Makalah Cairan Dan Elektrolit
Makalah Cairan Dan Elektrolit
Makalah Cairan Dan Elektrolit
ELEKTROLIT
Dosen Pengampu: Ibu Tulus Puji Hastuti, S.Kep, Ns, M.Kes
KELOMPOK 2
1. RAFANAILA WAHYU IRYANTI P1337420523081
2. JIHAN OKTA ZAHRANI P1337420523082
3. DESISKA ANA REVINA P1337420523086
4. SILVIA FITRI INDRIYANI P1337420523088
5. ISNAINI FEBRIYANTI P1337420523089
6. REZA YULIAN FIRDAUS P1337420523090
7. KHOIRUL ANAM P1337420523091
8. ZAHRANI RADITIA PUTRI P1337420523092
9. SRI NUR KHAENI P1337420523093
10. BELA SAPUTRI P1337420523096
11. SISKA P1337420523100
12. DESMA KURNIAWATI RAHAYU P1337420523102
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW.
Tidak lupa, Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Dasar.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
dosen mata kuliah Keperawatan Dasar Ibu Tulus Puji Hastuti, S.Kep, Ns, M.Kes yang telah
memberikan tugas dalam mata kuliah ini.
Demikian, semoga makalah kami dapat membantu pembaca lebih memahami materi
yang disampaikan, sekian dan terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. Pengertian Cairan dan Elektrolit.....................................................................................2
B. Masalah-Masalah Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit................................2
C. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit......................................6
D. Prosedur Keperawatan Dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Pasien Sesuai SOP..........7
E. Proses Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit....................................................16
BAB III PENUTUP................................................................................................................17
A. Kesimpulan...................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu
exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan
tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total
berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion
yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan
di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal
disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh
mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada di milieu interior.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu:
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut, juga turut
berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion
hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut
berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion
hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimi dalam cairan tubuh.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebutuhan cairan dan elektolit?
2. Apa saja masalah-masalah gangguan keseimbangan cairan?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit?
4. Bagaimana proses pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kebutuhan cairan dan elektrolit.
2. Untuk mengetahui masalah-masalah tentang gangguan keseimbangan cairan.
3. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan
elektrolit.
4. Untuk mengetahui proses pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Cairan dan Elektrolit
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan
yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler
Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial
adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi
khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler dan sekresi saluran cerna.
2
Gejala overhidrasi meliputi, sesak nafas, edema, peningkatan tekanan vena
jugular, edema paru akut dan gagal jantung. Dari pemeriksaan lab dijumpai
hiponatremi dalam plasma.Terapi terdiri dari pemberian diuretik(bila fungsi ginjal
baik), ultrafiltrasi atau dialysis (fungsi ginjal menurun), dan flebotomi pada
kondisi yang darurat.
2. Dehidrasi
Merupakan suatu kondisi defisit air dalam tubuh akibat masukan yang kurang
atau keluaran yang berlebihan. Kondisi dehidrasi bisa terdiri dari 3 bentuk, yaitu:
isotonic (bila air hilang bersama garam, contoh: GE akut, overdosis diuretik),
hipotonik (Secara garis besar terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak
dibandingkan air yang hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air di
kompartemen intravaskular berpindah ke ekstravaskular, sehingga menyebabkan
penurunan volume intravaskular), hipertonik (Secara garis besar terjadi
kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karena
kadar natrium tinggi, air di kompartemen ekstravaskular berpindah ke
kompartemen intravaskular, sehingga penurunan volume intravaskular minimal).
3
b. Gangguan Keseimbangan Elektrolit
1. Hyponatremia
Kondisi hiponatremia apabila kadar natrium plasma di bawah 130mEq/L.
Jika kadar <118 mg/L maka akan timbul gejala kejang, koma. Hiponatremia ini
dapat disebabkan oleh euvolemia (SIADH, polidipsi psikogenik), hypovolemia
(disfungsi tubuli ginjal, diare, muntah, third space losses, diuretika), hipervolemia
(sirosis, nefrosis). Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama dilakukan
secara perlahan-lahan, sedangkan untuk hiponatremia akut lebih agresif.
2. Hypernatremia
Jika kadar natrium > 150 mg/L maka akan timbul gejala berupa perubahan
mental, letargi, kejang, koma, lemah. Hipernatremi dapat disebabkan oleh
kehilangan cairan (yang disebabkan oleh diare, muntah, diuresis, diabetes
insipidus, keringat berlebihan), asupan air kurang, asupan natrium berlebihan.
Terapi keadaan ini adalah penggantian cairan dengan 5% dekstrose dalam air.
3. Hipokalemia
Nilai normal Kalium plasma adalah 3,5-4,5 mEq/L. Disebut hipokalemia
apabila kadar kalium <3,5mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut
kalium dari cairan ekstraselular ke intraselular atau dari pengurangan kronis kadar
total kalium tubuh. Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa perasaan lemah,
4
otot-otot lemas, gangguan irama jantung. Terapi hipokalemia dapat berupa koreksi
secara oral dengan memberikan masukan makanan yang kaya dengan kalium,
seperti buah-buahan, ikan, sayur-sayuran, dan kaldu. Sedangkan terapi untuk
gawat darurat dapat di koreksi secara parenteral tetes kontinyu, tidak boleh
memberikan preparat K langsung intravenous karena bisa mengakibatkan henti
jantung. Preparat yang diberikan bisa dalam bentuk K-Bikarbonat atau Kcl.
Selama pemberian, kadar K plasma harus dipantau setiap jam. Rumus yang
digunakan untuk koreksi:
Defisit K = K (normal) – K (hasil pemeriksaan) x 0,4 x BB
4. Hiperkalemia
Hiperkalemia adalah jika kadar kalium > 5 mEq/L. Hiperkalemia sering
terjadi karena insufisiensi renal atau obat yang membatasi ekskresi kalium
(NSAIDs, ACE-inhibitor, siklosporin, diuretik). Tanda dan gejalanya terutama
melibatkan susunan saraf pusat (parestesia, kelemahan otot) dan sistem
kardiovaskular (disritmik, perubahan EKG).
5
meliputi tetani dengan spasme karpopedal, adanya tanda Chovsteks, kulit kering,
gelisah, gangguan girama jantung. Hipokalsemia adalah suatu kondisi yang gawat
darurat karena menyebabkan kejang umum dan henti jantung. Dapat diberikan 20-
30 ml preparat kalsium glukonas 10% atau CaCl 10% dapat diulang 30-60 menit
kemudian sampai tercapai kadar kalsium plasma yang optimal. Pada kasus kronik,
dapat dilanjutkan dengan terapi per oral.
6
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.
6. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi
tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga serum albumin
dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam
proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
7. Temperatur lingkungan
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendat memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl
melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di
lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L perhari.
8. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian diuretik dan laksatif dapat berpengaruh pada kondisi
cairan dan elektrolit tubuh.
9. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektroit
tubuh seperti: suction, nasogastric tube dan lain-lain.
10. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama
pembedahan.
7
Mengetahui keadaan umum klien
Prosedur :
8
3) Pemeriksaan rumple-leed
Pengertian :
Pemeriksaan rumple leede merupakan pemeriksaan. hematologi dimana
pembuluh darah dibendung menggunakan sfygmomanometer pada tekanan
tertentu selama 10 menit (Durachim & Astuti, 2018).
Tujuan :
a. Menguji ketahanan dinding pembuluh darah kapiler
b. Mengetahui adanya perdarahan, seperti petechia (bercak merah)
(Durachim & Astuti, 2018)
Alat dan bahan :
1. Sfygmonmanometer
2. Stetoskop
3. Pengatur waktu/stopwatch
4. Penggaris
5. Ballpoint (Durachim & Astuti, 2018)
Prosedur :
Orientasi
1. Memberikan salam dan sapa nama klien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Menanyakan persetujuan/kesiapan klien
Cara Kerja
1. Bawa alat ke dekat klien
2. Periksa tekanan darah pasien terlebih dahulu untuk menentukan tekanan
sphygmomanometer selama uji rumple
3. Menghitung nilai MAP dari hasil pemeriksaan tekanan darah
4. Buat lingkaran dengan diameter 5 cm, kira-kira 4 cm distal dari fossa cubiti
menggunakan penggaris dan ballpoint
5. Sphygmomanometer dipasang pada lengan atas pasien kemudian dipompa
hingga nilai MAP (nilai tengah hasi penambahan tekanan sistolik dan
diastolic) 6. Tekanan ditahan selama 10 menit (apabila uji dilakukan pada
lengan yang sama pada uji masa pendarahan Ivy, maka tekanan ditahan selama
5 menit)
7. Lepas ikatan sphygmomanometer setelah masa pembendungan berakhir
9
8 Lengan yang dibendung dibiarkan hingga kondisinya. statis (warna lengan
serupa dengan lengan yang tidak dibendung)
9. Adanya petechia (bercak merah dihitung pada lingkaran yang telah dibuat
sebelumnya)
10. Nilai hasi uji remple leede (Durachim & Astuti, 2018) & (Lauralee, 2014)
Tahap Terminasi
1. Rapikan alat
2. Cuci tangan
3. Dokumentasikan hasil uji rample leede
4) Memberikan minum per oral
Pengertian :
Pemberian minuman kepada pasien secara langsung melalui mulut sesuai
daftar minuman / diit pasien.
Tujuan :
Memberikan minuman kepada pasien tepat pada waktunya dan sesuai
kebutuhan diitnya
Membantu memenuhi kebutuhan cairan tubuh pasien
Prosedur :
10
pemeriksaan medis yang menggunakan urine untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan.
Prosedur :
1. Beri penjelasan kepada pasien cara penampungan urine yang benar..
2. Menyarankan kepada pasien untuk mencuci tangan lalu keringkan.
3. Apabila belum dilakukan circumsisi sunat tarik kulit. preputium
kebelakang.
4. Keluarkan urine, aliran urine pertama dibuang, aliran urine selanjutnya
ditampung dalam tabung urine yang tersedia, hindari urine mengenai lapisan
tepi luar tabung
5. Wadah ditutup rapat setelah didapatkan sampel urine yang diinginkan dan
segera diserahkan ke petugas laboratorium.
11
7. Bengkok 2 buah (untuk kapas kotor dan penampung urine)
8. Pinset anatomi atau sarung tangan steril.
9. Duk steril
10. Sketsel
11. Kondom sesuai kebutuhan
12. Sabun
13. Botol beri air hangat.
Prosedur :
1. Memberitahu pasien dan menjelaskan tujuannya.
2. Menyiapkan pasien dalam posisi dorsal recumbent.
3. Cuci tangan
4. Pasang selimut ekstra
5. Pasang pengalas di bawah bokong pasien
6. Lepaskan pakaian bawah pasien
7. Atur posisi dorsal recumbent (M Shape)
8. Pakai sarung tangan
9. Bersihkan penis / vagina dengan sabun dan air lalu keringkan dengan
handuk
10. Bersihkan penis / vagina
11. Pasang kondom kateter dan ikatan perekat/plesternya yang ada pada
kondom ke bagian pangkal penis
12. Hubungkan ujung kondom kateter dengan kantong urine
13. Atur posisi pasien
14. Angka pengalas
15. Ganti selimut ekstra dengan selimut pasien
16. Rapikan alat-alat dan kembalikan ke tempatnya
17. Cuci tangan
18. Buka sampiran/pintu/jendela
19. Observasi keadaan pasien.
20. Kata-kata tindakan yang dilakukan dan hasil tindakan
12
Balance cairan atau keseimbangan cairan adalah keseimbangan antara
pemasukan
cairan (intake) dan pengeluaran cairan (output).
RumusBalance Cairan
Balance cairan = intake cairan – output cairan
Intake / cairan masuk = Output / cairan keluar + IWL (Insensible Water Loss)
8) Merawat infus
Pengertian :
Perawatan pada tempat pemasangan infus
Tujuan :
Mencegah terjadinya infeksi pada area pemasangan infus
Alatdan bahan :
a. Pinset anatomis
b. Kassa steril Sarung tangan storil
d. Sarung tangan bersih
e. Gunting plaster
f. kapas alkohol
g. Salep
h. Bengkok
i. Perlak dan pengalas
Prosedur :
A. Tahap Pra-Interaksi
1. Identifikasi kebutuhan/edukasi klien
2. cuci tangan
3. Siapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Beri salam, Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan prosedur dan tujuan kepada keluarga/pengasuh
3. Beri kesempatan ibu untuk bertanya
C.Tahap Kerja
1. Mengatur posisi anak agar area tempat penusukan terlihat jelas.
2. Menggunakan sarung tangan bersih
3. Membasahi plester dengan kassa atau kapas basah
4.lepaskan balutan menggunakan pinset Membersihkan bekas plester
13
5. Membersihkan daerah tusukan dan sekitarnya dengan NaCI Observasi area
penusukan apakah terdapat kemerahan, bengkak dan nyeri
7. Menutup daerah penusukan dengan kassa steril
8. Memasang plester tertutup Mengatur tetesan infus
D. Tahap Terminasi
1. Puji ibu dan anak atas kerja sama yang baik
2. Bersihkan alat
3. Dokumentasikan hasil pengkajian
9) Melepas infus
Pengertian :
Pelepasan Infus adalah Suatu proses mengeluarkan IV Cateter dari Pembuluh
Darah Vena.
Alat dan bahan :
1. kapas alcohol, betadine
2. plester / hipavic dan kasa steril
3. gunting
4. bengkok
5. sarung tangan
Prosedur :
1. Jelaskan prosedur kerja yang akan dilakukan.
2. Siapkan Alat-alat
3. Cuci Tangan.
4. Pakai sarung tangan.
5. Tutup Kleim yang ada diselang Intus Set, Kemudian Basahi Plester fiksasi
di Medicut dengan kapas Alkohol Kemudian buka Perlahan-lahan.
6. Tarik Pelan pelan Medicut dari dalam Vena setelah lepas tekan bekas
tusukan dengan kasa steril yang sudah diberi Betadine dan fiksasi
menggunakan Plester.
7. Letakkan Bahan/alat habis pakai Pasien kedalam bengkok, buang kedalam
sampah medis.
8. Rapikan pasien.
9. Lepas Sarung Tangan dan Cuci Tangan
10) Mengganti cairan infus
Pengertian :
14
Penggantian cairan infus adalah suatu tindakan keperawatan yang dilakukan
dengan teknik aseptik untuk mengganti cairan infus yang telah habis dengan
botol cairan infus yang baru sesuai dengan jumlah tetesan yang dibutuhkan
sesuai instruksi dokter
Alat dan bahan :
1) Cairan Infus (Asering, RL, Kaen 3B, Dextrose 5%, NaCl)
2) Infus set
3) Jam Tangan
4) Kapas alcohol
Prosedur :
1) Pastikan sudah sesuai dengan 5 B: Benar pasien, benar cara, benar cairan,
benar waktu dan benar jumlah tetesan
2) Sampaikan salam
3) Jelaskan tujuan tindakan kepada pasien
4) Ambil botol yang baru, buka tutup botol cairan, swab dengan kapas
alkohol, jika ada obat yang perlu di drips dalam cairan sekalian dimasukkan
dengan spoit melalui mulut botol, usap dengan kapas alkohol lalu tutup
kembali
5) Matikan klem infus set, ambil botol yang terpasang
6) Tusukkan alat penusuk pada infus set ke mulut botol cairan dari arah atas
dengan posisi botol tegak lurus
7) Gantung botol cairan
8) Periksa adanya udara di selang infus dan pastikan bilik drips berisi cairan
9) Atur kembali tetesan sesuai instruksi dokter
10) Bereskan alat
11) Sampaikan salam
12) Cuci tangan
13) Catat pada lembar tindakan
16
usia seseorang, seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda dengan usia
dewasa.
Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh dalam mengangkut zat makanan ke
dalam sel, sisa metabolism sebagai pelarut elektrolit dan elektrolit, memelihara suhu
tubuh, mempermudah eliminasi dan membantu pencernaan. Disamping kebutuhan cairan,
elektrolit (natrium, kalium, kalsium, klorida dan fosfat) sangat penting untuk menjaga
kesetimbangan asam-basa, konduksi saraf, dan elektrolit dapat mempengaruhi system
organ tubuh terutama ginjal. Untuk mempertahankan kondisi cairan dan elektrolit dalam
keadaan seimbang, maka pemasukan harus cukup sesuai dengan kebutuhan. Prosedur
pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam pelayanan keperawatan dapat
dilakukan melalui per - oral atau intravena.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Persentase cairan tubuh
tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang.Seluruh cairan tubuh
tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2 kompartemen, yaitu intraselular dan
ekstraselular. Cairan tubuh sendiri terdiri dari komposisi zat elektrolit dan elektrolit yang
masing-masing memegang peranannya.
Perlu diketahui kebutuhan harian cairan tubuh untuk menilai apakah keseimbangan
cairan tubuh dalam kondisi yang balans atau tidak. Dalam kondisi yang tidak setara, perlu
diberikan terapi cairan.
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai
macam gangguan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi dalam
beberapa bentuk, seperti overhidrasi, dehidrasi, hiponatremia, hipernatremia, dan
sebagainya. Masing-masing gangguan keseimbangan tersebut menimbulkan berbagai
gejala dan bahkan kegawatdaruratan medis. Oleh sebab itu, praktisi kesehatan seharusnya
mengetahui tentang pentingnya keseimbangan cairan dan elektrolit agar tidak terjadi
kasus-kasus tersebut.
B. Saran
Kebutuhan cairan tubuh tak hanya berasal dari konsumsi air putih saja, melainkan
juga dari makanan dan minuman yang mengandung air. Meskipun begitu, akan jauh lebih
17
baik bila kita memilih untuk mengkonsumsi air putih ketimbang jenis minuman lainnya
yang banyak mengandung gula, kalori, kafein dan zat-zat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul, and Musrifatul Uliyah. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Health
Books Publishing, 2015.
Ifadah, Erlin, et al. Buku Ajar Keperawatan Dasar. PT. Sonpedia Publishing Indonesia, 2024.
Suprapti, Erni, et al. KONSEP KEPERAWATAN DASAR. PT. Sonpedia Publishing Indonesia,
2023.
18