Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Makalah Surat Berharga

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SURAT BERHARGA

Di susun oleh :
Syafarudin Maulana (212395A)
Nirma Anisa (212397A)

PRODI D3 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AMM MATARAM

i
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu;alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun tugas Hukum
Bisnis yang berjudul “ Makalah Surat Berharga” ini dengan baik serta tepat
waktu.

Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan tentang Surat Berharga dalam
Materi Hukum Bisnis. Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa
menolong menaikkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau
masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih
kepada, dosen pengampu mata kuliah Hukum Bisnis Ibu Novita Listyaningrum,
SH., MH. Kepada pihak yang sudah menolong turut dan dalam penyelesaian
makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.

Mataram, 10 November 2022

Penyusun

ii
iii
DAFTAR ISI

Cover …………………………………………………………………………..i
Kata Pengantar…………………………………………………………………ii
Daftar Isi………………………………………………………………………..iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang…………………………………………………………….1
1.4 Rumusan masalah…………………………………………………………1
1.3 Tujuan masalah……………………………………………………………1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Surat Berharga…………………………………………………..2
2.2 Unsur-unsur dan Fungsi...…………………………………………………...3
2.3 Syarat-syarat Surat Berharga……………………………………………….4
2.4 Dasar Hukum…………....…………………………………………………..5
2.5 Penggolongan Surat Berharga..……………………………………………..6
2.6 Surat Berharga dalam KUHD………..……………………………………..6
2.7 Surat Berharga di luar KUHD.……………………………………………..13
2.8 Para Pihak dalam Surat Berharga…………………………………………..15

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………….19
3.2 Daftar Pustaka…………………………………………………………….20

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Seiring berkembangnya masyarakat, maka berkembang pula hukum yang belaku. Jika
melihat sejarah manusia kebelakang, maka kita akan tahu bahwa kehidupan
sekarang ini adalah revolusi dari kehidupan di masa lalu. Begitu pula halnya dengan
hukum .Kemajuan dalam bidang teknologi sangat berpengaruh terhadap sector
perdagangan. Hal ini terlihat dalam hal kehendak setiap orang atas segala hal yang
berkaitan dengan urusan perdagangan dapat bersifat praktis, aman, dan dapat
dipertanggungjawabkan, khususnya dalam lalu lintas pembayarannya. Ini
menandakan bahwa, masyarakat tidak lagi bertransaksi menggunakan uang secara
mutlak, artinya masyarakat dapat menggunakan atau menerbitkan surat berharga
sebagai alat pembayaran kredit.Sehingga, dalam hal tersebut akan dijelaskan
dalam makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang disebut dengan surat berharga ? dan apa saja unsur, fungsi serta
dasar hukum dari surat berharga ?
2. Bagaimana penggolongan surat berharga ?
3. Siapa saja yang terlibat dalam surat berharga dan apa saja hak serta
kewajiban para pihak dalam penerbitan surat berharga ?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahuiapa itu surat berharga, dan mengetahui unsur,


fungsi,serta dasar hukum dari surat berharga.
2. Untuk mengetahui penggolongan surat berharga
3. Untuk mengetahui para pihak yang terlibat, serta hak dan
kewajibanparapihak dalam penerbitan surat berharga

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Surat Berharga
Hukum surat berharga merupakan salah satu dari ruang lingkup hukum
bisnis yang berkembang dengan cepat di Indonesia. Surat berharga adalah sebuah
dokumen yang diterbitkan oleh penerbitnya sebagai pemenuhan suatu prestasi
berupa pembayaran sejumlah uang sehingga berfungsi sebagai alat bayar kepada
pihak-pihak yang memegang surat tersebut, baik pihak yang diberikan surat
berharga oleh penerbitnya ataupun pihak ketiga kepada siapa surat berharga
tersebut dialihkan.
Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi,
sekuritas kredit atau setiap derivatif dan surat berharga atau kepentingan lain atau
suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam
pasar modal maupun pasar uang. Surat berharga adalah sepucuk surat yang
bernilai uang, serta memberikan hak kepada pemegangnya atas apa yang
tercantum di dalamnya. Dan surat berharga ini mudah dan dapat diperdagangkan.
Surat berharga dalam bahasa lain disebut juga sebagai commercial paper atau
negotiable instrument. Dikatakan surat berharga karena surat tersebut memiliki
harga atau nilai ekonomis tertentu. Dikatakan commercial paper, karena surat
tersebut memang seringkali tidak hanya dijadikan pengganti uang atau sebagai
alat pembayaran, tapi karena surat-surat tersebut juga dijadikan objek
perdagangan. Dikatakan negotiable instrument karena surat-surat tersebut dapat
diperjual-belikan, tentu saja dengan nilai yang tidak selalu sama dengan nilai yang
diebutkan dalam surat tersebut (Nominal Value). Inilah mengapa surat berharga
disebut pula sebagai commercial paper, karena menjadi objek transaksi
commercial di samping sebagai alat pembayaran pengganti uang tunai.
Menurut Molengraaff, surat berharga berarti akta-akta atau alat-alat bukti
yang menurut kehendak penerbitnya atau ketentuan undang-undang yang
diperuntukkan semata-mata sebagai upaya bukti diri (legistimasi), yang mana
akta-akta tersebut diperlukan untuk menagih. Adapun menurut Ribbius, surat
berharga artinya surat-surat yang pada umumnya harus di dalam kepemilikan
seseorang untuk dapat melaksanakan hak yang ada di dalamnya.4 Sehingga dapat
disimpulkan bahwa surat berharga adalah surat yang diadakan oleh seseorang
untuk keperluan pembayaran yang mana surat tersebut dapat digunakan sebagai
alat atau bukti diri untuk menagih satu pembayaran dan untuk melaksanakan
ketentuan yang tertera dalam surat tersebut. Purwosutjipto membedakan antara
surat berharga (waardepapier) dengan surat yang berharga (papieren van waarde).
Surat berharga adalah surat bukti tuntutan utang, pembawa hak, dan dapat
diperjualbelikan dengan mudah. Sedangkan surat yang berharga adalah surat bukti
utang yang sukar diperjualbelikan. Pandangan Hoeber dan Davidson tentang

2
pengertian surat berharga, yaitu surat yang mengandung nilai uang, yang bersifat
mudah dialihkan atau diperjualbelikan (negotiable), dan dibuat dengan maksud
untuk menggantikan uang, atau membuktikan bahwa pemegangnya mempunyai
hak untuk mendapatkan pembayaran uang pada waktu tertentu.

2.2. Unsur dan Fungsi


Unsur pertama:
Surat yang berharga sebagai bukti tuntutan utang. Persolan ini sama saja
dengan unsur pertama pada surat berharga yakni surat yang membuktikan adanya
hak menuntut utang kepada debitur (penandatangan akta). Tetapi hak menuntut
utang kepada debitur tersebut tidak senyawa dengan akta, artinya bila akta hilang
atau musnah, maka hak menuntut tidak turut musnah.
Adanya hak menuntut utang masih bisa dibuktikan dengan alat
pembuktian lain misalnya: saksi, pengakuan debitur, dan lain-lain. Dengan
demikian, unsur kedua pada surat berharga yang berbunyi “pembawa hak”, dalam
surat yang berharga tidak ada.
Unsur kedua:
Surat yang berharga sukar diperjualbelikan. Kalau surat berharga
mempunyai sifat mudah diperjualbelikan karena akta itu dibuat dengan bentuk
“kepada pembawa atau kepada pengganti”, maka sebaliknya surat yang berharga
mempunyai sifat sukar diperjualbelikan karena sengaja dibuat dalam bentuk yang
mempunyai akibat hukum sukar diperjualbelikan.
Bentuk ini adalah:
a. Atas nama (op naam)
Dalam bentuk ini, nama pemilik akta (kreditur) ditulis dengan jelas dalam
akta, tanpa tambahan apa-apa. Akibat adanya bentuk ini adalah, bila akta ini
dipindahtangankan kepada orang lain, maka harus mempergunakan sesi (cessie).
Peralihan dengan sesi ini sukar, sebab harus dibuat akta khusus (tersendiri) dan
harus ditandatangani oleh penyerah sesi (kreditur lama), penerima sesi (kreditur
baru), dan debitur asli. Jadi ada tiga tandatangan (pasal 613 ayat 1,2
KUHPerdata).(Lihat Pasal 613 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer).)

b. Tidak kepada pengganti


Apabila penerbit dalam surat itu menggunakan ungkapan “tidak kepada
pengganti” atau ungkapan lain yang sejenis, maka surat itu tidak bisa
dipindahkan kepada orang lain melainkan dengan cara sesi biasa dengan segala

3
akibatnya. Istilah “tidak kepada pengganti” (niet aan order) ini terdapat pada pasal
110 ayat 2 KUHD untuk wesel dan pasal 191 ayat 2 untuk cek.
Bentuk lainYang dimaksudkan oleh penerbitnya untuk tidak dapat
diperalihkan kepada orang lain, misalnya: surat titipan sepatu/sandal, karcis kereta
api/bioskop, tanda retribusi parkir, dan lain-lain. Termasuk dalam bentuk lain ini
adalah surat bukti diri seperti: KTP, Ijazah, SIM, sertifikat, dan lain-lain. Akta ini
sekedar untuk memudahkan debitur mengenal krediturnya pada saat prestasi
debitur dituntut oleh kreditur.
Dalam Bab 6 dan 7 KUHD, fungsi surat berharga secara uum dibedakan
dalam :
a. Surat sanggup membayar atau janji untuk membayar. Dalam surat ini,
penandatangan berjanji atau menyanggupi membayar sejumlah uang kepada
pemegang atau orang yang menggantikannya. Termasuk bentuk ini adalah surat
sanggup.
b. Surat perintah membayar. Dalam surat ini penerbit memerintahkan kepada
tertarik untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang atau penggantinya.
Termasuk dalam bentuk surat ini adalah surat wesel dan cek.
c. Surat pembebasan uang. Dalam surat ini penerbit memberi perintah kepada
pihak ketiga untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang yang
menunjukkan dan menyerahkan surat ini. Termasuk dalam bentuk ini adalah
kwitansi atas rujuk.
Fungsi dari surat berharga itu sendiri dapat dikelompokkan sebagai :
a. Alat pembayaran, contoh: cek, bilyet giro dan wesel bayar (sebagai alat ukur).
b. Sebagai alat pemindahan hak tagih (karena dapat diperjualbelikan).
c. Sebagai Surat Legitimasi (Surat Bukti Hak Tagih)
d. Surat bukti investasi, contoh: obligasi, surat saham.

2.3 Syarat-syarat Surat Berharga


Suatu surat berharga berfungsi sebagai alat pembayaran dalam melakukan
transaksi perdagangan oleh para pihak, untuk memenuhi kriterianya sebagai alat
pembayaran maka surat berharga tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan.
Secara khusus dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) tidak
terdapat syarat-syarat secara khusus mengenai surat berharga, hanya dalam
KUHD diatur mengenai hal-hal yang dimuat dalam suatu surat berharga,
contohnya wesel,cek, dan sebagainya.

4
Dari berbagai syarat-syarat yang harus dimuat dalam surat berharga seperti
wesel,cek,surat sanggup, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dalam suatu surat
berharga memuat hal-hal yakni :
a) Nama surat berharga,baik itu wesel,cek,dsb.
b) Perintah/ janji tak bersyarat.
c) Nama orang yang harus membayar.
d) Penunjukan hari gugur.
e) Penunjukan tempat, dimana pembayaran harus dilakukan.
f) Nama orang, kepada siapa atau kepada pengantinya pembayaran itu harus
dilakukan.
g) Penyebutan tanggal, tempat surat berharga diterbitkan.
h) Tanda tangan penerbit.

Selain syarat tersebut yang berupa kata perintah terdapat syarat lainnya yakni
seperti Nomor seri dari suatu surat berharga. Dimana Setiap surat berharga jenis
apapun itu terdapat nomor seri yang diterbitkan oleh pihak penerbit yang berbeda
satu dengan yang lain meskipun dalam jenis yang sama. Nomor seri tersebut
dibuat sebagai tanda pembeda atau alat pengontrol bagi penerbit maupun bagi
pihak tersangkut. Antara surat berharga yang satu dengan surat yang lainnya
dalam jenis yang sama maupun dalam jenis surat berharga yang berbeda yang
tidak dapat dijumpai adanya kemiripan. Setiap surat berharga memiliki
karakteristik yang berbeda, karena merupakan syarat khusus bagi pihak penerbit
dan pihak tersangkut.

2.4 Dasar Hukum


Pengaturan surat berharga terbagi menjadi 2 (dua) yaitu
1. surat berharga yang diatur di dalam KUHD dan
2. surat berharga yang diatur di luar KUHD.
Surat berharga yang diatur, surat sanggup, promese, serta kuitansi-kuitansi atas
tunjuk. Sistematika peraturan untuk surat berharga yang diatur dalam KUHD
adalah:
a) Wesel, yang diatur dalam Buku I Titel keenam bagian pertama sampai
dengan bagian kedua belas KUHD.
b) Surat sanggup diatur dalam Buku I Titel keenam dalam bagian tiga belas
KUHD.
c) Cek diatur dalam Buku I Titel ketujuh dalam bagian kesepuluh KUHD.
d) Kwitansi-kwitansi atas tunjuk diatur dalam Buku I Titel ketujuh dalam
bagian kesebelas KUHD.Jadi pengaturan surat berharga itu semua ada di
dalam Buku I Titel 6 dan 7 KUHD.

5
2.5 Penggolongan Surat Berharga
Dasar hukum surat berharga juga berbeda untuk setiap jenisnya yang
berikutnya akan dijelaskan dalam tiap jenis golongan surat berharga. Menurut isi
perikatan dasarnya, menggolongkan surat atas tunjuk dan atas pengganti menjadi
3 golongan yaitu :
1. Surat berharga yang mempunyai sifat kebendaan, misalnya : konosemen
2. Surat berharga yang mempunyai sifat keanggotaan, misalnya : saham
3. Surat berharga yang mempunyai sifat tagihan hutang (utang piutang),
misalnya: wesel, cek, surat aksep, promis, kwitansi.
Surat berharga dalam lembaga keuangan, yaitu:
1. Surat berharga yang dikenal dalam lembaga keuangan bank, misalnya :
sertifikat deposito, simpanan giro dan cek.
2. Surat berharga pada lembaga keuangan non bank, misalnya : efek (pasar
modal), interbank call money.
3. Surat berharga dalam kegiatan perdagangan internasional, misalnya : Bill
of Lading (konosemen), dokumen barang seperti invoice (faktur), polis
asuransi.

2.6 Surat Berharga Dalam KUHD


Ketentuan tersebut diatur dalam Buku I title 6 dan title 7 KUHD, berisikan
tentang:
a. Wesel (Wissel, Bill of Exchange, Draft)
Surat wesel adalah surat berharga yang memuat kata „wesel‟ didalamnya,
diberi tanggal dan ditandatangani disuatu tempat, dimana penerbit (trekker)
memberi perintah tak bersyarat kepada tersangkut (betrokkene) untuk membayar
sejumlah uang pada hari bayar (vervaldag) kepada orang yang ditunjuk oleh
penerbit yang disebut penerima (nemer) atau penggantinya disuatu tempat
tertentu. Pengaturan wesel dalam KUHD buku I Bab VI pasal 100 sampai dengan
173.
Macam-macam wesel :
1. Wesel yang diterbitkan untuk penerbit sendiri atau penggantinya Penerbit
dapat menerbitkan surat wesel yang berbunyi atas pengganti penerbit.
Maksudnya penerbit menunjuk kepada dirinya sendiri sebagai pemegang
pertama.
2. Wesel yang diterbitkan kepada penerbit sendiri Penerbit memerintahkan
kepada dirinya sendiri untuk membayar, jadi penerbit menunjuk dirinya
sendiri sebagai pihak tersangkut. Wesel dalam bentuk ini biasanya

6
diterbitkan oleh kantor pusat, yang memerintahkan kantor cabangnya
untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang surat wesel tersebut.
Penerbitan surat wesel bentuk ini biasanya dilakukan dalam satu
lingkungan perusahaan, misalnya dikalangan perbankan. Penerbit dan
tersangkut berada dalam satu lingkungan perusahaan.
3. Wesel yang diterbitkan atas tanggungan pihak ketiga. Penerbitan surat
wesel dalam bentuk ini bisa terjadi jika seorang pihak ketiga itu untuk
tagihannya memungkinkan diterbitkan surat wesel, artinya ia mempunyai
rekening yang cukup dananya. Karena alasan tertentu ia minta kepada
pihak lain untuk menjadi penerbit surat wesel, atas perhitungan
rekeningnya itu. Biasanya pihak yang diminta untuk menjadi penerbit itu
adalah bank, dimana orang ketiga itu mempunyai rekening. Bank inilah
yang bertindak sebagai penerbit surat wesel untuk perhitungan orang
ketiga yang menyuruh terbitkan wesel atas perhitungan rekeningnya.
4. Wesel inkaso Wesel Incasso (incasso wissel, collection draft) adalah
bentuk surat wesel yang diterbitkan dengan tujuan untuk memberi kuasa
kepada pemegang pertama menagih sejumlah uang, tidak untuk
diperjualbelikan. Kedudukan penerbit adalah sebagai pemberi kuasa,
sedangkan kedudukan pemegang pertama sebagai pemegang kuasa untuk
menagih uang. Wesel incasso dimungkinkan oleh Pasal 102 a ayat 3
KUHD. Menurut ketentuan pasal ini, jika dalam surat wesel itu penerbit
telah memuat kata-kata “harga untuk ditagih” atau “dalam pemberian
kuasa” atau “untuk incasso” atau lain-lain kata yang berarti memberi
perintah untuk menagih semata-mata, maka pemegang pertama bisa
melakukan semua hak yang timbul dari surat wesel itu, tetapi ia tidak bisa
mengendosemenkan kepada orang lain, melainkan dengan cara pemberian
kuasa.
5. Wesel domisili (pasal 103 ) Surat wesel yang harus dibayar ditempat
tinggal pihak ketiga, baik tempat tinggal tersangkut, maupun ditempat lain.
6. Wesel domisili dalam blangko (pasal 126 ayat 1 dan 2). Hampir sama
dengan wesel domisili, hanya jika di wesel domisili nama pihak ketiga
yang akan membayar wesel tersebut sudah disebut dengan jelas dalam
surat wesel, sedangkan dalam wesel domisili dalam blangko nama pihak
ketiga yang akan membayar wesel tersebut belum disebut dalam wesel.
Penentuan nama pihak ketiga yang akan membayar wesel diserahkan
kepada tersangkut pada kesempatan memberikan akseptasinya.
Beberapa batas waktu dalam wesel
1) Akseptasi harus dilakukan dalam waktu 1 tahun sejak tanggal penerbitan (Pasal
122 KUHD)
2) Setiap hutang yang timbul dari wesel hapus, karena ketentuan hapusnya utang
sebagaimana diatur dalam Pasal 1831 KUH Perdata

7
3) Hari bayar: (i) saat diunjukkan (wesel unjuk), (ii) setelah diunjukkan (wesel
setelah unjuk), (iii) pada waktu setelah hari tanggalnya, atau (iv) suatu hari yang
ditentukan
4) Segala tuntutan hukum terhadap akseptan harus berakhir selambat-lambatnya 3
tahun setelah wesel diterbitkan
5) Segala tuntutan hukum terhadap Endosan harus berakhir selambat-lambatnya 1
tahun setelah wesel diterbitkan.
b. Cek
Cek adalah suatu surat berharga yang memuat kata cek yang bertanggal
dan menyebutkan tempat penerbitnya, yang merupakan perintah tanpa syarat
kepada banker untuk membayar sejumlah uang kepada pihak pihak pemegang
atau pembawanya di tempat tertentu.
Dasar Hukum cek antara lain :
1. Pasal 178 - 229 KUHD
2. SEBI No.8/7/UPPB tertanggal 16 Mei 1975 tentang Cek/Bilyet Giro Kosong
(“SEBI No.8/7/1975”)
3. SEBI No.9/72/UPPB tertanggal 10 Januari 1977 tentang Penulisan Nilai
Nominal
Cek/Bilyet Giro dalam Angka dan Huruf (“SEBI No.9/72/1975”)
4. SEBI No.9/16/UPPB tertanggal 31 Mei 1976 tentang Larangan Menerbitkan
Cek/Bilyet Giro dalam Valuta Asing (“SEBI No.9/16/1976”)
5. SEBI No.5/85/UPPB/PbB tertanggal 11 September 1972 tentang
Pembuatan/Penerbitan Cek/Bilyet Giro dan Alat-alat Lalu Lintas Pembayaran
Giral Lainnya (“SEBI No.5/85/1972”).
Jenis-jenis cek yaitu :
1. Cek biasa adalah cek yang memenuhi semua kriteria dan ciri-ciri dari suatu
Cek, tanpa suatu ketentuan tambahan terhadap cek terdebut.
2. Cek atas pengganti penerbit adalah cek diman nama pemegang pertama tidak
disebutkan sehingga pihak penarik sama dengan pemegang pertama.
3. Cek atas nama penerbit sendiri adalah cek dimana nama pihak tertarik juga
tertindak sebagai penarik.
4. Cek untuk perhitungan pihak ketiga adalah cek yang terbitkan untuk diri
penarik sendiri.

8
5. Cek inkasso adalah cek yang didalamnya terdapat kata “Inkasso” atau kata
“dalam pemberian kuasa” atau kata lain sejenisnya.
6. Cek berdomisili adalah cek yang ditempat pencariannya di tunjukkan di tempat
tertentu, yakni di tempat pihak ketiga atau ditempat pihak tersangkut.
7. Cek silang adalah cek yang dilembarannya diberikan garis silang, diman cek
seperti ini hanya dapat di bayarkan jika pembawannya adalah bank lain atau
nasabah tertarik.
8. Cek untuk perhitungan adalah cek yang dipembayarannya diberikan kata
“untuk diperhitungkan” atau kata lain yang sejenis.
9. Cek perjalanan adalah cek yang diterbitkan oleh seseorang yang akan
melakukan perjalanan ketempat lain. Sehingga ia tidak perlu membawa uang tunai
dalam pejalanan.
Cek sendiri memiliki batasan waktu penggunaan. Untuk cek yang
diterbitkan dan dibayarkan di Indonesia, harus diunjukkan dalam tenggang waktu
70 hari, sejak tanggal penerbitannya (Pasal 206 KUHD) ditambah 6 bulan
tenggang waktu sebelum kadaluwarsa (Pasal 229 KUHD).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam cek adalah :
1. Dalam cek tidak berlaku tanggal efektif, sehingga pembayaran wajib dilakukan
pada saat diunjukkan
2. Apabila tempat pembayaran tidak ditulis dalam cek, maka nama tempat di
samping nama bank pembayar dianggap sebagai tempat pembayaran (Pasal 179
KUHD)
3. Bila ada beberapa tempat yang ditulis, maka nama tempat yang ditulis
terdahululah yang dianggap sebagai tempat pembayaran (Pasal 179 KUHD)
4. Jika petunjuk-petunjuk dalam butir 1, 2 dan 3 di atas tidak ada, maka
pembayaran dianggap di kantor pusat bank pembayar (Pasal 179 KUHD)
5. Jika tempat dimana cek itu diterbitkan tidak tertulis, maka tempat yang tertulis
di samping nama penerbit dianggap sebagai tempat diterbitkannya warkat cek
(Pasal 179 KUHD)
6. Tiap-tiap cek harus ditarik di bank yang mengelola dana untuk keperluan
penerbit atau giran (Pasal 180 KUHD)
7. Cek tidak boleh diaksep, karena berfungsi sebagai alat pembayaran tunai,
sehingga apabila cek diaksep maka akseptasi tersebut dianggap tidak ada (Pasal
181 KUHD)
8. Cek dapat diterbitkan untuk keperluan penerbit sendiri.

9
c. Surat Sanggup / Promes (Promissory Notes)
Surat sanggup merupakan suatu kontrak yang berisikan janji secara terinci
dari suatu pihak ( pembayar) untuk membayarkan sejumlah uang kepada pihak
lainnya (pihak yang dibayar). Kewajiban ini dapat timbul dari adanya suatu
kewajiban pelunasan suatu hutang. Surat sanggup mempunyai jatuh tempo dan
umumnya tidak panjang dan paling panjang kurang dari satu tahun sehingga
instrumen keuangan dianggap sebagai instrumen investasi jangka pendek.
Dasar hukum surat sanggup diatur dalam pasal 174 -177 KUH Dagang.29
Ada dua macam surat sanggup, yaitu surat sanggup kepada pengganti dan surat
sanggup kepada pembawa. Agar jangan tinggal keragu-raguan HMN
Purwosutjipto, menyebutkan surat sanggup kepada pengganti dengan "surat
sanggup" saja, sedangkan surat sanggup kepada pembawa disebutnya "surat
promes".
Syarat- syarat surat sanggup adalah :
1) Penyebutan surat sanggup dimuatkan dalam teksnya sendiri
2) Kesanggupan tak bersyarat untuk mebayar sejumlah uang tertentu
3) Penetapan hari bayarnya
4) Penetapan tempat dimana pembayaran dilakukan
5) Nama orang yang dimana pembayaran dilakukan
6) Tanggal dan tempat surat sanggup
7) Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat sanggup itu

Apabila salah satu dari syarat ini tidak terpenuhi maka surat tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai surat sanggup, kecuali :
1. Bila tidak menentukan hari bayarnya maka dianggap dibayar pada saat
diunjukkan
2. Bila tidak menyebutkan tempat pembayaran , maka tempat penandatangan
dianggap sebagai tempat pembayaran
3. Bila tidak menyebutkan tempat ditandatanganinya maka dianggap
ditandatangani di tempat yang tertera disamping nama penandatangan.

10
d. Kwitansi-Kwitansi dan Promes Atas Tunjuk
Kwitansi atas tunjuk adalah suatu surat yang ditanggali, diterbitkan oleh
penandatangannya terhadap orang lain untuk suatu pembayaran sejumlah uang
yang ditentukan di dalamnya kepada penunjuk (atas tunjuk) pada waktu
diperlihatkan. Dalam kwitandi atas tunjuk tersebut tidak disyaratkan tentang
selalu adanya klausa atas tunjuk.
e. Saham
Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang
atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan
tersebut. Saham diatur dalam Pasal 40 KUHD35 dan Undang-undang No. 1 tahun
1995 tentang Perseroan Terbatas.
f. Delivery Order
Surat Jalan adalah dokumen yang berfungsi sebagai surat pengantar atas
barang yang tercantum di dalamnya yang ditujukan kepada customer (pembeli)
atau penerima yang ditentukan oleh pembeli dan mempunyai kekuatan hukum
atas legalitas yang diperlukan di jalan raya mulai dari keluar perusahaan sampai
memasuki wilayah milik Customer sehingga barang dengan quantity, spesifikasi
yang disertai dengan informasi lainnya diterima oleh customer. Surat jalan terkait
langsung dengan persediaan.
g. Konosemen (Bill Of Lading)
Istilah Konosemen(Bill Of Lading) dapat dijumpai dalam berbagai bahasa
diantarnya ( bahasa Belanda disebut : Cognossement; Inggris :Bill of
Lading;prancis : connaisemment ). Konosemen atau (Bill Of Lading) merupakan
salah satu dokumen pengangkutan barang yang merupakan bagian dari surat
berharga dalam pengangkutan melalui jalur laut, yang diatur dalam pasal 506
KUHD.
Terhadap pengangkutan barang khususnya melalui jalur laut terdapat
dokumen-dokumen pengapalan (Shipping Document) guna memudahkan
terjadinya proses pengangkutan barang mulai dari barang diterima oleh
Pengangkut dari pemilik barang sampai kepada penyerahan barang dari
Pengangkut kepada orang yang berhak atas barang tersebut dengan menunjukkan
dokumen pengapalan yang kita kenal dengan istilah Bill Of Lading (B/L) atau
dalam bahasa Indonesia disebut dengan Konosemen.

11
Bill Of Lading (B/L) merupakan suatu bentuk perjanjian pengangkutan
barang antara pihak pengangkut dengan pihak pemilik barang. Bill Of Lading
(B/L) diterbitkan berdasarkan Shipping Instruction yang merupakan dokumen
yang dikeluarkan oleh pihak pemilik barang kepada pihak pengangkut. Shipping
Instruction berisikan tentang barang yang akan diangkut,kapal yang
mengangkut,jumlah barang yang diangkut, packing,tujuan muatan yang akan
dikirimkan, nama penerima barang, dan tentang pihak yang akan menanggung
biaya pengangkutan.

Bill Of Lading (B/L) hanya dapat diterbitkan oleh Pihak Pengangkut serta
Nakhoda Kapal, sebagaimana yang terdapat dalam pasal 504 KUHD & dalam
pasal 505 KUHD subjek dalam perjanjian pengangkutan terdiri atas :
a. Pengangkut(Carrier)
Pengangkut merupakan pihak yang menyediakan jasanya serta mengikatkan
dirinya untuk menyelenggarakan pengangkutan orang (penumpang) maupun
barang dengan menerima suatu upah/penghasilan. Dilihat dari sisi statusnya
sebagai badan yang bergerak di bidang jasa pengangkutan dapat dikelompokkan
dalam empat jenis,yakni:
1. Perusahaan Pengangkutan Kreta Api;
2. Perusahaan Pengangkutan Jalan;
3. Perusahaan Pengangkutan Perairan;
4. Perusahaan pengangkutan udara
b. Pengirim (Consigner,Shipper)
Pengirim ialah pihak yang mengikatkan dirinya kepada pihak pengangkut
untuk mengangkut barangnya dengan diwajibkan untuk membayar biaya
pengangkutan barang tersebut kepada pihak pengangkut.
c. Penumpang ( Passanger)
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Indonesia memberikan
defenisi kata “ Penumpang “. Penumpang ialah semua orang yang ada di
kapal,kecuali nakhoda.
d. Penerima (Consignee)
Pihak Penerima mungkin juga merupakan Pihak Pemilik Barang atau
Pihak Ketiga di luar dari perjanjian pengangkutan yang juga memiliki
kepentingan atas barang kiriman.

12
Pengaturan lainnya mengenai Konosemen ini diatur dalam Pasal 508
KUHD yan mengatakan bahwa : “Suatu konosemen atas tunjuk
dipindahtangankan dengan endosemen dan penyerahan suratnya. Endosemen
tersebut tidak perlu membuat penyebutan tentang telah dinikmatinya harga, pun
tidak usah ditulis atas tunjuk. Satusatunya tanda Tangan pada bagian belakang
konosemen tersebut sudah cukup.”
Bill of Lading sebagai salah satu surat Berharga dapat dialihkan kepada
pihak ketiga dengan cara :
a. Surat berharga atas nama
b. Surat berharga kepada-pengganti
c. Surat berharga kepada-pembawa

2.7 Surat Berharga di Luar KUHD


a. Bilyet Giro
Bilyet giro adalah surat berharga yang merupakan surat perintah nasabah
untuk memindah-bukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada
pihak penerima yang disebutkan namanya pada bank yang sama atau pada bank
yang lainnya.38 Dengan demikian pembayaran dana bilyet giro mempunyai dua
tanggal dalam teksnya yaitu tanggal penerbitan dan tanggal efektif ( jatuh tempo).
Sebelum tanggal efektif tiba, bilyet giro sudah dapat diedarkan sebagai alat
pembayaran kredit, bilyet giro tidak dapat dipindahtangankan melalui endosemen
karena didalamnya tidak ada klausula yang menunjukkan cara pemindahannya.
Bilyet giro adalah surat perintah pemindahbukuan didasarkan kepada
SEBI No. 4/670 UPPB/PBB tanggal 24 Januari 1972. Syarat-syarat yang berlaku
untuk BG agar pemindahbukuannya dapat dilakukan antara lain :
1. Pada surat cek tertulis perkataan “Bilyet Giro” dan nomor seri.
2. Surat harus berisi perintah tak bersyarat untuk memindahbukukan
sejumlah uang tertentu atas beban rekening yang bersangkutan
3. Nama bank yang harus membayar (tertarik)
4. Nama penerima dana dan nomor rekening
5. Nama bank penerima dana
6. Jumlah dana dalam angka dan huruf
7. Penyebutan tanggal dan tempat cek dikeluarkan
8. Tanda tangan dan atau cap perusahaan.

13
Tanggal dan batas waktu yang berlaku dalam Bilyet Giro:
1. Tanggal penerbitan
2. Tanggal efektif (bukan merupakan syarat formal Bilyet Giro) adalah
tanggal mulai berlakunya tenggang waktu penarikan. Apabila tidak ditulis
dalam Bilyet Giro maka tanggal penebitan sama dengan tanggal efektif
3. Tenggang waktu penarikan selama-lamanya 70 hari sejak tanggal
penerbitan
4. Tenggang waktu penawaran selama-lamanya 6 bulan setelah batas waktu
penarikan.
5. Masa daluwarsa adalah masa setelah tenggang waktu penawaran.
b. Surat Utang Negara
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang
Surat Utang Negara (“UU 24/2002”), yang dimaksud dengan Surat Utang Negara
adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara
Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.
Surat Utang Negara diterbitkan dalam bentuk warkat atau tanpa warkat.
Surat Utang Negara diterbitkan dalam bentuk yang diperdagangkan atau dalam
bentuk yang tidak diperdagangkan di Pasar Sekunder. Surat Utang Negara yang
diperdagangkan adalah Surat Utang Negara yang diperjualbelikan di Pasar
Sekunder baik di dalam maupun di luar negeri. Perdagangan dapat dilakukan
melalui bursa dan/atau di luar bursa yang biasa disebut over the counter (OTC).
Surat Utang Negara yang tidak diperdagangkan adalah Surat Utang Negara yang
tidak diperjualbelikan di Pasar Sekunder dan biasanya diterbitkan secara khusus
untuk pemodal institusi tertentu, baik domestic maupun asing, yang berminat
untuk memiliki Surat Utang Negara sesuai dengan kebutuhan spesifik dari
portofolio investasinya. Yang dimaksud dengan Pasar Sekunder adalah kegiatan
perdagangan Surat Utang Negara yang telah dijual di Pasar Perdana. Sedangkan
yang dimaksud Pasar Perdana adalah kegiatan penawaran dan penjualan Surat
Utang Negara untuk pertama kali.
Surat Utang Negara terdiri atas:
a) Surat Perbendaharaan Negara;
Surat Perbendaharaan Negara berjangka waktu sampai dengan 12 bulan dengan
pembayaran bunga secara diskonto.
b) Obligasi Negara.
Obligasi Negara berjangka waktu lebih dari 12 bulan dengan kupon dan/atau
dengan pembayaran bunga secara diskonto.

14
Surat Utang Negara diterbitkan untuk tujuan sebagai berikut:
1. membiayai defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
2. menutup kekurangan kas jangka pendek akibat ketidaksesuaian antara
arus kas penerimaan dan pengeluaran dari Rekening Kas Negara dalam
satu tahun anggaran;
3. mengelola portofolio utang negara.

2.8 Para Pihak Dalam Surat Berharga Serta Hak Dan


Kewajibannya Dalam Dalam Penerbitan Surat Berharga
Penerbitan surat berharga didasarkan pada fungsi dari surat berharga itu sendiri,
apakah untuk alat pembayaran atau untuk keperluan investasi, yang mana secara
umum diterbitkan oleh :
1. Pihak yang berhutang, seperti dalam cek dan promes.
2. Pihak yang berpiutang, seperti dalam wesel dagang (merchant‟s
draft /bill of exchange)
3. Pihak lainnya yang ditujuk, seperti dalam wesel (bank draft).
Pihak-pihak yang terlibat didalam penerbitan surat berharga pada umumnya
yaitu :
a. Penerbit Sebagai Debitur
Penerbit dari sebuah surat berharga merupakan pihak yang mempunyai kewajiban
(debitur) untuk membayar sejumlah uang kepada pihak lain (kreditur
b. Pemegang pertama/ pembawa sebagai kreditur.
Pemegang atau pembawa dari sebuah surat berharga merupakan pihak yang
menerima pembayaran dari debitur/ penerbit. Dalam hal ini kedudukan pemegang
atau pembawa tersebut yaitu sebagai kreditur.
c. Tersangkut.
Tersangkut merupakan pihak yang melasanakan perintah dari penerbit untuk
melakukan pembayaran kepada pemegang.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi,
sekuritas kredit atau setiap derivatif dan surat berharga atau kepentingan lain atau
suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam
pasar modal maupun pasar uang.
Fungsi dari surat berharga itu sendiri dapat dikelompokkan sebagai Alat
pembayaran, contoh: cek, bilyet giro dan wesel bayar (sebagai alat ukur). Sebagai
alat pemindahan hak tagih (karena dapat diperjualbelikan). Sebagai Surat
Legitimasi (Surat Bukti Hak Tagih),Surat bukti investasi, contoh: obligasi, surat
saham.
Syarat-syarat yang harus dimuat dalam surat berharga seperti wesel,cek,surat
sanggup, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dalam suatu surat berharga
memuat hal-hal yakni :
a) Nama surat berharga,baik itu wesel,cek,dsb.
b) b. Perintah/ janji tak bersyarat.
c) Nama orang yang harus membayar.
d) Penunjukan hari gugur.
e) Penunjukan tempat, dimana pembayaran harus dilakukan.
f) Nama orang, kepada siapa atau kepada pengantinya pembayaran itu harus
dilakukan.
g) Penyebutan tanggal, tempat surat berharga diterbitkan.
h) Tanda tangan penerbit.
Pengaturan surat berharga terbagi menjadi 2 (dua) yaitu
1. surat berharga yang diatur di dalam KUHD dan
2. surat berharga yang diatur di luar KUHD.

16
3.2 Daftar Pustaka
Asikin, Zainal. Hukum Dagang. Cet. I. Jakata: Rajawali Pers. 2013Hasyim,
Farida. Hukum Dagang. Cet. 4. Jakarta: Sinar Grafika. 2013Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang (KUHD). Jakarta: Pustaka Yustisia. 2010S, Burhaniddin.
Hukum Surat Berharga Syariah Negara dan Pengaturannya.Jakarta: Rajawali Pers.
2011Sardjono, Agus. Pengantar Hukum Dagang. Cet. I. Jakarta: Rajawali Pers.
2014http://digilib.unila.ac.id/5185/12/BAB%20II.pdf . diakses pada tanggal
26November 2015 pukul 06.49
WIBhttps://id.wikipedia.org/wiki/Surat_Berharga_Syariah_Negara. diakses
padatanggal 26 November 2015 pukul 06.28
WIBhttp://sabinadacosta.blogspot.co.id/2014/10/tugas-makalah.html. diakses
padatanggal 25 November 2015 pukul 23.30
WIBhttps://zulidamel.wordpress.com/2008/01/25/delivery-order-surat-jalan/ .
diaksespada tanggal 26 November 2015 pukul 06.06 WIB

17

Anda mungkin juga menyukai