Materi 9 Riyadhah, Muqorobah, Dan Muroqobah
Materi 9 Riyadhah, Muqorobah, Dan Muroqobah
Materi 9 Riyadhah, Muqorobah, Dan Muroqobah
MATERI IX
Mata kuliah: AKHLAK TASAWUF
Oleh:
Oleh:
Riyadhah adalah latihan-latihan fisik dan jiwa dalam rangka melawan getaran hawa
nafsu dengan melakukan puasa, khalwat, bangun di tengah malam (qiyamullail),
berdzikir, tidak banyak bicara, dan beribadah secara terus menerus untuk
penyempurnaan diri secara konsisten.
Kunci sukses dari Riyadhoh adalah kepasrahan diri, menerima dengan ikhlas dan lapang
dada atas semua yang diberikan sang Khaliq.
Riyadloh, berkaitan dengan tiga hal, yaitu:
Takhalli (Takholli minal akhlaaqil madzmuumah, lepaskan dirimu dari perangai tercela).
Menghapus perbuatan tercela dan dalam mencapai Asmaul Husna, harus ada sifat
menghayati, bertobat dengan cara istiqomah dan ikhlas
Tahalli (Tahalli nafsaka bil akhlaaqil mahmuudah, isilah jiwamu dengan akhlaq yang
terpuji). Untuk mengisi perbuatan yang terpuji, diantaranya dengan melakukan dzikir dan
melakukan sholat-sholat sunnat
Tajalli (Jelaslah Tuhanmu di hadapanmu, maksudnya Allah jelas dalam dzhahir
kehidupan jiwa, hijab tersingkap menjelma kasysyaaf.) Demikianlah Takhalli permulaan
atau bidaayah dengan melalui tahalli, kemudian kesudahan atau nihaayah (puncaknya)
adalah tajalli
Riyadhah…lanjutan 2
Riyadhoh adalah alat dan bukan tujuan. Disamping istilah Riyadhah, para ulama Tasawwuf juga
menggunakan istilah ‘mujahadah
Abu Ali Addaqoq guru Imam Qusyairi, menyatakan,”Siapa yang menghiasi lahiriyahnya dengan
mujahadah (riyadhah) maka Allah memperindah batinnya dengan kemampuan musyahadah. Dan
ketahuilah bahwa siapa yang pada awalnnya tidak mujahadah, maka ia tidak akan mencicipi
semerbak aroma wangi dalam thoriqoh”
Yahya bin mu’adz sebagaimana dikutip Imam Al-Ghozali menegaskan bahwa Riyadoh itu
mencakup 4 aspek:
1. Mengurangi makanan pokok, supaya mengendalikan keinginan liar yang menjerumuskan
2. Mengurangi tidur, supaya bersihnya berbagai keinginan
3. Mengurangi bicara yg tidak perlu, supaya selamat dari berbagai bencana
4. Menanggung derita karena diganggu banyak orang, supaya sampai tujuan
Para ulama thoriqoh mendasarkan riyadhoh atau mujahadah ini pada banyak ayat Al-Qur’an dan
Hadits Rasulullah SAW dan penuturan pengalaman para ulama tasawuf
Arti mujahadah adalah penuh kesungguhan hati melawan dan menahan getaran hawa nafsunya.
Mujahadah juga berarti bersungguh hati melaksanakan ibadah dan senantiasa beramal shaleh,
sesuai dengan apa yang telah diperintahkan Allah SWT yang sekaligus menjadi amanat serta
tujuan diciptakannya manusia. Dengan beribadah, manusia menjadikan dirinya ‘abdun (hamba)
yang dituntut berbakti dan mengabdi kepada Ma’bud (Allah Yang Maha Menjadikan) sebagai
konsekuensi manusia sebagai hamba wajib berbakti (beribadah).
MUQOROBAH 3
Secara bahasa muqorobah berarti saling berdekatan (bina musyarakah) dari kata-kata qooraba-
yuqooribu-muqoorobah. Dalam pengertian ini, maksudnya adalah usaha-usaha seorang hamba
untuk selalu berdekatan dengan Allah SWT, yakni saling berdekatan antara hamba dan Tuhannya.
Upaya-upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah ini harus diiringi dengan nilai-nilai keikhlasan
dan kesungguhan untuk mencapai ridha-Nya
Cara yang terbaik dalam mencapai martabat kedekatan kepada Allah ialah dengan tafakkur
(meditasi), yaitu amalan dalam rangka merenungi ayat-ayat Allah, baik yang tersurat atau pun
yang tersirat (kauniyah)
Menurut Syekh Abdul Qadir al-Jilani dalam kitabnya Sirr al-Asror fi maa yahtaaju Ilaihi al-Abraar
bahwa ada tiga perkara tentang tafakkur (meditasi) ini:
Pertama, barangsiapa ber-tafakkur tentang sesuatu hal dan menyelidiki sebabnya, maka ia akan mendapat
setiap bagian dari hal itu mempunyai banyak bagiannya yang lain pula, dan setiap bagian itu menerbitkan
banyak lagi hal-hal yang lain. Inilah tafakkur yang nilainya setahun ibadat
Kedua, barangsiapa ber-tafakkur tentang ibadatnya dan mencari sebabnya serta mengenal sebab itu, maka
tafakkur-nya itu bernilai tujuh puluh tahun ibadat
Ketiga, barangsiapa yang tafakur tentang mengenal Allah denga azam yang kuat untuk mengenal-Nya,
maka tafakkur-nya itu bernilai seribu tahun ibadat. Inilah ilmu hakiki
Hadis di bawah ini menunjukkan betapa dekat seorang hamba dengan sang Kholiq
ِ ِ من ع:ال
ب إِلَ َّي
َ َوَما تَ َق َّر،ب َ ادى لي َوليًّا؛ فَ َق ْد آذَنْ تُوُ بِال
ِ ْح ْر َ َ ْ َ َ َ إِ َّن اهللَ تَ َعالَى ق: ال َر ُس ْو ُل اللَّ ِو َ َ ق:ال
َ َ ق-ُض َي اهللُ َع ْنو ِ ر-َ َعن أَبِي ُىريْ رة
َ ََ ْ
ِ،ت سمعوُ الَّ ِذي يسمع بِو ِ ِ ِ ِ
ِ ُ وََل يَ َزال َع ْبدي يَتَ َق َّر،ضتُوُ َعلَْيو ِ ٍ ِ
َ َِع ْبدي ب
ََُْ َ ْ َ ُ َحبَْبتُوُ؛ ُك ْنْ فَِإ َذا أ،َُّوافل َحتَّى أُحبَّو َ ب إِلَ َّي بالن َ ْ ب إِلَ َّي م َّما افْ تَ َر
َّ َح
َ ش ْيء أ
)استَ َعاذَنِي ََل ُِعي َذنَّوُ (رواه البخاري ِ ِ
ْ َولَئِ ِن،ُ َولَئِ ْن َسأَلَنِي ََلُ ْعطيَ نَّو، َوِر ْجلَوُ الَّتِي يَ ْمشي بِ َها،ش بِ َها
ِ ِ ِ ِ ِ
ُ َويَ َدهُ الَّتي يَ ْبط،ص َرهُ الَّذي يُ ْبص ُر بِوَ ََوب
MUROQOBAH 4
Muroqobah dalam makna harfiah berarti awas mengawasi atau saling mengawasi (dalam Ilmu
Shorof dalam kategori bina’ musyarokah).
Secara bahasa muroqobah mengandung makna senantiasa mengamatamati tujuan atau
menantikan sesuatu dengan penuh perhatian (mawas diri).
Sedangkan menurut terminologi muroqobah berarti melestarikan pengamatan kepada Allah SWT
dengan hatinya dalam arti terus menerus kesadaran seorang hamba atas pengawasan Allah SWT
terhadap semua keadaannya, sehingga manusia mengamati pekerjaan dan hukum-hukum-Nya
dengan penuh perasaan kepada Allah swt.
Dalam pandangan Imam al-Qusyairy, muroqobah ialah keadaan/kesadaran seseorang meyakini
sepenuh hati bahwa Allah selalu melihat dan mengawasi kita. Tuhan mengetahui seluruh gerak-
gerik kita dan bahkan segala yang terlintas dalam hati diketahui Allah
Dalam kitab Iqaadul Himam fi Syarhi al-Hikam karya Syekh Ahmad al-Husni disebutkan bahwa
tingkatan Muroqobah sebagai berikut:
1. Muroqobatul Qalbi, kalbunya selalu waspada dan selalu diperingatkan agar tidak keluar dari
kebersamaannya dengan Allah
2. Muroqobatul Ruhi, kewaspadaan dan peringatan terhadap Ruh, agar selalu dalam pengawasan dan
pengintaian Allah
3. Muroqobatus Sirri, kewaspadaan dan peringatan terhadap sirr agar selalu meningkatkan amal ibadahnya
dan memperbaiki perilakunya
Allah berfirman dalam QS Asy-Syu’ara ayat 218-219
)219( ين ِ ِ َّ ك فِي
َ َ) َوتَ َقلُّب218( وم ِ َ الَّ ِذي ي ر
َ الساجد ُ ين تَ ُق
َ اك ح ََ
INSAN KAMIL 5
Insan Kamil berasal dari gabungan dua kata bahasa Arab, insan dan kamil. Insan berarti manusia,
kamil berarti sempurna. Jadi secara bahasa insan kamil mengandung makna manusia sempurna
(Perfect Man), yakni manusia yang dekat (qarib dengan Allah) dan terbina potensi ruhaniahnya
sehingga dapat berfungsi secara optimal. Inilah manusia seutuhnya yang mempunyai ketinggian
derajat di hadapan Tuhannya, sehingga mencapai tingkat kesempurnaan tauhid dan akhlak mulia
Manusia sempurna (insan kamil) menurut Abdul Karim al-Jilli (wafat 1428 M.) adalah manusia
cerminan Tuhan atau manusia kopi Tuhan. Dengan kata lain manusia yang sudah mengenal
eksistensi dirinya sendiri dan memiliki sifat-sifat yang mulia.
Secara umum dalam ajaran tasawuf yang dimaksud insan kamil adalah manusia yang telah
memiliki dalam dirinya Nur Muhammad yang disebut dengan Al-Haqiqatul Muhammadiyyah
Dalam pandangan Ibnu ’Arabi sebagaimana bahwa insan kamil dapat dibedakan atas:
1. manusia sempurna pada tingkat universal atau kosmik adalah hakikat manusia sempurna, yaitu model asli
yang abadi dan permanen dari manusia sempurna individual
2. manusia sempurna pada tingkat partikular atau individual adalah perwujudan dari manusia sempurna, yaitu
para nabiyyullah dan para waliyullah
Untuk menjadi insan kamil harus senantiasa dekat (taqarrub) dengan Allah SWT. Proses
pendekatan ini membutuhkan perjuangan, kesabaran, dan istiqomah. Dalam kajian tasawuf
diperlukan proses pendakian melalui (menuju) syari’at, thariqat, hakikat, dan ma’rifat.
Insan Kamil…lanjut 6
Untuk mencapai kekasih Allah ini, dalam konsep lain disebutkan melalui tiga tingkatan pendakian
(taraqqi), yaitu:
1. Bidayah
Pada tingkat bidayah, sufi disinari oleh nama-nama Tuhan, dengan kata lain, pada sufi yang demikian, Tuhan
menampakkan diri dalam nama-nama-Nya, seperti Pengasih, Penyayang, dan sebagainya (tajalli fi al-asma).
2. Tawassuth
Pada tingkata tawassut, sufi disinari oleh sifat-sifat Tuhan, seperti hayat, ilmu qudrat, dan lain-lain. Dan Tuhan ber-tajalli
pada sufi yang demikian dengan sifat-sifat-Nya
3. Khitam
Pada tingkat khitam, sufi disinari dzat Tuhan yang dengan demikian sufi tersebut ber–tajalli dengan dzat-Nya. Pada
tingkat ini sufi pun menjadi insan kamil. Ia menjadi manusia sempurna, mempunyai sifat ketuhanan dan dalam dirinya
terdapat gambaran (surrah) Allah. Dialah bayangan Tuhan yang sempurna. Dan dialah yang menjadi perantara antara
manusia dan Tuhan
Di dalam logika tasawuf disebutkan bahwa seseorang bisa berhubungan dengan alam ghaib dan
mencapai untuk makrifat kepada Allah. Orang yang seperti ini dipandang sebagai manusia pilihan-Nya
dan mendapat predikat sebagai insan kamil (manusia yang mencapai kesempurnaan). Manusia
semacam itu menurut ajaran tasawuf adalah orang-orang suci yang kehidupannya memancarkan sifat-
sifat keilahian atau bahkan merupakan pancaran sinar Tuhan di muka bumi
Orang yang menempuh perjalanan syari’at, thariqat, hakikat, dan makrifat, kemudian berhasil dalam
menempuh empat hal itu dengan menyeimbangkan diri antara syari’at lahir dan batin akan mendapatkan
anugerah dari Allah menjadi insan kamil
Mereka yang termasuk dalam golongan ini adalah para Nabi, Rosul, dan para waliyullah. Dan diantara
semuanya, insan kamil yang tersempurna terdapat dalam diri Nabi Muhammad saw.