Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Bab I ILO PROTEIN

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan merupakan fase terakhir yang terpenting dalam proses

kehamilan. Masa inilah yang banyak mendebarkan seorang wanita yang

melahirkan, juga pasangannya. Oleh karena itu, persalinan merupakan

puncak dari segala proses dan upaya yang selama ini dilakukan agar

semuanya berakhir dengan lancar, yaitu ibunya dapat melahirkan dalam

keadaan sehat dan bayinya sempurna. Terdapat dua metode persalinan yaitu

persalinan alami dan persalinan sesar atau sectio caesarea. Sectiocaesarea

merupakan tindakan operasi untuk mengeluarkan bayi dengan melakukan

insisi pada dinding perut dan dinding rahim (Klossner, 2017).

Persalinan dengan metode sectio caesareadi Indonesia bukan merupakan

hal yang baru lagi. dilakukan atas dasar berbagai macam indikasi medis dari

sisi ibu maupun karena faktor janin. Hal ini terbukti dengan tingginya angka

sectio caesarea diseluruh dunia sebanyak 22,5%. Standar rata-rata sebuah

sectio caesarea disebuah Negara adalah sekitar 10-25% per 1000 kelahiran

di dunia, rumah sakit pemerintah rata-rata 11% sementara di rumah sakit

swasta bisa lebih dari 30% (Kemenkes, 2016). Amerika Latin dan wilayah

Karibiamenjadi penyumbang angka metode sesartertinggi yaitu 40,5 persen,

diikuti olehEropa (25%), Asia (19,2%) dan Afrika (7,3%) (Singh, 2018). Di

Indonesia dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan

prevalensi tindakan sesar pada persalinan adalah 17,6%, tertinggi di wilayah

1
DKI Jakarta (31,3%) dan terendah di Papua (6,7%). Untuk Propinsi

Lampung dari 2.596 data ibu melahirkan, sebesar 13,18% melahirkan

melalui operasi sesar (Riskesdas, 2018). Berdasarkan data yang diperoleh di

RS Yukum Medical Centre Lampung Tengah tahun 2020 terdapat 378

kelahiran dengan berbagai metode, dengan rincian 210 persalinan (55,55%)

dengan metode sectio caesaria, 115 persalinan normal (30,42%), 48 kasus

persalinan (12,69%) dengan ekstraksi vakum dan 5 kasus persalinan

(1,32%) dengan forcep. Dari jumlah keselurahan tahun 2020 terdapat 68

pasien (17,9%) yang mengalami infeksi pasca melahirkan baik infeksi luka

operasi sebanyak 52 kasus (24,76%) dan infeksi pada perineum sebanyak

16 kasus(13,9%) (Rekam Medik RSYMC, 2020).

Melahirkan dengan metode sectio caesaria merupakan suatu operasi

besar dengan segala resiko yang dapat terjadi karena prosedur operasi

maupun karena komplikasi dari kehamilan itu sendiri.Wanita yang

melahirkan melalui metode ini memiliki resiko kematian tiga kali lebih

besar dibandingkan dengan melahirkan secara normal. Beberapa resiko lain

juga dapat terjadi, sebagai contoh resiko yang pada bayi yang dilahirkan

dengan metode sectio caesaria adalah masalah pada sistem pernafasan.

Sedangkan resiko maternal dapat berupa adanya laserasi pada arteri di

uterus, kandung kemih, ureter maupun saluran cerna, perdarahan yang

memerlukan tranfusi darah hingga histerektomi.Resiko terbesar yang terjadi

adalah pada masa setelah operasi yaitu infeksi.Infeksi dapat terjadi di

beberapa area yakni pada uterus dan luka operasi (Nancy, 2017).

2
Angka kematian ibu yang melakukan persalinan dengan Sectio Caesarea

adalah 40 sampai 80 tiap 100.000 kelahiran hidup.Angka ini menunjukkan

resiko 25 kali lebih besar dibandingkan persalinan pervaginam dan untuk

kasus infeksi luka pasca operasi caesar mempunyai angka 80 kali lebih

tinggi dibadingkan dengan persalinan pervaginam (Melinda, 2018).

Meskipun demikian, dilihat dari dampak bahaya infeksi setelah operasi

persalinan yang terus tetap mengancam sehingga perawatan setelah operasi

memerlukan perhatian untuk menurunkan angka kesakitan dan

kematian.Infeksi luka operasi (ILO) merupakan salah satu masalah utama

dalam praktek pembedahan. Infeksi menghambat proses penyembuhan luka

sehingga menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas bertambah besar.

Penyembuhan luka adalah proses penggantian dan perbaikan fungsi jaringan

yang rusak (Pararesthi, 2019).

Proses penyembuhan luka pasca bedah sectio ceaserea merupakan faktor

terpenting. Terganggunya proses penyembuhan luka pasca bedah

disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat akan menyebabakan luka

mengalami stress selama masa penyembuhan, gangguan sirkulasi dan

perubahan metabolisme yang dapat meningkatkan resiko terlambatnya

penyembuhan luka (Perangin, 2016).

Beberapa faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka setelah

sectio caesaria antara lain nutrisi, mobilisasi, pola istirahat, psikologis,

terapi dan medis, serta perawatan luka.Kebutuhan paling utama yang harus

dipenuhi oleh ibu post natal dengan luka sectio cesaria adalah nutrisi yang

3
baik untuk sistem imun dan penyembuhan luka. Hal ini dikarenakan ada

beberapa zat gizi yang memang sangat diperlukan untuk mendukung sistem

imun tubuh serta berperan penting dalam proses penyembuhan luka. Namun

di Indonesia masih memiliki tradisi pembatasan makanan pada ibu setealah

melahirkan dikenal dengan pantang makan, yang juga berlaku pada ibu

pasca operasi sectiocaesarea. Berpantang makan adalah tidak

mengkonsumsi makanan tertentu karena dianggap dapat memberikan

dampak buruk bagi kesehatan contohnya makan telur atau ikan setelah

operasi dapat menyebabkan rasa gatal pada luka.Budaya berpantang

makanan ini diajarkan secara turun temurun dan cenderung ditaati walaupun

individu yang menjalankannya tidak terlalu paham atau yakin dari alasan

memantang makanan tersebut (Haryati, 2015). Kenyataannya nutrisi secara

spesifik diperlukan untuk meningkatkan kekuatan luka, menurunkan

dehisensi luka, menurunkan kerentanan terhadap infeksi dan sedikit

menimbulkan parut. Simpanan nutrient dan nutrisi yang baik juga akan

mempercepat penyembuhan dan/atau menurunkan angka infeksi. Nutrisi

yang baik sangat penting untuk mencapai keberhasilan penyembuhan

luka.Protein adalah zat pembangun yang penting dalam siklus kehidupan

manusia. Diit tinggi protein merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

proses penyembuhan luka (Sumanto, 2016).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Melinda (2018) tentang

asupan protein membantu proses penyembuhan luka operasi sectio caesarea

didapatkan hasil adanya hubungan antara asupan protein dengan

4
penyembuhan luka pada pasien post operasi sectiocaesarea (p value 0,015).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zuiatna (2016) tentang

pengaruh konsumsi diit protein tinggi terhadap penyembuhan luka pasca

bedah sectio caesarea didapatkan hasil ada hubungan yang signifikan (p

value 0,000).

Studi pendahuluan yang dilakukan di RS Yukum Medical Centre pada

tanggal 10 Januari 2021 di Ruang Poli Kebidanan melalui wawancara

kepada perawat poli kebidanan didapatkan data 9 orang pasien yang datang

untuk kunjungan ulang pasca sectio caesarea, 3 diantaranya mengalami

infeksi pada luka operasi, dan berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh

perawat poli kebidanan infeksi terjadi pada hari ke 5 setelah operasi atau

saat pasien sudah pulang kerumah, sedangkan untuk pengkajian penyebab

infeksi tidak dilakukan dengan detail oleh perawat poli kebidanan.

Berdasarkan data yang ada di Poli Kebidanan RS Yukum Medical Centre

pada bulan Maret 2021 terdapat 3 kasus infeksi luka operasi dari 38 pasien

post sectio caesarea atau sebesar 7,89%. Berdasarkan uraian tersebut,

peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian pada pasien yang

mengalami infeksi luka operasi sectio caesarea apakah berhubungan dengan

konsumsi tinggi protein.

5
B. Rumusan Masalah

Untuk mengetahui hubungan konsumsi tinggi protein dengan proses

penyembuhan pada pasien infeksi luka operasi sectio caesarea di rumah

sakit Lampung Tengah.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah diketahui hubungan

konsumsi tinggi protein dengan proses penyembuhan pada pasien

infeksi luka operasi sectio caesarea di RS Yukum Medical Centre

Lampung Tengah.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui karakteristik responden (usia, pendidikan, pekerjaan) di

RS Yukum Medical Centre Lampung Tengah.

b. Diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan konsumsi

tinggi protein di RS Yukum Medical Centre Lampung Tengah.

c. Diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan penyembuhan

infeksi luka operasi sectio caesaria di RS Yukum Medical Centre

Lampung Tengah.

d. Diketahui hubungan konsumsi protein tinggi terhadap penyembuhan

infeksi luka operasi pasien sectio caesaria di RS Yukum Medical

Centre Lampung Tengah.

6
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Tempat Penelitian

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan untuk terus dapat

meningkatkan pemberian asuhan keperawatan berkelanjutan pada pasien

dengan sectiocaesarea agar tidak timbul masalah saat pulang kerumah,

dengan cara meningkatkan promosi kesehatan tentang nutrisi yang baik

untuk dikonsumsi bagi pasien dengan sectio caesarea.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kumpulan penelitian

yang telah dilakukan oleh mahasiswa maupun sebagai bahan acuan

untuk melakukan penelitian berikutnya. Hasil penelitian ini juga dapat

digunakan sebagai literatur dan bukti nyata untuk menentukan ide-ide

dalam bentuk pengabdian masyarakat terkait dengan tujuan penelitian

yang dilakukan

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan

masyarakat tentang pentingnya asupan nutrisi yang baik dan seimbang

khususnya untuk ibu-ibu setelah melahirkan agar tidak terjadi

permasalahan seperti infeksi yang dapat mengancam kehidupan.

4. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan,

mengubah pola hidup serta pandangan responden terhadap perilaku

mengkonsumsi protein setelah operasi dan diharapkan pengetahuan yang

7
telah responden miliki dapat disebarluaskan ke orang terdekat agar tidak

terjadi masalah infeksi luka operasi khususnya sectiocaesarea.

Anda mungkin juga menyukai