DISUSUN OLEH :
Nama : Hapri Imanuel H.
NIM : 1801034
Kelas : Teknik Perminyakan A
b. Sifat Kimia, misalnya : macam batuan, seperti batu gamping, batu pasir;
kandungan mineral tertentu yang dapat untuk penentuan lingkungan
terutama mineral autigenik; perbandingan unsur-unsur tertentu misalnya :
Ca dan Mg; Kandungan kimia dari organisme yang sering mengalami
pelarutan setelah terendapkan; Konsentrasi nodule batu gamping pada
dasar pulau penghalang serta pada tubuh pasir kuarsa yang dihasilkan dari
pengendapan CaCO3 dari pencucian cangkang organisme.
3. Lagoons: badan dari air yang menuju darat dari barrier islands.
Lagoons dilindungi dari gelombang laut yang merusak oleh barrier
islands dan mengandung sediment berbutir lebih halus dibandingkan
dengan yang ada di pantai (biasanya lanau dan lumpur). Lagoons juga
hadir di balik reef atau berada di pusat atoll.
2. Continental shelf: terletak pada tepi kontinen, relative datar (slope <
0.1o), dangkal (kedalaman kurang dari 200 m), lebarnya mampu mencapai
beberapa ratus meter. Continental shelf ditutupi oleh pasir, lumpur, dan
lanau.
3. Continental slope dan continental rise: terletak pada dasar laut dari
continental shelf. Continental slope adalah bagian paling curam pada tepi
kontinen. Continental slope melewati dasar laut menuju continental rise,
yang punya kemiringan yang lebih landai. Continental rise adalah pusat
pengendapan sedimen yang tebal akibat dari arus turbidity.
4. Abyssal plain: merupakan lantai dasar samudera. Pada dasarnya datar
dan dilapisi oleh very fine-grained sediment, tersusun terutama oleh
lempung dan sel-sel organisme mikroskopis seperti foraminifera,
radiolarians, dan diatom.
4. BATU BARA
1. Teori Insitu
Proses pembentukan batu bara terjadi di tempat asal tumbuhan tersebut
berada. Tumbuhan yang telah mati akan langsung tertimbun lapisan
sedimen dan kemudian mengalami proses pembatubaraan tanpa
mengalami proses perpindahan tempat. Batubara dihasilkan dari proses ini
memiliki kualitas yang baik. Penyebaran batubara jenis ini sifatnya merata
dan luas, bisa dijumpai di wilayah Muara Enim Sumatera Selatan.
2. Teori Drift
Berdasarkan teori ini, batubara terbentuk bukan di tempat asal tumbuhan
itu berada. Tumbuhan yang telah mamti akan terangkut air hingga
terkumpul di sutu tempat dan mengalami proses sedimentasi dan
pembatubaraan. Kualitas batubara yang dihasilkan dari proses ini
tergolong kurang baik karena tercampur material pengotor pada saat
proses pengangkutan. Penyebaran batubara ini tidak begitu luas, namun
dapat dijumpai dibeberapa tempat seperti di lapangan batubara delta
Mahakam Purba, Kalimantan Timur.
2. BATU RIJANG.
Jika nodul-nodul atau konkresi tersebut bergabung dalam jumlah yang besar,
maka akan membentuk lapisan rijang dalam suatu massa sedimen. Rijang yang
terbentuk dengan cara seperti ini biasa disebut sebagai batuan sedimen kimia.
Beberapa silikon dioksida dalam rijang diperkirakan memiliki asal biologis.
Dibeberapa tempat baik itu dilingkungan ‘laut dalam’ maupun ‘laut dangkal’,
dimana lingkungan tersebut terdapat diatom atau radiolarian yang hidup di air.
Organisme ini memiliki cangkang kaca silica yang licin (glassy silica skeleton).
Beberapa spons juga menghasilkan ‘spikula’ yang terdiri dari silica. Ketika
organisme ini mati, skeleton silica mereka akan terlepas, larut, mengkristal fan
kemudian menjadi bagian fari nodul rijang atau lapisan rijang. Rijang yang
terbentuk dengan cara ini bisa dianggap sebagai batuan sedimen biologis.
3. BATU GAMPING
Kebanyakan batu gamping terbentuk di laut dangkal, tenang dan pada perairan
yang hangat. Lingkunagan ini merupakan lingkungan ideal dimana organisme
mampu membentuk cangkang kalsium karbonat dan skeleton sebagai sumber
bahan pembentuk batu gamping. Ketika organiskme tersebut mati, cangkang dan
skeleton mereka akan menumpuk membentuk sedimen yang selanjutnya akan
terlitifikasi menjadi batu gamping.
Batu gamping juga dapat terbentuk melalui penguapan. Stalaktit, stalakmit, dan
formasi gua lainnya (sering disebut speleothemes) adalah contoh dari batu
gamping yang terbentuk melalui penguapan. Disebuah gua, tetesan air akan
merembes dari atas memasuki gua melaluirekahan ataupun ruang pori dilangit-
langit gua,kemudian akanmenguap sebelum jatuh ke lantai gua.
Ketika air menguap, setiap kalsium karbonat yang dilarutkan dalam air akan
tersimpan dilagit-langit gua. Seiring waktu, proses penguapan ini dapat
mengakibatkan akumulasi seperti es kalsium karbonat di langit-langit gua, deposit
ini dikenal sebagai stalaktit. Jika tertesan jatuh ke lantai dan menguap serta
tumbuh atau berkembang ke atas (dari lantai gua)depositnya disebut stalakmit.
Batu gamping yang membentuk formasi gua ini dikenal sebagai ‘travertine’ dan
masuk dalam kelompok batuan sedimen kimia.
4. BATU GARAM
Terbentuknya batu garam ini umumnya akibat dari penguapan air yang
mengandung garam seperti air laut yang banyak mengandung ion-ion Na+
(Sodium) dan Cl– (Cloride). Batu garam ini umumnya terbentuk di daerah danau
yang mengering akibat penguapan, teluk-teluk yang relative tertutup, daerah
estuarine yang ada di daerah arid, daerah-daerah di dekat laut seperti lagoon dan
lain-lain.
michiganbasin.jpgPada jaman dulu dalam skala waktu geologi, sejumlah air yang
sangat besar seperti misalnya Laut Mediterania atau laut yang mampu memasuki
cekungan Michigan di Era Paleozoic (600-230 juta tahun yang lalu) menguap dan
menghasilkan sedimen batu garam yang sangat tebal dan luas.