Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Laporan PTK

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya peningkatan mutu yang selama ini dilakukan belum dapat

memecahkan masalah dasar pendidikan. Oleh karena itu perlu langkah-

langkah mendasar, konsisten dan sistematik dengan melibatkan berbagai

komponen pendidikan termasuk didalamnya para guru di sekolah melalui

kegiatan belajar mengajar.

Tujuan pembelajaran IPA di sekolah adalah untuk memberikan

pengetahuan guna memahami konsep-konsep IPA da keterkaitannya, serta

mampu menerapkannya dengan metode ilmiah yang melibatkan

ketrampilan proses untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-

hari. Selain itu pengajaran IPA di harapkan meningkatkan kesadaran siswa

terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pelestarian

lingkungan serta kekayaan alam Indonesia. (Depdikbud : 2003)

Keberhasilan pengajaran tersebut salah satunya bergantung pada

guru dalam merencanakan pembelajaran di sekolah. Dengan demikian

peran dan tugas guru disekolah menjadi sangat penting sejalan dengan

tuntutan perkembangan nasional di bidang pendidikan dan tujuan

instruksional yang digariskan.

SMP Negeri 1 Pringsurat Temanggung merupakan salah satu SMP

pinggiran yang keberadaanya belum seimbang jika dibandingkan dengan

1
SMP-SMP lain dikabupaten Temanggung. Hal ini disebabkan masih

rendahnya prestasi belajar siswa terutama mata pelajaran IPA. Berdasarkan

fakta yang ada bahwa selama ini pendekatan dan metode pembelajaran

yang digunakan masih klasikal, peranan guru selama pembelajaran masih

dominan, sehingga siswa tidak terlibat secara langsung selama

pembelajaran. Siswa cenderung selalu menerima apa saja yang diberikan

guru, tidak termotivasi untuk turut aktif selama pembelajaran dan tidak

memiliki buku penuntun lain selain LKS. Selain itu peralatan laboratorium

yang kurang lengkap mengakibatkan tidak bisa dimanfaatkan semaksimal

mungkin dalam pembelajaran, sehingga siswa kurang terlatih untuk

melakukan suatu eksperimen dalam rangka menjawab pertanyaan dan

melakukan penemuan untuk memperoleh pemahaman baru.

Sesuai dengan informasi di atas , diketahui bahwa siswa kurang

aktif dalam pembelajaran, hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil belajar

siswa. Akibat kurang aktif selama pembelajaran, mengakibatkan hasil

belajar menjadi rendah. Melalui pendekatan kontektual ini diharapkan

siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga hasil belajarnya

akan meningkat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, rumusan permasalahan dalam penelitian

ini adalah

2
1. Bagaimanakah proses pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual

dapat meningkatkan hasil belajar tentang Sistem Pencernakan Pada

Manusia di Kelas VIII D SMP Negeri 1 Pringsurat Temanggung Tahun

Pelajaran 2014/2015 ?

2. Seberapa besar peningkatan hasil belajar Sistem Pencernaan Pada

Manusia di Kelas VIII D SMP Negeri 1 Pringsurat Temanggung Tahun

Pelajaran 2014/2015 melalui Pendekatan Kontektual ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Sistem

Pencernakan Pada Manusia Melalui Pendekatan Kontekstual Di Kelas VIII

D SMP Negeri 1 Pringsurat Temanggung Tahun Pelajaran 2014/2015 “


bertujuan untuk

1. Menggambarkan proses pendekatan kontekstual dalam meningkatkan

hasil belajar IPA tentang Sistem Pencernaan pada manusia di kelas VIII

D SMP negeri 1 Pringsurat Temanggung Tahun Pelajaran 2014/2015

2 Mendeskripsikan Pendekatan Kontektual dapat meningkatkan hasil

belajar tentang Sistem Pencernaan Pada Manusia di Kelas VIII D SMP

Negeri 1 Pringsurat Temanggung Tahun Pelajaran 2014/2015

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru

3
Penelitian ini sangat bermanfaat bagi guru terutama dalam

membantu siswa agar terlibat aktif dalam kegiatan belajar dan mengajar

sehingga diharapkan hasil belajarnya lebih meningkat’

Penelitian ini juga memberikan suasana baru bagi guru sehingga

guru memiliki semangat untuk mengembangkan penelitian tindakan kelas

di masa mendatang demi terciptanya pembelajaran yang efektif dan

efisien. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai hasil proses pembelajaran

yang optimal..

Disamping itu penelitian ini dapat memperbaiki kinerja guru

terutama dalam berpikir secara kritis dan inovatif.

2. Bagi Siswa

Kegiatan penelitian ini merupakan pemecahan masalah bagi siswa

untuk meningkatkan hasil belajarnaya. Disamping itu dengan kegiatan ini

siswa diharapkan mendapatkan motivasi untuk dapat memecahkan

masalah yang dihadapi bersama kelompoknya dan memecahkan

masalahnya sendiri secara mandiri.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Hasil belajar

Keberhasilan kegiatan pembelajaran ditentukan oleh bagaimana

kegiatan interaksi dalam pembelajaran tersebut. Semakin aktif siswa

selama pembelajaran, semakin banyak pula pengalaman belajar yang kan

diperoleh siswa dan tujuan pembelajaran akan tercapai. Aktivitas

merupakan segala sesuatu yang dilakukan seseorang untuk mencapai

tujuan. Tanpa ada aktivitas maka proses belajar tidak akan berlangsung

dengan baik. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa dalam

belajar, maka proses pembelajaran yang terjadi akan semakin baik.

Menurut Sardiman (2004:14), belajar adalah berbuat dan sekaligus proses

yang membuat anak didik harus aktif. Aktivitas belajar merupakan prinsip

atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Ibrahim

dan Syaodih (2006:44) menyatakan bahwa dalam pengajaran siswalah

yang menjadi subyek, dialah pelaku kegiatan belajar. Agar siswa berperan

sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru hendaknya

merencanakan pengajaran yang menuntut siswa banyak melakukan

aktivitas belajar. Aktivitas yang diamati dalam penelitian ini adalah yaitu

diskusi dalam kelompok, membuat hipotesis, merencanakan kegiatan,

melaksanakan kegiatan, dan mengambil kesimpulan.

5
Hasil belajar merupakan bukti dari usaha yang dilakukan dalam

kegiatan belajar dan merupakan nilai yang diperoleh siswa dari proses

belajar. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Abdurrahman (2009:45)

bahwa hasil belajar merupakan kemapuan yang diperoleh anak setelah

melalui kegiatan belajar. Dimyati dan Mudjiono (2009:32) berpendapat

bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan

tindak mengajar. Bagi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses

evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya

penggal dan puncak proses belajar. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar

merupakan suatu pencapaian tujuan pengajaran.

2. Pembelajaran IPA dan Pendekatan Kontekstual

Ilmu pengetahuan Alam dikembangkan (IPA) dikembangkan

melalui langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan

hipotesis, pengujian hipotesis lewat eksperimen,penarikan kesimpulan dan

penarikan teori dan konsep. IPA atau Sains memiliki kharakteristik

yaitu berkembang atas dasar pengamatan dan pemikiran murni. Disamping

itu IPA merupakan pengetahuan yang berdasarkan fakta hasil pemikiran

maupun hasil eksperimen para ahli (Sukarno dkk, 2008)

Atas dasar fakta diatas maka seorang guru IPA harus mengetahui

dan mampu menyajikan pembelajaran di kelas dengan pendekatan yang

tepat serta mengetahui faktor-faktor yang ada pada peserta didik sehingga

dapat menggali kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.

6
Salah satu pendekatan yang perlu dikembangkan dalam

pembelajan IPA adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual

(Contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang

membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi

dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan

siswa, dan bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Berdasarkan filosofi konstruktivisme pendekatan kontekstual

dipromosikan menjadi alternatif strategi belajar yng baru dan lebih

memberdayakan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dibenak

mereka sendiri. Banyak sekali model pembelajaran yang berdasarkan

pendekatan kontekstual diantaranya yaitu Direct Intruction, Learning

Cooperatif, Problem Base Instrukstion dan lain-lain.

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran berdasarkan telaah para

ahli pendidikan guru perlu menciptakan suasana kelas atau lingkungan

belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik. Oleh karena

itu guru harus merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang

memunculkan keaktifan siswa dengan pendekatan seta metode

pembelajaran yang sesaui terhadap kondisi diri sidswa dan lingkungannya

Pembelajaran kontekstual mengarahkan siswa kepada proses

pemecahan masalah, sebab dengan memecahkan masalah anak akan

berkembang secara utuh, bukan hanya berkembang secara intelektual

7
tetapi juga mental dan emosionalnya. Belajar secara kontekstual adalah

belajar bagaimana anak menghadapi persoalan. Belajar adalah proses

pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari sederhana

menjadi yang kompleks.

Ada tiga hal yang perlu dipahami dalam pembelajaran kontekstual,

pertama pembelajaran kontekstual menekankan pada proses keterlibatan

siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada

proses pengalaman secara langsung. Proses bel;ajar tidak hanya

mengharapkan agar siswa menerima pelajaran tetapi juga proses mencari

dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, pembelajaran

kontekstual mendorong siswa dapat menemukan hubungan antara materi

yang dipelajari dengan kehidupan nyata. Hal ini penting karena dengan

dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dalam kehidupan nyata,

maka materi itu tidak hanya akan bermakna secara fungsional tetapi juga

tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak mudah dilupakan.

Ketiga, pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk dapat

menerapkan dalam kehidupan, artinya siswa tidak hanya diharapkan

memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi

pelajaran itu dapat mewarnai perilaku dalam kehidupan sehari-hari

Pembelajaran kontekstual mempunyai karakteristik tersendiri baik

dilihat dari asumsi maupun proses pelaksanaan dan pengelolaannya.

Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu memahami tipe

8
belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar

terhadap gaya belajar siswa

Menurut Hamruni, H (2009:56) Pembelajaran kontekstual sebagai

suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 (tujuh) asas yang melandasi

pelaksanaan pembelajaran kontekstual (CTL) yaitu : 1) konstruktivisme,

adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam

struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman; 2) inkuiri, berarti proses

pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses

berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari

mengingat akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri; 3) Bertanya,

belajar pada hakekatnya adalah bertanya dalam menjawab pertanyaan; 4)

Masyarakat belajar, konsep masyarakat belajar dalam pembelajaran

kontekstual menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui

kerjasama dengan orang lain yang dilakukan dalam berbagai macam

bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam

lingkungan yang terjadi secara alamiah; 5) Pemodelan, adalah proses

pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat

ditiru oleh setiap siswa; 6) Refleksi, adalah proses pengendapan

pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara

mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang

telah dilaluinya; 7) Penilaian nyata, penilaian pembelajaran tidak hanya

ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti hasil tes, akan tetapi proses

belajar melalui penilaian nyata.

9
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan guru pada

Pembelajaran Kontekstual dalam proses belajar mengajar adalah sebagai

berikut.

1. Guru mengarahkan siswa untuk sedemikian rupa dapat

mengembangkan pemikiran untuk melakukan kegiatan belajar

yang bermakna, berkesan baik dengan cara meminta siswa

untuk bekerja sendiri dan mencari serta menemukan sendiri

jawabannya, kemudian memfasilitasi siswa untuk

mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan ketrampilannya

yang baru saja ditemuinya

2. Dengan bimbingan guru, siswa diajak untuk menemukan suatu

fakta dari permasalahan yang disajikan guru/dari materi yang

diberikan guru

3. Memancing reaksi siswa untuk melakukan pertanyaan-

pertanyaan dengan tujuan untuk mengembangkan rasa ingin

tahu siswa

4. Guru membentuk kelas menjadi beberapa kelompok untuk

melakukan diskusi dan tanya jawab

5. Guru mendemonstrasikan ilustrasi/ganbaran materi dengan

modelatau media yang sebenarnya

6. Guru bersama siswa melakukan refleksi atas kegiatan yang

telah dilakukan

10
7. Guru melakukan evaluasi, yaitu menilai kemampuan siswa

yang sebenarnya

B. Penelitian yang relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Warren Beaskley, Jim Butler (2002)

yang berjudul “Teacher Leandership in Sciense a Educational Learning

From Australia Led Best Practicein the Phillipines”. Penelitian ini

menjelaskan tentang keberhasilan para pendidik profesional skala

internasional, mereka dianggap mampu memberikan kualitas bagi siswa

khususnya dalam pengembangan sistem pendidikan lokal. Model strategi

dan pengembangan profesional ini sudah tidak menggunakan strategi

model pengembangan masa lampau. Keberhasilan penelitian ini tak

terlepas dari peranan para pengajar yang semakin berkembang termasuk

beberapa mata pelajaran khusus, seperti IPA Yang mampu memberikan

warna tersendiri tewrhadap kualitas pendidikan di Australia dan di luar

negeri

Hasil Penelitian Rassuli (2005) dengan judul “Teach us to learn :

MultivariateAnalisis of Succes in Tean Learning” Menyatakan bahwa

persepsi siswa terhadap apa yang diajarkan guru tergantung dari

bagaimana cara guru menggunakan metode dalam pembelajaran. Hasil

penelitian merokomendasikan bahwa pembelajaran secara berkelompok

dapat mengefektifkan proses pembelajaran dan meningkatkan prestasi

hasil belajar

11
Penelitian yang dilakukan oleh Nurul kariamah(2014) dengan judul

“ Upaya Meningkatkan hasil belajar Matematika melalui Pendekatan

Kontekstual dengan memanfaatkan lingkungan sekolah” Menyatakan

bahwa dengan menggunakan pendekatan kontekstual dengan

memanfaatkan lingkungan sekolah dapat meningkatkan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran matematika

C. Kerangka berpikir

Dalam pembelajaran IPA banyak digunakan pendekatan

pembelajaran,salah satunya pendekatan kontekstual. Setiap pendekatan

pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing.

Banyak alternaif pendekatan pembelajaran yang bisa digunakan untuk

pembelajaran IPA misalnya pendekatan pembelajaran konstektual. Dalam

kegiatan ini peneliti akan meneliti tentang apakah ada peningkatan hasil

belajar tentang Sistem Pencernaan Pada Manusia Melalui Pendekatan

Kontekstual pada Kelas VIII D SMP Negeri 1 Pringsurat Temanggung

Tahun Pelajaran 2014/2015. Diharapkan melalui pendekatan pembelajaran

kontekstual ada peningkatan hasil belajar pada siswa tersebut. Kerangka

berpikir penulis dalam Tindakan Penelitia Kelas ini pada kondisi awal

sebelum ada tindakan menggunakan Pendekatan Kontekstual masih

rendah, seteah diadakan tindakan pada siklus satu hasil belajar semakin

meningkat, puncaknya setelah tindakan pada siklus kedua hasil belajar

dapat naik lebih tinggi.Berdasarkan hal tersebut peulis beranggapan bahwa

12
dengan menggunakan pendekatan kontekstual hasil belajar Sistem

Pencernakan pada Manusia dikelas VIII D yang semula rendah menjadi

tinggi.lengkanya dapat digambarkan sebagai berikut.

Kondisi Blm
awal Dengan Hasil
Pendekatan Belajar
Kontekstua Rendah
: l

Menggunaka Siklus 1
Tindaka n Pendekatan Pembelajaran
n Kontekstual ttg Jenis dan
Fungsi makanan

Diduga
Kondisi Melalui
Akhir Siklus 2
Pendekatan
Pembelajara
Kontestual
n ttg Saluran
Hasil Belajar
dan Kelenjar
Sistem
Pencernakan
Pencernakan
pada Manusia
meningkat
Gambar 1. Kerangka berpikir

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini

adalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, diduga dapat

meningkatkan aktifitas,antusias dan ketelibatan siswa dalam belajar

tentang Sistem Pencernaan Pada Manusia pada kelas VIII D SMP

Negeri 1 Pringsurat Temanggung Tahun Pelajaran 2014/2015

13
2. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, diduga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa tentang Sistem Pencernaan Pada

Manusia pada kelas VIII D SMP Negeri 1 Pringsurat Temanggung

Tahun Pelajaran 2014/2015

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Seting Penelitian

1..Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai

bulan September sampai Desember 2014. Pada bulan September 2014

dilakukan persiapan dan penyusunan rencana kegiatan, penyusunan

instrumen penelitian dilakuakan di bulan masih di bulan September 2014.

Pada bulan Oktober dilakukan tindakan dengan dua siklus, setelah data

dikumpulkan melalui Penelitian tindakan kelas ini kemudian dilakukan

14
analisis data dan pembahasan serta pengujian dan evaluasi pada bulan

November 2014. Laporan disusun dan diseminarkan pada bulan Desember

2014. Pengumpulan data/pelaksanaan tindakan dilakukan pada bulan

Oktober 2014 karena menyesuaikan dengan alokasi waktu dalam

pelaksanaan pembelajaran sesuai standar isi dalam kurikulum KTSP. Pada

bualan September 2014 Kegiatan Belajar Mengajar efektif sehingga disela-

sela tugas sebagai guru mata pelajaran penulis dapat merencanakan kegiatan

penelitian tindakan kelas ini. Adapaun urutan kegiatan yang dilaksanakan

pada kegiatan penelitian tindakan kelas ini terangkum seperti tabel berikut .

No Uraian Kegiatan September Oktober November Desember

1 Persiapan Menyusun v

rencana kegiatan

2 Penyusunan instrumen v

penelitian

3 Pengumpulan data v

dengan tindakan siklus

1 dan 2

4 Analisis data v

5 Pengujian data dan v

evaluasi

6 Penyusunan Laporan v

15
7 Sminar v

Tabel 1. Waktu Penelitian

2. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII D SMP Negeri

1 Pringsurat Temanggung Tahun Pelajaran 2014/2015 sebanyak 32 siswa

yang terdiri dari 15 laki-laki dan 17 perempuan. Rancangan penelitian ini

merupakan Penelitian Tindakan Kelas dengan desain dua siklus. Siklus I

dilaksanakan pada tanggal 11 – 17 November 2014 dan Siklus II

dilaksanakan Tanggal 18 – 24 November 2014. Pada setiap siklus terdiri

dari empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

B. Sumber data

Sumber data yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah siswa kelas VIII D SMP negeri 1 Pringsurat Temanggung Tahun

Pelajaran 2014/2015 sebanyak 32 siswa, guru yang sekaligus sebagai

peneliti dan kolaborator

Dilihat dari asalnya, data dibedakan menjadi data primer dan data

sekunder. Sumber data primer diperoleh dari nilai ulangan harian. Data

dari pengamat teman sejawat termasuk data sekunder. Sumber data

sekunder diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan kolaborator.

16
Dilihat dari bentuk data, ada dua macam data yaitu data kuantitatif

dan kualitatif. Data hasil belajar merupakan data kuantitatif. Data hasil

pengamatan aktivitas belajar merupakan data kualitatif.

Dilihat dari banyaknya data ada 6, yaitu data kondisi awal tentang

aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa, data siklus I tentang

aktivitas belajar IPA dan hasil belajar IPA, serta data siklus II tentang

aktivitas belajar IPA dan hasil belajar IPA. Data kondisi awal tentang hasil

belajar ada di daftar nilai. Data kondisi awal tentang aktivitas ada di buku

catatan personal siswa.

C. Alat dan Teknik Pengumpulan Data

1. Alat pengumpulan data

a. Dokumen daftar nilai untuk data hasil belajar kondisi awal.

b. Dokumen catatan personal siswa untuk data aktivitas belajar IPA

kondisi awal.

c. Lembar observasi/pengamatan untuk mencari data aktivitas belajar

IPA siklus I.

d. Butir soal tes tertulis untuk hasil belajar IPA siklus I.

e. Lembar observasi/pengamatan untuk mencari data aktivitas belajar

IPA siklus II.

f. Butir soal tes tertulis untuk hasil belajar IPA siklus II.

2. Teknik Pengumpulan Data

17
- Teknik dokumentasi digunakan untuk mencari data kondisi awal

aktivitas belajar IPA dan hasil belajar IPA

- Teknik pengamatan

Teknik pengamatan atau observasi digunakan untuk memperoleh data

aktivitas belajar IPA pada siklus I dan II

- Teknik tes

Teknik tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar IPA pada

siklus I dan II.

D. Validasi Data

Validasi diperlukan agar diperoleh data yang valid.

1. Data aktivitas belajar IPA yang diperoleh melalui pengamatan supaya

diperoleh data yang valid divalidasi dengan bantuan kolaborasi dengan

teman sejawat (triangulasi sumber antara peneliti, teman sejawat selaku

kolaborator dan siswa).

2. Data hasil belajar IPA supaya valid perlu dibuat kisi-kisi sebelum soal

disusun. Validasi dilakukan terhadap instrumen penilaian tes tertulis

berupa penyusunan kisi-kisi sehingga terpenuhi validitas teoretik,

khususnya content validity.

E. Analisa Data

Analisis data menggunakan deskriptif komparatif yang

dilanjutkan refleksi. Deskriptif komparatif dilakukan dengan

18
membandingkan data kondisi awal, siklus I dan siklus II, baik untuk

aktivitas belajar maupun hasil belajar. Membandingkan data tidak

menggunakan statistik melalui uji t melainkan dengan cara

mendeskripsikan. Refleksi artinya menarik simpulan berdasarkan

deskriptif komparatif kemudian dilanjutkan memberikan ulasan dan

langkah tindak lanjut.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini dirancang terdiri atas dua

siklus.Tiap siklus dengan tahapan Perencanaan (planning), Tindakan

(Acting), Pengamatan (Observing) dan Refleksi (Reflecting). Langkah-

langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Planning Planning

Reflecting Acting Reflecting Acting

Observing Observing

Siklus 1 Siklus 2

Gambar 2. Pelaksanaan tindakan dalam 2 siklus

Berikut adalah tahapan-tahapan tiap siklus:

Siklus 1

a. Planning

19
Peneiti menusun perencanaan pembelajaran dengan pembelajaran

kooperatif dengan rincian sebagai berikut.

1) membuat perencanaan pembelajaran

2) membuat media pembelajaran

3) membuat lembar observasi

4) membuat alat-alat evaluasi

b.Acting

 Kegiatan pendahuluan

1) guru memotivasi siswa

2) guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa

3) guru mengantisipasi beberapa hambatan yang mungkin dialami

siswa

 Kegiatan inti

1) Guru memfasilitasi siswa untuk membentuk kelompok, tiap

kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa

2) Disediakan LKS, siswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan

oleh guru untuk mendapatkan gambaran kemampuan baca siswa.

3) Setelah siswa mengalami hambatan, siswa diberi kesempatan

menjawab pertanyaan secara kelompok.

4) Siswa bekerja sama menjawab pertanyaan pada LKS untuk

mendapatkan hasil bekerja secara kelompok.

 Kegiatan Akhir

1) Guru menegaskan kembali keterampilan yang telah dilatihkan

20
2), Guru memberikan pekerjaan rumah dan lain-lain.

c. Observing

Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan tindakan untuk

mengamati proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan

Kontekstual pada setiap kelompok. Pengamatan proses pembelajaran

menghasilkan skor aktivitas belajar,sedang pengamatan hasil belajar

memperoleh nilai hasil ulangan

Selama proses dari siklus satu berlangsung, kolaborator mengamati

jalannya proses dan membuat catatan tentang hambatan-hambatan yang

dialami siswa dan mencatat kejadian penting lainnya.

d. Reflecting

Refleksi dilaksanakan bersama-sama peneliti dengan kolabolator.

Hasil pekerjaan siswa berupa nilai ulangan serta hasil pengamatan aktifitas

belajar merupakan bahan untuk didiskusikan dan direfleksi Hasil dari

pengamatan siklus satu dijadikan landasan untuk menentukan siklus

berikutnya.

Siklus 2

a. Planning

Peneiti menusun perencanaan pembelajaran dengan pembelajaran

melalui pendekatan kontekstual dengan rincian sebagai berikut.

1) membuat perencanaan pembelajaran

2) membuat media pembelajaran

3) membuat lembar observasi

21
4) membuat alat-alat evaluasi

b.Acting

 Kegiatan pendahuluan

1) guru memotivasi siswa

2) guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa

3) guru mengantisipasi beberapa hambatan yang mungkin dialami

siswa

 Kegiatan inti

1) Guru memfasilitasi siswa untuk membentuk kelompok, tiap

kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa

2) Disediakan LKS, siswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan

oleh guru untuk mendapatkan gambaran kemampuan baca siswa.

3) Setelah siswa mengalami hambatan, siswa diberi kesempatan

menjawab pertanyaan secara kelompok.

4) Siswa bekerja sama menjawab pertanyaan pada LKS untuk

mendapatkan hasil bekerja secara kelompok.

 Kegiatan Akhir

c. Guru menegaskan kembali keterampilan yang telah dilatihkan

Guru memberikan pekerjaan rumah dan lain-lain.

c. Observing

Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan tindakan untuk

mengamati proses belajar mengajar dengan menggunakan Pendekatan

Kontekstual di kelas VIII D SMP Negeri1 Pringsurat Temanggung Tahun

22
Pelajara 2014/2015. Pengamatan proses pembelajaran menghasilkan skor

aktivitas belajar,sedang pengamatan hasil belajar memperoleh nilai hasil

ulangan.

Selama proses dari siklus satu berlangsung, kolaborator mengamati

jalannya proses dan membuat catatan tentang hambatan-hambatan yang

dialami siswa dan mencatat kejadian penting lainnya sesuai dengan

instrumen observasi.

d. Reflecting

Refleksi dilaksanakan bersama-sama peneliti dengan kolabolator.

Hasil pekerjaan siswa berupa nilai ulangan serta hasil pengamatan aktifitas

belajar merupakan bahan untuk didiskusikan dan direfleksi. Hasil refleksi

siklus 2 dijadikan dasar untuk merefleksi keseluruhan siklus apakah telah

memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan yaitu meningkatkan

hasil belajar Sistem Pencernakan pada manusia melalui Pendekatan

kontekstual

F. Indikator Keberhasialan

Indikator keberhasilan dalam pembelajaran ini adalah hasil belajar

siswa. Meningkatnya hasil belajar siswa diukur dari hasil post tes setiap

akhir kegiatan dengan ketuntasan belajar sekurang-kurangnya 85 % dari

seluruh siswa mempunyai daya serap 75% sesuai dengan KTSP IPA

(Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan) SMP Negeri 1 Pringsurat Tahun

Pelajaran 2014/2015

23
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi awal hasil belajar siwa kelas VIII D

Berdasarkan Analisis Ulangan harian Kompetensi dasar

sebelumnya kelas VIII D, Ketuntasan belajar baik individu maupun

klasikal yang paling rendah dibandingkan dengan kelas-kelas VIII yang

lain di SMP Negeri 1 Pringsurat. Berdasarkan hasil analisis ulangan harian

tentang Sistem Pencernakan pada manusia kelas VIII D adalah sebagai

berikut :

24
Tabel 1. Nilai hasil belajar kondisi awal

Rerata daya serap Ketuntasan belajar


Jumlah Siswa

32 46,30 25 %

Pembelajan yang dilakukan pada semua kelas VIII masih menggunakan

metode konnvensional yaitu ceramah dan kurang mengkaitkan dengan

lingkungan sekitar dan kehidupan yang dialami siswa sehari-hari

Pembelajaran cara konvensional dengan cara ceramah tanpa mengkaitkan

dengan kehidupan dan lingkungan siswa sehari-hari mungkin dianggap

biasa dan tidak menarik bagi siswa terbukti siswa kurang aktif dan

tidak banyak yang terlibat dalam pembelajaran bahkan ada beberapa

siswa yang kurang konsetrasi atau mengganggu teman yang lain.

Hal ini mungkin salah satu penyebab rendahnya ketuntasan hasil belajar dari

siswa termasuk kelas VIII D.

B. Hasil Penelitian

Berikut ini dikemukakan deskripsi hasil penelitian tiap siklus

1. Siklus 1

a. Perencanaan

Pada kegiatan perencanaan peneliti sekaligus guru IPA kelas VIII

D menjelaskan kepada kolaborator tentang pembelajaran dengan

Pendekatan Kontekstual agar kolaborator dapat melaksanakan tugas baik.

Peneliti melakukan diskusi dengan kolaborator tentang pembelajaran

25
dengan pendekatan kontekstual, standar kompetensi dan kompetensi dasar

yang akan diteliti adalah Sistem Pencernakan Makanan. Materi pokok pada

siklus 1 adalah macam-macam jenis makanan berdasarkan zat yang

terkandung dalam makanan, macam-macam fungsi makanan berdasarkan

zat yang terkandung dalam makanan, gangguan akibat kekurangan macam-

macam makanan dan mengetahui kandungan makanan melalui praktikum

uji makanan.

Sebelum tindakan dimulai guru menyusun rencana pembelajaran,

menyiapkan bahan ajar,alat pembelajaran, lembar observasi, catatan hasil

kejadian, catatan hasil refleksi dan tes penguasan kompetensi dasar (pos tes)

Pembelajaran dengan pendekatankontekstual,rencana pembelajaran

disusun sebagai acuan kegiatan. Secara garis besar tindakan yang

direncanakan sebagai berikut :

1) Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan setelah salam guru mengecek

kehadiran memberikan apersepsi dan motovasi kemudian menyampaikan

tujuan pembelajaran yang hendak dicapai

2) Kegiatan inti meliputi :

a) Siswa dibagi dalam 6 kelompok,setiap kelompok beranggota 5

atau 6 orang

b) Masing masing kelompok diberikan LDS/LKS

c) Guru membimbing siswa dalam diskusi kelompok/praktikum

26
d) Guru menugaskan salah satu kelompok untuk mempresentasikan

hasil diskusi/praktikum

e) Guru memberikan penguatan tentang materi yang telah

didiskusikan dengan media pembelajaran

f) evaluasi dan refleksi hasil diskusi/praktikum

3) Kegiatan Penutup

a) Bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi/praktikum

b) Memberi tugas untuk pertemuan yang akan dating

b. Implementasi Tindakan

Setelah disusun rencana tindakan kemudian dilaksanakan tindakan

kelas. Adapun implementasi tindakan siklus 1 adalah sebagai berikut :

Pertemuan 1 :

Pelaksanaan tindakan siklus 1 pertemuan pertama pada hari Selasa

11 November 2014 selama 2 jam pelajaran (2 x 40) jam ke 5 sampai jam ke

6.Sesuai dengan rencana pertemuan pertama meliputi pendahuluan 10

menit, kegiatan inti 60 menit dan penutup 10 menit. Pertemuan 1 sesuai

jadwal dimulai pulul 10.10 berakhir 11.30

Mengawali pembelajaran setelah salam dan mengecek kehadiran

siswa guru memberikan apersepsi dengan menanyakan apa yang yang

terjadi jika kekurangan makan?,siswa antusias menanggapi dengan

bermacam-macam jawaban. Kemudian guru memberi motifasi dengan

menanyakan kandungan zat makanan beberapa bahan makanan yang

dibawa oleh guru yang sering dimakan siswa (kontekstual). Dengan siswa

27
melihat langsung bahan-bahan makanan yang ditunjukakkan guru

kelihatan siswa tampak antusias untuk mempelajarinya. Kemudian guru

menyampaikan tujuan pembelajaran. Setelah berkelompok yang masing-

masing terdiri dari 5 atau 6 siswa, guru memulai inti pembelajaran dengan

membagi Lembar Diskusi dan sebagai panduan dalam bekerja kelompok

untuk mendiskusikan jenis zat-zat makanan. Dilihat dari aktifitasnya anak

tampak aktif dan sangat senang dalam pembelajaran ini. Dalam diskusi

kelompok siswa tampak aktif dalam berdiskusi untuk mengisi tabel dan

menjawab pertanyaan dalam Lembar Diskusi Siswa. Ketika ada kelompok

yang menyampaikan hasil diskusi di depan kelompok yang lainnpun saling

menanggapi untuk memperoleh kepastian kebenaran hasil diskusinya.

Pada kegiatan penutup guru bersama siswa menyimpulkan hasil

diskusi tentang macam-macam zat makanan dan fungsinya bagi manusia,

kemudian guru memberikan informasi kegiatan pada pertemuan

berikutnya

Pertemuan 2 :

Pertemuan kedua terjadi pada hari Kamis 13 November 2014 jam

ke 7 dan 8 (2 x 40) menit dengan kegiatan praktikum uji zat makanan.

Setelah salam, mengecek kehadiran siswa kemudian guru menyampaikan

apersepsi dengan menanyakan apakah kandungan zat makanan semua jenis

makanan sama?. Siswa sangat antusias dengan menjawab serentak berbeda

kemudian guru memberi motivasi dengan menyakan apakah zat makanan

28
yang terkandung dalam telur ayam dengan mengangkat dan menunjukan

pada siswa.

Pada Pertemuan yang kedua siswa sudah sangat antusias untuk

menguji kandungan zat makanan dalam berbagai bahan makanan. Secara

berkelompok yang terdiri dari 5 atau 6 siswa terjalin kerjasama untuk

menguji kandungan zat makanan dalam berbagai zat makanan. Sesuai

dengan Lembar kerja siswa setiap kelompok mempraktekan uji zat

makanan. Akhir dari kerja kelompok, salah satu kelompok

mempresentasikan hasil praktikum sedang kelompok yang lain

menanggapi. Secara klasikal guru membimbing siswa untuk mengambil

kesimpulan,kemudian guru memberikan tugas kepada semua siswa untuk

mempelajari tentang saluran dan kelenjar pencernaan.Sebelum diakhiri

guru memberikan informasi pada pertemuan yang akan datang akan

dilaksanakan postes untuk mengetahui keberhasilan

pembelajaran/mengukur hasil belajar

Pertemuan 3 :

Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Senin 17 November 2014

jam ke 6 mulai 10.50 sampai 11.30 dengan pelaksanaan pos tes. Guru

mengawali dengan salam kemudian mengecek kehadiran memberikan

motivasi kemudian membagi soal dan lembar jawab

c. Observasi

Tindakan pada siklus I dipantau oleh kolaborator. Untuk memperlancar

kegiatan observasi kolaborator menggunakan lembar obsevasi. Sedangkan

29
guru selaku peneliti mencatat kejadian-kejadian yang dialami selama

pembelajaran berlangsung. Hasil dari observasi kolaborator dapat diuraikan

sebagai berikut :

1) Aspek Guru

Kegiatan awal :

Kegiatan awal yang dilakukan guru sudah baik,apersepsi dan motivasi yang

disampaikan guru sesuai dengan konsep materi yang diajarkan. Tujuan

pembelajaran disampaikan dengan jelas termasuk langkah-langkah kegiatan

pembelajaran

Kegiatan inti :

Guru sudah baik dalam membimbing dan mengorganisasi pembelajaran,

hanya pengelompokan siswa dalam diskusi/praktik terlalu gemuk/banyak

karena tiap kelompok 5 sampai 6 siswa sehingga sebagian siswa menjadi

kurang aktif

Kegiatan Penutup ;

Guru sudah mengajak siswa menyimpulkaan pembelajaran,tetapi guru

belum memberikan refleksi kepada peserta didik untuk menyampaikan

kesan dan manfaat yang diperoleh dari materi yang dipelajari

2) Aspek Siswa

Dari hasil pengamatan dari awal kegiatan pendahuluan siswa sudah tampak

antusias , pada kegiatan inti siswa melakukan praktik/diskusi menggunakan

LKS/LDS cukup baik sesuai dengan langkah-langkahnya. Ketika salah satu

kelompok mempresentasikan hasil diskusi/praktik kelompok lain sudah ada

30
yang menanggapi walaupun belum semua kelompok. Namun karena

pengelompokan siswa dalam diskusi/praktik siswa cukup besar/5-6 tiap

kelompok maka ada sebagian anggota kelompok yang kurang aktif.

Pada siklus I dalam kegiatan diskusi kelompok secara umum siswa

berperan aktif. Hasil observasi yang dilakukan oleh kolaborator

menunjukkan bahwa mayoritas siswa senang mengikuti kegiatan

pembelajaran. Sedang hasil pos-test adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Nilai hasil belajar setelah siklus 1

Jumlah siswa Rerata daya serap Ketuntasan belajar

32 74.4 84,4%

d. Analisis dan Releksi

Setelah dilakukan implementasi tindakan, observasi dan pos tes

pada siklus I, peneliti melakukan refleksi. Berdasarkan hasil observasi

dan penilaian hasil pembelajaran pada postes dapat diketahui bahwa

pengelolaan pembelajaran belum optimal tampak dari hasil nilai pos tes

dan hasil pengamatan kolaborator bahwa pengelompokan siswa dalam

praktik dan diskusi terlalu besar yang berakibat ada sebagian anggota

kelompok yang belum aktif.

Dari permasalahan yang terjadi di depan maka perlu dilakukan

revisi untuk tindakan siklus yang kedua. Tindakan yang perlu diperbaiki

pada siklus yang kedua yaitu pengelompokan siswa dalam diskusi dan

31
praktikum diperkecil,siswa dibuat menjadi 8 kelompok tiap kelompok

terdiri dari 4 siswa. Mengoptimalkan pengelolaan pembelajaran mualai

dari pembukaan, inti sampai penutup agar siswa lebih berperan aktif

dalam kegiatan belajar dan mengajar, sehingga diharapkan memperoleh

hasil yang lebih baik.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Pada kegiatan perencanaan siklus II peneliti sekaligus guru IPA

kelas VIII D menjelaskan kembali kepada kolaborator tentang

pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual agar kolaborator dapat

melaksanakan tugas dengan baik. Peneliti melakukan diskusi dengan

kolaborator tentang pembelajaran dengan pendekatan kontekstual, standar

kompetensi dan kompetensi dasar yang akan diteliti adalah Sistem

Pencernakan Makanan. Materi pokok pada siklus II adalah Saluran dan

kelenjar pencernakan, pencernakan mekanik dan kimiawi serta

kelainan/gangguan pada system pencernakan

Sebelum tindakan dimulai guru menyusun rencana pembelajaran,

menyiapkan bahan ajar,alat pembelajaran, lembar observasi, catatan hasil

kejadian, catatan hasil refleksi dan tes penguasan kompetensi dasar (pos

tes)

32
Pembelajaran dengan pendekatankontekstual,rencana pembelajaran

disusun sebagai acuan kegiatan. Secara garis besar tindakan yang

direncanakan sebagai berikut :

1) Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan setelah salam guru mengecek

kehadiran memberikan apersepsi dan motovasi kemudian menyampaikan

tujuan pembelajaran yang hendak dicapai

2) Kegiatan inti meliputi :

a) Siswa dibagi dalam 8 kelompok,setiap kelompok beranggota 4

orang

b) Masing masing kelompok diberikan LDS/LKS

c) Guru membimbing siswa dalam diskusi kelompok/praktikum

d) Guru menugaskan salah satu kelompok untuk mempresentasikan

hasil diskusi/praktikum

e) Guru memberikan penguatan tentang materi yang telah

didiskusikan dengan media pembelajaran

f) evaluasi dan refleksi hasil diskusi/praktikum

3) Kegiatan Penutup

a) Bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi/praktikum

b) Memberi tugas untuk pertemuan yang akan datang

b. Implementasi Tindakan

Setelah disusun rencana tindakan kemudian dilaksanakan tindakan

kelas. Adapun implementasi tindakan siklus II adalah sebagai berikut :

33
Pertemuan 1 :

Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan pertama pada hari Selasa

18 November 2014 selama 2 jam pelajaran (2 x 40) jam ke 5 sampai jam ke

6. Sesuai dengan rencana pertemuan pertama meliputi pendahuluan 10

menit, kegiatan inti 60 menit dan penutup 10 menit. Pertemuan 1 sesuai

jadwal dimulai pulul 10.10 berakhir 11.30

Mengawali pembelajaran setelah salam dan mengecek kehadiran

siswa guru memberikan apersepsi dengan menanyakan apa fungsi gigi

dalam membantu pencernakan?,siswa antusias menanggapi dengan

bermacam-macam jawaban. Kemudian guru memberi motifasi dengan

menunjukkan charta saluran pencernakan makanan kemudian menanyakan

fungsi dari saluran pencernakan (kontekstual). Dengan siswa melihat

langsung saluran pencernakan makanan yang ditunjukakkan guru kelihatan

siswa tampak antusias untuk mempelajarinya. Kemudian guru

menyampaikan tujuan pembelajaran. Setelah berkelompok yang masing-

masing terdiri dari 4 siswa, guru memulai inti pembelajaran dengan

membagi Lembar Diskusi dan sebagai panduan dalam bekerja kelompok

untuk mendiskusikan jenis zat-zat makanan. Dilihat dari aktifitasnya anak

tampak aktif dan sangat senang dalam pembelajaran ini. Dalam diskusi

kelompok siswa tampak aktif dalam berdiskusi untuk mengisi tabel dan

menjawab pertanyaan dalam Lembar Diskusi Siswa. Ketika ada kelompok

yang menyampaikan hasil diskusi di depan kelompok yang lainpun saling

menanggapi untuk memperoleh kepastian kebenaran hasil diskusinya.

34
Pada kegiatan penutup guru bersama siswa menyimpulkan hasil

diskusi tentang saluran dan kelenjar pencernakan manusia, kemudian guru

memberikan informasi kegiatan pada pertemuan berikutnya

Pertemuan 2 :

Pertemuan kedua terjadi pada hari Kamis 20 November 2014 jam

ke 7 dan 8 (2 x 40) menit dengan kegiatan praktikum pencernakan

mekanik dan pencernakan kimiawi. Setelah salam, mengecek kehadiran

siswa kemudian guru menyampaikan apersepsi dengan menanyakan ada

berapa jenis pencernakan makanan?. Siswa sangat antusias dengan

menjawab serentak berbeda kemudian guru memberi motivasi dengan

menyakan pernakah perut kalian keroncongan/berbunyi krucuk-krucuk?

Pada Pertemuan yang kedua siswa sudah sangat antusias untuk

praktikum tentang pencernakan mekanik dan kimiawi. Secara

berkelompok yang terdiri dari 4 siswa terjalin kerjasama untuk praktikum

tentang pencernakan mekanik dan kimiawi. Sesuai dengan Lembar kerja

siswa setiap kelompok mempraktekan pencernakan mekanik dan kimiawi .

Akhir dari kerja kelompok, salah satu kelompok mempresentasikan hasil

praktikum sedang kelompok yang lain menanggapi. Secara klasikal guru

membimbing siswa untuk mengambil kesimpulan,kemudian guru

memberikan tugas kepada semua siswa untuk mempelajari tentang saluran

dan kelenjar pencernaan.Sebelum diakhiri guru memberikan informasi

pada pertemuan yang akan datang akan dilaksanakan pos tes untuk

mengetahui keberhasilan pembelajaran/mengukur hasil belajar

35
Pertemuan 3 :

Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Senin 24 November 2014

jam ke 6 mulai 10.50 sampai 11.30 dengan pelaksanaan pos tes. Guru

mengawali dengan salam kemudian mengecek kehadiran memberikan

motivasi kemudian membagi soal dan lembar jawab

c. Observasi

Tindakan pada siklus II dipantau oleh kolaborator yang sama seperti siklus

I. Untuk memperlancar kegiatan observasi kolaborator menggunakan

lembar obsevasi. Sedangkan guru selaku peneliti mencatat kejadian-

kejadian yang dialami selama pembelajaran berlangsung. Hasil dari

observasi kolaborator dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Aspek Guru

Kegiatan awal :

Kegiatan awal yang dilakukan guru sudah baik,apersepsi dan motivasi yang

disampaikan guru sesuai dengan konsep materi yang diajarkan. Tujuan

pembelajaran disampaikan dengan jelas termasuk langkah-langkah kegiatan

pembelajaran

Kegiatan inti :

Guru sudah baik dalam membimbing dan mengorganisasi pembelajaran,

pengelompokan siswa dalam diskusi/praktik sudah baik,dimana tiap

kelompok hanya 4 siswa sehingga siswa dalam praktik/diskusi lebih aktif

aktif

Kegiatan Penutup ;

36
Guru sudah mengajak siswa menyimpulkaan pembelajaran, guru sudah

memberikan refleksi kepada peserta didik untuk menyampaikan kesan dan

manfaat yang diperoleh dari materi yang dipelajari

2) Aspek Siswa

Dari hasil pengamatan dari awal kegiatan pendahuluan siswa sudah tampak

antusias , pada kegiatan inti siswa melakukan praktik/diskusi menggunakan

LKS/LDS cukup baik sesuai dengan langkah-langkahnya. Ketika salah satu

kelompok mempresentasikan hasil diskusi/praktik kelompok lain banyak

yang menanggapi walaupun belum semua kelompok. Karena

pengelompokan siswa dalam diskusi/praktik terdiri dari 4 siswa tiap

kelompok maka anggota kelompok menjadi lebih aktif.

Pada siklus II dalam kegiatan diskusi kelompok secara umum siswa

berperan aktif. Hasil observasi yang dilakukan oleh kolaborator

menunjukkan bahwa mayoritas siswa senang mengikuti kegiatan

pembelajaran. Sedang hasil pos-test adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Nilai hasil belajar setelah siklus II

Jumlah siswa Rerata daya serap Ketuntasan belajar

32 78,1 90,6 %

d. Analisis dan Releksi

Setelah dilakukan implementasi tindakan, observasi dan pos tes

pada siklus II, peneliti melakukan refleksi. Berdasarkan hasil observasi

dapat diketahui bahwa pengelolaan pembelajaran lebih optimal dan hasil

37
pengamatan kolaborator bahwa pengelompokan siswa dalam praktik dan

diskusi yang terdiri dari 4 siswa setiap kelompok menyebabkan anggota

kelompok lebih aktif. Setelah diadakan pos tes terjadi kenaikan hasil

belajar baik secara individual maupun klasikal.

C. Pembahasan

Pada bab sebelumnya telah diuraikan bahwa permasalahan dalam

penelitian ini adalah masih rendahnya hasil belajar siswa kelas VIII D

tentang Sistem pencernakan pada manusia dikarenakan pembelajaran

masih bersifat konvensional. Oleh karena itu diperlukan pemilihan strategi

pembelajaran yang tepat untuk memecahkan masalah ini. Strategi yang

dimaksud adalah “ Pendekatan Kontekstual “.

Berdasrkan hasil observasi menunjukan bahwa pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual yang berlangsung pada siklus I dan siklus

II menarik bagi siswa akibatnya kegiatan pembelajaran lebih interaktif dan

hasil pembelajaran lebih baik,terlihat pada hasil postes I dan postes II

terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan. Secara rinci peningkatan

hasil belajar selama dua siklus disajikan dalam table berikut:

Tabel 4. Peningkatan hasil belajar siswa

Hasil Jumlah siswa Rerata daya serap Ketuntasan belajar

Pra siklus 32 46,30 25 %

Siklus I 32 74,4 84,4 %

Siklus II 32 78,1 90,1 %

38
Menurut KTSP SMP Negeri 1 Pringsurat Tahun 2014/2015

seorang siswa dianggap tuntas belajar apabila daya serap mencapai 70 %,

sedang klasikal dianggap tuntas apabila 85 % dari jumlah siswa dalam

kelas itu mempunyai daya serap minimal 70 % .

Dari hasil pembelajaran diatas berarti pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual dapat dikatakan cukup berhasil. Hasil

pembelajaran ini memiliki kecenderungan perkembangan lebih baik dari

konsep satu ke konsep yang lain. Hasil pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual ini juga jauh lebih baik jika dibandingkan dari data tahun lalu

yang tidak menggunakan pendekatan kontekstual atau dengan kelas lain

yang tidak menggunakan pendekatan ini. Hal ini sesuai dengan pendapat

Harumni (2009) yang mengatakan “ Pembelajaran kontekstual merupakan

pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk

dapat menemukan materi yang dipelajari dan dihubungkannya dengan

situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk memperhatikan

dan menerapkan dalam kehidupan mereka “

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mengharuskan

seorang guru memiliki kreatifitas dan berperan aktif dalam pembelajaran,

guru harus bisa merancang kegiatan pembelajaran yang inovatif dan

berhubungan dengan kehidupan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Guru harus merancang Rencana Pembelajaran, LKS dan LDS sesuai

39
dengan tingkat tumbuh dan perkembangan siswa yang berkaiatan dalam

kehidupan sehari-harinya.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar tidak menjadi

hambatan dalam pembelajaran yaitu agar dapat menggunakan waktu yang

tersedia secara efektif dan efisien terutama dalam kegiatan praktek dan

diskusi kelas, disini sangat diperlukan fungsi guru sebagai pengelola

kegiatan dalam kelas.

40
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Setelah penulis melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran

menggunakan pendekatan kontekstual di kelas VIII D SMP Negeri 1

Pringsurat Temanggung, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pembelajaran dengan pendekatan Kontekstual tentang Sistem

Pencernaan di kelas VIII D SMP Negeri 1 Pringsurat Temanggung

dapat meningkatkan proses pembelajaran siswa menjadi lebih antusias

dan terlibat aktif dalam pembelajaran karena berhubungan dengan

pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Kontekstual dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII D tentang Sistem

Pencernaan di SMP Negeri 1 Pringsurat Temanggung,terbukti dengan

meningkatnya hasil belajar rerata daya serap prasiklus:46,3 siklus

1:74,4 siklus 2:78,1 sedang ketuntasan belajarnya prasiklus:25%,

siklus 1:84,4%, siklus 2:90,1%

B. Saran

41
1. Dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual guru harus

merencanakan kegiatan pembelajaran yang inovatif dan kreatif sesuai

konsep yang berhubungan dengan pengetahuan dan kehidupan siswa

sehari-hari

2. Dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual gunakan waktu

secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana pembelajaran

3. Pada kegiatan kelompok baik praktek maupun diskusi guru harus aktif,

kreatif dalam memantau dan memonitor peserta didik.

42
DAFTAR PUSTAKA

Beasley, W dan J.Butler. 2002. Teacher Leandership in Science a

Educational:Learning from Australia Led Best Practicien the Phillipines

Jurnall://proquest.umi.com/pgd

Harumni.H. 2009. Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif

Menyenangkan. Yogyakarta : Fakultas tarbiyah UIN Sunan Kalijaga

Mulyasa. 2007, Menjadi Guru Profesional. Bandung : Rosda Karya

Nurhadi dkk. 2002. Pendekatan Kontestual. Jakarta : Depdiknas Dirjen

Dikdasmen. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama

Nurul Karimah. 2014. Upaya meningkatkan hasil belajar matematika

melalui Pendekatan Kontekstual dengan memanfaatkan lingkungan

sekolah.Telesari Jurnal Pewndidikan

Rassuli. 2005 Teach us to learn: Multivariate Analisis of Succes in the

Learning. Jurnal of Education for Business Washington

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, Jakarta: Kencana

Wahono widodo. 2003. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual (CTL),

Jakarta : Depdiknas Dirjen Dikdasmen, direktorat Pendidikan lanjutan

43
44
45

Anda mungkin juga menyukai