Makalah - Manajemen - Nursery - Kelompok Gambirr
Makalah - Manajemen - Nursery - Kelompok Gambirr
Makalah - Manajemen - Nursery - Kelompok Gambirr
Dosen Pengampu :
Wuri Prameswari, S. P,. M. Sc
Disusun Oleh :
1. Emilda Tri Mauli E1J021069
2. Rani Devika Sari E1J021047
3. Yudia Namira Arman E1J021038
4. Kristanti Situmeang E1J021098
5. Kuswa Dhanil E1J021099
Segala puji bagi Allah Subhanau wa ta’ala, karena atas rahmat, karunia serta kasih
sayang-Nya saya dapat menyelesaikan makalah mengenai Tanaman Gambir ini dengan
sebaik mungkin. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup
para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi
wa sallam. Tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Wuri Prameswari, S. P,. M.
Sc selaku dosen mata Kuliah Manajemen Nurseri.
Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal saya selaku penulis yang saya
usahakan. Saya terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan
sebagaimana mestinya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
MAKALAH................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
2.1 Gambir (Uncaria gambir)............................................................................................4
3.2 Saran..........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman gambir merupakan tanaman perdu, termasuk salah satu di antara famili
Rubiaceae (kopi kopian) yang memiliki nilai ekonomi tinggi, yaitu dari ekstrak (getah)
daun dan ranting yang mengandung asam catechu tannat (tanin), cathechin, pyrocatecol,
flouresin, lilin, fixed oil (Dhalimi, 2006). Gambir umumnya dimanfaatkan sebagai bahan
baku dalam industri farmasi, industri kosmetik, industri batik, industri cat, industri
penyamak kulit, biopestisida, hormon pertumbuhan, pigmen, dan sebagai campuran
bahan pelengkap makanan (Lidar et al., 2018).
Gambir (Uncaria gambir Roxb.) merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara yang
tersebar di beberapa areal perkebunan terutama pulau Sumatera yaitu Sumatera Barat,
Riau, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan dan Aceh (Sebayang, 2013).
Tanaman ini biasanya tumbuh pada area terbuka yang ada didalam hutan, kawasan hutan
yang lembab, area terbuka bekas peladangan atau pada wilayah pinggiran hutan (BPOM
RI, 2010). Tanaman gambir telah menjadi komoditas ekspor perkebunan penting
Indonesia dan berkembang sebagai penghasil devisa bagi negara, bahkan sentra produksi
Sumatera Barat menjadi pemasok terpenting bagi kebutuhan gambir dunia (Nasution et
al., 2018).
Tanaman gambir (Uncaria gambir) tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian
sampai 900 m dpl. Tanaman ini membutuhkan cahaya matahari penuh serta curah hujan
merata sepanjang tahun (Hayani, 2003). Gambir antara lain digunakan sebagai zat
pewarna industri tekstil, ramuan makan sirih, ramuan obat, penyamak kulit, dan ramuan
cat. Menurut Nasrun et al (1997), gambir dapat menghambat pertumbuhan jamur
Phytophthora cinnamomi dan cukup berpotensi sebagai antibakteri dan antijamur
(Yuliani et al, 1999).
Usaha perkebunan gambir dan pengolahan hasilnya merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang tidak seperti usaha perkebunan rakyat lainnya. Pada umumnya petani
gambir melakukan kegiatan mulai dari pembukaan lahan, pembibitan, penanaman,
pemeliharaan, dan pemanenan (Nasrul, 2017)
Pengembangan usaha pertanian gambir terus berlangsung, meskipun masih
menghadapi sejumlah permasalahan. Budidaya gambir umumnya masih dilakukan secara
tradisional di daerah-daerah pusat produksi. Pengetahuan mengenai cara menanam
1
gambir seringkali diwariskan secara turun-temurun. Hal ini berdampak pada kuantitas
dan kualitas hasil produksi gambir. Beberapa masalah yang dihadapi meliputi ketiadaan
varietas unggul yang dapat meningkatkan hasil produksi serta kurangnya pemahaman
tentang pemupukan dan pengendalian hama serta penyakit tanaman gambir (Fauza,
2011).
Gambir merupakan salah satu komoditas potensial yang dimiliki Indonesia dan
memiliki peluang pasar luar negeri dan domestik yang menjanjikan. Untuk pasar ekspor,
permintaan gambir dunia cukup besar dan diperkirakan akan terus meningkat karena
konsumen utamanya adalah India yang memiliki jumlah terbesar di dunia. Penduduk
India memiliki kebiasaan mengkonsumsi gambir dengan cara dimakan langsung dalam
bentuk biskuit bersamaan dengan minuman teh serta digunakan untuk upacara-upacara
adat yang frekwensinya cukup tinggi. Selain itu, permintaan gambir dari universitas
termuka di Amerika juga cukup tinggi, terutama untuk bahan penelitian di bidang
farmasi (Bank Indonesia Palembang, 2015)
Transplantasi tanaman gambir adalah tahap penting dalam proses pertanian gambir.
Proses ini melibatkan pemindahan bibit gambir dari lokasi asalnya ke lokasi baru untuk
memaksimalkan pertumbuhan dan hasil panen. Persiapan tanah yang baik sebelum
transplantasi sangat penting, termasuk pemupukan dan penguatan struktur tanah untuk
mendukung pertumbuhan akar yang sehat. Setelah bibit dipindahkan, perawatan yang
cermat diperlukan, termasuk penyiraman teratur, pemupukan, dan pemangkasan sesuai
kebutuhan. Pemilihan lokasi yang tepat juga menjadi kunci keberhasilan, dengan
memperhatikan faktor-faktor seperti sinar matahari, drainase, dan kondisi lingkungan
lainnya. Melalui transplantasi yang tepat waktu dan perawatan yang baik, petani dapat
meningkatkan produktivitas dan kualitas gambir yang dihasilkan, mendukung
pertumbuhan industri gambir yang berkelanjutan.
2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembahasan makalah ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui rencana kerja dalam budidaya tanaman gambir 10002.
2. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam mengadakan budidaya tanaman gambir
10002.
3. Untuk mengetahui rencana anggaran dalam budidaya tanaman gambir 10002.
1.4 Manfaat
Hasil pembahasan pada makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman dalam hal melakukan
budidaya tanaman gambir 10002.
2. Memberi informasi tentang pemanfaatan tanaman gambir dalam kehidupan sehari-
hari
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
daun oval, dan permukaan tidak berbulu. Tanaman gambir memiliki bunga majemuk
berbentuk lonceng dan berwarna merah muda atau hijau yang tumbuh diketiak daun.
Tanaman gambir termasuk jenis tanaman iklim tropis diperkirakan berasal dari
wilayah Sumatera dan Kalimantan. Di Malaysia dan Singapura, tanaman gambir
dibudidayakan sebagai tanaman perkebunan penting hingga abad 20 (Thulaja, 2003).
Saat ini tanaman gambir yang tumbuh secara alami dapat ditemukan di kepulauan Riau,
pantai Timur Sumatera, Indragiri, Bangka, Belitung, Sumatera Barat, Kalimantan Barat
(Nuryeti et al., 1995).
Upaya pembudidaya tanaman gambir di Indonesia telah dilakukan sejak abad 18 di
wilayah Sumatera. Di Sumatera Barat banyak ditemukan gambir sampai ketinggian 900
meter di atas permukaan laut. Pada umum gambir Sumatera Barat banyak terdapat di
Kabupaten Lima Puluh Kota dan Pesisir Selatan.
Di Pulau Sumatera, terdapat empat provinsi yang menjadi sentra utama perkebunan
gambir data tahun 2007 yaitu: 1) Provinsi Sumatera Barat merupakan provinsi dengan
areal perkebunan rakyat terbesar di Indonesia yaitu 13.115 Ha. 2) Provinsi Sumatera
Utara seluas 1.481 Ha. 3) Provinsi Riau seluas 4.901 ha. dan 4) Provinsi Sumatera
Selatan seluas 512 Ha. Sentra Perkebunan gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota
Terdapat di Kapur IX, Pangkalan Koto Baru dan Bukit Barisan.
Dalam budidaya tanaman gambir juga harus memperhatikan beberapa syarat tumbuh
tanaman gambir agar budidaya yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, berikut ada
beberapa persyaratab budidaya tanaman gambir :
a. Lahan dan Agroklimat
Tanaman gambir dapat diusahakan pada jenih tanah podsolik merah kuning
sampai dengan merah kecoklatan. Keasaman tanah (pH) berkisar antara 4,8- 5,5.
Kemiringan tanah 15%. Dengan ketinggian tempat anatara 50 – 1.100 m dpl.
Iklim yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman gambir
meliputi curah hujan 2.500 – 3. 353 mm/tahun. Suhu udara 20 – 40 o C dan
kelembapan udara 70 – 80 %.
b. Benih
Benih tanaman diambil dari varietas unggul
Recoveri pertumbuhan daun cepat
Tanaman berumur 10 – 20 tahun tinggi rumpun mencapai 300 cm, panjang
cabang 300 – 450 dan pertumbuhan daun optimal
5
Produksi daun >12.000 kg/ha/tahun
c. Penyiapan benih
Benih tanaman yang digunakan untuk pengembangan gambir yang paling baik
adalah biji. Biji diperoleh dari buah yang telah matang petik, ditandai dengan
polongnya yang berwarna hitam kecoklatan sebelum pecah.
d. Persemaian
Buah dijemur dipanas matahari hingga polong pecah. Biji perlu dikeluarkan
dari polong untuk kemudian dipisahkan dari kulit polong dan dibersihkan dari
sisa-sisa kotoran. Biji yang telah bersih berwarna coklat kehitaman, dibungkus
dengan kain, kemudian disimpan dalam kaleng tertutup ditempat sejuk. Daya
kecambah biji gambir umumnya cepat menurun bila disimpan ditempat yang
lembab dan terbuka
e. Perkecambahan
Proses perkecambahan akan lebih baik ditempat yang rata, berhumus subur,
dicampur dengan pupuk kandang dengan permukaan tanah yang licin dengan ini
kecambah akan cepat tumbuh dan subur.
f. Persemaian
Tanah untuk persemaian dibersihkan diratakan ditekan dan permukaannya
dilicinkan agar biji Gambir dapat ditiup akan menempel. Dinaungi dengan
atap alang-alang daun kelapa atau tampah
Apabila menggunakan pematang sawah permukaan bumi dilapisi lumpur
sawah tebal 2 - 3 cm dan diratakan apabila menggunakan lereng dekat
kebun dilapisi dengan tanah liat dan diratakan tempat bermain diberi
naungan dan dihindari dari aliran air
Benih disemaikan dengan Cara meletakkan benih di atas telapak tangan
dan ditiup agar menempel pada permukaan persemaian kemudian ditekan
dengan tangan yang telah ditutup plastik
Umur 1 - 1,5 bulan setelah semai benih sudah berkecambah dan umur 1,5 -
2 bulan di persemaian kecambah telah menjadi bibit berdaun 1 - 3 pasang
kemudian dipindahkan ke dalam polybag untuk ditanam langsung di
lapangan titik untuk mendapatkan bibit yang tumbuh lebih seragam dan
vigor sebelum ditanam di kebun terlebih dahulu dipindahkan ke polybag.
6
Benih dipersamain yang telah berdaun 1 - 3 pasang (umur 1,5 - 2 bulan)
dapat ditanam langsung di lapangan titik Apabila menggunakan polybag
benih umur 5 - 6 bulan tetap dapat dipindahkan ke kebun dengan tinggi
benih 30 - 40 cm dan cukup vigor.
g. Persiapan lahan
Lahan untuk tanaman Gambir dibersihkan kemudian dilakukan pengajiran dan
pembuatan lubang tanam berukuran 40 x 40 x 40 cm atau minimal 30 x 30 x 30
cm. Setelah 15 hari lubang ditutup kembali dengan tanah yang telah dicampur
pupuk organik baik kompos maupun pupuk kandang dengan ukuran 1-2 kg
tiap lubang tanam.
h. Penanaman secara monokultur biasa dilakukan petani gambir dengan jarak tanam
antara lain :
- 2 m x 2 m dengan populasi 2500 tanamaman/ hektar
- 2 m x 3 m, dengan populasu 1.700 tanaman/ha
- 2 m x 4 m dengan populasi 1. 300 tanaman/ha
Benih dalam polybag dapat ditanam setelah berumur 1-2 bulan, polybag
ditempatkan di lubang tanam, polybag disobek dan plastik diangkat kemudian
benih ditimbun dengan tanah sampai leher akar, tanah diletakkan dan ditekan.
Penanaman benih di lapangan dilakukan setelah benih berumur 1,5 -2 bulan
dengan mempunyai > 2 pasang daun titik di tengah-tengah lubang tanam ditusuk
dengan kayu untuk membuat telapak tempat menanam benih,
kemudian benih ditanam.
i. Penyiangan
Menyiang dan menggemburkan tanah di sekitar tanaman Gambir serta
menutup permukaan tanah dengan mulsa sangat dianjurkan Hal ini dilakukan
sampai tanaman berumur 3 sampai 4 tahun.
j. Pemupukan
Tanaman Gambir perlu diberi pupuk NPK dan pupuk organik agar dapat
tumbuh subur dengan baik.
k. Pengendalian Orrganisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Hama yang menyerang tanaman Gambir adalah hama belalang (famili
orthoptera) ulat (famili lepidoptera) dan kutu daun (famili homoptera)
pengendalian dapat dilakukan dengan:
7
Melakukan pemupukan berimbang dan sanitasi yang baik
melakukan pemangkasan pucuk atau daun muda yang terserang dan
memusnahkannya
melestarikan dan meningkatkan peranan musuh alami dapat juga
dilakukan dengan menggunakan fungisida
Penyakit yang biasa ditemukan pada tanaman Gambir adalah gejala
penyakit bercak daun tunggal, bercak kecil dan bercak pinggir daun yang
disebabkan oleh jamur Conospora, Phomaceae dan Oxipilaceae gejala
penyakit daun kering dengan mozaik.
2.2 Rencana Kerja
Adapun rencana kerja dalam proses budidaya ini meliputi penetuan lokasi, rencana
tata waktu persemaian, dan rencana sarana dan prasarana.
2.2.1 Penetuan Lokasi
Perencanaan output pembangunan persemaian. Rancangan dalam penentuan lokasi
ini setidaknya memuat informasi, mengenai:
Lokasi dan luas persemaian
Kondisi umum lingkungan persemaian
Rencana kebutuhan sarana prasarana (alat dan bahan)
Kebutuhan biaya
Kebutuhan tenaga kerja
Tata waktu pelaksanaan
Gambar/desain persemaian
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi persemaian
adalah sebagai berikut:
1. Status kepemilikan lahan calon lokasi persemaian jelas dan tidak dalam kasus
sengketa
2. Status keamanan di calon lokasi persemaian harus terjaga (aman)
3. Semaksimal mungkin dekat dengan lokasi penanaman (terutama untuk
persemaian sementara)
4. Calon lokasi persemaian harus dekat jalan
5. Sedapat mungkin harus dekat dengan sumber air atau mudah memperoleh air
8
6. Calon lokasi persemaian memiliki cahaya/sinar matahari cukup (bebas
naungan berat). Area tempat pembesaran bibit (open area) harus bebas
naungan
7. Mudah dijangkau
8. Topografi calon lokasi persemaian sebisa mungkin ringan (datar-landai)
9. Dekat dengan permukiman, agar mudah mencari tenaga kerja
10. Ketersediaan media pertumbuhan (tanah lapisan atas/top soil dan pasir)
11. Bukan merupakan wilayah rawan bencana alam
12. Lokasi calon persemaian harus bebas dari gangguan penggembalaan liar
13. Luas areal calon lokasi persemaian harus memadai
2.2.2 Rencana Tata Waktu Persemaian
Rencana tata waktu produksi persemaian tergantung kepada jenis bibit yang akan
diproduksi. Jika jenis bibit sudah dipastikan, maka perlu diperhatikan musim buah
dari jenis tersebut. Informasi kapan jenis tersebut berbuah sangat perlu dalam rangka
pengumpulan benihnya, terutama untuk jenis yang rekalsitran.
Agar mudah menyusun tata waktu dengan baik dapat ditarik mundur dari batas
waktu (deadline) bibit siap tanam atau waktu distribusi/pengangkutan bibit. Karena
kegiatan penanaman umumnya dilakukan pada musim hujan, adakalnya watu
pembuatan persemaian jatuh pada saat musim kemarau. Oleh karena itu persemaian
harus memliki sumber air yang cukup untuk penyiraman bibit.
2.2.3 Rencana Sarana dan Prasarana
Pada permulaan pembangunan persemaian tentu banyak alat dan bahan yang
diperlukan baik untuk sarana produksi bibit atau sarana penunjang. Sarana untuk
produksi bibit antara lain: kontainer (polybag, potray, polytub, dll), selang air,
bedengan, penampung air, pompa air, cangkul, media kecambah, sarlon net, trolly dan
lain-lain.
Daftar kebutuhan alat dan bahan harus dibuat meliputi jenis alat dan bahan,
volume yang dibutuhkan dan spesifikasinya. Kebutuhan prasarana persemaian
permanen meliputi bangunan persemaian (kantor, gedung, jalan, pos jaga, sarlon,
rumah kaca, spek, bedeng persemaian, dan instalasi air pengairan) perlu disusun
dengan benar, sesuai dengan spesifikasi (bestek) yang diinginkan.
Sedangkan sarana (alat) yang pengadaannya dilakukan secara rutin atau periodik
antara lain: kontainer bibit (polybag, polytube, potrey), top soil, pupuk, benih,
pestisida, herbisida, bak kecambah dan lain-lain). Untuk tipe persemaian sementara
9
kebutuhan prasarana persemaian tidak begitu penting. Kebutuhan alat dan bahan yang
terkait langsung dengan proses produksi bibit adalah benih, pasir, tanah atau jenis
medium tumbuh lainnya (gambut, sekam, dan sebagainya), kantong plastik (kontiner)
pupuk fungisida dan pestisida.
10
penebaran serbuk buah gambir ini juga akan menentukan hasil bibit yang akan
didapatkan nantinya. Penebaran serbuk yang terlalu rapat akan berpengaruh
terhadap tingkat pertumbuhan bibit gambir di kemudian hari dan penebaran yang
terlalu renggang juga akan menghasilkan bidang pertumbuhan gulma semakin
banyak dan akan merepotkan saat penyiangan persemain. Teknis Penebaran
serbuk buah gambir ini dilakukan dengan cara mengambil serbuk buah setengah
genggam lalu diletakkan ditelapak tangan yang telah kering. Selanjutnya
dekatkan tangan yang berisi serbuk buah gambir tadi ketebing yang licin (dalam
Kondisi basah) lalu ditiupkan secara perlahan - lahan. Usahakan serbuk buah
gambir ini menempel di bidang yang licin tadi dan jaga agar tidak serbuk buah
gambir tidak terbuang pecuma. Lakukan peniupan ini secara berulang – ulang
sampai lokasi persemaian terisi semua. Setelah penebaran serbuk buah gambir
selesai, lakukan penekan serbuk yang telah menempel tadi dengan tangan kering
atau dengan bantuan daun talas sehingga serbuk buah gambir melekat erat ke
tebing dan tidak terbang saat kondisi angin yang lebih kencang.
4. Setelah proses penebaran serbuk selesai, maka dilanjutkan dengan pembuatan
naungan persemaian. Naungan bisa berasal dari anyaman daun kelapa, ayaman
daun ilalang dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan untuk menjaga kelembaban
persemaian dan menghidari persemaian dari tetesan hujan langsung.
5. Setelah persemaian berumur 1 bulan, maka serbuk buah gambir akan mulai
tumbuh dengan ditandai oleh persemaian terlihat menghijau seperti berlumut.
Ini merupakan bibit tanaman gambir yang telah tumbuh dan masih dalam kondisi
kecil-kecil sehingga terlihat seperti lumut saja. Lakukan penyiangan persemaian
secara hati – hati dari rerumputan yang ikut tumbuh di persemaian. Penyiangan
ini sebaiknya diawali dengan penyiraman persemaian terlebih dahulu kemudian
baru dilakukan penyiangan dengan cara dicabut. Jaga agar bibit gambir jangan
ikut tercabut dan lakukan penyiangan ini dengan interval 1 x dalam seminggu.
6. Pada umur 2 bulan lakukan penjarangan naungan untuk membiasakan tanaman
dengan sinar matahari. Disamping itu bibit juga akan terlihat kokoh apabila
mendapat sinar matahari yang cukup sehingga dapat beradaptasi dengan baik saat
pemindahan ke lokasi kebun tanaman gambir. Lakukan penjarangan nauangan ini
secara berangsur –angsur setiap periode sampai persemaian bebas dari nauangan
dan terkena sinar matahari langsung. Pada umur 3 – 4 bulan bibit siap
11
dipindahkan ke lapangan dengan ditandai bibit telah berdaun 3 – 4 helai atau
lebih.
Tenaga Kerja :
5 pekerja selama 3 bulan: Rp 4.500.000
per bulan x 3 bulan x 5 pekerja = Rp 67.500.000.
Biaya Lainnya :
Transportasi: Rp 5.000.000,
Pemeliharaan alat: Rp 3.000.000,
Biaya lain-lain: Rp 2.000.000,
12
Biaya alat-alat dan peralatan + biaya bahan-bahan + biaya tenaga kerja + biaya
lainnya:
Total Pendapatan :
Pendapatan dapat bervariasi tergantung pada harga jual gambir per kilogramnya dan hasil
panen yang diperoleh. Mari kita asumsikan harga jual gambir per kilogramnya adalah Rp
20.000 dan hasil panen yang diperoleh adalah 200 kilogram.
Total Pendapatan = Harga jual gambir per kilogram x hasil panen
Total Pendapatan = Rp 20.000 /kg x 200 kg = Rp 4.000.000.
Total Keuntungan :
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penjabaran di atas dapat disimpulkan :
1. Rencana kerja budidaya gambir adalah sebuah gambaran komprehensif yang
mencakup langkah-langkah strategis dalam memulai, mengelola, dan
mengoptimalkan produksi gambir. Rencana ini menekankan pentingnya
persiapan yang teliti dalam pemilihan lokasi yang tepat, pengadaan bibit
unggul, dan pengaturan nursery untuk pemeliharaan awal tanaman. Dengan
mengikuti rencana kerja yang disusun dengan baik, diharapkan produksi
gambir dapat ditingkatkan secara efisien dan berkelanjutan, membawa manfaat
ekonomi dan lingkungan yang signifikan bagi para petani dan pemangku
kepentingan lainnya..
3.2 Saran
Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan baik
dalam pembahasan maupun dalam pengetikan. Oleh karena itu, untuk
memperbaiki makalah ini penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar
makalah ini dapat lebih baik.
14
15
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM RI. 2010. Acuan Sediaan Herbal Vol.5. Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia. Jakarta.
Bank Indonesia Palembang. 2015. Budidaya dan Pengolahan Gambir. BI. Palembang
Dhalimi A. 2006. Permasalahan Gambir (Uncaria gambir L.) di Sumatera Barat dan
Alternatif Pemecahannya. Juenal Perspektif, 5(4): 46-59.
Fauza, H. 2011. Pengembangan Usaha Perkebunan dan Industri Gambir di Sumatera Barat:
Pelauang dan Tantangan. Semnas eformasi Pertanian. Univ. Trunojoyo 2011
Hayani, E. 2003. Analisis kadar catechin dari gambir dengan berbagai metode. Buletin
Teknik Pertanian, 8(1), 31-33.
Lidar, S., Mutryarny, E., & Wulantika, T. 2018. Variabilitas Fenotipik Tanaman Gambir Di
Desa Tanjung, Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar. Jurnal Ilmiah
Pertanian, 15(1), 51-56.
Nasrun, N., H. Idris, dan H. Syamsu. 1997. Pemanfaatan daun gambir sebagai pestisida
nabati untuk pengendalian penyakit kanker batang pada tanaman kayu manis.
Prosiding kongres nasional XIV Perhimpunan Fitopatologi Indonesia, Palembang,
27-29 Oktober 1997, hlm 480-482.
Nasrul Hosen. 2017. Profil Sistem Usaha Pertanian Gambir di Sumatera Barat. Jurnal
Penelitian Pertanian Terapan Vol. 17 (2): 124-131. ISSN 1410-5020 eISSN Online
Nasution, M. A., Putra, G., Putra, A., & Andika, S. (2018). Rancang Bangun Alat Pencacah
Daun dan Ranting Gambir. Agroteknika, 1(1), 1-8.
Yuliani, S. E. Hayani dan K. Supriadi. 1999. Pemeriksaan kandungan kimia aktif antimikroba
gambir. Makalah seminar PERHIPBA, Universitas Pancasila, Jakarta. 9 hlm.
16