Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

SSRN Id3553542

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 22

Pengaruh Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, Kualitas Audit, Kepemilikan

Manajerial dan Dividend Payout Ratio terhadap Perataan Laba

1
Restu Rahmini, 2Rosinta Ria Panggabean
1,2
Accounting Department, Faculty of Economics and Communication, Bina Nusantara
University, Jakarta, Indonesia 11480
1
First author, resturahmini55@gmail.com
2
Corresponding author, rosinta_ria_panggabean@binus.ac.id

Abstract
The purpose of this study is to analyse the influence of the Independent Board of
Commissioners, Audit Committee, Audit Quality, Managerial Ownership and Dividend Payout
Ratio on income smoothing and company size as a control variable.
The sample in this study are Property and Real Estate sector companies listed on the Indonesia
Stock Exchange (BEI) and Bursa Malaysia (KLSE) in 2014-2017. This study used purposive
sampling method, logistic regression analysis, and classic assumption test. Income smoothing
can be measured using dummy variables.
The Independent Board of Commissioners, Audit Committee, Audit Quality, managerial
ownership, Dividend Payout Ratio and company size have no effect on income smoothing on
the Indonesia Stock Exchange securities, while the results of the analysis show that the
variables that affect income smoothing on the Bursa Malaysia are managerial ownership and
control variables, namely the size of the companies listed.
Keywords: Audit Committee, Audit Quality, Managerial Ownership, Dividend Payout Ratio,
Income smoothing.

Pendahuluan
Laporan keuangan merupakan sarana untuk pengambilan keputusan ekonomi berbagai pihak.
Para investor dalam memutuskan berinvestasi perlu melakukan evaluasi kinerja manajemen,
meramalkan laba, menaksir tingkat risiko investasi dengan sarana laporan keuangan ini. Oleh
karena itu manajemen perusahaan akan berusaha untuk menampilkan kinerja keuangan
terbaiknya. Manajemen perusahaan cenderung melakukan manipulasi laba untuk menunjukkan
kinerja keuangan yang stabil dengan perataan laba. Menurut Belkaoui (2006:73), perataan
laba adalah pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan
dari tahun-tahun yang tinggi pendapatannya ke periode-periode yang kurang menguntungkan.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa perataan laba sebagai fenomena proses manipulasi profil waktu
dari pendapatan atau laporan laba menjadi kurang bervariasi, sambil sekaligus tidak
meningkatkan pendapatan yang dilaporkan selama periode tersebut.
Di dalam laporan keuangan terdapat informasi mengenai laba, dan setiap perusahaan tentu akan
berusaha untuk meningkatkan laba mereka. Menurut Subramanyam (1996) salah satu ukuran
kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah laba
yang dihasilkan perusahaan, laba tersebut diukur dengan dasar akrual. Seringkali informasi

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3553542


penting mengenai laba menjadi target untuk direkayasa dengan cara meningkatkan penjualan
ataupun dengan cara menurunkan harga pokok penjualan sehingga laba akan naik. Laba yang
meningkat akan mempengaruhi investor untuk membeli saham perusahaan sehingga dapat
menguntungkan manajemen dan akan berujung kerugian bagi investor dan publik akibat dari
manipulasi yang dilakukan oleh manajemen. Laporan sebagai produk informasi yang
dihasilkan perusahaan tidak terlepas dari proses penyusunannya. Proses penyusunan laporan
ini melibatkan pihak pengurus dalam pengelolaan perusahaan, diantaranya adalah pihak
manajemen, dewan komisaris, dan pemegang saham. Kebijakan dan keputusan yang diambil
oleh mereka dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan. Laporan keuangan yang
berkualitas memiliki kemampuan untuk memberikan informasi kepada pasar yang berarti
laporan keuangan memiliki daya informasi (Wawo, 2014).
Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan memiliki tujuan dan maksud tertentu
dalam proses penyusunan laporan keuangan eksternal untuk memperoleh keuntungan-
keuntungan pribadi bagi pihak tertentu. Manajemen laba dapat dijelaskan melalui teori
keagenan. Agen yang dimaksud adalah manajemen. Manajemen tentu mengetahui berbagai
kondisi yang terdapat didalam suatu perusahaan. Mulai dari operasional, permasalahan hingga
masa depan perusahaan tersebut. Dalam hal ini, manajemen memiliki tanggung jawab terhadap
pemilik perusahaan mengenai kinerja perusahaanya. Manajemen tentu tidak ingin terlihat
memiliki kinerja buruk dalam menjalankan perusahaan. Selain itu manajemen juga
bertanggung jawab untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan bagi pemiliknya dan tentu
manajemen akan mendapatkan fee sebagai ganti atas kinerjanya. Hal inilah yang dapat
menjelaskan bagaimana manajemen laba terjadi menurut teori keagenan. Manajemen laba
memiliki beberapa bentuk yaitu, taking a bath, income minimization, income maximization,
income smoothing, bentuk manajemen laba dengan cara perataan laba yangdilakukan pada
laporan keuangan eksternal bagi investor (Scott, 2003:405). Salah satu bentuk manajemen laba
adalah perataan laba atau income smoothing.Tindakan manajer meratakan laba adalah untuk
membuat arus penghasilan stabil dan mengurangi covarian return dengan pasar.
Marpaung dan Latrini (2014) meneliti tentang pengaruh dewan komisaris independen, komite
audit, kualitas audit, kepemilikan manajerial terhadap perataan laba. Dan menggunakan sampel
purpose sampling dengan objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
periode 2009-2012 serta menggunakan regresi logistik sebagai alat analisis data. Hasil dari
penelitian ini menemukan bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap
perataan laba, namun penelitian Nabila dan Daljono (2013) yang meneliti topik yang sama
menunjukkan hasil yang berbeda dimana dewan komisaris independen berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba. Dikarenakan bahwa dewan komisaris memegang peranan penting
dalam menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola
perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Dalam prakteknya, di Indonesia
sering terjadi anggota dewan komisaris sama sekali tidak menjalankan peran pengawasannya
yang sangat mendasar terhadap dewan direksi. Dewan Komisaris seringkali dianggap tidak
memiliki manfaat, hal ini dapat dilihat dalam fakta, bahwa banyak anggota Dewan Komisaris
tidak memiliki kemampuan dan tidak dapat menunjukkan independensinya.Dalam banyak
kasus, Dewan Komisaris juga gagal untuk mewakili kepentingan stakeholders.
Penelitian yang dilakukan Pradana, Khairunnisa dan Khirisna (2016) menunjukkan bahwa
komite audit tidak berpengaruh terhadap perataan laba, namun, hasil penelitian yang berbeda
ditemukan oleh Yendriwati (2015) yang menyatakan bahwa komite audit berpengaruh terhadap
tindakan perataan laba. Dikarenakan Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan
komisaris yang bekerjasama untuk membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris
yakni melaksanakan pengawasan atas pengelolaan perusahaan oleh direksi. Satu elemen

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3553542


penting dalam pengawasan oleh dewan komisaris adalah bekerjasama erat dengan direksi dan
manajemen perusahaan untuk mewujudkan kepatuhan perusahaan terhadap hukum dan standar
etika. Pengawasan ini mencakup upaya untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki
kebijakan akuntansi, pengendalian internal, dan akuntan publik independen dan objektif yang
dapat mengidentifikasi adanya fraud, mengantisipasi risiko-risiko, dan memastikan bahwa
informasi yang dikeluarkan perusahaan kepada pemegang saham dan publik adalah benar.
Dalam hal ini menurut Gerayli et al. (2011) dan Marpaung et al. (2014) kualitas audit dapat di
ukur dengan ukuran KAP (KAP big-four dan KAP non big-four). Berdasarkan penelitian
sebelumnya, Marpaung dan Latrini (2014) menemukan bahwa kualitas audit berpengaruh
secara negatif signifikan terhadap perataan laba. Menurut Wijoyo (2014) menyatakan bahwa
kualitas audit berpengaruh positif signifikan terhadap perataan laba. Namun menurut Lidiawati
dan Asyik (2016) kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba. Kualitas
Audit, dalam pemberian opini audit oleh auditor harus dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan
terhadap transaksi-transaksi perusahaan. Selama pengujian dan pemeriksaan auditor akan
menentukan apakah pencatatan untuk laporan keuangan telah sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku umum.Selain itu auditor akan memeriksa apakah transaksi yang telah dicatat
sesuai dengan waktu pengakuan dari transaksi tersebut. Sehingga semakin baik opini yang
didapat perusahaan tentu tindakan manajemen lama semakin kecil.
Penelitian Pratama (2012) dan Alves (2012) mengatakan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Namun hal ini bertentangan dengan
Marpaung dan Latrini (2014) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh signifikan terhadap perataan laba. Bahwa kepemilikan manajerial mempunyai arti
bahwa kepemilikan perusahaan juga dimiliki oleh manajemen. Hal ini diharapkan agar manajer
memiliki pemikiran yang sama sebagai pemilik dan berusaha untuk menjalankan perusahaan
sesuai dengan aturan yang berlaku dan memiliki etos kerja yang tinggi sehingga pengawasan
terhadap perusahaan akan lebih baik. Dampak dari kepemilikan manajerial yang diharapkan
adalah laporan keuangan yang dihasilkan memiliki independesi dan sesuai dengan aturan yang
berlaku. Kepemilikan Manajerial dapat diukur dengan cara menghitung jumlah persentase
saham yang dimiliki manajemen dari jumlah saham yang beredar.
Dividend Payout Ratio adalah persentase pendapatan atau laba yang akan dibayarkan kepada
pemegang saham sebagai kas dividen. Besar kecilnya laba akan mempengaruhi besar kecilnya
dividen yang akan dibagikan pada para pemegang saham. Investor akan tertarik dengan
besarnya dividen yang diberikan oleh perusahaan, dan kecilnya risiko yang akan diterima oleh
investor tersebut. Salah satu upaya perusahaan untuk meyakinkan investor bahwa risiko yang
ada dalam perusahaan kecil, adalah dengan melakukan perataan laba, jika perusahaan bisa
membagikan dividen yang tinggi, berarti laba pada perusahaan tersebut bisa dikatakan besar,
jika dalam kondisi laba yang tinggi tetapi laba yang diperoleh perusahaan tidak terus menerus
atau bisa dikatakan tidak stabil yang berarti risiko pada perusahaan tinggi, maka perusahaan
akan melakukan perataan laba (Abiprayu, 2011).
Berdasarkan uraian tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
apakah dewan komisaris independen, komite audit, kualitas audit, kepemilikan manajerial, dan
dividend payout ratio berpengaruh terhadap perataan laba yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia (KLSE). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisa pengaruh dewan komisaris independen, komite audit, kualitas audit, kepemilikan
manajerial, dan dividend payout ratio berpengaruh terhadap perataan laba yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia (KLSE). Sedangkan manfaat dari penelitian
ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengawasan yang lebih ketat dalam operasional
perusahaan sehingga praktik perataan laba dapat diminimalisir.

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3553542


Tinjauan Literatur dan Hipotesis
Suwardjono (2014:485-486) mendasarkan teori keagenan atas dasar berbagai aspek dan
implikasi hubungan keagenan. Hubungan keagenan adalah hubungan antara principal
(principal) dan agen (agent) yang di dalamnya agen bertindak atas nama dan untuk kepentingan
prinsipal dan atas tindakannya (actions) tersebut agen mendapatkan imbalan tertentu. Dalam
konteks pelaporan keuangan, hubungan antara investor dan manajemen dikarakteristikkan
sebagai hubungan keagenan; pemegang saham sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen.
Dalam teori keagenan Jensen dan Meckling (1976) dapat terjadi konflik kepentingan antara
agen atau manajer dan prinsipal atau pemilik perusahaan yang dapat memicu terjadinya biaya
keagenan. Untuk dapat membatasi tindakan menyimpang manajer (agent) yang tidak sesuai
dengan keinginan pemilik perusahaan (principal) maka dapat dilakukan dengan memberikan
insentif yang tepat kepada manajer dan dengan mengeluarkan biaya monitoring yang didesain
untuk membatasi kegiatan yang menyimpang dari manajer. Sebagai tambahan dalam beberapa
situasi, agen akan mengeluarkan biaya perikatan (bonding cost) dari sumberdaya perusahaan
sebagai jaminan bagi pemilik perusahaan bahwa manajer tidak akan melakukan tindakan yang
merugikan pemilik perusahaan atau untuk memastikan bahwa pemilik perusahaan akan
diberikan kompensasi apabila manajer mengambilkan tindakan seperti itu. Pada kebanyakan
hubungan keagenan antara manajer dan pemilik perusahaan akan dikenakan biaya monitoring
dan biaya perikatan, dan disamping itu juga terdapat perbedaan antara keputusan manajer dan
keputusan tersebut akan meningkatkan kesejahteraan bagi pemilik perusahaan. Nilai mata uang
yang setara dengan pengurangan kesejahteraan bagi pemilik perusahaan (principal) akibat dari
perbedaan keputusan tersebut disebut sebagai biaya kerugian residual (residual loss).
Dewan komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan
manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas
dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau bertindak semata - mata demi kepentingan perusahaan. Keberadaan
komisaris independen dalam perusahaan berfungsi sebagai penyeimbang dalam proses
pengambilan keputusan yang memihak kepada pemegang saham minoritasdan pihak-pihak lain
yang berhubungan dengan perusahaan. Menurut Isnanta (2008), yang menyatakan bahwa
Dewan komisaris independen berpengaruh terhadap praktek laba. Hasil penelitian yang sama
juga dinyatakan oleh Tiswiyanti, Fitriyani & Wiralestari (2012), bahwa Dewan Komisaris
independen berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian yang berbeda ditemukan
oleh Mapaung dan Latrini (2014), yang menyatakan bahwa dewan komisaris independen tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba. Berdasarkan teori dan hasil penelitian
sebelumnya maka, dapat disimpulkan bahwa :
H1: Dewan komisaris independen berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan
property dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2014-2017.
H6: Dewan komisaris independen berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan
property dan real estate yang terdaftar di KLSE tahun 2014-2017.

Komite audit memiliki tanggung jawab pengawasan untuk proses pelaporan keuangan
perusahaan dan tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kredibilitas laporan yang diaudit.
Pada prinsipnya, tugas dari komite audit adalah untuk memberikan rekomendasi kepada dewan
komisaris untuk kondisi pelaksanaan peraturan perundang-undangan kegiatan perusahaan dan
melakukan penelaahan untuk laporan keuangan perusahaan (Putri, 2011). Komite audit
menurut Sari (2008) bertanggungjawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3553542


internal, dan mengamati system pengendalian internal dapat mengurangi sifat oppurtunistic
manajemen yang melakukan manajemen laba dengan cara mengawasi fungsi perusahaan dari
dalam perusahaan secara lebih independen. Menurut Mapaung dan Latrini (2014) Komite
Audit tidak berpengaruh secara signifikaan terhadap perataan laba. Gusnadi dan Budiharta
(2008) menemukan hal yang sama bahwa Komite audit tidak berpengaruh terhadap perataan
laba. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiwik, Dewi dan Wiralestari (2012)
bahwa Komite audit memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Hasil yang sama ditemukan
oleh Tampubolon (2012) menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh terhadap perataan
laba. Dengan demikian adanya komite audit dalam suatu perusahaan dapat mempengaruhi
manajemen untuk melakukan aktivitas manajemen laba riil. Dari hasil penelitian di atas bahwa
peneliti ada yang mengatakan komite audit berpengaruh terhadap perataan laba dan ada juga
yang menyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Maka dari itu
peneliti ingin meneliti kembali tentang pengaruh komite audit terhadap perataan laba tersebut.
H2: Komite audit berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan property dan real estate
yang terdaftar di BEI tahun 2014-2017.
H7: Komite audit berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan property dan real estate
yang terdaftar di KLSE tahun 2014-2017.

Kualitas audit memiliki arti berbeda bagi pemakai atau penerima dan pemeriksa laporan
keuangan. Bagi pemakai atau penerima, kualitas audit yang baik memiliki arti laporan
keuangan yang digunakan atau dibentuk sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum.
Sedangkan bagi auditor, kualitas audit yang baik merupakan suatu pencapaian auditor dalam
menemukan risiko bisnis dan audit sehingga dapatmeminimalisir risiko litigasi sehingga tidak
terjadi kesalahan pemberian opini dan mampu menghindari risiko reputasi KAP. Menurut
Gerayli et al (2011) dan Marpaung et al (2014) kualitas audit dapat di ukur dengan ukuran KAP
(KAP big-four dan KAP non big-four).
Menurut Marpaung dan Latrini (2014) kualitas audit yang diukur dengan ukuran KAP
berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Karena KAP yang memiliki reputasi
yang baik seperti KAP big-four akan mampu mendeteksi kesalahan dalam laporan keuangan.
Hal ini juga didukung dengan pernyataan DeAngelo (1981) yang menyatakan bahwa KAP big-
four memberikan kualitas audit yang lebih baik di bandingkan KAP non-big four. KAP besar
seperti KAP big-four memiliki lebih banyak sumber daya dan lebih banyak klien sehingga
mereka tidak tergantung pada satu atau beberapa klien saja. Selain itu, karena reputasinya yang
telah dianggap baik oleh masyarakat menyebabkan mereka akan melakukan audit dengan lebih
teliti dan cermat. Oleh sebab itu, maka kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap perataan
laba. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin baik kualitas audit maka praktik perataan laba akan
mampu diminimalisir. Menurut Arief (2016) kualitas audit berpengaruh simultan terhadap
perataan laba dan menurut Ingrid dan Yeterina, kualitas audit tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Hal ini dimungkinkan praktik manajemen laba terjadi karena perusahaan
memiliki keinginan agar kinerja keuangan perusahaan tampak bagus dimata calon investor,
namun mengabaikan keberadaan auditor Big- 4 (Luhgiatno 2010).
H3: Kualitas audit berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan property dan real estate
yang terdaftar di BEI tahun 2014-2017.
H8: Kualitas audit berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan property dan real estate
yang terdaftar di KLSE tahun 2014-2017.

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3553542


Berdasarkan teori keagenan menurut Jensen dan Meckling (1976), pemilik perusahaan dapat
mengeluarkan biaya pengawasan terhadap kinerja dan perilaku pengelola yang disebut agency
cost. Untuk meminimalisir biaya yang dikeluarkan oleh pemilik perusahaan maka dapat dengan
meningkatkan kepemilikan manajerial terhadap perusahaan. Dengan adanya kepemilikan
manajerial maka setiap kebijakan di dalam perusahaan akan dipilih dengan teliti agar tidak
merugikan pemilik perusahaan.
Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap perataan laba karena dalam aktivitas
perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial tentu akan berbeda dengan perusahaan yang
tidak memiliki kepemilikan manajerial. Adanya kepemilikan manajerial akan meningkatkan
kontrol dalam perusahaan karena kepemilikan manajerial dapat membentuk hubungan yang
selaras dan sikron sebagai manajer dan pemilik perusahaan. Dengan adanya kepemilikan
manajerial yang cukup besar oleh manajemen dan pemikiran untuk mengembangkan
perusahaan oleh manajemen, maka dapat meminimalisir tindakan perataan laba.
Sesuai dengan hasil penelitian Pratama (2012) dan Alves (2012) yang menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial memiliki pengaruh negatif terhadap perataan laba, yang berarti
semakin tinggi kepemilikan manajerial maka akan meminimalisir praktik perataan laba. Hal
ini dapat terjadi karena manajer berpikir layaknya pemilik perusahaan yang lebih
mementingkan pengembangan perusahaan dan kepercayaan publik. Berdasarkan teori dan
penelitian sebelumnya maka, kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen akan mampu
meminimalisir praktik perataan laba. Berbeda dengan hasil yang dilakukan oleh Nazira dan
Ariani (2016) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap perataan
laba. Dan hasil penelitian yang sama juga diperoleh oleh Nur Farida (2010) yang menyatakan
bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap perataan laba.
H4: Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan property dan
real estate yang terdaftar di BEI tahun 2014-2017.
H9: Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan property dan
real estate yang terdaftar di KLSE tahun 2014-2017.

Penelitian yang dilakukan oleh Kustono (2009) tidak berhasil membuktikan bahwa dividend
payout ratio berpengaruh terhadap perataan laba. Penelitian yang dilakukan oleh Budiasih
(2009) yang menyatakan bahwa dividend payout ratio berpengaruh positif terhadap praktik
perataan laba. Dalam teori keagenan manajer adalah pihak yang diberi wewenang untuk
menjalankan perusahaan sesuai dengan keinginan dan untuk kepentingan pemegang saham.
Keinginan dari pemegang saham adalah perusahaan mempunyai kinerja baik yang dapat
tercermin dari laba yang dihasilkan setiap periodenya, kestabilan laba menunjukkan kestabilan
kinerja dan mampu menghadapi resiko yang ada. Hal tersebut dapat memungkinkan
manajemen untuk melakukan perataan laba. Menurut Nazira dan Ariani (2016) bahwa
Dividend Payout Ratio berpengaruh positif terhadap perataan laba dan menurut Purwanto
(2005) menyimpulkan bahwa dividend payout ratio sangat mempengaruh perilaku perataan
laba. Begitu juga dengan penelitian Sindi (2011) yang menunjukan bahwa dividend payout
ratio juga mempengaruhi perataan laba.
H5: Dividend payout ratio berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan property dan
real estate yang terdaftar di BEI tahun 2014-2017.
H10: Dividend payout ratio berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan property dan
real estate yang terdaftar di KLSE tahun 2014-2017.

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3553542


Metode Penelitian
Populasi yang digunakan sebagai bahan penelitian ini adalah semua perusahaan sektor Property
dan Real estate di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia (KLSE) Periode 2014-2017.
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2014:126).
Adapun kriteria-kriteria yang telah ditentukan dalam pemilihan sampel adalah:
a. Perusahaan sektor Property dan Real estate di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
Bursa Malaysia (KLSE) Periode 2014-2017.
b. Perusahaan Property dan Real Estate yang memiliki laporan keuangan secara
berturut-turut mulai tahun 2014-2017 di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa
Malaysia (KLSE)
c. Perusahaan Property dan Real Estate yang menggunakan satuan mata uang Rupiah
(Rp) dan Ringgit (Rm).
d. Perusahaan Property dan Real Estate yang tidak mengalami kerugian tahun 2014–
2017 di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia (KLSE).
e. Perusahaan Property dan Real Estate yang membuat laporan keuangan per tanggal
31 Desember tahun 2014 -2017 di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia
(KLSE).
f. Perusahaan Property dan Real Estate yang memiliki kelengkapan data dalam
mengisi angka variabel penelitian.
Teknik Analisis Data yang digunakan yaitu Analisis Regresi Logistik. Dalam pengujian
hipotesis menggunakan pengujian Persial, dalam penelitian ini juga menggunakan Wald
Statistic yaitu untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen yaitu perataan laba adapun variabel independen nya adalah Dewan Komisaris
Independen, Komite Audit, Kualitas Audit, Kepemilikan Manajerial Dan Dividend Payout
Ratio.
Dalam penelitian ini untuk memisahkan perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dan
tidak, peneliti menggunakan indeks Eckel. Dalam penelitian ini variabel dependen
menggunakan variabel dummy dengan menggunakan kode 1 untuk perusahaan yang
melakukan praktik perataan laba dan 0 untuk perusahaan yang tidak melakukan perataan laba.
Indeks Eckel (1981) dalam Butar-butar dan Sudarsi (2012) menggunakan Coefficient Variation
(CV) variabel laba setelah pajak dan variabel penjualan bersih. Indeks perataan laba dapat
dihitung sebagai berikut;

𝐶𝑉 ∆𝐸𝐴𝑇
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑏𝑎 =
𝐶𝑉 ∆𝑆

Keterangan:
a. ∆𝐸𝐴𝑇 : Perubahan laba dalam satu periode.
b. ∆𝑆 : Perubahan penjualan dalam satu periode.
c. CV : Koefisien variasi dari variabel.

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3553542


̅̅̅̅̅̅̅
∑(∆𝑥−∆𝑥) 2
CV = √ ∶ ∆𝑋
𝑛−1

Keterangan :
a. ∆𝑋 : Perubahan laba atau penjualan antara tahun n dan n-1.

b. ∆𝑋 : Rerata perubahan laba atau penjualan antara tahun n dan n-1.


c. n : Banyaknya tahun yang diamati

Variabel independen pada penelitian ini adalah dewan komisaris independen, komite audit,
kualitas audit, kapemilkikan manajerial dan dividend payout ratio.
Dewan komisaris independen adalah anggota komisaris yang berasal dari luar perusahaan
(tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan). Menurut Widjaja (2009:82) pengukuran
dewan komisaris independen adalah sebagai berikut:

∑ 𝑨𝒏𝒈𝒈𝒐𝒕𝒂𝑫𝒆𝒘𝒂𝒏𝑲𝒐𝒎𝒊𝒔𝒂𝒓𝒊𝒔 𝒊𝒏𝒅𝒆𝒑𝒆𝒏𝒅𝒆𝒏
DKI = X 100%
∑𝑨𝒏𝒈𝒈𝒐𝒕𝒂𝑫𝒆𝒘𝒂𝒏𝑲𝒐𝒎𝒊𝒔𝒂𝒓𝒊𝒔

Keterangan:
DKI: Dewan komisaris independen

Pada umumnya komite audit itu terdiri dari tiga atau lima kadang tujuh orang yang bukan
bagian dari manajemen perusahaan. Tujuan dibentuknya komite audit yaitu untuk menjadi
penengah antara auditor dan manajemen perusahaan apabila terjadi perselisihan.
Pengukuran komite audit dilakukan dengan cara numeral, yaitu dilihat dari jumlah nominal
dari anggota komite audit.

Komite Audit =𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐚𝐧𝐠𝐠𝐨𝐭𝐚 𝐊𝐨𝐦𝐢𝐭𝐞 𝐀𝐮𝐝𝐢𝐭

Menurut Marpaung dan Latrini (2014) Kualitas audit diproksikan dengan ukuran KAP (KAP
The big- 4 dan KAP Non The big- 4). Dalam penelitian ini, kualitas audit di ukur dengan ukuran
KAP. Dalam mengukur ukuran KAP merupakan variabel dummy. Perusahaan yang
menggunakan KAP The big- 4 diberi kode 1, sedangkan perusahaan yang menggunakan KAP
Non The big- 4 diberi kode 0.

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3553542


Pada faktor mengenai kepemilikan manajerial, varial kepemilikan manajerial diukur dari
jumlah persentase kepemilikan saham dari manajemen perusahaan yang meliputi manajer
maupun dewan direksi. Indicator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan manajerial
adalah persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal perusahaan
yang beredar yang dimiliki (Aji dan Mita, 2010). Ada pun dalam pengukuran dari kepemilikan
manajerial dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐘𝐚𝐧𝐠 𝐃𝐢𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢


𝐏𝐢𝐡𝐚𝐤 𝐌𝐚𝐧𝐚𝐣𝐞𝐦𝐞𝐧
𝐊𝐞𝐩𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐧𝐚𝐣𝐞𝐫𝐢𝐚𝐥 = 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐒𝐚𝐡𝐚𝐦 𝐁𝐞𝐫𝐞𝐝𝐚𝐫

Dividend Payout Ratio diukur dengan menggunakan perbandingan antara dividend per share
dengan earning per share. Variabel ini membandingkan dividen dengan laba bersih
perusahaan. Variabel ini diukur dengan cara melakukan pembagian antara dividend per share
(DPS): yaitu jumlah dividen yang dibagikan ke pemegang saham (investor) per lembarnya,
dengan earning per share (EPS): yaitu jumlah laba bersih perusahaan per lembar saham.

𝑫𝑷𝑺
DPR =
𝑬𝑷𝑺

Keterangan :
DPR :Dividend payout ratio
DPS :Dividend per share
EPS :Earnings per share

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan Ukuran perusahaan diukur
dengan cara me-logkan total aset. Penggunaan variabel kontrol ini untuk mengendalikan
pengaruh pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Ukuran perusahaan = Ln Total Aktiva

Hasil dan Pembahasan


Objek penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di sektor Property dan Real Estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia
(KLSE) dengan periode pengamatan yang diambil adalah tahun 2014 – 2017. Populasi
penelitian diambil dari data yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia
(KLSE). Dalam melakukan pemilihan sampel, peneliti menggunakan teknik purposive
sampling karena adanya kriteria tertentu dalam menentukan sampel yang digunakan.

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3553542


Berikut tabel yang dapat memberikan gambaran lebih jelas atas pemilihan sampel yang akan
digunakan dalam penelitian ini:
Tabel 1. Jumlah Sampel Indonesia dan Malaysia yang Memenuhi Kriteria
JUMLAH PERUSAHAAN
NO. KRITERIA BEI KLSE
1 Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014-2017 48 101
2 Perusahaan Property dan Real Estate yang tidak
memiliki laporan keuangan secara berturut-turut mulai -5 -11
tahun 2014-2017
3 Perusahaan Property dan Real Estate yang tidak
menggunakan satuan mata uang Rupiah (Rp) dan 0 0
Ringgit (Rm)
4 Perusahaan Property dan Real Estate yang mengalami
kerugian tahun 2014– 2017 -8 -24
5 Perusahaan Property dan Real Estate yang tidak
membuat laporan keuangan per tanggal 31 Desember 0 -46
tahun 2014 -2017
6. Perusahaan Property dan Real Estate yang tidak
memiliki kelengkapan data dalam mengisi angka -27 -2
variabel penelitian
Jumlah Sampel Perusahaan 8 18
Periode Penelitian 4 Tahun 4 Tahun
Jumlah Sampel Penelitian 32 72
Sumber : Diperoleh dari olahan sampel (2018)

Analisis Statistik Deskriptif


Tabel 2. Hasil Uji Deskriptif Statistik Indonesia
Y1 X1 X2 X3 X4 X5 C1
Mean 0.500000 0.3546888 3.000000 0.500000 0.018952 0.356549 29.22315
Median 0.500000 0.3300000 3.000000 0.500000 0.001398 0.156302 29.46092
Maximum 1.000000 0.6700000 4.000000 1.000000 0.269165 4.829672 30.99105
Minimum 0.000000 0.1700000 2.000000 0.000000 0.000000 0.020572 26.71921
Srd. Dev 0.508001 0.126898 0.508001 0.508001 0.048079 0.855821 1.303293
Skewness 0.000000 1.195194 -6.25E-17 0.000000 4.599253 4.742541 -0.498645
Kurtosis 1.000000 4.524778 4.000000 1.000000 24.44716 24.96532 2.240526
Jarque – Bera 5.333333 10.71854 1.333333 5.333333 726.1244 768.2563 2.095184
Probability 0.069483 0.0047004 0.513417 0.069483 0.000000 0.000000 0.350781
Sum 16.00000 10.71854 96.00000 16.00000 0.606468 11.40955 935.1407
Sum Sq.Dev 8.000000 0.499197 8.000000 8.000000 0.071659 22.70534 52.65576
Observation 32 32 32 32 32 32 32
Sumber : Output dari eviews Versi 10

Variable Dewan Komisaris Independen memiliki nilai paling tinggi yaitu perusahaan Pakuwon
Jati Tbk dengan kode saham PWON. Perusahaan dengan nilai Dewan komisaris terendah yaitu
sebesar 0.170000 yang dimiliki oleh perusahaan Intiland Development Tbk dengan kode saham
DILD.
Variable Komite Audit memiliki nilai paling tinggi yaitu perusahaan Metropolitan Kentjana
Tbk dengan kode saham MKPI . Perusahaan dengan nilai Komite audit terendah yaitu sebesar
2.000000 yang dimiliki oleh perusahaan Roda Vivatex Tbk dengan kode saham RDTX.

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3553542


Variable Kualitas Audit memiliki rata – rata sebesar 0.500000 dengan nilai Standar Deviasi
lebih besar dari nilai rata – rata yaitu sebesar 0.508001 dan nilai maximum sebesar 1.000000
menunjukkan bahwa nilai dari kualitas audit paling tinggi dan nilai minimum sebesar 0.000000
yaitu Perusahaan dengan nilai Komite audit terendah.
Variable Kepemilikan Manajerial memiliki nilai paling tinggi yaitu perusahaan Pudjiati
Prestige Tbk dengan kode saham PUDP . Perusahaan dengan nilai Komite audit terendah yaitu
sebesar 0.000000 yang dimiliki oleh perusahaan Intiland Development Tbk kode saham DILD.
Variable Dividend Payout Ratio memiliki nilai maximum sebesar 4.829672 menunjukkan
bahwa nilai dari dividen payout ratio paling tinggi yaitu perusahaan Greenwood Sejahtera Tbk
dengan kode saham GWSA . Perusahaan dengan nilai dividen payout ratio terendah yaitu
sebesar 0.020572 yang dimiliki oleh perusahaan Agung Podomoro Tbkkode saham APLN.
Variabel Ukuran Perusahaan memiliki nilai maximum sebesar 30.99105 menunjukkan bahwa
nilai dari Ukuran Perusahaan paling tinggi. Dan terdapat nilai terendah yaitu sebesar 0.050191.

Tabel 3. Hasil uji Deskriptif Statistik Malaysia


Y2 X6 X7 X8 X9 X10 C2
Mean 0.541667 0.4455556 3.166667 0.555556 0.422936 0.528886 20.81551
Median 1.000000 0.4300000 3.0000000 1.000000 0.287938 0.230677 20.95788
Maximum 1.000000 0.8600000 5.0000000 1.000000 2.447876 5.652174 23.53237
Minimum 0.000000 0.2000000 3.000000 0.000000 2.20E-05 0.050191 18.34836
Srd. Dev 0.501757 0.127808 0.444053 0.500391 0.560792 1.107109 1.371800
Skewness -0.167248 0.820294 2.699746 -0.223607 1.848116 3.877146 -0.127095
Kurtosis 1.027972 3.844353 9.734694 1.050000 6.162254 16.87653 1.823446
Jarque – Bera 12.00235 10.21339 223.5319 12.002469 70.98593 758.0613 4.346675
Probability 0.002476 0.006056 0.000000 0.002469 0.000000 0.000000 0.113797
Sum 39.00000 32.08000 228.0000 40.00000 30.45137 38.07981 1298.716
Sum Sq.Dev 17.87500 1.159778 14.00000 17.77778 22.32861 87.02406 133.6102
Observation 72 72 72 72 72 72 72
Sumber : Output dari eviews Versi 10

Variable Dewan Komisaris Independen memiliki nilai maximum sebesar 0.860000


menunjukkan bahwa nilai dari dewan komisaris independen paling tinggi yaitu perusahaan
Paramount Corporation Berhad. Perusahaan dengan nilai Dewan komisaris terendah yaitu
sebesar 0.200000 yang dimiliki oleh perusahaan I-Berhad.
Variable Komite Audit memiliki nilai maximum sebesar 5.000000 menunjukkan bahwa nilai
dari komite audit paling tinggi yaitu perusahaan Mah Sing Group Berhad. Perusahaan dengan
nilai Komite audit terendah yaitu sebesar 3.000000 yang dimiliki oleh perusahaan farlim group
(malaysia) bhd.
Variable kualitas audit memiliki rata – rata sebesar 0.555556 dengan nilai Standar Deviasi lebih
kecil dari nilai rata – rata yaitu sebesar 0.500391 dan nilai maximum sebesar 1.000000
menunjukkan bahwa nilai dari kualitas audit paling tinggi dan nilai minimum sebesar 0.000000
yaitu Perusahaan dengan nilai Komite audit terendah.
Variable Kepemilikan Manajerial memiliki rata – rata sebesar 0.4229362 dengan nilai Std.
Deviasi lebih besar dari nilai rata – rata yaitu sebesar 0.560792 dan nilai maximum sebesar
2.447876 menunjukkan bahwa nilai dari kepemilikan manajerial paling tinggi yaitu perusahaan
Gromutual Berhad . Perusahaan dengan nilai Kepemilikan manajerial terendah yaitu sebesar
0.000022 yang dimiliki oleh perusahaan Uem Sunrise Berhad.

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3553542


Variabel Dividend Payout Ratio memiliki nilai maximum sebesar 5.652174 menunjukkan
bahwa nilai dari dividen payout ratio paling tinggi yaitu perusahaan Uoa Development Bhd.
Perusahaan dengan nilai dividen payout ratio terendah yaitu sebesar 0.050191yang dimiliki
oleh perusahaan Osk Holding Berhad.
Variabel Ukuran Perusahaan memiliki nilai maximum sebesar 23.53237 menunjukkan bahwa
nilai dari Ukuran Perusahaan paling tinggi. Dan terdapat nilai terendah yaitu sebesar 18.34836.
Uji Normalitas
Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan eviews yang dilihat menggunakan uji
histogram dan Jarque – Bera, jika probabilitas lebih besar dari pada alpa(α = 0,05) maka asumsi
normalitas terpenuhi (Ghozali, 2013).
9
Series: RESID
8
Sample 2014 2017
7 Observations 32
6
Mean -7.18e-15
5 Median 0.000746
Maximum 0.861465
4
Minimum -0.783033
3 Std. Dev. 0.414212
Skewness -0.117247
2
Kurtosis 2.333666
1
Jarque-Bera 0.665318
0
Probability 0.717015
-1.00 -0.75 -0.50 -0.25 0.00 0.25 0.50 0.75 1.00

Gambar 1. Hasil uji normalitas - BEI


Sumber : Output dari eviews versi10

Berdasarkan Gambar 1 untuk perusahaan sektor property dan real estate Indonesia, nilai
Jarque-Bera sebesar 0.665318, nilai Jarque-Bera <X 2 atau lebih kecil dari 2, maka data
berdistribusi normal. Lalu nilai p-value sebesar 0.717015 dimana > 0,05 sehingga nilai
probabilitas didapat lebih besar dari 0.05 sehingga hipotesis berdistribusi normal.

14
Series: RESID
12 Sample 2014 2017
Observations 72
10
Mean -1.97e-16
8 Median 0.134819
Maximum 0.761373
6 Minimum -0.939862
Std. Dev. 0.449504
4 Skewness -0.153035
Kurtosis 1.844180
2
Jarque-Bera 4.288797
0 Probability 0.117138
-1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8

Gambar 2. Hasil uji normalitas - KLSE


Sumber : Output dari eviews versi10

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3553542


Berdasarkan hasil dari Gambar 2 untuk perusahaan sektor property dan real estate Malaysia,
nilai Jarque-Bera sebesar 4.288797, nilai Jarque-Bera >X 2 atau lebih besar dari 2, maka data
berdistribusi tidak normal. Lalu nilai p-value sebesar 0.117138 dimana > 0,05 sehingga nilai
probabilitas berdistribusi normal yang berarti data berdistribusi normal.

Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linier antar variabel independen,
dikarenakan melibatkan beberapa variabel independen. Berikut pada tabel 4 hasil uji
multikolinearitas dari nilai matrix korelasi untuk perusahaan sektor property dan real estate
Indonesia dan perusahaan sektor property dan real estate Malaysia sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Uji Multikolinearitas – BEI dan KLSE


Hasil uji multikolinearitas BEI
Y1 X1 X2 X3 X4 X5
Y1 1.000000 -0.407828 0.000000 -0.500000 0.273143 -0.210592
X1 -0.407828 1.000000 -0.035028 0.552944 -0.085347 -0.076995
X2 0.000000 -0.035028 1.000000 0.000000 0.067374 0.062024
X3 -0.500000 0.552944 0.000000 1.000000 -0.377231 0.188960
X4 0.273143 -0.085347 0.067374 -0.377231 1.000000 -0.059995
X5 -0.210592 -0.076995 0.062024 0.188960 -0.059995 1.000000
Hasil uji multikolinearitas KLSE
Y2 X6 X7 X8 X9 X10
Y2 1.000000 0.158865 -0.031607 -0.149592 0.180627 0.088220
X6 0.158865 1.000000 -0.113331 0.171289 -0.304768 -0.083539
X7 -0.031607 -0.113331 1.000000 0.211289 -0.085390 -0.079456
X8 -0.149592 0.171289 0.211289 1.000000 -0.200736 -0.260618
X9 0.180627 -0.304768 -0.085390 -0.200736 1.000000 -0.140901
X10 0.088220 -0.083539 -0.079456 -0.260618 -0.140901 1.000000
Sumber : Output dari eviews versi10

Berdasarkan tabel 4 hasil uji multikolinearitas untuk perusahaan manufaktur Indonesia


tergambar tidak adanya nilai matrik korelasi yang diatas atau > 0,90. Menurut Ghozali
(2013:83), jika matrik korelasi tidak ada nilai >0.90 maka tidak terjadi multikolinearitas dalam
model. Sedangkan hasil uji multikolinearitas untuk perusahaan manufaktur Malaysia
tergambar tidak adanya nilai matrik korelasi yang diatas atau > 0,90. Jadi dapat disimpulkan
bahwa data perusahaan sektor property dan real estate Malaysia tidak memiliki hubungan linier
antar variabel.

Uji Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dalam penelitian salah satunya adalah
menggunakan cara dalam prosedur statistik dengan uji White. Berikut hasil uji
heteroskedastisitas dengan uji White pada perusahaan sektor property dan real estate Indonesia
dan perusahaan sektor property dan real estate Malaysia pada tabel 5 :

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3553542


Tabel 5. Hasil Uji Heteroskedastisitas – BEI dan KLSE
Hasil Uji Heteroskedastisitas - BEI
F-Statistic 1.980329 Prob. F (25,6) 0.2014
Obs*R- squared 28.54105 Prob.Chi-Squared (25) 0.2836
Scaled explained SS 10.01654 Prob.Chi-Squared (25) 0.9966
Hasil Uji Heteroskedastisitas - KLSE
F-Statistic 1.116652 Prob. F (26,45) 0.3643
Obs*R- squared 28.23570 Prob.Chi-Squared (26) 0.3470
Scaled explained SS 9.527446 Prob.Chi-Squared (26 0.9987
Sumber : Output dari eviewsversi10

Berdasarkan tabel 5 hasil uji heteroskedastisitas pada perusahaan sektor property dan real estate
di Indonesia dapat dilihat nilai Obs*R-squared adalah 28.54105, dan probabilitasnya adalah
0.2836 lebih besar dari α = 5%. Hal ini mengindikasikan bahwa data penelitian ini tidak
mengandung heteroskedastisitas. Sedangkan hasil uji heteroskedastisitas pada perusahaan
sektor propertty dan real estate di Malaysia dapat dilihat nilai Obs*R-squared adalah 28.23570,
dan probabilitasnya adalah 0.3470 lebih besar dari α = 5%. Maka dapat disimpulkan bahwa
data penelitian terbebas dari masalah heteroskedastisitas

Uji Autokorelasi
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode Breusch-Godfrey untuk mengetahui apakah
adanya terjadi Autokorelasi pada data observasi. Berikut hasil uji autokorelasi pada perusahaan
sektor property dan real estate di Indonesia dan Malaysia:

Tabel 6. Hasil Uji Autokorelasi – BEI dan KLSE


Hasil uji autokorelasi - BEI
F-Statistic 0.092077 Prob. F (2,23) 0.9124
Obs*R- squared 0.254179 Prob.Chi-Squared (2) 0.8807
Hasil uji autokorelasi - KLSE
F-Statistic 1.947622 Prob. F (2,63) 0.1511
Obs*R- squared 4.192489 Prob.Chi-Squared (2) 0.1229
Sumber : Output dari eviews versi10

Berdasarkan tabel 6 hasil uji autokorelasi perusahaan sektor property dan real estate di
Indonesia memiliki nilai probability> 5% (0.8807> 0,05) dan hasil uji autokorelasi perusahaan
sektor property dan real estate di Malaysia memiliki nilai probability> 5% (0.1229> 0,05).
Maka hal ini mengindikasikan bahwa penelitian ini tidak mengandung autokorelasi.

Analisis Regresi Logistik


Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik binary
dengan pilihan model logit (logistic regression), karena data variabel dependen penelitian ini
berbentuk variabel dummy yaitu berisi kemungkinan diantara 0 dan 1. Hasil dari pengujian
regresi logistik binary pada penelitian ini ditunjukan pada tabel 7 untuk perusahaan sektor

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3553542


property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan tabel 8 untuk
perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Malaysia sebagai berikut :

Tabel 7. Hasil Analisa Regresi Logistik - BEI

Variabel Koefisien Z-Statistik Prob


X1 -9.024162 -1.277841 0.2013
X2 0.144916 0.144232 0.8853
X3 -0.376191 -0.235673 0.8137
X4 23.16593 0.464148 0.6425
X5 -3.030234 -0.685184 0.4932
C 8.618322 0.566370 0.5711
N 32
McFadden R-Squared 0.292184
LR Statistic 12.96169
Prob (LR Statistic) 0.043648
Sumber : Output dari eviewsversi10

Berdasarkan hasil pengujian logistik yang dilakukan pada tabel 7 untuk perusahaan sektor
property dan real estae yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), maka dapat diperoleh
persamaan sebagai berikut :

Ln (Y1/Y1 – 1)𝑖𝑛𝑑𝑜 =8.618322– -9.024162 X1 - 0.144916 X2 – -0.376191 X3 + 23.16593 X4


– -3.030234 X5 + ɛ

Tabel 8. Hasil Analisa Regresi Logistik - KLSE

Variabel Koefisien Z-Statistik Prob


X6 4.428738 1.905644 0.0567
X7 0.269594 0.446978 0.6549
X8 -0.908302 -1.521329 0.1282
X9 1.605851 2.371765 0.0177
X10 0.200323 0.763148 0.4454
C -13.00739 -2.490332 0.0128
N 72
McFadden R-Squared 0.142500
LR Statistic 14.15204
Prob (LR Statistic) 0.027983
Sumber : Output dari eviewsversi10

Berdasarkan hasil pengujian logistik yang dilakukan pada tabel 8 untuk perusahaan sektor
property dan real estae yang terdaftar di Bursa Malaysia (KLSE), maka dapat diperoleh
persamaan sebagai berikut :

Ln (Y1/Y1 – 1)𝑀𝑙𝑦 =-13.00739 – 4.428738 X6 - 0.269594 X7 – -0.908302 X8 + 1.605851 X9


– 0.200323 X10 + ɛ

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3553542


Menilai kelayakan model Regresi
Penelitian ini melakukan pengujian terhadap kelayakan model regresi logistik binary
yang telah ditetapkan. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 9 untuk perusahaan sektor property dan
real estate Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia (KLSE)
sebagai berikut :

Tabel 9. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test – BEI dan KLSE
Hasil uji Hosmer and Lemeshow - BEI
H-L Statistic 7.2023 Prob. Chi-Sq(8) 0.5150
Hasil uji Hosmer and Lemeshow - KLSE
H-L Statistic 5.1079 Prob. Chi-Sq(8) 0.7460
Sumber : Output dari eviews versi10

Dari hasil uji pada tabel 9 menunjukkan untuk data BEI nilai dari statistik Hosmer and
Lemeshow’s sebesar 7.2023 dan untuk nilai Chi-Square dari hasil uji Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test adalah sebesar 0.5150. Hal ini menunjukkan bahwa model
regresi binary layak dipakai untuk analisis selanjutnya. Dari hasil uji pada tabel 9
menunjukkan untuk data KLSE nilai dari statistik Hosmer and Lemeshow’s sebesar 5.1079 dan
untuk nilai Chi-Square dari hasil uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test adalah
sebesar 0.7460. Nilai probabilitas Chi-Square untuk perusahaan sektor property dan real estate
Malaysia sebesar 0.7460 yaitu lebih besar dari nilai 0.05, maka H0 diterima. Hal ini
mengartikan bahwa model ini dapat memberikan prediksi nilai observasi yang sesuai.

Uji Omnibus
Model logistik dapat dinilai dengan menggunakan likelihood ratio (LR) statistic. Model ini
dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Tabel 10 menggambarkan hasil uji omnibus untuk
perusahaan sektor property dan real estate Indonesia dan Malaysia sebagai berikut:

Tabel 10 Hasil Uji Omnibus – BEI dan KLSE


Hasil uji Omnibus - BEI
Prob(LR statistic) 0.043648
Hasil uji Omnibus - KLSE
Prob(LR statistic) 0.027983
Sumber : Output dari eviews versi10

Dapat dilihat untuk data BEI pada item prob>chi2 menunjukkan angka 0.043648, dimana nilai
ini lebih kecil bila dibandingkan dengan tingkat signifikansi uji sebesar 0.05. Dengan
menggunakan tingkat keyakinan sebesar 95% maka variabel-variabel independen pada
perusahaan property dan real estate di indonesia secara simultan berpengaruh terhadap variabel
dependen. Untuk data KLSE pada item prob>chi2 menunjukkan angka 0.027983, dimana nilai
ini lebih kecil bila dibandingkan dengan tingkat signifikansi uji sebesar 0.05, maka variabel-
variabel independen pada perusahaan property dan real estate di Malaysia secara simultan
berpengaruh terhadap variabel dependen.

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3553542


Uji Nagelker R Square
Hasil uji koefisien determinasi McFadden dapat dilihat pada tabel 11 untuk perusahaan sektor
property dan real estate Indonesia dan Malaysia sebagai berikut:

Tabel 11. Hasil Nagelker R Square – BEI dan KLSE


Hasil uji Nagelker - BEI
McFadden R-squared 0.292184
Hasil uji Nagelker - KLSE
McFadden R-squared 0.142500
Sumber : Output dari eviews versi10

Berdasarkan tabel 11 hasil uji koefisien determinasi pada perusahaan sektor property dan real
estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukan hasil uji koefisien determinasi
dengan menghasilkan nilai McFadden R-Squared sebesar 0.292184 atau sekitar 29,22% variasi
yang terjadi pada Y dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam penelitian ini, sedangkan
sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar dari model ini. Sedangkan untuk data Malaysia
menunjukkan hasil uji koefisien determinasi dengan menghasilkan nilai McFadden R-Squared
sebesar 0.142500 atau sekitar 14,25% variasi yang terjadi pada Y dapat dijelaskan oleh variabel
independen dalam penelitian ini, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar dari
model ini.

Uji Hipotesis
Berikut merupakan hasil uji hipotesis regresi logistik binary dengan menggunakan uji wald
pada tabel 12 menunjukkan hasil hipotesis untuk perusahaan sektor property dan real estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) serta Bursa Malaysia (KLSE):

Tabel 12. Hasil Uji Hipotesis – BEI dan KLSE


Hasil uji hipotesis - BEI
No Hipotesis Hasil
1 X1 berpengaruh terhadap Y1 Ditolak
2 X2 berpengaruh terhadap Y1 Ditolak
3 X3 berpengaruh terhadap Y1 Ditolak
4 X4 berpengaruh terhadap Y1 Ditolak
5 X5 berpengaruh terhadap Y1 Ditolak
Hasil uji hipotesis - KLSE
No Hipotesis Hasil
1 X6 berpengaruh terhadap Y2 Ditolak
2 X7 berpengaruh terhadap Y2 Ditolak
3 X8 berpengaruh terhadap Y2 Ditolak
4 X9 berpengaruh terhadap Y2 Diterima
5 X10 berpengaruh terhadap Y2 Ditolak
Sumber : Data Diolah

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3553542


Berdasarkan tabel 12 menunjukkan bahwa variabel Dewan komisaris independen, komite
audit, kualitas audit, kepemilikan manajerial, Dividend payout ratio dan tidak berpengaruh
terhadap variabel perataan laba (Y1) pada perusahaan sektor property dan real estate Indonesia.
Berdasarkan tabel 12 menunjukkan bahwa variabel Dewan komisaris independen, komite
audit, kualitas audit dan Dividend payout ratio tidak berpengaruh terhadap perataan laba
sedangkan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap variabel perataan laba pada
perusahaan sektor property dan real estate Malaysia.

Pembahasan
Hasil uji wald untuk variabel Dewan Komisaris Independen, perusahaan property dan real
estate Indonesia memiliki nilai probabilitas sebesar 3.6315 dan perusahaan property dan real
estate Malaysia memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0567. Hal ini membuktikan bahwa nilai
probabilitas lebih besar dari cut off uji hipotesis sebesar 0,05 maka diterima.
Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Marpaung & Latrini
(2014), yang menyatakan bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap perataan laba. Namun, terdapat penelitian yang menemukan bahwa adanya
pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap perataan laba. Penelitian ini dilakukan oleh
Nabila dan Daljono (2013), yang menyatakan bahwa Dewan komisaris independen
berpengaruh terhadap praktek laba. Hasil penelitian yang sama juga dinyatakan oleh
Tiswiyanti, Fitriyani dan Wiralestari (2012), bahwa Dewan Komisaris independen
berpengaruh terhadap manajemen laba. Praktik perataan laba yang terjadi bukan didasarkan
atas sifat dasar manusia yang akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan
pribadinya dalam hal ini manajer. Pemisahan antara fungsi kepemilikan dengan fungsi
pengelolaan perusahaan pada penelitian berkaitan dengan hadirnya komisaris independen
menjadi sebuah skema dimana investor dalam hal ini principal mempercayakan pengelolaan
sumber daya perusahaan kepada pihak lain yang berperan sebagai steward yang lebih capable
dan siap. Steward tidak memiliki motivasi untuk melakukan praktik perataan laba yang
merugikan principal, oleh karena itu mekanisme pengawasan melalui komisaris independen
tidak mampu mempengaruhi praktik perataan laba yang terjadi.
Hasil uji wald untuk variabel komite audit, perusahaan property dan real estate Indonesia
memiliki nilai probabilitas sebesar 0.8853 dan perusahaan property dan real estate Malaysia
memiliki nilai probabilitas sebesar 0.6549 . Hal ini membuktikan bahwa nilai probabilitas lebih
besar dari cut off uji hipotesis sebesar 0,05 maka diterima.
Hasil pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi logistik binary dengan uji wald
menunjukkan bahwa variabel Komite Audit tidak berpengaruh terhadap Perataan Laba pada
perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
perusahaan malaysia (KLSE) tahun 2014 sampai dengan tahun 2017 dikarenakan hipotesis
lebih besar dari 0.05. penelitian ini didukung oleh penelitian dari Arief Pradana, Khairunnisa
& Dewa Putra Khirisna (2016) Menemukan bahwa Komite audit tidak berpengaruh terhadap
perataan laba. Dikarenakan bahwa pihak manajer tidak perlu dicurigai atau diberi pengawasan
berlebihan oleh pemilik. Manajer tidak bertindak atas dasar motivasi untuk memaksimalkan
nilai individu melainkan kepentingan perusahaan. Manajer berasumsi bahwa tindakannya yang
berdasarkan kepentingan perusahaan pada akhirnya akan memenuhi kepentingan individunya.
Sehingga keberadaan komite audit guna mengurangi perilaku opportunistic manajemen yang
merugikan investor tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba yang terjadi.

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3553542


Hasil uji wald untuk variabel kualitas audit, perusahaan property dan real estate Indonesia
memiliki nilai probabilitas sebesar 0.8137 dan perusahaan property dan real estate Malaysia
memiliki nilai probabilitas sebesar 0.1282 . Hal ini membuktikan bahwa nilai probabilitas lebih
besar dari cut offuji hipotesis sebesar 0,05 maka diterima.
Hasil pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi logistik binarydengan uji wald
menunjukkan bahwa variabel Kualitas Audit tidak berpengaruh terhadap Perataan Laba pada
perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
perusahaan malaysia (KLSE) tahun 2014 sampai dengan tahun 2017 dikarenakan hipotesis
lebih besar dari 0.05. penelitian ini didukung oleh penelitan yang dilakukan oleh Lidiawati dan
Asyik (2016) yang menyatakan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap
perataan laba. Dikarenakan seorang auditor dalam melaksanakan tugas sebagai auditor harus
independen dan sesuai dengan etika seorang auditor. Tetapi berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Marpaung dan Latrini (2014) kualitas audit yang diukur dengan ukuran KAP
berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba. Karena KAP yang memiliki reputasi
yang baik seperti KAP big-four akan mampu mendeteksi kesalahan dalam laporan keuangan.
Tetapi, penelitian ini dari perusahaan indonesia dan perusahaan malaysia tidak terdapat
pengaruh variabel kualitas audit terhadap perataan laba. Penelitian ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Ingrid & Yeterina bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Hal ini dimungkinkan praktik manajemen laba terjadi karena perusahaan
memiliki keinginan agar kinerja keuangan perusahaan tampak bagus dimata calon investor,
namun mengabaikan keberadaan auditor Big- 4 (Luhgiatno 2010).
Hasil uji Wald untuk variabel kepemilikan manajerial, perusahaan property dan real estate
Indonesia memiliki nilai probabilitas sebesar 0.6425 dan perusahaan property dan real estate
Malaysia memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0177. Hal ini membuktikan bahwa nilai
probabilitas indonesia lebih besar dari cut off uji hipotesis sebesar 0,05 maka diterima.
Namun, berbeda dengan hasil dari profabilitas malaysia yang membuktikan bahwa nilai
probabilitas perusahaan property dan real estatemalaysia lebih kecil dari cut off uji hipotesis
sebesar 0,05 dengan nilai koefisien dari analisis regresi logistik binary1.605851, Maka ditolak.
Hasil pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi logistik binarydengan uji wald
menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial perusahaan property dan real estate
mulai tahun 2014 sampai dengan tahun 2017 tidak berpengaruh terhadap perataan laba.
Sedangkan, variable kepemilikan manajerial perusahaan property dan real estate malaysia
mulai tahun 2014 sampai dengan tahun 2017 berpengaruh terhadap perataan laba. Penelitian
ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Nazira & Ariani (2016) yang menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap perataan laba.Menurut Marpaung dan Latrini
(2014) walaupun manajemen secara aktif ikut mengambil keputusan karena saham yang
dimilikinya, jumlah yang dimiliki oleh manajemen tersebut tidak terlalu besar berdampak
terhadap suara yang diberikan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
perusahaan yang berkaitan dengan manipulasi laba.
Hasil uji Wald untuk variabel Dividen Payout Ratio, perusahaan property dan real estate
Indonesia memiliki nilai probabilitas sebesar 0.4932 dan perusahaan property dan real estate
Malaysia memiliki nilai probabilitas sebesar 0.4454 hipotesis sebesar 0,05 maka diterima.
Hasil pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi logistik binarydengan uji wald
menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial Audit tidak berpengaruh terhadap
Perataan Laba pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan perusahaan malaysia (KLSE) tahun 2014 sampai dengan tahun 2017
dikarenakan hipotesis lebih besar dari 0.05. penelitian ini didukung oleh Kustono (2009) yang

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3553542


menyatakan tidak berhasil membuktikan bahwa dividend payout ratio berpengaruh terhadap
perataan laba.Dalam teori keagenan manajer adalah pihak yang diberi wewenang untuk
menjalankan perusahaan sesuai dengan keinginan dan untuk kepentingan pemegang
saham.Keinginan dari pemegang saham adalah perusahaan mempunyai kinerja baik yang dapat
tercermin dari laba yang dihasilkan setiap periodenya, kestabilan laba menunjukkan kestabilan
kinerja dan mampu menghadapi resiko yang ada.Hal tersebut dapat memungkinkan
manajemen untuk melakukan perataan laba. Namun, peneliti tidak dapat membuktikan bahwa
Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap perataan.

Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran


Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: 1) Dewan komisaris independen tidak
berpengaruh terhadap perataan laba yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia; 2) Komite Audit
tidak berpengaruh terhadap perataan laba yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia; 3) Kualitas
Audit tidak berpengaruh terhadap perataaan laba yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia; 4)
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap perataan laba yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia; 5) Dividend payout Ratio tidak berpengaruh terhadap perataan laba yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia; 6) Dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap perataan
laba yang terdaftar di Bursa Malaysia; 7) Komite Audit tidak berpengaruh terhadap perataan
laba yang terdaftar di Bursa Malaysia; 8) Kualitas Audit tidak berpengaruh terhadap perataaan
laba yang terdaftar di Bursa Malaysia; 9) kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap
perataan laba yang terdaftar di Bursa Malaysia; 10) Dividend payout Ratio tidak berpengaruh
terhadap perataan laba yang terdaftar di Bursa Malaysia. Dalam penelitian ini peneliti memakai
Variabel Ukuran Perusahaan yaitu sebagai variabel kontrol perusahaan sektor property dan real
estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Malaysia tahun 2014 sampai
dengan 2017 yaitu untuk melengkapi atau mengkontrol hubungan kausalnya supaya lebih baik
untuk didapatkan model empiris yang lebih lengkap dan lebih baik. Dalam hal ini ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap perataan sedangkan variabel ukuran perusahaan yang
terdaftar di Bursa Malaysia (KLSE) berpengaruh terhadap perataan laba. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka perusahaan tersebut cenderung akan melakukan
perataan laba karena perusahaan yang memiliki total asset yang besar cenderung diperhatikan
oleh investor, pemerintah dan publik.
Adapun saran yang diberikan untuk perusahaa adalah diharapkan hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan bahwa perusahaan dengan size besar mempunyai
insentif yang besar untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan kecil,
karena perusahaan yang memiliki aktiva dalam jumlah besar akan lebih diperhatikan oleh
publik dan pemerintah. Oleh karena itu perusahaan besar akan menghindari kenaikan laba
secara drastis supaya terhindar dari kenaikan pembebanan biaya oleh pemerintah. Sebaliknya
penurunan laba secara drastis memberikan sinyal bahwa perusahaan dalam masa krisis.
Saran untuk investor diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi
terhadap kualitas audit karena hasil audit dari KAP Big-4 yang memiliki kecenderungan dapat
mendeteksi atau mengungkapkan praktik perataan laba padaperusahaan. Hal initerjadi karena
auditor di KAP Big-4 memiliki kompetensi yang lebih baik dibandingkan dengan auditor pada
KAP Non Big-4. Untukitu, disarankanbagi KAP Big-4 agar lebih teliti dalam mengungkapkan
laporan keuangan kliennya sehingga, dapat meningkatkan kualitas audit. Karena kualitas audit
yang baik akan mampu mendeteksi atau mengungkapkan praktik perataan laba dan mampu
meminimalisir praktik perataan laba yang terjadi diperusahaan.

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3553542


Saran untuk Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan atau mengganti variable
independen lain yang diduga dapat mempengaruhi perusahaan dalam melakukan praktik
perataan laba dan dapat melakukan penelitian dengan menggunakan sampel selain perusahaan
Sektor Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Malaysia
seperti sektor jasa,sektor manufaktur,sektor infrastruktur, sektor pertambangan, dan lainnya.

Referensi
Ajija, Shochrul R. 2011. Cara Cerdas Menguasai Eviews.Salemba Empat. Jakarta
Alves, Sandra. (2012). Ownership Structure and Earning Management: Evidencefrom
Portugal. Australian Accounting Business and Finance Journal,Volume 6(1), 57-74.
Arens, Alvin A., Elder, Randal J., Beasly, Mark S., dan Jusuf, Amir Abadi. (2013). Jasa Audit
dan Assurance: Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia) Jakarta: Erlangga.
Butar-Butar, L., K., & Sudarsi, S. (2012). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage,
Profitabilitis, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Perataan Laba: Studi Empiris
Pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI. Dinamika Akuntansi,
Keuangan dan Perbankan, Vol. 1 No.2, ISSN: 1979 - 4878.
Christiani, I., & Nugrahanti, Y., W. (2014). Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen
Laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol 16 No. 1, ISSN: 1411-0288.
Gerayli, et al. (2011). Impact of Audit Quality on Earnings Management: Evidence from Iran.
International Research Journal of Finance and Economics, ISSN: 1450-2887.
Jensen, M., C., &Meckling, W., H. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency
Costs, and Ownership Structure. Journal of Financial Economic Vol.3 No. 4, 1981, pp.
305-360.
Johari, N., H., Saleh, N., M., Joffar, R., & Hassan M., S. (2008). The Influence of Board
Independence, Competency and Ownership on Earnings Management: Evidence
From Malaysia. Journal of Economics and Management 2 (2): 281 – 306, ISSN 1823
836X
Kelerek, Astohar. (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Studi
Empiris Di Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Ilmu Manajemen
dan Akuntansi TerapanVol 5 No. 2, November 2014.
Kharisma, A. dan Agustina, L. (2015). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba. Accounting Analysis Journal 4
(2), ISSN 2252-6765
Marpaung, C., O., & Latrini, N., M., Y. (2014). Pengaruh Dewan Komisaris Independen,
Komite Audit, Kualitas Audit dan Kepemilikan Manajerial terhadap Perataan Laba. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 7.2: 279-289, ISSN:2302-8556.
Nabila, Afifa, dan Daljono. Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen, Komite Audit,
dan Reputasi Auditor Terhadap Manajemen Laba. E-Journal Volume 2, Nomor 1,
Tahun 2013, Halaman 1-10

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3553542


Nazira, C., F dan Ariani, N., E. (2016). Pengaruh Jenis Industri, Kepemilikan Manajerial,
Operating Profit Margin Dan Dividend Payout Ratio Terhadap Perataan Laba. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, Hal 158-170.
Pratama, Dika Fajar. (2012). Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan, Nilai Perusahaan,
Struktur Kepemilikan, dan Dividend Payout Ratio Terhadap Perataan Laba. Jurnal
Akuntansi & Investasi Vol.13, No.1.
Sekaran, Uma. (2011). Metodologi Penelitian untuk Bisnis (Buku II). Jakarta: Salemba Empat.
Subramanyam, K.R., dan Wild, John J. (2010). Analisis Laporan Keuangan. (Buku I).Jakarta:
Salemba Empat.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Kombinasi (MixedMethods).
Bandung: Alfabeta.
Sulistyanto, H., S. (2008). Manajemen laba: Teori dan Model Empiris. Jakarta, Grasindo.
Suwardjono, (2014).Teori Akuntansi Perekayasaan Laporan Keuangan. (Edisi III).Yogyakarta:
BPFE.
Widaryanti. (2009). Analisis Perataan Laba Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pada
Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Fokus Ekonomi, Volume 4, No.2.
Wijaya, V., A., dan Christiawan, Y., J. (2014). Pengaruh Kompensasi Bonus, Leverage dan
Pajak Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2009-2013. Tax and Accounting Review Vol.4 No. 1.
Wijoyo, Dewi Sari (2014). Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada
Perusahaan Manufaktur yang Publik. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 16, No. 1, Hlm.
37-45, ISSN: 1410-9875.
Yendriwati, Reni (2015). Pengaruh Dewan Komisaris Independen, Komite Audit Kepemilikan
Manajerial, dan Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 – 2013. Jurnal
Entrepreneur dan Entrepreneurship, Volume 4, Nomor 1 dan 2, September 2015
http://www.idx.co.id/
http://www.bursamalaysia.com/market/

Electronic copy available at: https://ssrn.com/abstract=3553542

Anda mungkin juga menyukai