SSRN Id3553542
SSRN Id3553542
SSRN Id3553542
1
Restu Rahmini, 2Rosinta Ria Panggabean
1,2
Accounting Department, Faculty of Economics and Communication, Bina Nusantara
University, Jakarta, Indonesia 11480
1
First author, resturahmini55@gmail.com
2
Corresponding author, rosinta_ria_panggabean@binus.ac.id
Abstract
The purpose of this study is to analyse the influence of the Independent Board of
Commissioners, Audit Committee, Audit Quality, Managerial Ownership and Dividend Payout
Ratio on income smoothing and company size as a control variable.
The sample in this study are Property and Real Estate sector companies listed on the Indonesia
Stock Exchange (BEI) and Bursa Malaysia (KLSE) in 2014-2017. This study used purposive
sampling method, logistic regression analysis, and classic assumption test. Income smoothing
can be measured using dummy variables.
The Independent Board of Commissioners, Audit Committee, Audit Quality, managerial
ownership, Dividend Payout Ratio and company size have no effect on income smoothing on
the Indonesia Stock Exchange securities, while the results of the analysis show that the
variables that affect income smoothing on the Bursa Malaysia are managerial ownership and
control variables, namely the size of the companies listed.
Keywords: Audit Committee, Audit Quality, Managerial Ownership, Dividend Payout Ratio,
Income smoothing.
Pendahuluan
Laporan keuangan merupakan sarana untuk pengambilan keputusan ekonomi berbagai pihak.
Para investor dalam memutuskan berinvestasi perlu melakukan evaluasi kinerja manajemen,
meramalkan laba, menaksir tingkat risiko investasi dengan sarana laporan keuangan ini. Oleh
karena itu manajemen perusahaan akan berusaha untuk menampilkan kinerja keuangan
terbaiknya. Manajemen perusahaan cenderung melakukan manipulasi laba untuk menunjukkan
kinerja keuangan yang stabil dengan perataan laba. Menurut Belkaoui (2006:73), perataan
laba adalah pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan
dari tahun-tahun yang tinggi pendapatannya ke periode-periode yang kurang menguntungkan.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa perataan laba sebagai fenomena proses manipulasi profil waktu
dari pendapatan atau laporan laba menjadi kurang bervariasi, sambil sekaligus tidak
meningkatkan pendapatan yang dilaporkan selama periode tersebut.
Di dalam laporan keuangan terdapat informasi mengenai laba, dan setiap perusahaan tentu akan
berusaha untuk meningkatkan laba mereka. Menurut Subramanyam (1996) salah satu ukuran
kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah laba
yang dihasilkan perusahaan, laba tersebut diukur dengan dasar akrual. Seringkali informasi
Komite audit memiliki tanggung jawab pengawasan untuk proses pelaporan keuangan
perusahaan dan tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kredibilitas laporan yang diaudit.
Pada prinsipnya, tugas dari komite audit adalah untuk memberikan rekomendasi kepada dewan
komisaris untuk kondisi pelaksanaan peraturan perundang-undangan kegiatan perusahaan dan
melakukan penelaahan untuk laporan keuangan perusahaan (Putri, 2011). Komite audit
menurut Sari (2008) bertanggungjawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit
Kualitas audit memiliki arti berbeda bagi pemakai atau penerima dan pemeriksa laporan
keuangan. Bagi pemakai atau penerima, kualitas audit yang baik memiliki arti laporan
keuangan yang digunakan atau dibentuk sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum.
Sedangkan bagi auditor, kualitas audit yang baik merupakan suatu pencapaian auditor dalam
menemukan risiko bisnis dan audit sehingga dapatmeminimalisir risiko litigasi sehingga tidak
terjadi kesalahan pemberian opini dan mampu menghindari risiko reputasi KAP. Menurut
Gerayli et al (2011) dan Marpaung et al (2014) kualitas audit dapat di ukur dengan ukuran KAP
(KAP big-four dan KAP non big-four).
Menurut Marpaung dan Latrini (2014) kualitas audit yang diukur dengan ukuran KAP
berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Karena KAP yang memiliki reputasi
yang baik seperti KAP big-four akan mampu mendeteksi kesalahan dalam laporan keuangan.
Hal ini juga didukung dengan pernyataan DeAngelo (1981) yang menyatakan bahwa KAP big-
four memberikan kualitas audit yang lebih baik di bandingkan KAP non-big four. KAP besar
seperti KAP big-four memiliki lebih banyak sumber daya dan lebih banyak klien sehingga
mereka tidak tergantung pada satu atau beberapa klien saja. Selain itu, karena reputasinya yang
telah dianggap baik oleh masyarakat menyebabkan mereka akan melakukan audit dengan lebih
teliti dan cermat. Oleh sebab itu, maka kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap perataan
laba. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin baik kualitas audit maka praktik perataan laba akan
mampu diminimalisir. Menurut Arief (2016) kualitas audit berpengaruh simultan terhadap
perataan laba dan menurut Ingrid dan Yeterina, kualitas audit tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Hal ini dimungkinkan praktik manajemen laba terjadi karena perusahaan
memiliki keinginan agar kinerja keuangan perusahaan tampak bagus dimata calon investor,
namun mengabaikan keberadaan auditor Big- 4 (Luhgiatno 2010).
H3: Kualitas audit berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan property dan real estate
yang terdaftar di BEI tahun 2014-2017.
H8: Kualitas audit berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan property dan real estate
yang terdaftar di KLSE tahun 2014-2017.
Penelitian yang dilakukan oleh Kustono (2009) tidak berhasil membuktikan bahwa dividend
payout ratio berpengaruh terhadap perataan laba. Penelitian yang dilakukan oleh Budiasih
(2009) yang menyatakan bahwa dividend payout ratio berpengaruh positif terhadap praktik
perataan laba. Dalam teori keagenan manajer adalah pihak yang diberi wewenang untuk
menjalankan perusahaan sesuai dengan keinginan dan untuk kepentingan pemegang saham.
Keinginan dari pemegang saham adalah perusahaan mempunyai kinerja baik yang dapat
tercermin dari laba yang dihasilkan setiap periodenya, kestabilan laba menunjukkan kestabilan
kinerja dan mampu menghadapi resiko yang ada. Hal tersebut dapat memungkinkan
manajemen untuk melakukan perataan laba. Menurut Nazira dan Ariani (2016) bahwa
Dividend Payout Ratio berpengaruh positif terhadap perataan laba dan menurut Purwanto
(2005) menyimpulkan bahwa dividend payout ratio sangat mempengaruh perilaku perataan
laba. Begitu juga dengan penelitian Sindi (2011) yang menunjukan bahwa dividend payout
ratio juga mempengaruhi perataan laba.
H5: Dividend payout ratio berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan property dan
real estate yang terdaftar di BEI tahun 2014-2017.
H10: Dividend payout ratio berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan property dan
real estate yang terdaftar di KLSE tahun 2014-2017.
𝐶𝑉 ∆𝐸𝐴𝑇
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑏𝑎 =
𝐶𝑉 ∆𝑆
Keterangan:
a. ∆𝐸𝐴𝑇 : Perubahan laba dalam satu periode.
b. ∆𝑆 : Perubahan penjualan dalam satu periode.
c. CV : Koefisien variasi dari variabel.
Keterangan :
a. ∆𝑋 : Perubahan laba atau penjualan antara tahun n dan n-1.
Variabel independen pada penelitian ini adalah dewan komisaris independen, komite audit,
kualitas audit, kapemilkikan manajerial dan dividend payout ratio.
Dewan komisaris independen adalah anggota komisaris yang berasal dari luar perusahaan
(tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan). Menurut Widjaja (2009:82) pengukuran
dewan komisaris independen adalah sebagai berikut:
∑ 𝑨𝒏𝒈𝒈𝒐𝒕𝒂𝑫𝒆𝒘𝒂𝒏𝑲𝒐𝒎𝒊𝒔𝒂𝒓𝒊𝒔 𝒊𝒏𝒅𝒆𝒑𝒆𝒏𝒅𝒆𝒏
DKI = X 100%
∑𝑨𝒏𝒈𝒈𝒐𝒕𝒂𝑫𝒆𝒘𝒂𝒏𝑲𝒐𝒎𝒊𝒔𝒂𝒓𝒊𝒔
Keterangan:
DKI: Dewan komisaris independen
Pada umumnya komite audit itu terdiri dari tiga atau lima kadang tujuh orang yang bukan
bagian dari manajemen perusahaan. Tujuan dibentuknya komite audit yaitu untuk menjadi
penengah antara auditor dan manajemen perusahaan apabila terjadi perselisihan.
Pengukuran komite audit dilakukan dengan cara numeral, yaitu dilihat dari jumlah nominal
dari anggota komite audit.
Menurut Marpaung dan Latrini (2014) Kualitas audit diproksikan dengan ukuran KAP (KAP
The big- 4 dan KAP Non The big- 4). Dalam penelitian ini, kualitas audit di ukur dengan ukuran
KAP. Dalam mengukur ukuran KAP merupakan variabel dummy. Perusahaan yang
menggunakan KAP The big- 4 diberi kode 1, sedangkan perusahaan yang menggunakan KAP
Non The big- 4 diberi kode 0.
Dividend Payout Ratio diukur dengan menggunakan perbandingan antara dividend per share
dengan earning per share. Variabel ini membandingkan dividen dengan laba bersih
perusahaan. Variabel ini diukur dengan cara melakukan pembagian antara dividend per share
(DPS): yaitu jumlah dividen yang dibagikan ke pemegang saham (investor) per lembarnya,
dengan earning per share (EPS): yaitu jumlah laba bersih perusahaan per lembar saham.
𝑫𝑷𝑺
DPR =
𝑬𝑷𝑺
Keterangan :
DPR :Dividend payout ratio
DPS :Dividend per share
EPS :Earnings per share
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan Ukuran perusahaan diukur
dengan cara me-logkan total aset. Penggunaan variabel kontrol ini untuk mengendalikan
pengaruh pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Variable Dewan Komisaris Independen memiliki nilai paling tinggi yaitu perusahaan Pakuwon
Jati Tbk dengan kode saham PWON. Perusahaan dengan nilai Dewan komisaris terendah yaitu
sebesar 0.170000 yang dimiliki oleh perusahaan Intiland Development Tbk dengan kode saham
DILD.
Variable Komite Audit memiliki nilai paling tinggi yaitu perusahaan Metropolitan Kentjana
Tbk dengan kode saham MKPI . Perusahaan dengan nilai Komite audit terendah yaitu sebesar
2.000000 yang dimiliki oleh perusahaan Roda Vivatex Tbk dengan kode saham RDTX.
Berdasarkan Gambar 1 untuk perusahaan sektor property dan real estate Indonesia, nilai
Jarque-Bera sebesar 0.665318, nilai Jarque-Bera <X 2 atau lebih kecil dari 2, maka data
berdistribusi normal. Lalu nilai p-value sebesar 0.717015 dimana > 0,05 sehingga nilai
probabilitas didapat lebih besar dari 0.05 sehingga hipotesis berdistribusi normal.
14
Series: RESID
12 Sample 2014 2017
Observations 72
10
Mean -1.97e-16
8 Median 0.134819
Maximum 0.761373
6 Minimum -0.939862
Std. Dev. 0.449504
4 Skewness -0.153035
Kurtosis 1.844180
2
Jarque-Bera 4.288797
0 Probability 0.117138
-1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8
Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linier antar variabel independen,
dikarenakan melibatkan beberapa variabel independen. Berikut pada tabel 4 hasil uji
multikolinearitas dari nilai matrix korelasi untuk perusahaan sektor property dan real estate
Indonesia dan perusahaan sektor property dan real estate Malaysia sebagai berikut:
Uji Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dalam penelitian salah satunya adalah
menggunakan cara dalam prosedur statistik dengan uji White. Berikut hasil uji
heteroskedastisitas dengan uji White pada perusahaan sektor property dan real estate Indonesia
dan perusahaan sektor property dan real estate Malaysia pada tabel 5 :
Berdasarkan tabel 5 hasil uji heteroskedastisitas pada perusahaan sektor property dan real estate
di Indonesia dapat dilihat nilai Obs*R-squared adalah 28.54105, dan probabilitasnya adalah
0.2836 lebih besar dari α = 5%. Hal ini mengindikasikan bahwa data penelitian ini tidak
mengandung heteroskedastisitas. Sedangkan hasil uji heteroskedastisitas pada perusahaan
sektor propertty dan real estate di Malaysia dapat dilihat nilai Obs*R-squared adalah 28.23570,
dan probabilitasnya adalah 0.3470 lebih besar dari α = 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa
data penelitian terbebas dari masalah heteroskedastisitas
Uji Autokorelasi
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode Breusch-Godfrey untuk mengetahui apakah
adanya terjadi Autokorelasi pada data observasi. Berikut hasil uji autokorelasi pada perusahaan
sektor property dan real estate di Indonesia dan Malaysia:
Berdasarkan tabel 6 hasil uji autokorelasi perusahaan sektor property dan real estate di
Indonesia memiliki nilai probability> 5% (0.8807> 0,05) dan hasil uji autokorelasi perusahaan
sektor property dan real estate di Malaysia memiliki nilai probability> 5% (0.1229> 0,05).
Maka hal ini mengindikasikan bahwa penelitian ini tidak mengandung autokorelasi.
Berdasarkan hasil pengujian logistik yang dilakukan pada tabel 7 untuk perusahaan sektor
property dan real estae yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), maka dapat diperoleh
persamaan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil pengujian logistik yang dilakukan pada tabel 8 untuk perusahaan sektor
property dan real estae yang terdaftar di Bursa Malaysia (KLSE), maka dapat diperoleh
persamaan sebagai berikut :
Tabel 9. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test – BEI dan KLSE
Hasil uji Hosmer and Lemeshow - BEI
H-L Statistic 7.2023 Prob. Chi-Sq(8) 0.5150
Hasil uji Hosmer and Lemeshow - KLSE
H-L Statistic 5.1079 Prob. Chi-Sq(8) 0.7460
Sumber : Output dari eviews versi10
Dari hasil uji pada tabel 9 menunjukkan untuk data BEI nilai dari statistik Hosmer and
Lemeshow’s sebesar 7.2023 dan untuk nilai Chi-Square dari hasil uji Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test adalah sebesar 0.5150. Hal ini menunjukkan bahwa model
regresi binary layak dipakai untuk analisis selanjutnya. Dari hasil uji pada tabel 9
menunjukkan untuk data KLSE nilai dari statistik Hosmer and Lemeshow’s sebesar 5.1079 dan
untuk nilai Chi-Square dari hasil uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test adalah
sebesar 0.7460. Nilai probabilitas Chi-Square untuk perusahaan sektor property dan real estate
Malaysia sebesar 0.7460 yaitu lebih besar dari nilai 0.05, maka H0 diterima. Hal ini
mengartikan bahwa model ini dapat memberikan prediksi nilai observasi yang sesuai.
Uji Omnibus
Model logistik dapat dinilai dengan menggunakan likelihood ratio (LR) statistic. Model ini
dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Tabel 10 menggambarkan hasil uji omnibus untuk
perusahaan sektor property dan real estate Indonesia dan Malaysia sebagai berikut:
Dapat dilihat untuk data BEI pada item prob>chi2 menunjukkan angka 0.043648, dimana nilai
ini lebih kecil bila dibandingkan dengan tingkat signifikansi uji sebesar 0.05. Dengan
menggunakan tingkat keyakinan sebesar 95% maka variabel-variabel independen pada
perusahaan property dan real estate di indonesia secara simultan berpengaruh terhadap variabel
dependen. Untuk data KLSE pada item prob>chi2 menunjukkan angka 0.027983, dimana nilai
ini lebih kecil bila dibandingkan dengan tingkat signifikansi uji sebesar 0.05, maka variabel-
variabel independen pada perusahaan property dan real estate di Malaysia secara simultan
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Berdasarkan tabel 11 hasil uji koefisien determinasi pada perusahaan sektor property dan real
estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukan hasil uji koefisien determinasi
dengan menghasilkan nilai McFadden R-Squared sebesar 0.292184 atau sekitar 29,22% variasi
yang terjadi pada Y dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam penelitian ini, sedangkan
sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar dari model ini. Sedangkan untuk data Malaysia
menunjukkan hasil uji koefisien determinasi dengan menghasilkan nilai McFadden R-Squared
sebesar 0.142500 atau sekitar 14,25% variasi yang terjadi pada Y dapat dijelaskan oleh variabel
independen dalam penelitian ini, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar dari
model ini.
Uji Hipotesis
Berikut merupakan hasil uji hipotesis regresi logistik binary dengan menggunakan uji wald
pada tabel 12 menunjukkan hasil hipotesis untuk perusahaan sektor property dan real estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) serta Bursa Malaysia (KLSE):
Pembahasan
Hasil uji wald untuk variabel Dewan Komisaris Independen, perusahaan property dan real
estate Indonesia memiliki nilai probabilitas sebesar 3.6315 dan perusahaan property dan real
estate Malaysia memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0567. Hal ini membuktikan bahwa nilai
probabilitas lebih besar dari cut off uji hipotesis sebesar 0,05 maka diterima.
Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Marpaung & Latrini
(2014), yang menyatakan bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap perataan laba. Namun, terdapat penelitian yang menemukan bahwa adanya
pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap perataan laba. Penelitian ini dilakukan oleh
Nabila dan Daljono (2013), yang menyatakan bahwa Dewan komisaris independen
berpengaruh terhadap praktek laba. Hasil penelitian yang sama juga dinyatakan oleh
Tiswiyanti, Fitriyani dan Wiralestari (2012), bahwa Dewan Komisaris independen
berpengaruh terhadap manajemen laba. Praktik perataan laba yang terjadi bukan didasarkan
atas sifat dasar manusia yang akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan
pribadinya dalam hal ini manajer. Pemisahan antara fungsi kepemilikan dengan fungsi
pengelolaan perusahaan pada penelitian berkaitan dengan hadirnya komisaris independen
menjadi sebuah skema dimana investor dalam hal ini principal mempercayakan pengelolaan
sumber daya perusahaan kepada pihak lain yang berperan sebagai steward yang lebih capable
dan siap. Steward tidak memiliki motivasi untuk melakukan praktik perataan laba yang
merugikan principal, oleh karena itu mekanisme pengawasan melalui komisaris independen
tidak mampu mempengaruhi praktik perataan laba yang terjadi.
Hasil uji wald untuk variabel komite audit, perusahaan property dan real estate Indonesia
memiliki nilai probabilitas sebesar 0.8853 dan perusahaan property dan real estate Malaysia
memiliki nilai probabilitas sebesar 0.6549 . Hal ini membuktikan bahwa nilai probabilitas lebih
besar dari cut off uji hipotesis sebesar 0,05 maka diterima.
Hasil pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi logistik binary dengan uji wald
menunjukkan bahwa variabel Komite Audit tidak berpengaruh terhadap Perataan Laba pada
perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
perusahaan malaysia (KLSE) tahun 2014 sampai dengan tahun 2017 dikarenakan hipotesis
lebih besar dari 0.05. penelitian ini didukung oleh penelitian dari Arief Pradana, Khairunnisa
& Dewa Putra Khirisna (2016) Menemukan bahwa Komite audit tidak berpengaruh terhadap
perataan laba. Dikarenakan bahwa pihak manajer tidak perlu dicurigai atau diberi pengawasan
berlebihan oleh pemilik. Manajer tidak bertindak atas dasar motivasi untuk memaksimalkan
nilai individu melainkan kepentingan perusahaan. Manajer berasumsi bahwa tindakannya yang
berdasarkan kepentingan perusahaan pada akhirnya akan memenuhi kepentingan individunya.
Sehingga keberadaan komite audit guna mengurangi perilaku opportunistic manajemen yang
merugikan investor tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba yang terjadi.
Referensi
Ajija, Shochrul R. 2011. Cara Cerdas Menguasai Eviews.Salemba Empat. Jakarta
Alves, Sandra. (2012). Ownership Structure and Earning Management: Evidencefrom
Portugal. Australian Accounting Business and Finance Journal,Volume 6(1), 57-74.
Arens, Alvin A., Elder, Randal J., Beasly, Mark S., dan Jusuf, Amir Abadi. (2013). Jasa Audit
dan Assurance: Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia) Jakarta: Erlangga.
Butar-Butar, L., K., & Sudarsi, S. (2012). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage,
Profitabilitis, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Perataan Laba: Studi Empiris
Pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI. Dinamika Akuntansi,
Keuangan dan Perbankan, Vol. 1 No.2, ISSN: 1979 - 4878.
Christiani, I., & Nugrahanti, Y., W. (2014). Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen
Laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol 16 No. 1, ISSN: 1411-0288.
Gerayli, et al. (2011). Impact of Audit Quality on Earnings Management: Evidence from Iran.
International Research Journal of Finance and Economics, ISSN: 1450-2887.
Jensen, M., C., &Meckling, W., H. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency
Costs, and Ownership Structure. Journal of Financial Economic Vol.3 No. 4, 1981, pp.
305-360.
Johari, N., H., Saleh, N., M., Joffar, R., & Hassan M., S. (2008). The Influence of Board
Independence, Competency and Ownership on Earnings Management: Evidence
From Malaysia. Journal of Economics and Management 2 (2): 281 – 306, ISSN 1823
836X
Kelerek, Astohar. (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Studi
Empiris Di Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Ilmu Manajemen
dan Akuntansi TerapanVol 5 No. 2, November 2014.
Kharisma, A. dan Agustina, L. (2015). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba. Accounting Analysis Journal 4
(2), ISSN 2252-6765
Marpaung, C., O., & Latrini, N., M., Y. (2014). Pengaruh Dewan Komisaris Independen,
Komite Audit, Kualitas Audit dan Kepemilikan Manajerial terhadap Perataan Laba. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.2: 279-289, ISSN:2302-8556.
Nabila, Afifa, dan Daljono. Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen, Komite Audit,
dan Reputasi Auditor Terhadap Manajemen Laba. E-Journal Volume 2, Nomor 1,
Tahun 2013, Halaman 1-10