Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Proposal Penelitian Debi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL PENELITIAN

NAMA : ADABIA MULIANI


NIM : 517 24 011 104
PEMBIMBING I : Dr. Hj. Nurisyah Asyhari, M.Si
PEMBIMBING II : Pertiwi Ishak, S. Farm., M.Biomed
JUDUL PENELITIAN : Analisis Kadar Fenolik Total dan Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Batang
Turi (Sesbania grandiflora L.) asal
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
dengan Metode DPPH

BAB I

PENDAHULUAN

Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya,

bersifat tidak stabil dan sangat reaktif yakni cenderung bereaksi dengan

molekul lainnya untuk mencapai kestabilan. Reaktivitas radikal bebas

dapat dihambat oleh antioksidan dimana merupakan senyawa yang

mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan sel dengan cara mengikat

radikal bebas dengan menghambat reaksi oksidasi (Erlidawati, 2018).

Antioksidan merupakan senyawa yang mampu menangkal atau

meredam efek oksidasi dalam tubuh. Antioksidan bekerja dengan cara

mendonorkan salah satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat

oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat dihambat.

Antioksidan dibutuhkan oleh tubuh untuk melindungi tubuh dari serangan

radikal bebas (Sayuti & Yehrina, 2019).

Manusia diberikan akal pikiran oleh Allah SWT. agar dapat

1
menjalankan amanah Allah SWT. sebagai hamba-Nya, bahwa segala

sesuatu yang ada dimuka bumi ini dapat dimanfaatkan dan dipelihara

untuk digunakan oleh umat manusia misalnya tumbuh-tumbuhan yang

dapat dijadikan sebagai obat, sebagaimna firman Allah

Subhanahuwata’ala:

(QS. Asy-Syu’ara : 7)

Terjemahnya : Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, betapa


banyak kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam pasangan (tumbuh
tumbuhan) yang baik

Ayat tersebut telah memberikan penjelasan bahwa Allah

Subhanahu WaTa’ ala telah menciptakan tumbuh-tumbuhan dengan

berbagai jenis manfaat yang tentunya berguna bagi manusia apabila

manusia ingin mencari tahu dan mengolah tumbuh-tumbuhan tersebut

untuk kemaslahatan (Imani, 2005).

Kandungan fitokimia pada suatu tumbuhan dipengaruhi beberapa

faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal seperti gen dan

faktor eksternal yaitu cahaya, suhu, kelembapan, pH, kandungan unsur

hara didalam tanah dan ketinggian tempat. Semakin tinggi suhu dan kadar

CO2 maka semakin tinggi produksi metabolit sekunder yang dihasilkan.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari lokasi yang

berbeda dari penelitian sebelumnya sehingga metabolit sekunder dari

sampel tersebut juga berbeda (Nichola et al, 2019).

Tumbuhan yang berpotensi sebagai antioksidan umumnya

2
memiliki metabolit sekunder seperti senyawa golongan flavonoid,

yaitu jenis flavon, flavonol dan flavanonon, tanin, alkaloid dan

saponin. Salah satu tanaman yang berpotensi memiliki

antioksidan adalah tumbuhan turi (Sesbania grandiflora L.).

Tumbuhan turi dimanfaatkan masyarakat dalam mengobati

berbagai macam penyakit diantaranya bunga digunakan untuk

memperlancar dan memperbanyak pengeluaran Air Susu Ibu

(ASI) dan hidung berlendir. Kulit batang (terutama bagian

pangkalnya) dapat dimanfaatkan dalam mengobati sariawan,

disentri, cacar air, demam. Daun dimanfaatkan dalam luka,

keputihan, batuk, hidung berlendir, sakit kepala, memperlancar

produksi ASI, beri-beri, radang tenggorokan, keseleo, memar

akibat terpukul. Akar digunakan untuk mengobati pegal linu dan

batuk berdahak (Abdillah, 2006; Bylka et al, 2004; Muhammad, A.

2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Yonanda (2022) mengatakan

bahwa ekstrak etanol kulit batang turi (Sesbania grandiflora L) memiliki

efek antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Penelitian lain juga

menunjukkan bahwa ekstrak daun turi (Sesbania grandiflora L) memiliki

aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode β Caroten

Bleaching (Lutfiah, dkk., 2024)

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian tentang

analisis kadar senyawa fenolik dan uji aktivitas antioksidan ekstrak kulit

3
batang turi (Sesbania grandiflora L) dengan metode DPPH.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar

senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan kulit batang turi (Sesbania

grandiflora L) dengan metode DPPH

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan acuan atau

pedoman bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian dan dapat

dijadikan sebagai bahan informasi tentang manfaat kulit batang turi

(Sesbania grandiflora L) untuk alternatif dalam mengobati penyakit, serta

untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tumbuhan Turi (Sesbania grandiflora L.)

Sumber: Jiraungkoorskul dan Jiraungkoorskul, 2015


Gambar 1. Pohon Turi

1. Klasifikasi Tumbuhan (Bahera et al, 2012)

Dunia : Plantae

Divisi : Spermatophyta

5
Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Fabales

Suku : Fabaceae

Marga : Sesbenia

Jenis : Sesbania grandiflora L.

2. Nama Daerah

Nama daerah Melayu (Turi), Jawa (Turi), Jawa Tengah (Turi),

Sunda (Turif), Madura (Toroi), Mongondow (Suri),

Sulawesi (Tuwi), Gorongtalo (Uliango), Buol (Gorgogua), Baree (Kaju

Jawa), Makassar (Kaju Jawa), Bugis (Ajutaluma), Nusa Tenggara

(Palawu), Bima (Tanunu), Sumba (Gala-gala), Ternate dan Tidore (Tun)

(Asosiasi Herbalis Nusantara, 2020).

3. Morfologi Tumbuhan

Turi biasanya ditanam dibagian pekarangan rumah sebagai

tanaman hias, pelindung di tepi jalan dan pembatas. Pohon kurus

berumur pendek, tinggi sekitar 5-12 m, ranting sering kali

menggantung. Kulit luar berwarna kelabu hingga kecoklatan, tidak rata

dengan alur membujur dan melintang tidak berurutan dan lapisan

gabus mudah terkelupas (Chaniago, 2019).

Daun turi merupakan daun majemuk yang letaknya tersebar

dengan daun penumpu yang panjangnya 0,5-1 cm dan panjang

ranting daun 20-30 cm. Daun turi mempunyai panjang 3-4 cm, dan

6
lebar 0,8-1,5 cm. Turi memiliki bunga yang tumbuh pada ketiak daun,

letaknya menggantung dengan jumlah bunga 2-4 dan berbentuk

menyerupai kupu-kupu. Turi memiliki buah berbentuk polong yang

menggantung dengan panjang 20-55 cm dan lebar 7-8 mm, akar turi

berbintil-bintil yang merupakan sumber nitrogen serta berisi bakteri

yang dapat menyuburkan tanah. Selain itu turi juga digunakan sebagai

pupuk hijau (Dalimartha, 2009).

Tumbuhan turi memiliki dua variasi yaitu bunga berwarna putih

dan berwarna merah. Turi berwarna putih dapat dikonsumsi sebagai

sayuran atau dipecel, bunganya gurih dan manis, rasanya hampir mirip

seperti bunga pepaya namun tidak pahit, sedangkan turi berwarna

merah lebih banyak dipakai dalam pengobatan luka dan disentri karena

kadar tanin yang begitu tinggi (Chaniago, 2019).

4. Kandungan Kimia
Salah satu bagian tumbuhan turi yaitu daun dan kulit batang turi

mengandung senyawa alkaloid, glikosida, flavonoid, saponin, tanin dan

fenol yang memberikan reaksi positif dalam uji skrining fitokimia dengan

menggunakan petroleum eter, kloroform, etil asetat, metanol dan

hidroalkohol (Bahera et al, 2012).

Menurut artikel penelitian yang dilakukan oleh Afrin et al, (2019)

melaporkan isolasi tujuh senyawa yang terdapat pada turi termasuk

diterpene, dua triterpen, tiga steroid dan asam lemak. Senyawa

tersebut diantaranya asam kaurenoat, -amyrin, lupeol, stigmata-

4,22dien-3-one, stigmasterol dan asam linoleat. Ekstrak tumbuhan turi

7
mengandung alkaloid, karbohidrat, senyawa fenolik, tanin, flavonoid

dan saponin (Ghani A., 2003).

5. Manfaat

Menurut ramuan tradisional tumbuhan turi berkhasiat

menyembuhkan berbagai penyakit. Bagian tumbuhan turi yang

digunakan adalah kulit batang, bunga, daun dan akar. Kulit batang turi

(terutama bagian pangkalnya) dapat digunakan untuk mengobati

sariawan, disentri, scabies, cacar air, demam. Daun turi dapat

digunakan untuk mengobati keseleo, memar akibat terpukul, luka,

keputihan, batuk, hidung berlendir, sakit kepala, memperlancar

produksi Air Susu Ibu (ASI), beri-beri, demam nifas, radang

tenggorokan. Bunga turi dapat digunakan untuk memperbanyak dan

memperlancar pengeluaran ASI dan hidung berlendir. Akar turi dapat

digunakan untuk pegal linu dan batuk berdahak (Muhammad A,

2010).

Menurut Wagh et al, (2009) tumbuhan turi memiliki berbagai

manfaat yaitu sebagai antiulkus, efek protektif terhadap kerusakan

oksidatif akibat asap rokok, antioksidan, antiurolitik, antikanker,

kemopreventif, ansiolitik dan efek antikonvulsif, hepatoprotektif,

antimikroba, analgesik dan antipiretik.

B. Radikal bebas

Radikal bebas dapat didefenisikan sebagai spesies yang memiliki

satu atau lebih elektron tidak berpasangan. Elektron tidak berpasangan

8
adalah elektron yang menempati suatu orbital atom atau molekul sendiri.

Adanya satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan menyebabkan

spesies tersebut menjadi paramagnetik dan sering menjadikan sangat

reaktif (Santoso, 2016).

Radikal bebas memiliki reaktivitas yang sangat tinggi, hal ini

ditujukkan oleh sifatnya yang sangat reaktif dan menyerang elektron

disekelilingnya. Senyawa radikal bebas juga dapat mengubah suatu

molekul menjadi suatu radikal. Radikal bebas lebih berbahaya

dibandingkan dengan senyawa oksidan non radikal. Bila senyawa radikal

baru bertemu dengan molekul lain, maka akan terbentuk radikal baru lagi

dan seterusnya sehingga akan terjadi reaksi berantai. Reaksinya akan

berlanjut dan akan berhenti apabila reaktivitasnya diredam oleh senyawa

yang bersifat antioksidan. Radikal bebas terbentuk dari dua cara yaitu

secara endogen dan secara eksogen. Secara endogen, sebagai respon

normal dari peristiwa biokimia dalam tubuh. Secara eksogen,

sumber berasal dari polutan, radiasi, ozon, peptisida, berbagai

macam makanan dan minuman yang bereaksi dalam tubuh. Radikal

bebas dapat terbentuk dengan pemecahan satu atom normal secara

hormolitik (Sayuti & Yenrina, 2015).

Tabel 1. Tingkat kekuatan antioksidan dengan metode DPPH


Intensitas Nilai IC50

Sangat Kuat < 50 µg/ mL

Kuat 50-100 µg/ mL

9
Sedang 101-150 µg/mL

Lemah > 150 µg/ mL


Sumber: Molyneux, 2004

C. Uraian Antioksidan

Antioksidan dalam pengertian kimia adalah senyawa pemberi

elektron dan secara biologis merupakan senyawa yang mampu mengatasi

dampak dampak negatif oksidan dalam tubuh seperti kerusakanyang

berfungsi elemen vital sel tubuh. Antioksidan bersifat inhibitor yaitu

menghambat atau mencegah interaksi antara radikal bebas dengan target

molekulnya (Erlidawati et al., 2018).

Produksi antioksidan di dalam tubuh manusia terjadi secara alami

untuk mengimbangi produksi radikal bebas yang berfungsi sebagai

system pertahanan di dalam tubuh. Peningkatan produksi radikal bebas

yang terbentuk akibat faktor stress, radiasi sinar UV, polusi udara dan

lingkungan mengakibatkan sistem pertahanan tersebut kurang memadai,

sehingga diperlukan tambahan antioksidan dari luar (Erlidawati et al.,

2018).

Antioksidan di luar tubuh dapat diperoleh dalam bentuk sintesis dan

alami. Antioksidan sintesis seperti buthylated-hydroxytoluene (TBHQ)

secara efektif dapat menghambat oksidasi. Namun penggunaan

antioksidan sintetik dibatasi. Penggunaan melebihi batas dapat

menyebabkan efek karsiogenik, sehingga dibutuhkan antioksidan alami

yang aman. Salah satu sumber potensial antioksidan alami adalah

tanaman karena mengandung senyawa flavonoid, klorofil, dan tanin

10
(Erlidawati et al., 2018).

Antioksidan dikelompokkan ke dalam antioksidan endogen dan

antioksidan eksogen (Kumalaningsih, 2006):

1. Antioksidan Endogen

Antioksidan endogen merupakan antioksidan enzimatik yang

dihasilkan oleh tubuh, melalui proses metabolisme sel. Contoh antioksidan

endogen, antara lain superoksida dismutase (SOD), katalase (CAT),

peroksidase dan glutathione peroksidase (GPX).

2. Antioksidan Eksogen

Antioksidan eksogen merupakan antioksidan yang diperoleh dari

luar tubuh. Antioksidan eksogen kerap kali diperoleh dari makanan sehari-

hari, terutama sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung

vitamin (vitamin A, C dan E) serta mineral (seperti Zn dan Se).

Jenis-jenis Antioksidan berdasarkan mekanisme kerjanya di

golongkan menjadi 3 kelompok yaitu (Winarsi, H. 2007):

1. Antioksidan Primer

Antioksidan primer meliputi enzim superoksida dismutase (SOD),

katalase (CAT), dan glutation peroksidase (GSH-Px). Antioksidan primer

disebut juga antioksidan enzimatik. Suatu senyawa dikatakan antioksidan

primer apabila dapat memberikan atom hidrogen secara cepat kepada

senyawa radikal, kemudian radikal antioksidan yang terbentuk segera

berubah menjadi senyawa yang lebih stabil. Antioksidan primer bekerja

dengan cara mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru atau

mengubah radikal bebas yang telah terbentuk menjadi molekul yang

11
kurang aktif.

2. Antioksidan Sekunder

Antioksidan sekunder disebut juga antioksidan eksogenus atau

non-enzimatik. Senyawa antioksidan non-enzimatik bekerja dengan cara

memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau dengan cara

menangkapnya. Akibatnya, radikal bebas tidak akan bereaksi dengan

komponen seluler.

Antioksidan sekunder meliputi:

- Flavanoid kelompok ini terdiri dari kumpulan senyawa polifenol yang

aktivitas antioksidannya cukup tinggi. Senyawa flavanoid mempunyai

ikatan gula yang disebut glikosida.

- Vitamin C mempunyai efek multifungsi tergantung pada kondisinya.

Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan, proantioksidan, pengikat

logam, pereduksi dan penagkap oksigen.

- Vitamin E merupakan antioksidan yang cukup kuat dan dapat

memperoteksi sel-sel membran serta LDL (Low Density Liporotein)

kolestrol dari kerusakan radikal bebas.

- Beta karoten adalah salah satu kelompok senyawa yang disebut

karotenoid. Senyawa ini akan dikonversi menjadi vitamin A di

dalam tubuh.

3. Antioksidan Tersier

Kelompok antioksidan tersier meliputi sistem enzim DNA repair dan

metionin sulfoksida reduktase. Enzim-enzim ini berfungsi dalam perbaikan

12
biomolekuler yang rusak akibat reaktivitas radikal bebas. Konsumsi

antioksidan dalam jumlah memadai dilaporkan dapat menurunkan

kejadian penyakit degeneratif, seperti kardiovaskular, kanker,

aterosklerosis dan lain-lain. Komsumsi makanan yang mengandung

antioksidan juga dapat.

D. Uraian Senyawa Fenolik

Senyawa fenolik merupakan senyawa metabolite sekunder yang

terdapat dalam tumbuhan dengan karakteristik memiliki cincin aromatik

yang mengandung satu atau dua gugus hidroksi (OH) (Julianto, 2019).

Sumber : Robinson (1995)


Gambar 2.Struktur Fenolik

Bila ditinjau dari jalur biosintesisnya, senyawa fenolik dapat

dibedakan atas dua jenis senyawa utama yaitu senyawa fenolik yang

berasal dari jalur asam asetat mevalonat dan jalur asam sikimat.

Kelompok senyawa fenolik yang berasal dari jalur asam asetat mevalonat

adalah senyawa poliketida dan senyawa fenolik yang berasal dari jalur

asam asetat adalah fenil propanoid. Ditemukan juga senyawa fenolik

yang berasal dari kombinasi dua jalur biosintesis ini yaitu senyawa

flavonoid. Senyawa fenolik dibagi menjadi menjadi beberapa kelompok

yaitu fenol sederhana dan asam fenolat, fenilpropanoid, flavonoid, dan

tanin (Julianto, 2019).

13
Senyawa alami antioksidan tumbuhan umumnya adalah senyawa

fenolik atau polifenolik dan dapat berupa golongan flavonoid turunan

asam sinamat dan kumarin. Senyawa ini diklasifikasikan dalam 2 bagian

yaitu fenol sederhana dan polifenol. Senyawa-senyawa polifenol seperti

flavonoid dan galat mampu menghambat oksidan melalui mekanisme

penangkapan radikan (Radical scavenging) dengan cara

menyumbangkan satu elektron kepada elektron yang tidak berpasangan

dalam radikal bebas sehingga banyaknya radikal bebas menjadi

berkurang (Harborne, 1987).

Klasifikasi senyawa fenolik sebagai berikut :

a. Senyawa Fenil Propanoid

Fenil propanoid merupakan kelompok senyawa fenol alam yang

mempunyai cincin aromatik dengan rantai samping terdiri atas tiga

atom karbon. Secara biosintesis senyawa ini merupakan turunan asam

amino aromatik yaitu fenilalanin dan dapat mengandung satu sisi C 6 -

C3 atau lebih (Ilyas, 2013).

b. Poliketida

Poliketida merupakan kelompok senyawa fenolik selain fenil

propanoid yang juga banyak ditemukan di alam, senyawa utama

dalam kelompok poliketida adalah senyawa kuinon. Senyawa kuinon

merupakan pigmen atau zat warna yang tersebar luas di alam,

kerangka utama dari senyawa kuinon dibedakan menjadi

beberapa jenis diantaranya benzokuinon, 1,4 - naftakuinon dan 9,10 -

antarkuinon (Ilyas, 2013).

14
c. Flavanoid

Flavanoid merupakan kelompok senyawa fenolik terbesar di alam

banyaknya senyawa flavonoid ini karena banyaknya jenis tingkat

hidroksilasi alkoksilasi dan glikosilasi pada strukturnya. Flavanoid

mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon

yang membentuk susunan C6-C3-C6 (Julianto, 2019).

d. Tanin

Tanin merupakan senyawa fenolik yang memberikan rasa

pahit dan sepat, dapat bereaksi mengumpulkan protein atau

senyawa organik lainnya yang mengandung asam amino dan

alkaloid (Julianto, 2019).

Penetapan kadar fenolik total dalam ekstrak dapat dilakukan dengan

pereaksi Folin-Ciocalteu. Penetapan kadar dengan Folin-Ciocalteu test

disebut juga dengan metode Lowry, yang mula-mula digunakan untuk

penetapan kadar protein. Metode Lowry dapat mengukur kandungan

protein cuplikan hingga 5 µg kompleks warna biru yang terbentuk

merupakan hasil reaksi antara Folin-Ciocalteu dengan endapan Cu2O

(tembaga oksida) yang terbentuk dari Cu2SO4 (tembaga sulfat) yang

direduksi dengan fenol dalam suasana alkalis. Asam fosfomolibdat

fosfotungstat yang terdapat dalam pereaksi Folin-Ciocalteu direduksi oleh

Cu2O menjadi molubdenium blue yang berwarna biru (Tranggono &

Setiaji, 1989).

E. Metode DPPH

Metode yang paling umum digunakan salah satunya untuk

15
menguji aktivitas antioksidan adalah dengan menggunakan radikal bebas

difenil pikrilhidrazil (DPPH). Pengukuran antioksidan dengan metode

DPPH adalah metode pengukuran antioksidan yang sederhana dan

cepat. Hasil pengukuran dengan metode DPPH menunjukkan

kemampuan antioksidan sampel secara umum tidak berdasarkan pada

jenis radikal yang dihambat (Sayuti dan Yenrina, 2015)

Metode DPPH merupakan salah satu uji menentukan aktivitas

antioksidan penangkapan radika. Metode DPPH memberikan informasi

reaktivitas senyawa yang diuji dengan suatu radikal bebas. DPPH

memberikan serapan kuat pada panjang gelombang 517 nm dengan

warna violet gelap. Penangkapan radikal bebas menyebabkan

penglihatan warna yang sebanding dengan jumlah elektron yang diambil.

Aktivitas antioksidan dari suatu senyawa dapat diketahui dari penurunan

absorbansi DPPH yang terjadi akibat penambahan senyawa tersebut

(Sayuti & Yenrina, 2015).

Uji perendaman warna radikal bebas DPPH adalah untuk

menentukan aktivitas antioksidan dalam sampel dengan cara melihat

kemampuannya dalam menangkap radikal bebas DPPH. Sumber radikal

bebas dari metode ini adalah adanya donasi atom hidrogen dari substansi

yang diujikan kepada radikal diphenyl picrylhydrazyl (DPPH) menjadi

senyawa non radikal diphenyl picrylhydrazyl (DPPH) yang ditunjukkan

oleh perubahan warna (Molyneux, 2004).

Perubahan warna yang akan terjadi adalah perubahan dari larutan

yang berwarna ungu menjadi warna kuning. Intensitas perubahan warna

16
ini kemudian diukur pada spektrum absorbansi antara 515-520 nm pada

larutan organik seperti metanol dan etanol (Molyneux, 2004).

Reaksi yang terjadi pada penangkapan radikal DPPH oleh antioksidan:

dipheny picrylhydazyl diphenyl picrylhdrazine


Sumber : Molyneux, 2014
Gambar 2. Reaksi penetralan DPPH

F. Uraian Spektrofotometer UV-Vis (Ultraviolet Visibel)

Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik analisis

spektroskopi yang memakai radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat

(190-380) dan sinar tampak (380-780) dengan memakai instrumen

spektrofotometer. Spektrofotometer UV-Vis melibatkan energi elektronik

yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri

UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan

dengan kualitatif (Sastrohamidjojo, 2001).

Spektrofotometri terdiri atas spektrofotometer dan fotometer.

Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang

gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya

yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Spektrofotometer tersusun atas

sumber spektrum yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk

17
larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan

absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, 2008).

Prinsip spektrofotometri UV-Vis dengan radiasi pada rentang

panjang gelombang 200-800 nm dilewatkan melalui suatu larutan

senyawa. Elektron-elektron pada ikatan di dalam molekul menjadi

tereksitasi sehingga menempati keadaan kuantum yang lebih tinggi dan

dalam proses menjerap sejumlah energi yang melewati larutan tersebut.

Semakin longgar elektron tersebut ditahan dalam ikatan molekul, semakin

panjang gelombang (energi lebih rendah) radiasi yang diserap (David,

2009).

Cara kerja dari spektrofotometri yaitu ditempatkan larutan

pembanding pada alat spektrofotometer UV-Vis, misalkan blanko dalam

sel pertama sedangkan larutan yang akan dianalisis pada sel kedua,

kemudian dipilih foto sel yang cocok pada daerah λ yang diperlukan,

dengan ruang foto sel dalam keadaan tertutup “nol” galvanometer didapat

dengan memutar tombol sensitivitas, kemudian menggunakan tombol

transmitasi dan diatur besarnya pada 100%. Berkas cahaya dilewatkan

pada larutan sampel yang akan dianalisis. Skala absorbansi larutan

sampel (Khopkar, 2008).

G. Metode Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan kandungan kimia yang

dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan

pelarut cair yang sesuai. Metode ekstraksi yang digunakan tergantung

pada jenis, sifat fisik, sifat kimia kandungan senyawa yang akan

18
diekstraksi pelarut yang digunakan tergantung pada polaritas senyawa

yang akan disari, mulai dari yang bersifat nonpolar sampai polar (Hanani,

2014).

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik dan memisahkan senyawa

yang mempunyai kelarutan berbeda-beda dalam berbagai pelarut

komponen kimia yang terdapat dalam bahan alam baik dari tumbuhan,

hewan dan biota laut dengan menggunakan pelarut organik tertentu

proses ekstraksi ini didasarkan oleh kemampuan pelarut organik untuk

menembus dinding sel secara osmosis yang mengandung zat aktif. Zat

aktif akan larut dalam pelarut organik dan karena adanya perbedaan

kosentrasi antara di dalam dan di luar sel, mengakibatkan difusi pelarut

organik yang mengandung zat aktif keluar sel. Proses ini berlangsung

terus menerus sampai terjadi keseimbangan kosentrasi zat aktif di dalam

dan di luar sel (Ditjen POM, 2000).

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan

menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar

pengaruh cahaya matahari langsung. Sebagai cairan penyari digunakan

air, eter, atau campuran etanol dan air (Ditjen POM, 1979).

Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan

serbuk simplisia kering (penyerbukan). Dari simplisia dibuat serbuk

simplisia dengan peralatan tertentu sampai derajat kehalusan tertentu.

Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak dengan dasar beberapa hal

sebagai berikut (Ditjen POM, 2000):

19
1. Makin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif, namun

makin halus serbuk, maka makin rumit secara teknologi peralatan

untuk tahapan filtrasi.

2. Selama penggunaan peralatan penyerbukan dimana ada gerakan dan

interaksi dengan benda keras (logam dan lain-lain), akan timbul panas

(kalori) yang berpengaruh pada senyawa kandungan.

Beberapa metode ekstraksi yang biasa digunakan dibagi menjadi

dua yaitu cara dingin dan cara panas (Ditjen POM, 2000):

1. Cara Dingin

a. Maserasi

Maserasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan

pelarut dengan perendaman dan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang

mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan

kosentrasi larutan zar aktif di dalam sel dan di luar sel maka larutan

terpekat di desak keluar. Proses ini berulang sehingga terjadi

keseimbangan kosentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel.

Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, metanol,

etanol-air, atau pelarut lainnya. Keuntungan cara penyarian dengan

maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan

sederhana yang mudah diusahakan. Metode maserasi dapat

menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil.

20
b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru

sampai sempurna umumnya dilakukan pada suhu ruangan. Proses

ini terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara,

tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak),

terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya

1-5 kali bahan.

2. Cara Panas

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik

didihnya selama waktu tertentu dari jumlah pelarut terbatas yang

relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan

pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga

dapat termaksud proses ekstraksi sempurna.

b. Soklet

Soklet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru

yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi

ekstraksi terus menerus dengan jumlah pelarut relatif konstan

dengan adanya pendingin balik. Kerugiannya adalah senyawa yang

bersifat termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh

terus-menerus berada pada titik didih.

c. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan terus-

21
menerus) pada temperatur yang lebih tinggi dari suhu kamar, yaitu

secara umum dilakukan pada temperatur 40-500 C.

d. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur

penangas air bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih,

temperatur terukur 86-980 C selama waktu tertentu (15-20 menit).

e. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan

temperatur sampai titik didih air, dengan menggunakan pelarut air

selama 30 menit pada suhu 90-1000 C.

BAB III 5

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2024 di Laboratorium

Analisis Farmasi Universitas Pancasakti

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah oven (Memmert), ayakan,

blender, erlemenyer, gelas kimia, gelas ukur, labu ukur, kertas saring,

neraca analitik, rotary evaporator, spektrofotometer, tabung reaksi, dan

wadah maserasi.

Bahan-bahan yang digunakan adalah Air suling, Aluminium foil,

22
asam askorbat, Kulit batang turi (Sesbania grandifolia L.), 1,1-difenil-2-

pikrilhidrazil (DPPH), etanol 70%, etil asetat, metanol, n-heksan.

C. Pengambilan dan Pengolahan Sampel

1. Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini sampel kulit batang turi (Sesbania grandiflora L.)

diperoleh dari Kecamatan Segeri , Kabupaten Pangkajene dan

Kepulauan, Sulawesi Selatan.

2. Pengolahan Sampel

Sampel kulit batang turi dicuci dengan air mengalir sampai

bersih kemudian ditiriskan dan ditimbang, setelah itu sampel

dipotong kecil-kecil dan dikeringkan di oven (50 0C) selama 4 jam.

Sampel yang telah kering kemudian ditimbang kembali, sampel

yang sudah kering dibuat serbuk (simplisia) dengan menggunakan

blender, kemudian diayak dengan no. mesh 16 lalu dimasukkan

kedalam wadah gelas tertutup.

3. Ekstraksi Sampel

Serbuk simplisia kulit batang turi diekstraksi dengan metode maserasi

Kulit batang Turi ditimbang 300 gram lalu di masukkan ke dalam wadah

maserasi, kemudian dibasahi etanol 70% terlebih dahulu sebanyak 1000

mL kemudian dicukupkan dengan etanol 70% hingga 2000 mL, lalu

ditutup dan dibiarkan selama 3 x 24 jam pada temperatur kamar terlindung

dari cahaya sambil sesekali diaduk, lalu disaring. Perlakukan maserasi

diulang hingga 1 kali dengan menggunakan pelarut yang sama. Ekstrak

23
yang diperoleh lalu di rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental

dan timbang untuk mengetahui rendamen.

D. Pembuatan Larutan Pereaksi

a. Pereaksi FeCl3 1 %

FeCl3 ditimbang seberat 0,1 gram dan dilarutkan dengan air

suling sebanyak 10 mL, dicukupkan volumenya sampai tanda batas

kemudian dihomogenkan.

b. Pereaksi Na2CO3 7%

Na2CO3 ditimbang 0,7 gram dan dilarutkan dengan aquadest

dalam labu tentukur 10 mL, dicukupkan volumenya sampai batas

tanda kemudian dihomogenkan.

E. Analisis Kualitatif Senyawa Fenolik

Sampel kulit batang turi (Sesbania grandiflora L.) ditimbang

1 mg. Dilarutkan dengan metanol sebanyak 2 mL, dimasukkan dalam

tabung reaksi kemudian ditambahkan pereaksi FeCl3 1% sebanyak 3

tetes, sehingga terjadi perubahan warna dari biru muda menjadi biru

kehitaman menunjukkan positif mengandung senyawa fenolik.

F. Analisis Kuantitatif Senyawa Fenolik

a. Pembuatan larutan standar asam galat 1000 ppm

Asam galat 1000 ppm dibuat dengan menimbang asam galat

sebanyak 50 mg, dilarutkan dengan metanol p.a hingga 50 mL

sehingga dihasilkan konsentrasi 1000 ppm. Dari larutan tersebut

dipipet masing-masing 0,1 mL; 0,2 mL; 0,4 mL; 0,8 mL dan 1,6 mL

dimasukkan kedalam labu ukur sampai volume 50 mL dan

24
ditambahkan 0,4 mL reagen Folin-Ciocalteu di diamkan selama 8

menit. Selanjutnya ditambahkan Na2CO3 7% 4 mL dan dicukupkan

volumenya dengan air suling hingga 10 mL dan didiamkan selama 2

jam pada suhu ruangan sehingga diperoleh konsentrasi 1 ppm, 2

ppm, 4 ppm, 8 ppm dan 16 ppm. Diukur absorbansinya dengan

menggunakan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 764

nm.

b. Penetapan Panjang Gelombang Maksimum

Salah satu konsentrasi dari larutan standar asam tanat diambil

kemudian diukur absorbansinya dengan rentang panjang gelombang

600-800 nm. Nilai serapan tertinggi yang diperoleh sebagai panjang

gelombang maksimum.

G. Penentuan Kadar Fenolik

Ekstrak kulit batang turi (Sesbania grandiflora L.) ditimbang

sebanyak 50 mg kemudian dilarutkan dengan methanol p.a dan

dimasukkan ke dalam labu ukur dan dicukupkan dengan aquades hingga

100 ml, lalu dipipet masing-masing 1 ml ke dalam labu ukur 10 ml

kemudian ditambahkan 0,4 mL larutan reagen Folin-Ciocealteu 50%

(didiamkan 8 menit). Selanjutnya ditambahkan 4 mL larutan natrium

karbonat 7%. Campuran diinkubasi dalam ruangan gelap selama 160

menit. Absorbansi larutan ekstrak dibaca pada panjang gelombang 750

nm dengan spektrofotometer UV-Vis. Kandungan fenol dinyatakan

sebagai mg ekivalen asam galat/g ekstrak.

H. Uji Aktivitas Antioksidan

25
1. Pembuatan larutan Difenil-fikrilhidrasil (DPPH) 0,4 Mm

Larutan Difenil-Fikrilhidrasil dibuat dengan cara menimbang

seberat 15,7 g dilarutkan dengan sedikit metanol p.a dalam gelas kimia

kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur 100 mL lalu dicukupkan

volumenya dengan metanol p.a hingga tanda batas

2. Penentuan panjang gelombang maksimum

Larutan DPPH 0,4 mM dipipet sebanyak 1 mL dimasukkan ke

dalam labu tentukur kemudian dicukupkan volumenya dengan

etanol p.a hingga 10 mL kocok sampai homogen. Labu tentukur

dibungkus aluminium foil dan didiamkan selama 30 menit, selanjutnya

diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang

gelombang 515 nm sehingga diperoleh absorbansi blanko.

3. Uji aktivitas antioksidan metode DPPH

Sebanyak 0,5 mL masing-masing ekstrak heksan, etilasetat, aseton

dan etanol ditambahkan dengan 2 mL larutan DPPH 0,4 mM dalam etanol

dan divortex selama 2 menit. Berubahnya warna larutan dari ungu ke

kuning menunjukkan efisiensi penangkal radikal bebas. Selanjutnya pada

5 menit terakhir menjelang 30 menit inkubasi, absorbansinya diukur pada

panjang gelombang 517 nm dengan menngunakan spektrofotometer UV-

VIS. Aktivitas antioksidan dihitung sebagai presentase berkurangnya

warna DPPH dengan menggunakan persamaan ;

absorbansi kontrol−sampel
% Aktivitas antioksidan =(1 - x 100%)
absorbansi kontrol

4. Pembuatan Larutan Pembanding Asam Askorbat 500 ppm

26
Larutan asam askorbat 500 ppm dibuat dengan cara

menimbang sebanyak 5 mg asam askorbat dan dilarutkan dengan

metanol p.a dalam labu tentukur 10 mL sambil dihomogenkan,

dicukupkan volumenya dengan metanol p.a hingga tanda batas.

Larutan 500 ppm kemudian diencerkan menjadi 50 ppm dengan cara

memipet larutan induk 500 ppm sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam

labu tentukur lalu dicukupkan volumenya dengan metanol p.a

hingga 10 mL.

5. Pengukuran Aktivitas Antioksidan Larutan Pembanding Asam

Askorbat

Pengujian dilakukan dengan memipet larutan stok asam

askorbat masing-masing 0,25 mL, 0,05 mL, 0,1 mL, 0,2 mL dan 0,4 mL

kemudian ditambahkan 1 mL DPPH 0,4 mM dan dimasukkan kedalam

labu tentukur yang telah dibungkus dengan aluminium foil dan

dicukupkan volumenya hingga 5 mL dengan pelarut metanol p.a

sehingga diperoleh konsentrasi larutan pembanding asam askorbat

berturut-turut 0,25 ppm, 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm dan 4 ppm. Campuran

dihomogenkan kemudian ditutup dan didiamkan selama 30 menit

selanjutnya diukur absorbannya dengan spektrofotometer visibel pada

panjang gelombang 515 nm.

6. Analisis Data

Hasil pengukuran serapan larutan baku pada gelombang

maksimum dibuat grafik antara serapan dan konsentrasi untuk fenolik

total menggunakan persamaan linear.

27
y = ax + b

a = intersep

b = slope atau kemiringan

Nilai a dan b dihitung menggunakan persamaan:

a ¿¿¿

b ¿n¿¿

Kadar fenolik total dihitung dengan cara memasukkan data

serapan sampel ke dalam persamaan garis regresi linear dan kurva baku

asam galat. Kandungan fenolik total dari ekstrak etanol dinyatakan sampai

milligram equivalen asam galat (mg/g).

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an.

David, G. W., 2009. Analisis Farmasi: Buku Ajar Untuk Mahasiswa


Farmasi dan Praktisi Kimia Farmasi Edisi 2. Buku Kedokteran EGC:
Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak


Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama, 3-11, 17-19. Dikjen POM.

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1979. Farmakope


Indonesia, Edisi 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.

Erlidawati & Safrida., 2018. Potensi Antioksidan Sebagai Antidiabetes.


Syiah Kuala University Press. Banda Aceh

28
Hanani, E., 2015. Analisis Fitokimia, Penerbit buku kedokteran EGC:
Jakarta

Harborne, J. B., 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern


Menganalisis Tumbuhan (Edisi kedua). Bandung: Penerbit ITB

Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Yayasan Sarana Wana


Jaya. Jakarta

Ilyas, A. 2013. Kimia Organik Bahan Alam. Alauddin University Press.


Makassar.

Imani. 2005. Tafsir Nurul Qur’an. Al-Huda. Jakarta.

Julianto, T. S., 2019. Buku Ajar Fitokimia : Tinjauan Me(habibi asmaul,


2022) hztabolit Sekunder dan Skrining Fitokimia. Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia.

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press : Jakarta.

Kumalaningsih, S., 2006. Antioksidan Alami. Trubus Agrisarana.


Surabaya.

Molyneux, P. 2004. The Use of the Stable Free Radical


Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for Estimating Antioxidant Activity.
Songklanakarin Jurnal of Science Technology. 26: 212

Robinson, T. 1995. Kandungan Kimia Organik Tumbuhan Tiangkat Tinggi.


ITB: Bandung

Sastrohamidjojo, H. 2001. Dasar-dasar Spektroskopi. Liberty. Yogyakarta.

Sayuti, K.; Rina Yenrina. 2015. Antioksidan Alami dan Sintetik. Andalas
Univesity Press: Padang

Tranggono, B. & Setiaji. 1989. Petunjuk Laboratorium Biokimia Pangan.


Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Universitas Gadjah Mada:
Yogyakarta.

Winarsi H, 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Potensi dan


Aplikasinya dalam Kesehatan. Yogyakarta. Kanisius.

Yen, D. E. 1994. Melanesian Arboriculture; Historical Perspective with

29
Emphasis on Genus C. Edited by Steven, M. L., M. R. Canberra:
ACIAR

Yuslianti, E. R. 2018. Pengantar Radikal Bebas dan Antioksidan (C. M.


Sartono & H. Rahmadhani (eds.); 1st ed.). CV Budi Utama

Lampiran 1. Skema Kerja

Ekstrak Kulit batang turi (Sesbania grandifolia L.)

- Dicuci dan dibersihkan


- Dibuka kulit ari
- Dikeringkan, diserbukkan, diayak

Serbuk simplisia kulit batang turi

- Ditimbang dilakukan ekstraksi maserasi


- Dilakukan pengadukan sesekali
- Disaring filtratnya menggunakan kertas
saring

30
Residu Ekstrak cair

Dievaporasi

Ekstrak kental

Uji kadar Uji aktivitas


fenolik antioksidan

31
Sampel Kulit batang turi (Sesbania grandifolia L.),
- Ditimbang 250 g simplisia kulit batang
turi
- Dimaserasi dengan etanol 70%
sebanyak 2×24 jam
- Disaring

Ekstrak cair Residu

- Diremaserasi dengan etanol


70% sebanyak 2000 mL selama
2×24 jam

Ekstrak Cair
Ampas

Ekstrak gabungan

- Diuapkan dengan rotary evaporator

Ekstrak Kental

Gambar 1. Bagan Kulit batang turi (Sesbania grandifolia L.) dengan


Pelarut Etanol 70%

32
Asam Galat

- 50 mg asam galat
- Dilarutkan dengan metanol p.a hingga 10 mL
didalam labu tentukur.

Larutan 100 ppm

Dipipet 0,1 mL; 0,2 mL; 0,4 mL; 0,8 mL; dan 1,6 mL lalu
Masing-masing dicukupkan volumenya hingga 10 mL
dengan aquadest

1 ppm 2 ppm 4 ppm 8 ppm 16 ppm


ppmppm ppm

Didiamkan selama ± 2 jam


Diukur dengan spektrometer visibel pada
panjang gelombang maksimum

Data absorbansi

Gambar 2. Bagan Pengukuran Larutan Standar Asam Galat

33
Asam Askorbat

- Ditimbang 10 mg asam askorbat


- Dilarutkan dengan metanol p.a lalu dicukupkan
volumenya hingga 10 mL (Larutan stok 1000 ppm)
- Larutan stok asam askorbat 1000 ppm diencerkan
menjadi 100 ppm

Larutan stok 100 ppm

-Dipipet masing-masing 0,025 mL, 0,05 mL, 0,1


mL, 0,2 mL dan 0,4 mL
+ 1 mL DPPH 0,4 Mm
+ metanol p.a hingga10 mL
-Homogenkan

0,25 0,5 ppm 1 ppm 2 ppm 4 ppm


ppm

- Didiamkan selama 30 menit


- Diukur dengan spektrofotometer Uv-Vis
pada Panjang gelombang maksimum.

Data Absorban

Gambar 3. Bagan Kerja Pengukuran Larutan Pembanding Asam Askorbat

34
Ekstrak Kulit batang turi (Sesbania grandifolia L.),)

-Ditimbang 10 mg
-Dilarutkan dengan metanol p.a
-Dicukupkan volume hingga 10 mL

Rep. 1 Rep. 2 Rep. 3

- Dipipet 1 mL lalu masing-masing


ditambahkan 0,4 mL folinciocalteu
(di diamkan 8 menit)
- Ditambahkan 4 mL Na2CO3 7% add
air suling diinkubasi selama ± 2 jam
diukur dengan spektrofotometer
visibel pada panjang gelombang
maksimum

Data absorbansi

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 4. Bagan Pengukuran Kadar Fenolik total Ekstrak Kulit batang turi
(Sesbania grandifolia L.)

35
Ekstrak Kulit batang turi (Sesbania grandifolia L.),

- Dimasukkan sebanyak 10 mg kedalam labu


tentukur
- Dilarutkan dengan metanol p.a hingga
volume larutan 10 mL

Larutan stok 1000 ppm

Dipipet masing-masing 0,2 mL, 0,4 mL, 0,6 mL,


0,8 mL, 1 mL + 1 mL DPPH 0,4 Mm + metanol
p.a hingga 10 mL, dihomogenkan.

10 ppm 20 ppm 30 ppm 40 ppm 50 ppm

Didiamkan selama 30 menit dan diukur


serapan larutan dengan spektrofotometer
Uv-Vis pada panjang gelombang maksimum

Data Absorban

Analisis Data

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 5. Skema Uji Aktivitas Ekstrak Kulit batang turi (Sesbania


grandifolia L.) dengan Metode DPPH.

36
37

Anda mungkin juga menyukai