Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

45-Article Text-156-1-10-20210528

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Kesehatan Pertiwi

Politeknik Kesehatan Bhakti Pertiwi Husada


Volume 2 Nomor 2 Tahun 2020

Budaya dan Keyakinan Pantang Makan terhadap


Proses Peyembuhan Luka Episiotomi

Nita Mandasari*, Rina Afrina2, Agus Purnama3


1,2,
Program Sarjana Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
Jln. Harapan Nomor 50, Lenteng Agung – Jakarta Selatan 12610
Telp: (021) 78894045, Email Correspondent: mandasarinieta@gmail.com,

ABSTRAK Pendahuluan: Kebutuhan gizi ibu nifas meningkat karena untuk proses penyembuhan. Salah
satu faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka perineum adalah budaya dan
keyakinan pantang makan. Tujuan: Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan budaya
dan keyakinan (pantang makan) dengan proses penyembuhan luka episiotomi pada ibu post
partum. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi. Populasi yang
digunakan adalah ibu post partum yang mempunyai luka episiotomi di puskesmas kelurahan
cigombong bogor jawa barat, dengan tehnik Total sampling mulai dari Oktober-Desember 2017
didapatkan 30 responden. Alat ukur untuk variabel budaya dan keyakinan (pantang makan)
adalah kuesioner, sedangkan proses penyembuhan luka episiotomi adalah lembar observasi
Reeda scale ceklist. Analisa data menggunakan uji chi square dengan menggunakan level of
significance (α : alpha) sebesar 5% (0,05). Hasil: Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan
bahwa ibu dengan budaya dan keyakinan memantang makanan mengalami keterlambatan
proses penyembuhan luka episiotomi hal ini karena ibu pantang terhadap suatu makanan
sehingga nutrisi dibutuhkan tubuh tidak adekuat. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan
yang signifikan antara budaya dan keyakinan (pantang makan) dengan proses penyembuhan
luka episiotomi ibu post partum dengan nilai ρ-Value = 0,001. Kesimpulan: Tenaga kesehatan
dapat memberikan informasi kepada ibu nifas tentang kebutuhan nutrisi dalam proses
penyembuhan luka, memberikan penyuluhan tentang pantangan makan pada ibu nifas. .

Kata Kunci Pantangan Makanan, Proses Penyembuhan Luka Episiotomi, Skala Reeda.

ABSTRACT Introduction: Nutrtiton of postpartum mother increased due to wound healing process. One of
factors that affecting the perineal wound healing process is culture and beliefs of the abstinence
food. Objective: The aim of this study is to determine the correlation between cultural and
beliefs (abstinance food) with healing process of perineum wound in the postpartum mother.
Method: This recearch is using descriptive correlation methods. The population that used is
the whole postpartun mother that have perineum wound at distric cigombong bogor, west java,
with total sampling methods started from october-december 2017 obtained 30 repondens. The
measuring instrument of cultural and beliefs variable is a questionnaire sheet, while the healing
process of perineum wound variable is redaa scale checklist sheet. Data of analysis using chi
square methods in the level of significane (α : alpha) of 5% (0,05). Results: The result of this
research is there is a significant relation exsist between abstinence food with the healing
process of perineum wound in the postpartum mother worth p = 0,001. The conclusion of this
research is a post partum mother who has depth relation with cultural and beliefs in the
abstinace food is experienceda long-term healing process of perineum wound this because the
mother that abstinence againts a food make the nutrients that the body needs inadequate.
Conclusion: Health worker can tell to all postpartum mother about nutritional needs affecting
healing wounds in giving care of the perineum wounds, also giving an education about how
important of the high quality nutrition for postpartum mother
Keywords Abstinence food, healing process of perineum wound, Reeda scale.

Jurnal Kesehatan Pertiwi – Vol.2 Nomor 2 2020 161


Pendahuluan mempercepat proses penyembuhan luka
World Helath Organization (WHO) episiotomi. Jika ibu nifass memantang
tahun 2014 memperkirakan 800 perempuan makanan tersebut, maka akan
meninggal setiap harinya akibat komplikasi memperlambat proses penyembuhan luka
kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar episiotomi.6
99% dari seluruh kematian ibu terjadi di Salah satu hambatan yang sering terjadi
negara berkembang.1 di masyarakat adalah adanya pantang
Di indonesia angka kematian ibu makanan setelah melahirkan.faktor budaya
mengalami penurunan dari 390 ibu yang yang hingga kini masih dilakukan oleh ibu
meninggal menjadi 228 per 100.000 nifas yaitu memantang makanan. Ibu nifas
kelahiran hidup. Namun, berdasarkan hasil hanya boleh mengkonsumsi nasi putih
Survey Demografi Kesehatan Indonesia dengan garam, dilarang makan daging, ikan
(SDKI) pada tahun 2013-2015, Indonesia dan telur dan buah-buahan. Padahal setelah
mengalami penurunan dengan jumlah 307 melahirkan seorang wanita memerlukan
ibu yang meninggal per 100.0000 kelahiran nutirisi yang cukup dalam proses
hidup. Hal ini berdasarkan dari target penyembuhan luka episiotomi.7
pemerintah Indonesia yang ingin dicapai Salah satu faktor penyembuhan luka
sebesar 125 kematian ibu per 100.000 episiotomi pada ibu post partum yaitu
kelahiran hidup.2 salah satu provinsi di budaya dan keyakinan. Hal ini akan
Indonesia yang paling banyak mengalami mempengaruhi dalam proses penyembuhan
AKI adalah provinsi Jawa Barat, Kabupaten luka episiotomi, misalnya pantangan (tarak)
Bogor. Pada tahun 2014 terdapat 748 ibu telur, ikan dan daging ayam, akan
yang meninggal angka tersebut naik 75 mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan
orang di tahun 2015.3 sangat mempengaruhi penyembuhan luka.8
Persalinan adalah serangkaian kejadian Berdasarkan hasil observasi yang
yang berakhir dengann pengeluaran bayi peneliti peroleh dari puskesmas Kelurahan
cukup bulan atau hampir cukup bulan, Cigombong Kecamatan Cigombong
disusul dengan pengeluaran plasenta dan Kabupaten Bogor Jawa Barat didapatkan 10
selaput ketuban janin dari tubuh ibu.4 orang ibu yang akan kontrol luka episiotomi
persalinan sering kali mengakibatkan setelah post partum normal. Setelah
robekan jalan lahir, baik pada primigravida dilakukan wawancara didapatkan sebanyak
maupun multigravida dengan perineum 7 orang melakukan budaya pantang makan
kaku. Robekan perineum terjadi pada dengan hanya memakan nasi, tahu, tempe,
semua persalinan, biasanya robekan terjadi telur yang direbus saja dan sayuran yang
digaris tengah dan dapat meluas apabila direbus (tanpa kuah). Sebanyak 3 orang ibu
kepala janin lahir terlalu cepat, perineum didapatkan luka episiotomi yang masih
yang dilalui bayi biasanya mengalami beelum kering dan berwarna kemerahan,
peregangan, lebam, dan trauma . Rasa sakit sebanyak 4 orang ibu didapatkan kondisi
pada perineum semakin parah jika robek luka episiotominya masih belum menutup,
atau disayat pisau bedah, seperti luka baru dan masih basah.
area episiotomi atau luka sayatan Berdasarkan latar belakang diatas maka
membutuhkan waktu untuk sembuh, yaitu 7 peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
hingga 10 hari.5 dengan judul “Hubungan Budaya dan
Salah satu faktor yang mempengaruhi Keyakinan (Pantang Makan) Terhadap
penyembuhan luka episiotomi yaitu status Proses Penyembuhan Luka Episiotomi
nutirisi. Nutirisi atau zat gizi yang Pada Ibu Post Partum di Puskesmas
diperlukan oleh tubuh untuk keperluan Kelurahan Cigombong Kecamatan
metabolisme. Sebaiknya bahan makanan Cigombong Kabupaten Bogor Jawa Barat”.
yang dikonsumsi ibu nifas yaitu makanan
Metode
yang mengandung protein, banyak cairan,
sayur-sayuran dan buah-buahan agar
Jurnal Kesehatan Pertiwi – Vol.2 Nomor 2 2020 162
Desain penelitian yang digunakan pada dan reliabilitas. Sedangkan untuk proses
penelitian ini adalah deskriptif korelasi penyembuhan luka episiotomi
dengan pendekatan cross sectional yaitu menggunakan lembar observasi reeda scale
penelitian untuk mempelajari dinamika yaitu dengan pengamatan terhadap luka
korelasi antara faktor-faktor risiko dengan episiotomi sampai luka benar-benar
efek, dengan cara pendekatan, observasi sembuh, kering dan tidak ada tanda infeksi,
atau pengumpulan data sekaligus pada kemudian proses penyembuhan luka dicatat
suatu saat .9 dilembar observasi.
Penelitian ini terdiri dari 1 variabel Analisis univariat dalam penelitian ini
bebas dan 1 variabel terikat. Variabel bebas berupa karakteristik responden (usia,
(independent) dalam penelitian ini yaitu tingkat pendidikan ibu, dan pekerjaan ibu),
budaya dan keyakinan (pantang makan), variabel budaya dan keyakinan (pantang
sedangkan variabel terikat (dependent) makan) dan proses penyembuhan luka
dalam penelitian ini adalah proses episiotomi. Penelitian ini melihat hubungan
penyembuhan luka episiotomi. Variabel antara budaya dan keyakinan (pantang
pantangan yang dimaksud dalam penelitian makan) terhadap proses penyembuhan luka
ini adalah bahan makanan atau masakan episiotomi pada ibu post partum. Jenis data
yang tidak boleh dimakan oleh para budaya dan keyakinan (pantang maka) dan
individu dalam masyarakat karena alasan proses penyembuhan luka episiotomi
bersifat budaya/tradisi yaitu seperti semua adalah nominal sehingga analisis yang
masakan (daging, telur, ikan). Sedangkan digunakan adalah uji chi square (kai
variabel proses penyembuhan luka kuadrat) dengan menggunakan level of
episiotomi adalah lama kembalinya significance (α : alpha) sebesar 5% (0,05).
jaringan yang rusak seperti ke keadaan
Hasil
semula, dengan menggunakan lembar
observasi skala REEDA.10 Analisis Univariat
Populasi penelitian adalah keseluruhan Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
objek penelitian atau yang akan diteliti.11 berdasarkan Usia, Pendidikan Ibu, dan
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pekerjaan Ibu (n = 30)
ibu post partum dengan luka episiotomi di Karakteristik
Kategori n %
Puskesmas Kelurahan Cigombong Responden
Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor < 25 tahun 16 53,3
Jawa Barat, yaitu sebanyak 30 ibu post Usia 26-35 tahun 12 40,0
> 35 tahun 2 6,7
partum dengan episiotomi. Sampel
SD 4 13,3
penelitian adalah subjek yang diteliti dan Pendidikan SMP 6 20,0
dianggap mewakili seluruh populasi.12 Ibu SMA 11 36,7
Pengambilan sampel dalam penelitian ini Sarjana 9 30,0
menggunakan teknik total sampling dari Tidak Bekerja 15 50,0
bulan Oktober-Desember 2017 didapatkan Karyawan 6 20,0
Pekerjaan Ibu PNS 5 16,7
30 ibu post partum denga luka episiotomi. Petani 4 13,3
Alat pengumpulan data dalam
Sumber Data Primer 2017
penelitian ini menggunakan data primer dan
data sekunder. Data primer didapatkan dari Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kuesioner yang diberikan kepada ibu post berdasarkan usia dapat terlihat responden
partum dan lembar observasi reeda scale dengan usia < 25 tahun mendominasi
yang memenuhi kriteria untuk menjadi penelitian ini yaitu sebanyak 16 orang (53,3
responden. Sedangkan data sekunder %). Kemudia, berdasarkan pendidikan ibu
didapatkan dari data puskesmas, jurnal dan dapat terlihat bahwa responden yang
buku. Alat ukur untuk budaya dan memiliki ibu dengan tingkat pendidikan
keyakinan (pantang makan) berupa SMA paling banyak yaitu 11 orang
kuesioner yang telah dilakukan uji validitas (36,7%). Sedangkan berdasarkan pekerjaan

Jurnal Kesehatan Pertiwi – Vol.2 Nomor 2 2020 163


ibu dapat terlihat bahwa mayoritas yang pantang makan dapat mempengaruhi
responden memiliki ibu yang tidak bekerja proses penyembuhan luka episiotomi
yaitu sebanyak 15 orang (50,0%). dengan baik sebanyak 2 orang (22,2%) dan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden responden yang pantang makan dapat
mempengaruhi proses penyembuhan luka
berdasarkan Variabel yang Diteliti (n = 30)
episiotomi kurang baik sebanyak 7 orang
Variabel Kategori n % (77,8%).
Budaya dan Tidak 21 70,0
Keyakinan Pantang 9 30,0 Nilai p-value yang didapat adalah
(pantang Pantang 0,001 yaitu lebih kecil dari pada 0,05.
makan) Berdasarkan analisa ini dapat disimpulkan
Proses Baik 20 66,7
Penyembuhan Kurang Baik 10 33,3
bahwa ada hubungan yang signifikan antara
Luka budaya dan keyakinan (pantang makan)
Episiotomi terhadap proses penyembuhan luka
Sumber Data Primer 2017 episiotomi pada ibu post partum. Dari nilai
Hasil penelitian juga menunjukkan OR yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa responden yang tidak pantang bahwa ibu yang pantang makan mempunyai
makan mendominasi penelitian ini yaitu peluang 21,000 kali proses penyembuhan
sebanyak 21 orang (70,0%). Kemudian luka kurang baik dibandingkan dengan ibu
pada proses penyembuhan luka episiotomi post partum yang tidak pantang makan.
dapat terlihat bahwa mayoritas responden Pembahasan
proses penyembuhan luka baik yaitu
Karakteristik Responden
sebanyak 20 orang (66,7%).
Hasil penelitian ini menunjukkan
Analisis Bivariat
bahwa ibu post partum yang berusia < 25
Tabel 3. Hubungan Antara Budaya dan tahun mendominasi penelitian ini yaitu
Keyakinan (pantang makan) Terhadap sebanyak 16 orang (53,3%) dimana usia
Proses Penyembuhan Luka Episiotomi tersebut termasuk ke dalam usia muda.
Pada Ibu Post Partum di Kelurahan
Usia juga berpengaruh pada imunitas,
Cigombong Bogor. (n = 30)
penyembuhan luka yang terjadi pada orang
tua sering tidak sebaik pada orang muda.13
Buday Proses Penyembuhan Luka
a dan
Penelitian yang dilakukan Jaelani, dkk
Episiotomi
Keyaki (2015) menunjukkan mayoritas umur ibu
baik Kurang baik p
nan n %
nifas berusia < 25 tahun, dimana
valu
(panta
e penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada
ng N % n % usia muda dari pada orang tua. Orang yang
makan
)
sudah lanjut usia sudah tidak dapat
21 100 mentolerir stres seperti trauma jaringan atau
Tidak
Pantang
18 85,7 3 14,3
0,00
infeksi, sehingga penyembuhannya akan
2 22,2 7 77,8 9 100 memakan waktu lebih lama.14
Pantang 1
Hasil penelitian ini juga menunjukkan
Total 20 66,7 10 33,3 30 100 bahwa tingkat pendidikan SMA merupakan
Sumber Data Primer 2017 tingkat pendidikan akhir yang paling
banyak ditempuh oleh ibu responden yaitu
Hasil analisis bivariat menunjukkan 11 orang (36,7%) sedangkan pendidikan
bahwa responden yang tidak pantang dasar (SD) merupakan yang paling sedikit
makan proses penyembuhan luka ditempuh oleh ibu responden.
episiotomi dengan baik yaitu 18 orang
(85,7%) dan responden yang tidak pantang Pendidikan merupakan salah satu faktor
dapat mempengaruhi proses penyembuhan yang mendasari tingkah laku seseorang,
luka episiotomi yang kurang baik sebanyak semakin baik pendidikan seseorang maka
3 orang (14,3%). Sedangkan responden pengetahuan mereka juga semakin baik

Jurnal Kesehatan Pertiwi – Vol.2 Nomor 2 2020 164


termasuk pengetauan dalam perawatan luka Pantangan makanan merupakan
perineum. Senakin tinggi pendidikan kebiasaan, budaya atau anjuran yang tidak
seseorang maka akan mudah dalam diperbolehkan untuk mengkonsumsi jenis
menerima informasi sehingga semakin makanan ternetu misalnya sayuran, buah,
banyak pengetahuan yang didapat.15 ikan dan biasanya berkaitan dengan proses
Jaelani, dkk (2015) didapatkan mayoritas pemulihan kondisi fisik pada ibu nifas.19
pendidikan ibu post partum yaitu Sekolah Santi (2016) memaparkan dalam studinya
Menengah Pertama (SMA) sebanyak 21 bahwa masalah gizi dipengaruhi adanya
orang (35,0%) dalam penelitiannya jaelani, kepercayan-kepercayaan yang keliru
dkk menerangkan bahwa ibu post partum mengenai hubungan antara perilaku
yang mempunyai pendidikan tinggi akan pantang makan. Makanan dan kesehata,
semakin banyak ilmu pengetahuan yang pantangan-pantangan yang mencegah orang
dimiliki khususnya mengenai perawatan memanfaatkan sebaik-baiknya makanan
luka perineum, pengetahuan ibu mengenai yang tersedia bagi mereka, banyak praktek-
perawatan pasca persalinan sangat praktek budaya yang berpengaruh secara
menetukan lama penyembuhan luka negatif terhadap perilaku kesehatan
perineum, apabila pengetahuan ibu kurang masyarakat, seperti kepercayaan untuk
terlebih masalah kebersihan maka pantang makan terhadap makanan tertentu.
16
penyembuhan luka pun akan lama. Penelitian ini juga didominasi oleh ibu
Karakteristik lain yang dimiliki post partum dengan proses penyembuhan
responden yaitu mayoritas responden pada luka episiotominya baik sebanyak 20 orang
penelitian ini memiliki ibu yang tidak (66,7%).
bekerja yaitu sebanyak 15 orang (50,0%). Rupture perineum terjadi karena
Penyembuhan luka perineum sebagian adanaya rupture spontan maupun
besar baik kemungkinan ditunjang oleh episiotomi perineum, yang dilakukan
pekerjaan responden. Ibu yang tidak dengan gunting episiotomi.20 terdapat
bekerja biasanya pola istirahatnya lebih beberapa faktor yang mempengaruhi dalam
teratur, pikirannya juga lebih tenang proses penyembuhan luka episiotomi
sehingga vaskularisasinya lebih diantaranya yaitu status nutrisi, istirahat,
lancar/adekuat dari pada ibu nifas yang stress, infeksi, merokok, kondisi medis dan
bekerja, sehingga mempercepat proses pengobatan.21 Proses penyembuhan luka
penyembuhan luka.17 Riset yang dilakukan perineum memerlukan adanya protein
jaelani, dkk (2015) menunjukkan mayoritas dalam rangka menggantikan sel-sel yang
ibu post partum yaitu tidak bekerja rusak atau mati, protein tersebut diperoleh
sebanyak 18 orang (30,0%) dalam dari berbagai sumber yakni hewani dan
penlitiannya menerangkan bahwa pekerjaan protein nabati. Darmawati, dkk (2012)
jua mempengaruhi ibu nifas dalam menerangkan dalam risetnya bahwa
melakukan perawatan perineum, dimana makanan yang dikonsumsi ibu nifas harus
ibu yang bekerja akan mudah mendapatkan bermutu, bergizi tinggi dan sesuai porsi
infromasi dibandingkan dengan ibu yang akan menyebabkan ibu nifas dalam keadaan
tidak bekerja..18 sehat dan segar sehingga proses
Hasil penelitian ini juga menunjukkan penyembuhan luka episiotominya baik.
bahwa mayoritas ibu post partum yaitu Hubungan antara Budaya dan
tidak berpantang makan sebanyak 21 orang Keyakinan (pantang makan) terhadap
(70,0%). Hal ini menunjukkan kebiasaan proses penyembuhan luka episiotomi
ibu post partum yang baik karena sudah ada Hasil uji hipotesis dengan
kesadaran ibu post partum dalam memenuhi menggunakan Chi Square menunjukkan p-
kebutuhan dasar ibu post partum dan salah value sebesar 0,001 sehingga dapat diambil
satu faktor yang mempengaruhi proses kesimpulan bahwa Ho ditolak dan Ha
penyembuhan luka adalah nutrisi. diterima yang artinya ada hubungan yang
signifikan antara budaya dan keyakinan
Jurnal Kesehatan Pertiwi – Vol.2 Nomor 2 2020 165
(pantang makan) terhadap proses Penelitian ini juga didukung oleh Sari
penyembuhan luka episiotomi pada ibu post (2014) yang menemukan hal yang serupa
partum di puskesmas kelurahan cigombong bahwa sebagian besar ibu nifas yang
kecamatan cigombong kabupaten bogor melakukan pantang makan proses
jawa barat. Kemudian, dari nilai OR yang penyembuhan luka peineumnya lambat dan
diperoleh dapat disimpulkan bahwa ibu post ibu nifas yang tidak berpantang makan
partum yang berpantang makan mempunyai proses penyembuhan luka perineumnya
peluang 21,000 kali proses penyembuhan cepat. Dalam penelitinnya diebutkkan
luka episiotominya kurang baik bahwa pada masa nifas memerlukan nutrisi
dibandingkan dengan ibu post partum yang yang adekuat, kebutuhan gizi yang
tidak pantang makan. tercukupi akan membantu ibu nifas untuk
Dampak yang terjadi pada ibu nifas mengembalikan tubuh pada masa nifas.
yang berpantang makanan, kebutuhan Penyembuhan perineum yang lambat dapat
nutrisi akan berkurang sehingga disebabkan oleh banyaknya ibu nifas yang
mempengaruhi dalam proses penyembuhan melakuan pantang makanan. Kurangnya
luka perieum, berpantang makan dalam asupan protein pada ibu nifas menghambat
waktu lama dapat berakibat buruk terhadap proses regenerasi sel yang baru sehingga
kesehatan dan angka kesakitan ibu, luka perineum ibu cenderung lebih lama
kecukupan zat gizi sangat berperan dalam sembuhnya, sebaliknya ibu dengan gizi atau
asupan nutrisi yang baik mempercepat
proses penyembuhan luka.22
terbentunya benag-benang fibrin sehingga
Penyebab dari pantang makan ini luka akan segera sembuh dan mengering.24
karena anjuran atau budaya yang berlaku
dalam keluarga. Dampak dari pantang Peneliti berasumsi bahwa dapat
makan pada ibu nifas adalah kekurangan zat dinyatakan ibu dengan budaya dan
gizi sehingga proses penyembuhan luka keyakinan (pantang makan) ada hubungan
akan lebih lama bahkan bisa menimbulkan dengan proses penyembuhan luka
infeksi. Jika nutrisi ibu nifas bisa terpenuhi episiotomi karena yang tidak melakukan
dengan baik maka luka jahitan perineum pantang makanan akan menyebabkan
dapat sembuh dengan cepat dan ibu bisa proses penyembuhan luka yang baik dengan
keadaan luka tidak ada tanda infeksi,
melukan aktifitas sehari-hari.23
perineum menutup luka kering dan bersih.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Sedangkan bagi ibu yang melakukan
penelitian yang dilakukan Damayanti pantang makan akan mengalami proses
(2012) yang menyatakan ada hubungan penyembuhan luka episiotomi kurang baik
anatara perilaku pantang makan dengan dengan keadaan luka terdapat tanda infeksi
lama penyembuhan luka perineum pada ibu merah, bengkak, panas, nyeri dan
nifas di BPS Tutik Purwati Sleman dengan fungsioleosa, perineum menutup atau
hasil perhitungan uji statistik chi square membuka, keadaan luka masih masah dan
menunjukan nilai p sebesar 0,033. kotor. Hal ini karena ibu pantang terhadap
Penelitian tersebut menemukan bahwa suatu makanan terntentu sehingga nutrisi
sebagian besar ibu nifas yang berpantang yang dibutuhkan tubuh tidak adekuat.
makan maka luka perieumnya belum
sembuh, sedangkan ibu nifas yang tidak Kesimpulan
berpantang makan maka lukanya sembuh. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Penelitian Jannah (2013) juga dilakukan maka diperoleh kesimpulan
menunjukkan bahwa mayoritas ibu nifas bahwa sebagian besar di puskesmas
yang tidak melakukan pantang makanan Cigombog Bogor yang Budaya dan
proses penyembuhan luka perineum cepat keyakinan (pantang makan) yaitu tidak
sedangkan ibu nifas yang berpantang berpantang makan dan sebagijan besar
makan maka proses penyembuhan luka proses penyembuhan luka episiotomi pada
ibu nifas di puskesmas Cigombong Bogor
perineumnya lambat.
yaitu baik. Terdapat hubungan yang

Jurnal Kesehatan Pertiwi – Vol.2 Nomor 2 2020 166


signifikan antara budaya dan keyakinan Kecamatan Miri Sragen. Fakultas Ilmu
(pantang makan) terhadap proses Kesehetan Universitas Muhammadiyah
Surakarta; 2010.
penyembuhan luka episiotomi pada ibu post 16. Sari, Eka Prima. Hubungan Antara Pantang
partum di Puskesmas Kelurahan Makanan Pada Masa Nifas dengan
Cigombong Kecamatan Cigombong Penyembuhan Luka Perineum di Wilayah Kerja
Kabupaten Bogor Jawa Barat. Puskesmas Jatiwates Kecamatan Tembelang
Kabupaten Jombang. Karya Tulis Ilmiah; 2014.
Daftar Pustaka 17. Suprabowo. Dalam : Santi, Lina Silvia, dkk.
2016. Hubungan Antara Perilaku Pantang
1. WHO. Angka Kematian Ibu di Dunia
Makan dengan Lama Penyembuhan Luka
https://www.academia.edu/9825392/minikti_tr
enpersalinan. Diakses tanggal 5 September Perineum pada Ibu Nifas; 2006.
2017 jam 13.00 WIB; 2014. 18. Darmawati. Hubungan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Penyembuhan Luka dengan
2. SDKI. Survey Demografi kesehatan Indonesia
Tahun 2013-2015. Angka Kematian Ibu di Lama Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas.
Indonesia.Purnama, D. Cermat Memilih Program Studi Ilmu Keperawatan Meternitas
Anak; 2012.
Sekolah Menengah yang Tepat. Jakarta: Gagas
Media; 2010. 19. Boyle, M. Pemulihan Luka. Jakarta: EGC;
3. Dinkes Jabar. Angka Kematian Ibu Di Provinsi 2008.
20. Manuaba. Dalam : Aprilia, Ita Rahayu. 2014.
Jawa Barat. www.pikiran rakyat.com/bandung-
Tingkat pengetahuan Ibu Nifas Tentang
raya/2017/02/12/angka-kematian-ibu-di-jabar-
Pantang Makan Selama Masa Nifas di BPS
turun-393257. Diakses tanggal 10 September
Nunik Isdayati Gemolong Sragen. Sekolah
2017 jam 17.15 WIB; 2015.
4. Saifudidin, A.b. Acuan Nasional Pelayanan Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Surakarta; 2008.
21. Zalilah. Dalam : Sa’diyah, Lida Khalimatus.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009
2014. Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas
5. Bahiyatun. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa
Tentang Nutrisi Masa Nifas dengan
Nifas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009.
6. Boyle, M. Pemulihan Luka. Jakarta: EGC; Penyembuhan Luka Perineum di Desa Kesiman
2008. Tengah Kecamatan Pacet Kabupaten
7. Zuhana, Nina, dkk. Hubungan Pantangan Mojokerto. Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto;
2005.
Makanan Dengan Lama Penyembuhan Luka
22. Damayanti, Adelia Dewi. Hubungan Perilaku
Perineum Ibu Nifas. Stikes Muhammadiyah
Pantang makan Dengan Lama Penyembuhan
Pekajangan Pekalongan; 2017.
8. Rukiyah, A. Dalam: Sari, Rita Nindia. 2014. Luka Perineum pada Ibu Nifas di BPS Tutik
Purwani Sleman. Sekolah Tinggi Ilmu
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. T Umur
Kesehatan Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta;
19 Tahun dengan Perawatan Luka Jahitan
Perineum di BPS Zuliyati. Karya Tulis Ilmiah; 2012.
23. Jannah, Raudhatul. Hubungan Pengetahuan Ibu
2010.
Nifas dengan Pantangan dengan Perawatan
9. Notoadmodjo, S. Metodelogi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012. Luka Ruptur Perineum di Rumah Sakit Bunda
dan Anak. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
10. Molazem,ddk. Dalam: Kharisma, Maya Putri.
U’budiyah Program Studi DIII Kebidanan
2016. Hubungan Kadar Albumin Serum Dengan
Banda Aceh; 2013.
Penyembuhan Luka Sectio Caesarea di RS PKU
24. Sari, Eka Prima. Hubungan Antara Pantang
Muhammadiyah Gamping Yogyakarta. Karya
Tulis Ilmiah; 2014. Makanan Pada Masa Nifas dengan
11. Notoadmodjo, S. Metodelogi Penelitian Penyembuhan Luka Perineum di Wilayah Kerja
Kesehatan. Jakarat: Rineka Cipta; 2015. Puskesmas Jatiwates Kecamatan Tembelang
12. Herawati. 2010. Dalam : Jaelani, dkk. Kabupaten Jombang. Karya Tulis Ilmiah; 2014.
Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang
Makanan Gizi Seimbang dengan Penyembuhan
Luka Perineum; 2015.
13. Jaelani, dkk. Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas
Tentang Makanan Gizi Seimbang dengan
Penyembuhan Luka Perineum;2015.
14. Notoadmojo, S. Dalam : Yulianti, Lia. 2014.
Gambaran Perawatan Ibu Nifas di Wilayah
Kecamatan Miri Sragen. Fakultas Ilmu
Kesehetan Universitas Muhammadiyah
Surakarta; 2007.
15. Mas’adah. Dalam : Yulianti, Lia. 2014.
Gambaran Perawatan Ibu Nifas di Wilayah

Jurnal Kesehatan Pertiwi – Vol.2 Nomor 2 2020 167

Anda mungkin juga menyukai