Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Khutbah Idul Fitri 1445 H - 2024 M

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

‫‪MERAWAT NILAI NILAI RAMADHAN PASCA IDUL FITHRI‬‬

‫‪OLEH : ALFAQIR AHMAD RUSDI FATHULLAH‬‬

‫‪KHUTBAH PERTAMA‬‬

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

‫الله اكبر الله اكبر الله اكبر ‪ ,‬الله اكبر الله اكبر الله اكبر‪,‬‬

‫الله اكبر الله اكبر الله اكبر‬

‫الله اكبر كبيرا والـحمد لله كثـيرا‪ ،‬وسـبحان الله بكرة واصيلا ‪ ،‬لااله الا الله ولا نعـبـد الا‬

‫اياه‪ ،‬مخلـصـين له الـدين ولو كره الكافرون‪ .‬لااله الا الله وحده ‪ ،‬صدق وعـده ونصـر عبده ‪ ،‬و‬

‫اعـز جـنده وهزم الأحزاب وحـده ‪ ،‬لااله الا الله والله اكبر الله اكبر و لله الـحمد‪.‬‬

‫الـحمد لله الذي جعـل الاعياد موسـم الخ يرات ‪ ,‬وجعـل لـنا مافي الأرض جـميعا لـلعمارة و‬

‫زرع الحسنات‪ .‬اشـهـد أن لا اله الا الله وحـده لا شر يك له خالـق الأرض و السمـوات‪ ،‬و‬

‫اشهد أن محمدا عـبده و رسوله الـداعي الى ديـنه بأوضح البـينات‪.‬‬

‫اللهم صل و سلم و بارك على سـيدنا محمد النبي الـكريم وعلى أله وصحـبه و التابعـين الـمجـتهـدين‬

‫لـنصرة الـدين و ازالـت الـمنـكرات ‪ ،‬أما بعد ‪.‬‬

‫فـيا أيها الـمسلـمون رحـمكم الله‬

‫اوصـيكم و اياي بتقوى الله فـقد فازالـمتـقون‪ ،‬اتـقوااالله حق تـقاته ولا تموتن الا و انتم مـسلمون‪.‬‬

‫واعلموا أن يومكم هذا يوم عظيم و عيد كريم‬

‫وقال الله تعالى ‪ :‬و لتكملوا العدة و لتكبروا الله على ما هداكم ولعلـكم تشكرون‪.‬‬

‫‪1‬‬
Ma’asyirol Muslimin Saudara-Saudaraku yang berbahagia !

Setelah sebulan kita melaksanakan ibadah Ramadhan, pada hari ini kita rayakan Idul
Fithri dengan sholat bersama yang memang merupakan sunnah Nabi kita, sebagai
perwujudan rasa syukur ke hadirat Ilahi Robbi. Rasa syukur dengan harapan semoga
kita dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang bertaqwa. Aamin ya Robb al-
‘alamin.
Satu bulan dalan setahun, kita menjalankan ibadah puasa sejak terbitnya fajar sampai
maghrib, kita menahan diri untuk tidak menyentuh barang yang di luar Ramadhan
dihalalkan. Perintah ibadah Ramadhan ini, kita lakukan dengan penuh ketaatan dan
kepatuhan, bukan karena penyiksaan diri untuk mengharapkan sesuatu, melainkan
sebagai bukti ketaatan diri kita kepada Allah dan juga karena mengharapkan ridho-Nya
semata. Pengendalian diri yang merupakan latihan dan penggodokan pribadi untuk
tidak melakukan tindakan tercela, serta menghindarkan hati, akal dan pikiran kita dari
polusi yang mengganggu nilai-nilai ibadah puasa, insya Allah, nantinya akan
menumbuhkan kemampuan rohaniah yang memancar keluar dan tercermin dalam pola
dan tingkah laku kita sesudah Ramadhan. Dengan kata lain, semoga nilai-nilai ruhaniah
ramadhan tersebut akan memberi pengaruh pada pola dan tingkah laku kita sekalian
meski Ramadhan telah berlalu.

Ma’asyiral muslimin Rahimakumullah.

Ramadhan telah meninggalkan kita.. Ada rasa haru yang terpatri dalam hati ketika
Ramadhan yang penuh berkah itu berlalu dan pergi. Tidak ada lagi nikmatnya berbuka,
hilang sudah riuh rendahnya ucapan aamiin yang keluar dari mulut kita saat sholat
tarawih bersama,. Seperti kata pepatah :

‫اذا ذقت حالوة الوسيلة عرفت مرت القاطعة‬


(idza zuqta halawatal washilah ‘arafta murratal-qathi’ah)
“Jika engkau pernah merasakan nikmatnya bersatu, niscaya engkau akan merasakan
pahitnya berpisah”.
Saudaraku.....Kita sedih ditinggalkan Ramadhan, dan kita berharap semoga Allah
panjangkan umur kita sehingga sampai Ramadhan yang akan datang, dalam keadaan
yang lebih baik, sehat, dan penuh curahan rahmat Allah SWT. Aamiin.

‫اهلل اكبر هللا اكبر هللا اكبر وهلل الحمد‬


Hari ini kita basahi lidah kita dengan takbir, tahmid, dan tahlil. Kita gemakan kebesaran
Allah ke segala penjuru dengan penuh sukacita bahkan kadang dengan tetesan air
mata. Sebagai ekspresi rasa harap kita akan rahmat-Nya, ekspresi rasa takut kita akan
adzab-Nya, dan ekspresi rasa syukur kita atas nikmat-nikmat-Nya. Kita bersyukur
bahwa Allah masih mempertemukan kita dengan Ramadhan dan merayakan Idul Fitri
bersama-sama. Padahal, banyak saudara kita yang tidak bisa hadir untuk sholat idul
fithri, lantaran sakit, terhalang, atau karena telah mendahului kita.

2
Saudara-saudaraku ma’asyirol muslimin Rohimakumullah.

Harapan kita semua, pendidikan dan latihan rohani selama bulan ramadhan bisa
memperbaiki akhlak kita kepada Allah, kepada sesama dan kepada makhluk Allah
yang lain serta meningkatkan keimanan kita sehingga mampu membatasi dan
mencegah pelanggaran-pelanggaran yang telah terjadi di masa lalu tidak terulang
kembali setelah Ramadhan. Namun kita juga mengakui, bahwa sebagai manusia biasa,
sangat sulit untuk kita bertahan terhadap godaan-godaan yang dapat menggelincirkan
kita atau terbebas sama sekali dari kesalahan dan perbuatan-perbuatan dosa, terutama
dosa-dosa kecil yang sering kita menganggapnya remeh. Oleh karena itulah Allah
sudah memperingatkan kita dalam al-Qur’an yang terkait dengan ciri-ciri orang-orang
yang bertaqwa, yang merupakan tujuan dari ibadah puasa yang kita lakukan:

)201 :‫ان الـذيـن اتـقوا اذا مـسـهم طائـف من الشـيـطان تـذكروا فاذا هم مـبـصرون ( األعراف‬
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa bila mereka ditimpa was-was dari syetan,
mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahan
mereka.”
Semoga Allah memasukkan kita ke dalam hamba-hamba-Nya yang bila melakukan
kesalahan dan dosa segera istighfar, taubat dan kembali kepada Allah SWT. Aamiin

‫هللا اكبر هللا اكبر هللا اكبر وهلل الحمد‬


Sidang jama’ah sholat idul fithri yang berbahagia.

Allah berfirman dalam surat Ibrahim ayat 7:

َ َ‫عذَابِي ل‬
‫شدِيد‬ َ ‫َوإِ ْذ تَأَذَّنَ َربُّ ُك ْم لَئِ ْن‬
َ ‫شك َْرت ُ ْم َأل َ ِزيدَنَّ ُك ْم َولَئِ ْن َكف َْرت ُ ْم إِ َّن‬

“Dan Ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan : “ Sesungguhnya jika kamu bersyukur,


pasti kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku,
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”

Salah satu nikmat besar yang Allah anugerahkan kepada kita, yaitu nikmat beribadah,
nikmat dimana kita ringan untuk melakukan ibadah baik itu yang wajib maupun yang
sunnah. Ramadhan benar benar mendidik dan melatih kita agar terbiasa beribadah
sehingga timbul perasaan ringan saat melakukannya.

Saudara-saudaraku yang berbahagia.


Coba kita perhatikan… Pada bulan Ramadhan yang baru saja kita lalui, semangat
untuk berbuat kebaikan dan ketaatan, alhamdulillah bertambah. Kaki-kaki yang hanya
menyentuh lantai mesjid seminggu sekali, pada bulan Ramadhan banyak yang dengan
ringannya mengayunkan kakinya setiap hari ke mesjid atau musholla, maka mesjid-
mesjid dan musholla pun menjadi penuh.
Lisan-lisan yang biasanya jarang membaca Al-Qur-an, pada Ramadhan tiba-tiba bisa
mengkhatamkan Al-Qur-an, ada yang sekali , dua kali bahkan lebih.

3
Semangat untuk bersedekah juga meningkat, maka kita lihat banyak yang tidak segan-
segan untuk membuka dompet dan merogoh sakunya untuk berinfak dan bersedekah.
Begitu juga ibu-ibu dan kaum wanita, banyak yang menjadi malu untuk bertemu
dengan yang bukan muhrimnya pada bulan ramadhan kecuali setelah menutup aurat,
memakai jilbab atau kerudung. Bahkan para artis yang di luar Ramadhan biasa terbuka
auratnya, pada bulan ini merasa malu dan berusaha untuk menutup auratnya.
Semangat untuk saling menasihati dan koreksi juga meningkat di bulan Ramadhan.
Sungguh bulan Ramadhan memang bulan yang penuh keberkahan, bulan yang penuh
dengan kebaikan. Maka wajar bila Rasul SAW, para sahabat dan ulama salafus sholih
bersedih hati bila Ramadhan telah usai karena khawatir apakah mereka masih bisa
merasakan nikmatnya Ramadhan di tahun yang akan datang. Ya Allah jadikan diri
kami seperti mereka yang bersedih hati bila Ramadhan berlalu dan berbahagia jika
Ramadhan datang. Dan Panjangkan umur kami ya Allah agar kami di tahun depan
masih bisa merasakan lezatnya bulan Ramadhan.Aamiin.

‫هللا اكبر هللا اكبر هللا اكبر وهلل الحمد‬


Maasyirol muslimin Rohimakumullah.

Tanda atau ciri orang yang lulus dari “ Madrasah Ramadhan” adalah orang tersebut
tetap dijiwai oleh semangat Ramadhan meski Ramadhan telah berlalu. Sesungguhnya
wujud kelulusan kita dari madrasah Ramadhan adalah dengan menjaga dan memelihara
kualitas amalan kita meski Ramadhan telah berlalu. Atau paling tidak dengan
menjauhkan diri kita dari perbuatan yang bertentangan dengan semangat Ramadhan,
sehingga prestasi yang telah kita capai di bulan Ramadhan tidak ternodai dan tidak
rusak.
Janganlah kita menjadi seperti Kharqaa, perumpamaan seseorang yang telah melakukan
kebaikan lalu dirusakkan sendiri kebaikannya tersebut. Sehingga sia sialah amal
kebaikannya tersebut.
‫ت غ َْزلَ َها ِم ْن بَ ْع ِد قُ َّوةٍ أَ ْنكَاثًا‬ َ َ‫َو ََل تَ ُكونُوا كَالَّتِي نَق‬
ْ ‫ض‬
“Dan Janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang
sudah dipintal (ditenun) dengan kuat.” (Surat An-Nahl ayat 92).

Ayat di atas mengkisahkan tentang Kharqaa seorang wanita di Mekah yang telah
bersusah payah menenun dengan tangannya sendiri sebuah pakaian, tapi bila sudah jadi
tenunannya justru diuraikan kembali dan dikusutkan benangnya, sehingga percumalah
tenunannya tersebut.
Karena itu Saudara-Saudaraku yang berbahagia, mari kita renungkan ajakan Imam
Syibli ketika beliau ditanya mana yang lebih utama bulan Rajab atau bulan Ramadhan,
beliau menjawab : KUN ROBBANIYYAN, jadilah hamba Allah setiap waktu, bukan
menjadi hanya menjadi hamba Allah pada bulan Sya’ban atau Ramadhan atau bukan
menjadi hamba Allah yang taat pada waktu-waktu tertentu saja.
Sesungguhnya Allah yang kita sembah dan kita taati pada bulan Ramadhan atau bulan-
bulan lain adalah sama dengan Allah yang kita taati saat ini, besok atau masa depan.
Jadi Allah adalah Tuhan kita selamanya. Oleh karena itu mari kita pertahankan
keistiqomahan kita dalam beribadah kepada-Nya.

4
‫هللا اكبر هللا اكبر هللا اكبر وهلل الحمد‬
Sidang jama’ah sholat idul fithri yang dimuliakan Allah SWT.
Dalam usia kita saat ini, coba kita berhitung sudah beberapa kali Ibadah ramadhan kita
lakukan. Kalaulah umur kita sekarang 40 tahun dan masa baligh kita di usia 15 tahun,
berarti sudah 25 kali diri kita dididik oleh madrasah Ramadhan. Dan bila umur kita
lebih dari 40, berarti kita telah merasakan didikan ramadhan lebih lama lagi. Tapi
sudahkah semuanya itu membekas dan mempengaruhi pola tingkah laku kita dalam
berhubungan kepada Allah dan kepada sesama kita ? Mari kita merenungkan kembali,
Kemanakah semangat Ramadhan yang telah demikian sering hadir di tengah
kehidupan kita. Bahkan kita yang baru saja menyelesaikan ibadah Ramadhan kemarin
hari, patut bertanya pula pada diri kita masihkah semangat Ramadhan ada pada diri
kita. Kita yang selama sebulan dilihat Allah, bangun di waktu dini hari dan qiyamullail,
masihkah itu akan kita lakukan setelah Ramadhan? Bibir kita yang selama sebulan
bergetar dengan do’a, zikir dan ayat-ayat suci al-Qur’an masihkah itu akan tetap
bertahan? Selama sebulan kita dilatih untuk ringan bershodaqoh, berinfaq dan berbagi
kelebihan rezeki kepada sesama, masihkah itu akan lestari? Kita yang selama sebulan
berjuang keras untuk tidak menodai ibadah Ramadhan kita dengan perbuatan dan
perkataan yang fajur, perkataan dan perbuatan yang berbau kemaksiatan dan
kemungkaran, akankah itu akan hilang dengan selesainya Ramadhan? Bila itu terjadi
berarti kita memang telah kehilangan semangat Ramadhan. Mudah-mudahan, hal
tersebut tidak terjadi pada kita dan saudara-saudara kita. Semoga pula kita tetap bisa
beristiqomah dalam mempertahankan semangat Ramadhan sehingga akhirnya kita akan
benar-benar menjadi umat yang dicintai Allah dan dan kitapun mencintai-Nya.

‫هللا اكبر هللا اكبر هللا اكبر وهلل الحمد‬


Ma’asyirol muslimin Rohimakumullah.

Dalam suasana hari raya kemenangan ini, mari kita hayati kembali makna dan pesan
penting kefithrahan manusia, baik sebagai ‘ibadullah (hamba Allah) mupun sebagai
khalifatullah fil ardli (khalifah di muka bumi), terlebih kita masih dalam kondisi
ekonomi dunia yang secara umum belum begitu pulih benar akibat pandemi covid.
Mudah-mudahan in syaa Allah dengan ikhtiar dan doa yang kita panjatkan kondisi kita
akan terus membaik sehingga kondisi perekonomian kita semakin membaik dan lebih
baik ...aamin.

Pertama: ‘Idulfitri mengandung arti kembali kepada kesucian rohani, kembali ke asal
kejadian, atau kembali ke sikap keberagamaan yang benar. Makna ini mengisyaratkan
bahwa setiap muslim yang merayakan Idulfitri sejatinya dia sedang merayakan
kesucian rohaninya dan menikmati sikap keberagamaan yang benar. Allah SWT
menegaskan dalam firman-Nya:

5
ِ ‫ّٰللا ْال َم‬
١٨ - ‫صي ُْر‬ ِ ّٰ ‫ َو َم ْن تَزَ ّٰكى فَ ِانَّ َما يَتَزَ ّٰكى ِلنَ ْفس ِٖه َۗواِلَى‬...
١٩ - ۙ ‫صي ُْر‬ ِ َ‫َو َما يَ ْستَ ِوى ْاَلَعْمٰ ى َو ْالب‬
٢٠ - ‫الظلُمٰ تُ َو ََل النُّ ْو ۙ ُر‬ ُّ ‫َو ََل‬
٢١ - ‫ح ُر ْو ُۚ ُر‬ َ ‫الظ ُّل َو ََل ْال‬ِ ‫َو ََل‬
“Barang siapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya dia telah mensucikan diri
(untuk memperoleh kebahagiaannya sendiri} dan hanya kepada Allah-lah tempat
kembalimu. Bukankah tidak sama (antara) orang yang buta dengan orang yang melihat?
Bukankah pula tidak sama gelap-gulita dengan terang-benderang? Dan bukankah juga
tidak sama yang teduh dengan yang panas? (QS. Al-Fathir : 18-21).

Bila kita renungkan dan perhatikan ayat tersebut, sepertinya Allah SWT
membandingkan orang yang mensucikan dirinya dengan orang yang mengotorinya
laksana seperti orang yang melihat dengan orang yang buta, laksana terang berbanding
gelap, dan laksana teduh dengan panas. Sungguh ini sebuah perumpamaan yang patut
kita renungkan. Allah seakan hendak menyatakan bahwa manusia yang fitri, yang suci
itu adalah yang mau melihat persoalan masyarakatnya secara empatik dan ia peduli
terhadapnya, kemudian berupaya mengurainya dengan mencari dan memberi solusi
terbaik sehingga terwujud tatanan kehidupan yang baik yang mendatangkan
kenyamanan dan ketentraman. Ia mampu menjadi lentera di kala gelap, menjadi payung
di kala panas, menjadi oase kemanusiaan dalam kehidupan dengan berupaya untuk
terus menghadirkan kemaslahatan dan prestasi yang maksimal untuk peradaban
manusia yang lebih baik. Mereka inilah pemilik agama yang benar, hanifiyyah al-
samhah, yang santun, toleran, dan penuh kasih sayang kepada sesama.

‫هللا اكبر هللا اكبر هللا اكبر وهلل الحمد‬


Ma’asyirol muslimin Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah SWT.
Kedua: disadari bahwa fithrah dan kesucian kita termasuk keimanan kita dapat berubah
dari waktu ke waktu. Bisa yazid bisa yanqush, bisa bertambah bisa berkurang.
Berubah karena pergaulan, karena pengaruh lingkungan, karena pendidikan, karena
bacaan dan faktor-faktor lainnya termasuk asupan yang kita makan dan minum. Maka,
agar fitrah dan kesucian serta keimanan tetap terpelihara dan terus bersemayam dan
bahkan meningkat, hendaknya kita mengacu pada pola kehidupan yang Islami. Yaitu,
pola kehidupan yang bernafaskan nilai-nilai spiritualitas dan akhlak mulia. Yang salah
satu bentuk perwujudannya adalah taat beribadah kepada Khaliqnya dan memiliki
empati, simpati, peduli pada sesama dan memiliki solidaritas sosial. Rasulullah SAW
dalam salah satu haditsnya menyampaikan:

ِ ‫صلَت‬
‫َان‬ ْ ‫{ َخ‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ّٰللا‬ِ َّ َ ‫سو ُل‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:َ‫ قَال‬- ‫ رضى هللا عنه‬- ِ ‫س ِعي ٍد اَ ْل ُخد ِْري‬
َ ‫ع ْن أَبِي‬ َ ‫َو‬
‫ض ْعف‬
َ ‫سنَ ِد ِه‬
َ ‫ َوفِي‬,‫ي‬ َ ْ َ
ُّ ‫ق } أخ َر َجهُ التِ ْر ِم ِذ‬ ُ ُ ْ َ
ِ ‫سو ُء الخل‬ ْ ْ َ ِ َ‫ََل يَجْ ت َِمع‬
ُ ‫ َو‬,ُ‫ البُخل‬:‫ان فِي ُمؤْ ِم ٍن‬
Dari Abū Sa'id Al Khudri radhiyallāhu Ta'āla 'anhu beliau berkata, Rasūlullāh
shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:_"Dua perangai yang tidak akan terkumpulkan
pada seorang mu'min yaitu pelit dan akhlak yang buruk."

6
‫هللا اكبر هللا اكبر هللا اكبر وهلل الحمد‬
Ma’asyirol muslimin Rohimakumullah.

Untuk itu, marilah segala kebiasaan baik yang telah kita jalankan di bulan suci
Ramadan, berupa pengendalian hawa nafsu, tadabbur Al-Quran, berderma dan berbagi
kepada sesama, bertutur kata yang baik dan jujur serta berbagai amal kebajikan yang
lain, hendaknya tetap kita rawat dan kita tingkatkan sedemikian rupa agar menjadi
tradisi yang mulia dalam diri, keluarga dan masyarakat, terlebih di tengah disrupsi
kehidupan manusia yang semakin krisis spiritualitas dan empati kemanusiaan.
Sebagaimana kita fahami bahwa tujuan final disyariatkannya ibadah shiyam adalah
untuk membentuk pribadi muttaqin yang memiliki sifat dan karakter seperti disinyalir
Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 134 - 135:
َ‫ٱّللُ ي ُِحبُّ ْٱل ُمحْ ِسنِين‬ ِ َّ‫ع ِن ٱلن‬
َّ ‫اس ۗ َو‬ َ َ‫ظ َو ْٱل َعافِين‬ َ ‫ٱلَّذِينَ يُن ِفقُونَ فِى ٱلس ََّّرآ ِء َوٱلض ََّّرآ ِء َو ْٱل ٰ َك ِظ ِمينَ ْٱلغَ ْي‬
۟ ‫ٱّللَ فَٱ ْستَ ْغف َُر‬
َ ُ‫وا ِلذُنُو ِب ِه ْم َو َمن يَ ْغ ِف ُر ٱلذُّن‬
َّ ‫وب ِإ ََّل‬
‫ٱّللُ َولَ ْم‬ َّ ‫وا‬ ۟ ‫س ُه ْم ذَك َُر‬ َ ُ‫ظلَ ُم ٓو ۟ا أَنف‬
َ ‫شةً أَ ْو‬َ ‫وا ٰفَ ِح‬
۟ ُ‫َوٱلَّذِينَ ِإذَا فَ َعل‬
َ‫وا َو ُه ْم يَ ْعلَ ُمون‬۟ ُ‫علَ ٰى َما فَ َعل‬َ ‫وا‬ ۟ ‫ُص ُّر‬ِ ‫ي‬

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun


sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang.
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan
Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan
kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

Dengan menghayati pesan ayat tersebut, mari kita tegaskan kembali bahwa segala
aktifitas ibadah yang kita laksanakan hendaknya tidak terjebak pada rutinitas ritual
yang kering makna. Sebaliknya, amaliyah ibadah yang kita laksanakan seharusnya
mampu mengaktualisasikan maqashid (tujuan asasi) dan hikmah tasyri’ di balik setiap
pelaksanaan ibadah. Yaitu, untuk menata dan memuliakan harkat dan martabat
kemanusiaan. Sebab seluruh amal ibadah yang disyariatkan Islam sesungguhnya oleh
dan untuk kemaslahatan manusia itu sendiri. Laha ma kasabat wa 'alaiha maktasabat: ia
mendapat (pahala) dari kebajikan yang dikerjakannya dan ia mendapat (siksa) dari
kejahatan yang diperbuatnya. (QS. Al-Baqarah: 286).
Syaikh al-Islam Izzudin Abdussalam yang dikenal sebagai sultan para ulama
mengatakan dalam kitabnya al-Qowaid al-Kubro al-Marsum bi Qowaid al-Ahkam Fi
Ishla al-Anam mengatakan:

‫ وَل تنفعه‬، ‫ وهللا غني عن عبادة الكل‬.‫التكاليف كلها راجعة إلى مصالح العباد فى دنياهم واخراهم‬
‫ وَل تضره معصية العاصين‬، ‫طاعة الطائعين‬
“Al-takalif (aturan Allah SWT) semuanya dibuat untuk kemaslahatan (kepentingan)
hamba-hamba-Nya (manusia) dalam kehidupan mereka di dunia maupun di akhirat.
Allah tidak membutuhkan pengabdian mereka. Ketaatan mereka kepada-Nya tidak
memberikan manfaat apapun bagi-Nya, dan kedurhakaan mereka tidak merugikan Dia

7
sama sekali” (Syaik al-Islam Izzuddin Abdil ‘Aziz bin Abdissalam, al-Qowaid al-
Kubro al-Marsum bi Qowaid al-Ahkam Fi Ishla al-Anam, Juz 2, Dar al-Qolam, cet. 1,
2000, hal.126).

Saudara-Saudara kaum muslimin yang berbahagia !

Sukses Ramadan sejatinya tidak diukur pada saat sedang berlangsung, akan tetapi justru
dilihat dari sebelas bulan yang akan kita jalani ke depan. Adakah kita mampu
melakukan perubahan dan perbaikan diri menjadi pribadi muttaqin? Apakah kita tetap
konsisten menjaga amaliah kebajikan selama Ramadan untuk tegaknya kemaslahatan
dan keluhuran diri serta lingkungan kita? Semua berpulang kepada penghayatan dan
komitmen diri kita masing-masing. Dan semoga Allah menjaga dan memelihara
keistiqomahan kita dalam beribadah dan menebarkan kebaikan. Aamin ya Robb al-
‘alamin.

‫اعـوذ باهلل من الـشيـطان الـرجـيـم‬


‫بـسـم هللا الـرحـمـن الـرحـيـم‬
)13 :‫ان الـذيـن قالـوا ربـنـاهللا ثـم اسـتـقاموا فال خـوف عـلـيـهـم وَل هـم يـحـزنـون ( األحقاف‬
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah Tuhan mereka
kemudian mereka istiqomah, maka tidak ada ketakutan dan kekhawatiran pada diri
mereka serta tidak pula mereka bersedih hati.”

‫بارك هللا لي ولـكم من الـقرآن الـعـظـيم ونـفـعـني واياكم بـما فـيه مـن اَليات و الـذكر الحـكـيم‬
‫اقـول قـولي هـذا واسـتـغـفـر هللا لي ولـكم و لـوالـدي ولـوالـديـكم و لـسائر الـمسـلـمـين و‬
‫ اسـتـغـفـروا انـه هو الـغـفـور الرحيم‬. ‫الـمسـلـمات والـمؤمـنـين والـمـؤمـنات‬

8
‫الخطبة الثانية‬

‫هللا َأ ْك ر َُب ركب ْ ًِْيا روالْ رح ْمدُ ِهلل ركثِ ْ ًْيا‪ ،‬رو ُس ْب رح ران ِ‬
‫هللا ُب ْك رر ًة‬ ‫هللا َأ ْك ر َُب‪ُ .‬‬
‫هللا َأ ْك ر َُب‪ُ ،‬‬ ‫هللا َأ ْك ر َُب‪ُ ،‬‬ ‫هللا َأ ْك ر َُب‪ُ ،‬‬ ‫هللا َأ ْك ر َُب‪ُ ،‬‬ ‫هللا َأ ْك ر َُب‪ُ ،‬‬ ‫هللا َأ ْك ر َُب‪ُ ،‬‬ ‫ُ‬
‫هللا َأ ْك ر َُب‪.‬‬
‫هللا رو ُ‬ ‫روأ َِص ْي ًال‪ ،‬لآ ا ه رٰل االَّ ُ‬
‫ِ ِ‬
‫الُّس ْو ِر روضر اع ررف لِ ْل ُمتَّ ِق ْ رْي رج ِزيْ رل ْا ُل ُج ْو ِر‪ ،‬فر ُس ْب رح ران رم ْن رح َّر رم رص ْو رم ُه رو َأ ْو رج رب ِف ْط رر ُه‬ ‫الْ رح ْمدُ ِهلل َّ ِاَّلى رج رع رل ْا َل ْع ريا رد ِِب َلفْ ررا ِح رو ر ُ‬
‫َشيْ رك ر ُٰل شر هرا رد ًة‬ ‫هللا رو ْحدر ُه رال ر ِ‬ ‫رو رح َّذ رر ِف ْي ِه ِم رن الْغ ُُر ْو ِر‪َ ،‬أ ْْحردُ ُه ُس ْب رحان ر ُه روتر رع راَل فره رُو َأ رح رق رم ْح ُم ْو ٍد رو َأ رج رل رم ْش ُك ْو ِر‪َ .‬أ ْشهردُ َأ َّن لآ ا ه رٰل االَّ ُ‬
‫ِ ِ‬
‫الصدُ ْو رر‪ ،‬رو َأ ْشهردُ َأ َّن رس ِ ِّيدر َنر رون ر ِبيَّنرا ُم رح َّمدً ا رع ْبدُ ُه رو رر ُس ْو ُ ُٰل َّ ِاَّل ْى َأقرا رم رمنر رار ْاال ْس رال ِم ب ر ْعدر ادلر ثُ ْو ِر‪.‬‬ ‫هللا لرهرا لرنرا ر‬ ‫رْش ُح ُ‬ ‫يْر‬
‫ْ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ال هلِّهُ َّم رص ِ ِّل رو رس ِ ِّ ِْل وِبرك عر رَل رس ِ ِّي ِدَنر ُم رح َّم ٍد روعر رَل أ ِ ِٰل رو ْ‬
‫ر‬ ‫ه‬
‫َص ِبه رص رال ًة رو رس رال ًما درائِ رم ْ ِْي ُم رت رال ِز رم ْ ِْي ا رَل ي ر ْو ِم ال رب ْع ِث روالنرشُ ْو ِر‪.‬‬
‫ِ‬
‫الص رال ِة عر رَل النَّ ِ ِ ِّب الْ رك ِر ْ ِْي‪ .‬روقرا رل تر رع راَل ِِف ِكترا ِب ِه‬ ‫هللا رواعْلر ُم ْوا َأ َّن ي ر ْو رم ُ ُْك هه رذا ي ر ْو ٌم ع ِرظ ْ ٌْي‪ .‬فرأَ ْك ِ ُِث ْوا ِم رن َّ‬ ‫َأ َّماب ر ْعدُ ‪ :‬فريرا َأُّير را النَّ ُاس ات َّ ُقوا ر‬
‫ه‬ ‫ه‬
‫هللا رو رملآئِ رك رت ُه يُ رصل ر ْو رن عر رَل النَّ ِ ِ ِّب يرأ آ َأُّير را َّ ِاَّل ْي رن أ رمنُ ْوا رصل ر ْوا عرلر ْي ِه رو رس ِلِّ ُم ْوا ْتس ِل ْي ًما‪ .‬اللِّهُ َّم رص ِ ِّل رو رس ِ ِّ ِْل عر رَل رس ِ ِّي ِدَنر ُم رح َّم ٍد‬ ‫الْ رك ِر ْ ِْي؛ ا َّن ر‬
‫ِ‬
‫رس ِ ِّي ِد الْ ُم ْر رس ِل ْ رْي روعر رَل هأ ِ ِٰل رو َأ َْصرا ِب ِه روالتَّا ِب ِع ْ رْي روَتر ِب ِعى التَّا ِب ِع ْ رْي روَتر ِب ِعْيْ ِ ْم ِِب ْح رس ٍان ا رَل ي ر ْو ٍم ا ِّ ِدل ْي ِن‪ .‬رو ْار ر ْْحنرا رم رعهُ ْم ب رِر ْ رْحتِ رك رَي َأ ْر رح رم‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َّالر ِ ِ‬
‫اْح ْ رْي‪.‬‬
‫ات ْا َل ْح ريا ِء ِمْنْ ُ ْم روا ْل ْم رو ِات‪ ،‬ان رَّك ر َِس ْي ٌع قر ِريْ ٌب ُمجِ ْي ُب ادلَّ ع ررو ِات‪.‬‬ ‫ات روالْ ُم ْؤ ِم ِن ْ رْي روالْ ُم ْؤ ِمنر ِ‬ ‫ال هلِّهُ َّم ا ْغ ِف ْر لِ ْل ُم ْس ِل ِم ْ رْي روالْ ُم ْس ِل رم ِ‬
‫ِ‬
‫رربَّنرا ا ْغ ِف ْر لرنرا رو ِالخ رْوا ِننرا َّ ِاَّليْ رن رس رب ُق ْوَنر ِِب ْاليْ رم ِان رو رال ر َْت رع ْل ِ ِْف قُلُ ْو ِبنرا ِغ اال ِل َّ َِّليْ رن أ آ رمنُوا رربَّنرا ان رَّك رر ُء ٌوف رر ِح ٌْي‬
‫ات‬ ‫رال هلِّهُ َّم َأ ِع َّز ْ ِاال ْس ر ِال رم رو الْ ُم ْس ِل ِم ْ رْي رو َأ ْص ِل ْح ِ ر َِج ْي رع ُو رال ِة الْ ُم ْس ِل ِم ْ رْي رو َأعْلِ ر َِك رم رت رك ِا رَل ي ر ْو ِم ِّ ِادل ْي ِِن‪ .‬رال هلِّهُ َّم ا ْغ ِف ْر لِ ْل ُم ْس ِل ِم ْ رْي روالْ ُم ْس ِل رم ِ‬
‫الطاع ُْو رن رو ْ راال ْم رر راض روالْ ِف ر رت رما رال يردْ فر ُع ُه غر ْْيُكر ع ْرن ب ر ر َِلَنر هه رذا ِانْدُ ْو ِني ِْس َّيا‬ ‫ات‪ .‬رال هلِّهُ َّم ا ْدفر ْع رعنَّا الْغ ررال رء روالْ رو رِب رء رو َّ‬ ‫روالْ ُم ْؤ ِم ِن ْ رْي روالْ ُم ْؤ ِمنر ِ‬
‫خ َّراص ًة روع ْرن رسائِ ِر ب رِال ِد الْ ُم ْس ِل ِم ْ رْي عرا َّم ًة رَي رر َّب الْ رعالر ِم ْ رْي‪ .‬رربَّنرا هاتِنرا ِِف ادلر نْ ريا رح رس نر ًة رو ِِف ْ هاال ِخ رر ِة رح رس نر ًة رو ِقنرا عر رذ راب النَّا ِر‪ .‬ا‬
‫هللا يرأْ ُم ُر ِِبلْ رعدْ لِ رو ْاال ْح رس ِان روايْترا ِء ِذى الْ ُق ْر رَب رويرْنْ رىى ع ِرن الْ رفخْشر ا ِء روالْ ُم ْن رك ِر روالْ رب ْغ ِي ي ر ِع ُظ ُ ُْك لر رعلَّ ُ ُْك‬ ‫هللا‪ ،‬ا َّن ر‬ ‫هللا َأ ْك ر َُب‪ِ ،‬ع ربا رد ِ‬ ‫ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫هللا الْ رع ِظ ْ رْي ي ر ْذ ُك ْر ُ ُْك‪ ،‬رو ْاش ُك ُر ْو ُه عر رَل ِن رع ِم ِه ير ِزد ُ ُْْك رو ْاسأَلُ ْو ُه ِم ْن فرضْ ِ ِل يُ ْع ِط ُ ُْك رو ر َِّل ْك ُر ِ‬‫ِ‬
‫هللا َأ ْك ر َُب‬ ‫ت ررذ َّك ُر ْو رن‪ .‬فر ْاذ ُك ُر ْوا ر‬

‫‪9‬‬

Anda mungkin juga menyukai