Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
9 tayangan15 halaman

Makalah

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 15

UJIAN TENGAH SEMESTER

OBAT TRADISIONAL

Dosen Pengampu :
Dr. apt. Septriyanto Dirgantara,S.Farm., M.Si.

Disusun Oleh :
Alifiah Salsabila Briana Hirwan
2022051064037
Kelas C

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS CENDRAWASIH
JAYAPURA
2024
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyembuhan luka merupakan fenomena alam dimana tubuh dapat mengatasi
kerusakan jaringan itu sendiri namun tingkat penyembuhannya relatif lambat dan
probabilitas terinfeksi mikroba yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan permintaan nutrisi
yang cukup tinggi untuk mempercepat proses penyembuhan luka (Andrie dan Sihombing,
2017). Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena berbagai
kegiatan bioseluler, bio-kimia terjadi berkesinambungan. Setiap kejadian luka, mekanisme
tubuh akan mengupayakan mengembalikan komponen-komponen jaringan yang rusak
tersebut dengan membentuk struktur baru dan fungsional sama dengan keadaan
sebelumnya. Proses penyembuhan tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang
bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah jenis
obat-obatan. Terapi lain yang dapat dilakukan yaitu pemberian ekstrak daun ekor naga
(Liana dan Utama, 2018).
Provinsi Papua memiliki keanekaragaman jenis flora yang tinggi. Pemanfaatan
tumbuhan obat yang semula dipraktekkan oleh suku-suku asli di Papua, kini telah meluas
sampai ke masyarakat umum termasuk para pendatang. Daun Gatal ternyata merupakan
tumbuhan obat tradisional yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Papua
(Sadsoitoeboen dan Moeljono, 1992). Daun gatal dengan spesies Laportea aestuans
mengandung minyak esensial yang memilki aktifitas antimikroba dan antioksidan
(Olayede, 2014), sehingga dapat berkhasiat membantu proses penyembuhan luka. Luka
merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter, jenis yang berat
memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera
oleh sebab lain, biaya yang dibutuhkan dalam penanganannya pun tinggi (Syamsuhidayat
dan Jong, 1997). Jenis luka diantaranya adalah luka bakar, penyebab luka bakar
selain terbakar api langsung atau tidak langsung, juga pejanan suhu yang tinggi dari
matahari, listrik, maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tak langsung dari
api misalnya tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Laportea decumana yang biasa disebut oleh masyarakat sebagai daun gatal sudah
secara turun-temurun digunakan oleh masyarakat Papua juga sebagai obat antinyeri
(WHO, 2009). Pemakaiannya dengan cara langsung memetik atau membeli ke pasar
tradisional lalu mengoleskan ke bagian tubuh yang terasa sakit dan pegal. Setelah lima
menit efek antinyerinya akan segera terasa yang ditandai dengan efek gatalnya. Pada saat
daun gatal dioleskan seluruh tubuh maka asam format yang ada pada kulit daun akan masuk
ke kulit dan memperlebar poripori tubuh. Proses inilah yang merangsang peredaran darah
sehingga menghilangkan rasa pegal, nyeri, dan capek pada otot dan tubuh.
Di Indonesia penelitian tentang daun gatal sudah mulai dilakukan seperti kajian
aktivitas antibakteri (Yasni dan Puro, 2012). Beberapa penelitian yang sudah dilakukan
dengan tanaman daun gatal di Indonesia yaitu pengujian data farmakognostik pada
spesies daun gatal L. decumana (Tualeka, 1986), dan skrining fitokimia, formulasi dan
evaluasi salep daun gatal L.decumana (Simaremare, 2014, Simaremareet al., 2015,
Holle et al., 2015; Holle et al., 2016). Namun higga saat ini belum ada informasi
pengujian ilmiah ekstrak daun gatal (Laportea aestuans) terhadap penyembuhan luka
bakar, sehingga mendorong peneliti untuk membuat ekstrak etanol daun gatal yang diuji
coba pada Kelinci.
Berdasarka Jurnal EFEKTIVITAS FORMULASI SALEP EKSTRAK DAUN
GATAL (Laportea aestuans) TERHADAP LUKA BAKAR PADA KELINCI
(Oryctolagus cuniculus) peneliti memilih daun gatal sebagai obat luka bakar karena
daun gatal memberikan aktivitas antibakteri yang baik, kandungan flavonoidnya
mempunyai aktivitas sebagai antiseptik. Dengan larutan etanol 70% yang efektif dalam
menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal, serta tidak mudah ditumbuhi kapang atau
jamur. Ekstrak etanol 70 % daun gatal dibuat dalam bentuk sediaan salep yang akan
mempermudah dalam pemakaian sehingga pengobatan dapat efektif. Dalam penelitian
tersebut ditargetkan adanya temuan baru berupa sediaan dari ekstrak daun gatal yang
merupakan tanaman etnomedisin Papua sebagai penyembuh luka bakar. Hal itu juga dapat
bermanfaat sebagai pengetahuan baru dalam dunia farmasi dan kesehatan maupun
masyarakat luas.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu:
1. Perancangan produk Obat Herbal Terstandar dari Daun Gatal “Laportea decumana
(Roxb.) Wedd. “
2. Bagaimana efektivitas penggunaan ekstrak daun gatal dalam sediaan salep sebagai
pengobatan terhadap luka bakar dan juga efektivitas antinyeri

C. Tujuan

1. Merancang produk Obat Herbal Terstandar mulai dari metode Ekstraksi, Formulasi
sediaan, Analisis dan Validasi Formula hingga Uji pre-klinik Formula.
2. Mengembangkan formulasi sediaan salep dengan dosis yang sesuai dan efektif serta
stabil
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Botani/Farmakognosi

1. Tanaman Daun Gatal (Laportea decumana (Roxb.) Wedd.)


Laportea decumana (Roxb.) Wedd. merupakan tumbuhan semak-semak, sub-semak
atau tanaman tinggi yang dapat tumbuh hingga mencapai 2 meter. Bunga jantan
mempunyai empat benang sari, empat tepals dan buah yang achene. Tanaman ini
memiliki batang yang banyak dan lunak, rapuh, bercabang dengan baik (wellbranched)
dan memiliki senjata berupa rambut panjang dan kaku yang tersusun rapat dan iritan.
Habitat tumbuhan ini pada tempat yang teduh dan tumbuh dengan baik pada daerah basah
tapi dengan tanah yang kering. Secara alami terdapat dua jenis daun gatal berdasarkan
tempat tumbuh: dataran tinggi dan dataran rendah. Daun Gatal yang tumbuh di dataran
tinggi daunnya relatif lebih lebar dengan sensasi rasa gatalnya yang lebih kuat
dibandingkan dengan Daun Gatal yang tumbuh di dataran rendah. Daun Gatal yang
tumbuh di dataran rendah lebih pendek dan berukuran lebih kecil (Mom, dkk, 2014).

2. Taksonomi Tanaman Daun Gatal


Klasifikasi tanaman Laportea decumana (Roxb.) Wedd :
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Urticaceae
Genus : Laportea
Spesies : Spesiosa

Gambar Tanaman Daun Gatal

Laportea decumana (Roxb.) Wedd. merupakan bagian kingdom Plantae dari divisi
Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, Ordo Urticales, suku Urticaceae dan marga
Laportea. Tanaman ini juga disebut sebagai Laportea armata Warb., Urtica decumana
Roxb., Urtica rumphii Kostel., Urticastrum decumanum (Roxb.) Kuntze dan Dendrocnide
decumana (Winduo, 2003 dalam Puro, 2012).

3. Morfologi Tumbuhan Daun Gatal


1. Daun
Tumbuhan daun gatal merupakan tumbuhan yang memiliki daun yang sempurna, yang
terdiri dari tangkai daun, helai daun dan tulang daun. Daun tersusun berselang pada batang
sedangkan pada tulang daun letaknya berhadapan satu dengan lainnya, sehingga daun nya
digolongkan daun menyirip. Simbala, et all (2016), menyatakan daun menyirip
(penniversis) memiliki bentuk tulang daun menyirip seperti sirip ikan. Bentuk fisik
memiliki satu buah tulang daun yang memanjang dari pangkal hingga ke ujung daun,
terdapat tulang-tulang cabang yang keluar dari ujung ibu tulang daun karena itulah daun
tersebut dinamakan sirip ikan (daun menyirip).

Tangkai daun (petioles) merupakan tangkai yang menghubungkan antara batang tanaman
dengan helaian daun sedangkan helai daun (lamina) merupakan bagian terpenting dari
tanaman karena memiliki fungsi yang utama sebagai tempat fotosintesis. Tumbuhan daun
gatal sangat mudah dikenali karena memiliki ukuran yang besar dibandingkan dengan daun
tanaman yang lainnya, daun meruncing dan pada bagian pangkalnya membulat dengan
warna hijau tua pada permukaan daun sedangkan di bagian bawah daun berwarna hijau
keputihan.

Daun gatal a. bagian atas dan b. daun gatal bagian bawah

Permukaan daun Kasar dan dipenuhi oleh bulu-bulu halus yang merata dipermukaan
daun, pada tepi daun tidak rata namun bergerigi dengan tulang daun yang jelas terlihat
pada permukaan bagian atas dan pada permukaan bagian bawar daun. Fungsi dari bulu-
bulu halus pada daun sebagai alat pertahanan diri dari serangan hama dan hewan besar
lainnya, selain itu bulu-bulu tersebut akan mengeluarkan toksin yang menyebabkan rasa
yang tidak disukai oleh hewan. Menurut Sulistyowati dan Indrayani (2005), salah satu
mekanisme ketahanan tanaman terhadap serangan hama adalah Antixenosis yaitu ketidak
mampuan tanaman menjadi inang bagi serangga hama karena sifat morfologi yang
dimiliki tanaman.

Gambar Rambut halus pada permukaan daun


Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dauh tumbuhan daun gatal rata-rata memiliki
panjag 18 cm – 24 cm dengan lebar yang cukup bervariasi antara 13 cm – 17 cm. Hal ini
sejalan dengan penelitian Sulistyowati dan Indrayani (2005). Yang menyatakan bahwa
tanaman daun gatal tumbuh bebas di hutan papua, secara fisik panjang daun sekitar 20
cm dan lebar 15 cm.

2. Batang
Tumbuhan daun gatal merupakan tumbuhan perdu yang memiliki batang yang tidak
terlalu tinggi. tumbuhan daun gatal. Tumbuhan daun gatal atau yang dikenal dengan nama
bouma.
Batang merupakan salah satu organ dasar pada tumbuhan yang merupakan tempat
semua organ lain bertumpu dan tumbuh seperti daun, bunga dan buah. Batang memiliki
fungsi sebagai penopang tumbuh sehingga berdiri tegak pada beberapa tanaman batang
digunakan sebagai tempat untuk menyimpan bahan makanan seperti sagu dan tebu. Batang
tumbuhan daun gatal memiliki diameter berkisar antara 1,3 sampai 3,4 cm, batang
berwarna coklat muda dan memiliki percabangan yang banyak.
Tumbuhan daun gatal memiliki struktur batang seperti tanaman berkayu lainnya yaitu
memiliki lapisan terluar yang disebut sebagai kulit kayu (epidermis) yang terbentuk dari
jaringan gabus. Epidermis adalah bagian batang yang tersusun dari sebuah sel yang rapat
tanpa ruang antar sel berkutikula.sel-sel yang menjadi penyusun epidermis selalu aktif
membelah untuk mengimbangi pertumbuhan batang. Fungsi utama epidermis adalah
sebagai lapisan pelindung dari bahaya kekeringan.

Gambar Batang Tumbuhan Daun Gatal


Gambar Bunga pada Tumbuhan Daun Gatal

Berdasarkan Jurnal “KARAKTERISTIK MORFOLOGI TUMBUHAN DAUN


GATAL (Laporte ducumana ) DI DISTRIK TIGI TIMUR KABUPATEN DEIYAI”
4. Standarisasi Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak Etanol Daun Gatal (Laportea
decumana (Roxb.) Wedd) Sebagai Bahan Baku Obat Herbal Terstandar
 Parameter Spesifik
Tabel 1 menunjukkan hasil organoleptik yang didapatkan dari ekstrak L. decumana yaitu
berbentuk ekstrak kental, berwarna hijau pekat, memiliki bau yang khas serta memiliki bau
rasa yang pahit dan pedas. Penentuan organoleptik ini termasuk salah satu parameter spesifik
yang ditentukan dengan menggunakan panca indera. Tabel 2 menunjukkan hasil pengujian
senyawa terlarut dalam pelarut tertentu berdasarkan tingkat kepolarannya yaitu dimana air
sebagai pelarut polar dan etanol sebagai pelarut non polar. Hasil yang didapatkan dari uji
senyawa terlarut dalam pelarut tertentu untuk senyawa yang larut dalam air yaitu sebesar
11,57% dan senyawa yang terlarut dalam etanol sebesar 8,31%. Tujuan dari pengujian dari
senyawa yang terlarut dalam pelarut tertentu ini untuk mengetahui jumlah terendah bahan
kimia ekstrak yang terlalur dalam pelarut tertentu. Tabel 3 menunjukkan hasil identifikasi
kandungan kimia atau skrining fitokimia dengan menggunakan metode kromatografi lapis
tipis memberikan hasil positif untuk empat senyawa metabolit sekunder meliputi minyak
atsiri, flavanoid, fenol, dan saponin. Untuk alkaloid memberikan hasil yang negatif.

 Parameter Non spesifik


Tabel 4 menunjukkan hasil dari parameter nonspesifik meliputi susut
pengeringan, kadar air, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, cemaran logam
timbal dan logam kadmium masing masing sebesar 0,46%, 3,72%, 36,84 %, 6,00%,
3,17 µg/g

B. Kajian Etnofarmasi/Farmakologi
Tanaman daun gatal dapat digunakan untuk mengobati sakit nyeri karena lelah
bekerja, perjalanan jauh, salah urat, sakit pinggang, rematik, sakit kepala, sakit perut,
tekanan darah tinggi, dan demam. Untuk pengobatan luka memar juga dapat
menggunakan daun gatal yaitu dengan mengoleskan pada bagian yang luka dan dibiarkan
selama 1-2 menit. Apabila warna luka telah kelihatan lebih merah maka diyakini daun
gatal sudah menyembuhkan luka memar. Daun gatal juga biasa digunakan untuk
memperbesar organ seks laki-laki. Daun gatal juga digunakan untuk berburu secara besar-
besaran atau sebagai pelengkap anjing berburu untuk memperkuat stamina dan kepekaan
anjing sehingga hasil buruannya lebih banyak.
C. Kajian Fitokimia
Tumbuhan daun gatal sudah banyak dikembangkan secara farmakologi sebagai obat
herbal, obat diuretik, penetral asam, antiinflamantori, penurun stress dan lain-lain (Kavalali,
2003 dalam Puro, 2012). Kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan mengambil peran
dalam memberi aktifitas farmakologi yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mengandung asam (seperti karbonat, kaffeat, kaffeolmalat, klorogenat, format, silikat,
fumarat, gliserat, malat, oksalat, posporat, quinat, suksinat, treonat), amina (seperti asetilkolin,
betain, kolin, lesitin, histamin, serotonin dan glikoprotein), flavonoid (seperti flavonol
glikosida), anorganik (sampai 20% mineral termasuk didalamnya kalsium, potassium dan
silikon) dan lignin (Puro, 2012).
Daun gatal memiliki trikoma yang hampir rata di seluruh permukaan baik daun dan
batang. Trikoma pada daun gatal termasuk trikoma lancip yang memiliki ruang rongga di
dalamnya. Trikoma ini mengandung asam format yang dilapisi oleh selulosa (Simaremare,
2014). Daun gatal memiliki kandungan kimiawi seperti monoridin, tryptophan, histidine,
alkaloid, flavonoid, asam formiat dan authraguinones. Asam semut ini sendiri terkandung di
dalam kelenjar ‘duri’ pada permukaan daun. Saat ‘duri’ tersebut mengenai tubuh, asam semut
dalam kelenjar itu terlepaskan dan mempengaruhi terjadinya pelebaran pori-pori tubuh.
Pelebaran pori-pori ini rupanya meransang peredaran darah. Itulah sebabnya pemanfaat daun
gatal umumnya merasa pegal-pegal mereka lenyap ataupun merasa lebih baik (Pura, 2012).
Simaremare (2014) menemukan asam format yang terdapat dalam duri daun gatal mampu
memberikan efek antinyeri dengan cara mekanisme sebagai berikut: Duri-duri halus (trikoma)
dilapisi oleh selulosa yang sulit terpecah dengan reaksi kimia biasa. Duri yang digosok ke
bagian tubuh yang nyeri akan masuk ke dalam lapisan kulit. Oleh karena adanya β-amilase
dalam kulit akan memecah selulosa menjadi gula-gula sederhana sehingga asam format dapat
keluar dari trikoma, masuk ke kulit dan memperlebar pori-pori tubuh. Inilah yang merangsang
peredaran darah sehingga menghilangkan rasa pegal, nyeri, dan capek pada otot dan tubuh.
BAB 3
RANCANGAN PRODUK OHT

a. Metode ekstraksi/Fraksinasi terpilih (Proses Pembuatan Ekstrak/Fraksi)


Berdasarkan jurnal, metode yang digunakan adalah metode ekstraksi maserasi :
1. Pengambilan Sampel
Sampel daun gatal diambil di daerah Kabupaten Sorong, Papua Barat. Bagian yang
digunakan adalah daun. Kemudian daun dibersihkan dari kotoran menggunakan air
mengalir. Setelah itu, daun ditimbang dengan berat 3000 gram.
2. Ekstraksi Daun Gatal
Sampel daun gatal dikeringkan dengan menggunakan suhu ruangan selama 4 – 5
hari. Sampel yang telah dikeringkan kemudian memasuki tahap ekstraksi. Proses
ekstraksi dilakukan dengan menggunakan metode maserasi yaitu 1300 gr di masukkan
ke dalam dua wadah masing – masing berisi 650 gram kemudian direndam dengan
larutan etanol 96% sebanyak 1950 ml dengan perbandingan 1:3. Proses ekstraksi
dilanjutkan dengan melakukan remaserasi. Menggunakan larutan etanol 96% sebanyak
1300 ml dengan perbandingan 1:2. Ekstrak cair yang telah diperoleh kemudian
diuapkan menggunakan rotary evaporator dengan suhu 40 ͦ C selama 3 hari.
3. Hasil Ekstraksi Daun Gatal
Sampel basah daun gatal diperoleh sebanyak 3 kg, dikeringkan dan diblender
sehingga menghasilkan serbuk simplisia daun gatal sebanyak 300 g. Selanjutnya di
ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan 1500 ml etanol 96% dan
menghasilkan ekstrak kental sebanyak 16,99 gr dan di peroleh randemen sebanyak
5,633 %.

b. FORMULA SEDIAAN Terpilih ( Sediaan liquida, semisolida, atau solida )


 Formulasi Salep (Sediaan Semisolida)
Pada penelitian ini akan dibuat sediaan salep (Sediaan Semisolida) ekstrak etanol
daun gatal. Dengan konsentrasi 20%, 25%, dan 30% dibuat formulasi salep 50g dengan
tiga variasi konsentrasi sebagai berikut. Perbandingan Jumlah Basis Salep dan Ekstrak:

Penelitian ini dilakukan dengan memformulasikan sediaan salep luka bakar


menggunakan bahan aktif yang berasal dari daun gatal. Ekstraksi dilakukan untuk
menarik komponen kimia yang terdapat pada bahan alam tersebut (Harbone, 1987;
Dirjen POM, 1986). Pelarut etanol dapat menyari hampir keseluruhan kandungan
simplisia, baik polar, semi polar maupun non polar (Iswanti, 2009), sehingga
diharapkan dapat menarik kandungan berbagai senyawa pada sampel yang diprediksi
berkhasiat dalam penyembuhan luka. Pelarut etanol 96% dipilih karena tidak banyak
mengandung kadar air sehingga ekstrak yang dihasilkan lebih kental dan murni. Selain
itu konstanta dielektrik etanol 96% adalah 24,3 dimana semakin tinggi konstanta
dielektrikum suatu pelarut akan semakin baik pula kemampuannya dalam menarik
senyawasenyawa aktif dari sampel. Filtrat yang diperoleh kemudian dipekatkan untuk
mengetahui persen randemen sekaligus mencegah kemungkinan terjadinya kerusakan
komponen yang terkandung dalam ekstrak dan mempermudah dalam hal penyimpanan
bila dibandingkan dalam keadaan ekstrak yang masih terkandung pelarut (Yulia, 2006).
Pada penelitian ini, ekstrak yang diperoleh dari proses ekstraksi dihitung rendemennya.
Perhitungan rendemen ekstrak dilakukan untuk menentukan perbandingan jumlah
ekstrak yang diperoleh dari suatu bahan terhadap awal berat bahan simplisia serta untuk
mengetahui banyaknya senyawa bioaktif yang terkandung dalam bahan yang
terekstraksi (Novi f,dkk.,2020). Dalam penelitian ini, dilakukan perhitungan rendemen
ekstrak karena ekstrak yang didapatkan akan digunakan sebagai bahan aktif salah satu
sediaan farmasi yaitu salep luka bakar. Dari segi farmasetik, untuk pembuatan sediaan
farmasi perlu diketahui sifat fisiko-kimia dari seluruh komponen yang akan
dicampurkan agar dihasilkan sediaan farmasi yang berkualitas (Wulandari, 2017).
Ekstrak etanol daun Gatal yang diperoleh dibuat formulasi sediaan salep
menggunakan basis salep lemak (hidrokarbon) yaitu vaselin album dan basis salep
absorpsi yaitu adeps lanae. Pemilihan kedua basis ini dikarenakan sifat dari kedua
bahan tersebut, dimana vaselin album merupakan jenis bahan dasar salep yang ketika
di aplikasikan pada kulit dapat menjaga kelembapan kulit sehingga dapat menjaga kulit
dari kontaminasi organisme asing. Selain itu, vaselin album juga sukar dicuci dengan
air memberikan manfaat ketika salep diaplikasikan pada kulit yang luka atau
mengalami kerusakan dapat menjaga kestrablan bahan aktif dan bentuk sediaan setelah
digunakan (ansel, 1989). Sedangkan adeps lanae merupakan bahan dasar salep absorpsi
yang penggunaannya ditujukan agar selama peroses penyembuhan luka terinfeksi,
dasar salep ini dapat membantu dalam penyerapan cairan dalam luka. Dasar salep ini
juga berfungsi sebagai emolien walaupun tidak menyediakan derajad penutupan seperti
yang dihasilkan dari salep berlemak (Ansel, 1989). Dari segi warna, basis salep
menunjukkan warna khas dari salep yaitu putih kekuningan, karena adanya proses
pencampuran dari kedua basis dimana vaselin album berwarna putih sedangkan adeps
lanae berwarna kuning. Dan untuk hasil pengamatan sediaan ketiga konsentrasi salep
ekstrak etanol daun gatal menunjukkan hasil yang sama yaitu berwarna hijau kehitaman
karena dipengaruhi oleh kandungan daun gatal. Sedangkan bau dari sediaan ekstrak
etanol daun gatal pada ketiga konsentrasi menunjukkan hasil yang sama yaitu bau khas
dari ekstrak daun gatal yang menutupi bau dari basis salep.
c. Analisis dan Validasi FORMULA terpilih berdasarkan Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik (CPOTB Tahun 2021)
Berdasarkan PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
NOMOR 25 TAHUN 2021 TENTANG PENERAPAN CARA PEMBUATAN OBAT
TRADISIONAL YANG BAIK, CPOTB merupakan pedoman yang bertujuan untuk
memastikan agar mutu obat tradisional yang dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan
penggunannya; bila perlu dapat dilakukan penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa
standar mutu obat tradisional yang telah ditentukan tetap dicapai. CPOTB adalah
bagian dari SMIOT yang memastikan obat tradisional dibuat dan dikendalikan secara
konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan
persyaratan Izin Edar, Persetujuan Uji Klinik jika diperlukan atau spesifikasi produk.
CPOTB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu, serta aspek Pengembangan
Produk dan MRM. Prinsip dasar CPOTB adalah semua proses pembuatan obat
tradisional ditetapkan secara jelas, dikaji secara sistematis berdasarkan pengalaman
dan terbukti mampu menghasilkan obat tradisional yang memenuhi persyaratan mutu
dan spesifikasi yang ditetapkan secara konsisten;
a) validasi dilakukan terhadap tahap kritis dalam proses pembuatan, dan perubahan
signifikan dalam proses
b) tersedia semua fasilitas CPOTB yang diperlukan mencakup:
1) personel terkualifikasi dan terlatih;
2) bangunan-fasilitas dengan luas yang memadai;
3) peralatan dan sarana penunjang yang sesuai;
4) bahan, wadah dan label yang benar;
5) prosedur dan instruksi yang disetujui sesuai SMIOT; dan
6) tempat penyimpanan dan transportasi memadai.
c) prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa jelas, tidak
bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada fasilitas yang tersedia;
d) prosedur dan instruksi dilaksanakan dengan benar dan operator diberi pelatihan
untuk menerapkannya;
e) pencatatan dilakukan selama pembuatan baik secara manual dan/atau dengan alat
pencatat yang menunjukkan bahwa semua langkah pembuatan dalam prosedur dan
instruksi yang ditetapkan benar-benar dilaksanakan dan bahwa jumlah serta mutu
produk sesuai yang diharapkan;
f) setiap penyimpangan signifikan dicatat lengkap, diinvestigasi dengan tujuan untuk
menentukan akar masalah dan pelaksanaan tindakan korektif dan tindakan
pencegahan yang tepat;
g) catatan pembuatan termasuk distribusi obat tradisional yang memungkinkan
ketertelusuran riwayat bets, disimpan dalam bentuk yang komprehensif dan mudah
diakses;
h) penyimpanan dan distribusi obat tradisional dalam kondisi yang tepat dapat
memperkecil risiko terhadap mutu obat tradisional;
i) tersedia sistem penarikan bets obat tradisional dari peredaran; dan
j) keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu diinvestigasi
serta tindakan tepat diambil terkait cacat produk dan pencegahan keberulangan
keluhan.

d. Uji Pre-Klinik FORMULA Terpilih


1. Penyiapan Hewan Dan Uji Perlakuan Hewan Uji
Hewan uji yang akan digunakan adalah kelinci yang sehat berumur 1 tahun dan
berat standar 2,5 kg. Hewan uji berjumlah 15 ekor di bagi menjadi 5 kelompok. Masing
- masing kelompok terdiri dari 3 ekor kelinci. Kelompok pertama yaitu kelompok
kontrol negative dengan menggunakan formulasi basis salep, kelompok kedua adalah
kontrol positif dengan menggunakan salep bermerek (bioplaceneton gel), kelompok
ketiga adalah kelompok dengan pemberian ekstrak daun gatal dengan dosis 20%
ekstrak etanol daun gatal, kelompok ke empat dengan menggunakan dosis 25% ekstrak
etanol daun gatal, dan kelompok lima dengan dosis 30% ekstrak etanol daun gatal.
Selanjutnya kelinci diadaptasikan di kampus Universitas Pendidikan Muhammadiyah
Sorong dan pemberian makan kepada kelinci dengan porsi makan yang sesuai dan tidak
menunjukkan penurunan berat badan.
2. Induksi Luka Bakar Pada Kelinci
Solder panas di modifikasi dengan lempeng stainless yang berukuran 1 x 5 cm2,
Bulu pada daerah punggung kelinci di cukur, kemudian diinduksi dengan solder panas
ke punggung kelinci selama 15 - 25 detik, sampai bagian dermis beserta jaringan yang
terikat dibawahnya, sehingga terjadi pelepuhan dan kulit terkelupas pada bagaian
tertentu.
3. Proses Intervensi Luka Pada Kelinci
Disiapkan 5 kelompok hewan uji yang terdiri dari 3 kelinci tiap kelompok.
Kelompok I : Pemberian ekstrak etanol daun gatal dengan dosis 20% ekstrak etanol
daun gatal
Kelompok II : Pemberian ekstrak etanol daun gatal dengan dosis 25% ekstrak etanol
daun gatal
Kelompok III : Pemberian ekstrak etanol daun gatal dengan dosis 30% ekstrak etanol
daun gatal.
Kelompok IV : Pemberian control positif (+) dengan menggunakan salep bermerek
(bioplacenton gel)
Kelompok V : Pemberian control negative (-) dengan menggunakan vaselin album
4. Perawatan Luka Bakar Pada Kelinci:
- Dioleskan vaselin album pada luka bakar kelinci kelompok pertama
- Dioleskan bioplacenton gel pada luka bakar kelinci kelompok kedua
- Dioleskan salep ekstrak etanol daun gatal dengan dosis 20% pada luka bakar kelinci
kelompok ketiga
- Dioleskan ekstrak etanol daun gatal dengan dosis 25% pada luka bakar kelinci
kelompok keempat
- Dioleskan ekstrak etanol daun gatal dengan dosis 30% pada luka bakar kelinci
kelompok kelima
5. Pengamatan Dilakukan Setiap Hari Dalam Proses Penyembuhan.
Pengamatan dilakukan dengan mengukur luas permukaan luka bakar dengan
mengunakan jangka sorong. Kelompok ekstrak etanol daun gatal dengan 3 variasi dosis.
Pada penelitian ini digunakan 3 dosis berbeda, yang bertujuan untuk mengetahui dosis
efektif dari ekstrak etanol daun gatal dalam penyembuhan luka bakar pada kulit kelinci.
Dosis ekstrak etanol daun gatal terdiri dari dosis rendah,dosis sedang, dan dosis tinggi
yang kemudian dicampur dengan basis salep vaselin flavum dan semua dosis dibuat
dalam 15 gram untuk persedian masing-masing hewan uji diberikan dosis sebanyak 0,1
gram untuk sekali oles.
6. Pengujian Efektivitas Salep
Kelinci yang telah memiliki luka bakar dikelompokkan dalam 5 kelompok, masing-
masing kelompok terdiri dari 3 ekor kelinci. Kelompok 1: konsentrasi salep ekstrak
daun gatal 20% Kelompok 2: konsentrasi salep ekstrak daun gatal 25% Kelompok 3:
konsentrasi salep ekstrak daun gatal 30% Kelompok 4 (kontrol positif): dioleskan
bioplacenton Kelompok 5 (kontrol negatif): dioleskan basis salep.
7. Analisis Data Data hasil penyembuhan luka bakar yang diperoleh secara keseluruhan
dianalisis secara statistika menggunakan metode ANOVA.

Tiga Formulasi Salep

Luka bakar yang diamati dalam penelitian ini merupakan luka bakar derajat dua
dangkal/superficial partial thickness. Kerusakan jaringan meliputi epidermis dan
lapisan atas dermis. Kulit tampak kemerahan, dan adanya lepuhan yang pecah.
Perlakuan terhadap kelompok kontrol positif menggunakan bioplacenton memberikan
efek penyembuhan paling cepat. Sedangkan perlakuan terhadap kelompok kontrol
negatif memberikan efek penyembuhan paling lama, hal itu dikarenakan pada kontrol
negatif hanya menggunakan basis salep yang tidak memiliki kandungan zat aktif
untuk membantu proses penyembuhan luka bakar. Kelompok 1 memberikan efek
sedikit lebih cepat dibandingkan kontrol negatif karena memiliki kandungan zat aktif
yang membantu proses penyembuhan luka bakar walaupun dengan jumlah sedikit.
Kelompok 2 memberikan efek yang lebih cepat dari kelompok 1 dan kelompok 3
memberikan efek penyembuhan paling efektif dibandingkan perlakuan kelompok 1
dan 2. Berdasarkan teori dan hasil yang diperoleh terdapat pengecilan diameter luka
bakar setelah dioleskan ekstrak daun gatal. Hal ini dikarenakan ekstrak daun gatal
mengandung senyawa flavonoid yang dapat membantu proses penyembuhan luka
bakar. Selanjutnya dilakukan analisis statistik menggunakan metode Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan menggunakan uji anova . Rancangan Acak Lengkap (RAL)
merupakan rancangan yang paling sederhana di antara rancangan-rancangan
percobaan yang baku (Hinkelmann, 2012). Anova adalah uji yang dapat digunakan
untuk menganalisis perbedaan lebih dari 2 populasi kelompok yang independent.
Sehingga berdasarkan hasil penelitian dari jurnal EFEKTIVITAS FORMULASI
SALEP EKSTRAK DAUN GATAL (Laportea aestuans) TERHADAP LUKA
BAKAR PADA KELINCI (Oryctolagus cuniculus) yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa salep ekstrak etanol daun Gatal (Laportea Aestuans) konsentrasi
20%, 25% dan 30% memiliki efek penyembuhan luka bakar. Hasil uji pada kelinci
setelah dioleskan salep ekstrak daun gatal terjadi pengecilan diameter luka. Dosis
paling efektif yang memberikan aktivitas penutupan luka pada kelinci adalah
konsentrasi 30%.

Anda mungkin juga menyukai