Haryadi 2
Haryadi 2
Haryadi 2
I. PENDAHULUAN
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Kerapu hibrida cantang merupakan hasil
persilangan antar ikan kerapu macan betina (Epinephelus fuscoguttatus) dengan
kerapu kertang (Epinephelus lanceolatus) jantan (Folnuari dkk., 2017).
Maka dari itu, budidaya menjadi sektor penting dalam meninkatkan
perekonomian masyarakat. Salah satu budidaya yang telah lama
berkembang di masyarakat adalah budidaya ikan. Perikanan budidaya disebut
juga dengan akuakultur, yakni suatu kegiatan perikanan yang
memproduksi biota (organisme) akuatik di lingkungan terkontrol yang
bertujuan mendapat keuntungan (Goimawan 2012). Budidaya ikan yang
biasanya dilakukan oleh masyarakat merupakan jenis budidaya ikan air tawar.
Perikanan budidaya air tawar menurut Goimawan (2012) bertujuan untuk
memproduksi ikan menggunakan beberapa sistem budidaya seperti
wadah dan bergantung terhadap sumber air yang ada.
1.2 Tujuan Praktek Magang
Tujuan dari praktek magang MBKM Tematik ini untuk menambah
pengetahuan dan keterampilan yang berupa: soft skill yaitu menguasai
keterampilan dalam berkomunikasi, berbicara di depan umum, bekerja sama,
manajemen waktu serta mengatur diri sendiri dalam berhubungan dengan orang
lain. Hard skill yaitu menguasai wawasan mengenai pengelolaan budidaya ikan
air tawar seperti ikan nila, lele dan ikan koi yang dimulai dari menyiapkan alat
dan bahan serta sarana maupun prasarana, pemberian pakan, penebaran benih, dan
pembesaran hingga pengukuran kualitas air serta kemampuan lainnya yang
berhubungan dengan pengelolaan budidaya ikan air tawar di UPTD BBI. Selain
itu, magang MBKM ini memiliki tujuan sebagai pengganti kuliah regular yang
akan dikonversikan dengan beberapa rekomendasi mata kuliah yang sesuai atau
setara dengan 20 SKS.
1.3 Manfaat Praktek Magang
Manfaat dari praktek magang inj adalah mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan di lapangan yang nantinya akan dikonversikan dengan setara 20
SKS mata kuliah serta dapat menambah wawasan, meningkatkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan bagaimana cara pengelolaan budidaya ikan air
tawar yang baik sehingga dapat diterapkan di dunia kerja terutama di lapangan.
3
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
gelap melintang yang semakin memudar saat ikan dewasa serta di tepi sirip
punggung. Pada sirip ekor terdapa 7-12 garis vertikal berwarna gelap. Sementara
itu, pada musim pemijahan, ujung sirip punggung, sirip dada, sirip perut, dan sirip
ekor berwarna merah atau kemerahan (Rahmawati & Dailami, 2021).
Ikan nila betina memiliki bentuk tubuh yang lonjong dan lebih Panjang
dibandingkan ikan nila jantan. Untuk warna ikan nila betina cenderung lebih gelap
dibandingkan ikan nila jantan. Bagian dubur ikan nila jantan memiliki alat
kelamin yang berbentuk memanjang dan berwarna cerah. Alat kelamin nila jantan
akan semakin cerah jika sudah dewasa atau matang gonad dan siap untuk
membuahi telur ikan nila betina. Untuk dubur ikan betina, terdapat dua tonjolan
membulat. Dimana dua tonjolan tersebut memiliki fungsi yang satu sebagai
saluran keluarnya telur, dan yang satunya untuk saluran pembuangan kotoran.
Ikan nila betina dapat bertelur hingga 1.000-2.000 butir saat mencapai dewasa
(Rahmawati & Dailami, 2021).
2.2.2 Morfologi Ikan Lele Mutiara
Ikan lele memiliki tubuh yang licin, tidak bersisik, berlendir dan memiliki
sepasang sungut. Ikan lele mempunyai kepala yang panjang hampir mencapai
seperempat panjang tubuhnya. Kepala bagian atas pipih ke bawah (depressesed)
dan kepala bagian bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat. Tulang pelat ini
membentuk ruangan rongga diatas insang yang berisi alat bantu pernafasan yaitu
arborescent organ dengan bentuk menyerupai dedaunan dan berwarna merah
(Mahyudin, 2008). Arborescent organ berfungsi mengambil oksigen langsung dari
udara, sehingga ikan lele mampu bertahan hidup dalam kondisi oksigen minimum
(Khairuman dan Amri, 2009).
Mulutnya terminal dan lebar dilengkapi kumis sebanyak 4 pasang yang
berfungsi sebagai alat peraba pada saat mencari makan atau ketika mencari
makan. Mulut lele dilengkapi gigi atau permukaan kasar pada mulut bagian depan,
di dekat sungut terdapat alat olfaktori yang berfungsi untuk perabaan dan
penciuman. Ikan lele memiliki tiga sirip tunggal, yaitu sirip punggung (dorsal),
sirip ekor (caudal) dan sirip anal. Sirip anal dan sirip punggung berfungsi untuk
menjaga keseimbangan. Adapun sirip dada dilengkapi dengan sirip keras runcing
atau disebut patil (Laudza, 2017).
8
260 - 300 C dan untuk pemijahan 25 0 - 280 C. Air di kolam budidaya harus
memenuhi kriteria fisiko-kimiawi, termasuk pH 6,5 - 9; kekerasan (derajat
kekasaran) maksimum 100 ppm dan optimum 50 ppm; kekeruhan (turbidity)
bukan lumpur antara 30 dan 60 cm; kebutuhan O2 optimal dalam kisaran yang
cukup luas, dari 0,3 ppm untuk anak ayam dewasa hingga saturasi; dan
konsentrasi CO2 di bawah 12,8 mg/l, amonium terikat adalah 147,29 - 157,56
mg/l. Daerah sekunder ikan ini dapat hidup dengan baik. Di lingkungan yang
terlalu dingin, pertumbuhan ikan lele melambat, dan pada ketinggian lebih dari
700 meter, pertumbuhan ikan ini tidak begitu baik. Dengan perawatan yang tepat,
ikan ini tumbuh dengan baik di air bersih (Wartono, 2011).
2.3.3 Habitat dan Penyebaran Ikan Kerapu
Ikan kerapu macan hidup di daerah karang sehingga biasa disebut kerapu
karang. Sedangkan kerapu macan adalah ikan yang hidup di dasar dengan daerah
penyebaran mulai dari daerah pantai (coastal area) dan perairan karang (coral
reef). Kerapu macan tergolong ikan euryhaline, yang toleran pada salinitas 12-35
ppt. Namun demikian untuk pemeliharaannya dibutuhkan salinitas 22-32 ppt
(Mariskha dan Abdul Gani, 2012).
Kerapu muda biasanya hidup di perairan dangkal pada kedalaman 0,5-3 m.
Setelah dewasa kerapu tersebut akan pindah ke perairan yang lebih dalam pada
kedalaman 7-40 m. Akan tetapi, ada juga kerapu yang berenang hingga kedalaman
100 m. Larva kerapu pada umumnya menghindari permukaan air pada siang hari.
Sebaliknya pada malam hari lebih banyak ditemukan di permukaan air.
Penyebaran Vertikal tersebut sesuai dengan sifat ikan kerapu sebagai organisme
yang pada siang hari lebih banyak bersembunyi di liang-liang karang sedangkan
pada malam hari aktif bergerak untuk mencari makan.
Suhu
Suhu merupakan faktor yang mempengaruhi laju metabolisme dan
kelarutan gas dalam air (Zonneveld, N., Huisman E. A, dan Boon, 1991). Suhu
yang semakin tinggi akan meningkatkan laju metabolisme ikan sehingga respirasi
yang terjadi semakin cepat. Hal tersebut dapat mengurangi konsentrasi oksigen di
air sehingga dapat menyebabkan stress bahkan kematian pada ikan. Dalam
keadaan stress larva ikan lele akan memerlukan oksigen lebih, sehingga
mengakibatkan seringnya gerak naik turun untuk mengambil oksigen langsung
dari permukaan udara (Hadirini, 1985 dalam Witjaksono et al., 2009). Dampak
stress mengakibatkan daya tahan tubuh ikan menurun selanjutnya terjadi kematian
(Wedemeyer G, 2001). Suhu yang optimum bagi pertumbuhan ikan lele berkisar
antara 25-32°C (Arifin M.Y, 2016).
Suhu perairan mempunyai hubungan yang cukup erat dengan besarnya
intensitas cahaya yang masuk ke dalam suatu 14 perairan. Dalam hal ini intensitas
cahaya yang masuk ke dalam suatu perairan akan menentukan derajat panas,
yakni semakin banyak sinar matahari yang masuk kedalam suatu perairan,
semakin tinggi suhu airnya, namun semakin bertambahnya kedalaman, akan
menurunkan suhu perairan.
pH (Power Of Hidrogen)
Keasaman (pH) memegang peranan penting dalam bidang perikanan
karena berhubungan dengan kemampuan untuk tumbuh. Ikan lele dapat hidup
pada kisaran pH 4 dan diatas pH 11 akan mati (Suyanto, 1999). Nilai pH yang
baik untuk ikan lele berkisar antara 6,5-8,5. Tinggi rendahnya suatu pH dalam
perairan salah satunya di pengaruhi oleh jumlah kotoran dalam lingkungan
perairan khususnya sisa pakan dan hasil metabolisme.
Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut merupakan parameter kualitas air yang paling
menentukan dalam budidaya ikan. Kadar oksigen terlarut berfluktuasi secara
harian dan musiman, tergantung pada pencampuran dan pergerakan masa air,
respirasi dan limbah yang masuk ke badan air. (Stickney RR, 2005) menyatakan
bahwa konsentrasi oksigen yang baik untuk ikan lele tidak boleh kurang dari 3
ppm. Oksigen yang rendah umumnya diikuti dengan meningkatnya amonia dan
15
didapatkan dalam pembenihan. Induk ikan lele dapat dipelihara secara terpisah
antara kolam jantan dan betina, dengan tujuan agar memudahkan pengontrolan
dan yang paling penting untuk menghindari pemijahan diluar kehendak dan dapat
juga dipelihara secara digabung dengan cara kondisi air kolam pemeliharaan
induk harus keruh dengan warna hijau pekat dan tanpa dilakukan pergantian air
untuk menjaga kestabilan kualitas air. Beberapa keunggulan apabila menyatukan
pemeliharaan induk dalam satu kolam yaitu induk-induk tersebut lebih cepat
matang gonad sekitar 2-4 minggu dibandingkan dengan induk yang dipisah.
Kolam dalam pemeliharan dapat menggunakan kolam beton maupun
kolam tanah. Induk ikan lele diberi perlakuan khusus dalam pemeliharaan, perlu
ada nya pengedalian dan pengawasan induk, melalui pengontrolan kualitas air dan
manajemen pemberian pakan. Menurut (Khairuman & Khairul Amri, 2012) jika
dilihat dari kebiasaan makan, lele termasuk kedalam golongan omnivora atau
pemangsa segala, tetapi cenderung karnivora. Jenis makanan yang umum dimakan
lele yaitu berbagai jenis serangga air, plankton, siput, kepiting, udang dan
invertebrata lainnya. Lele juga menyukai makanan seperti bangkai, limbah
peternakan dan limbah rumah tangga. Lele termasuk jenis ikan yang cenderung
berperilaku sebagai predator atau suka memangsa terutama ikan yang berukuran
lebih kecil (stadium benih).
2.7.2 Seleksi Induk Ikan Lele
Seleksi Induk Menurut (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2018)
memilih induk ikan yang baik merupakan syarat penting untuk pembenihan ikan,
karena hasil seleksi yang tidak baik, begitu juga dengan benih yang baik. Orang
tua yang lebih baik mempengaruhi kualitas benih yang dihasilkan. Banyak sekali
tempat pembenihan ikan yang berkembang biak dengan menggunakan tetua yang
tidak jelas asal usulnya, sehingga dimungkinkan terjadi perkawinan sedarah
(inbreeding) yang dapat menularkan sifat resesif induk yang mempengaruhi
kualitas benih, termasuk pertumbuhan benih yang dihasilkan. lambat dan rentan
terhadap penyakit, sehingga kualitas benih buruk. Kelainan fisik tidak boleh
diturunkan dari induk atau salah satu keturunannya. Umur dan ukuran pembibitan
lele harus bervariasi untuk memastikan lebih banyak anak ayam dari serasah di
tempat penetasan, jadi lebih baik memilih indukan yang lebih baik untuk menjaga
18
mungkin memakan telur yang ada di dalam kantong atau menempel di dasar
dinding kolam. Betina yang telah bertelur ditimbang dan dikembalikan ke kolam
induk. Penggantian air sebagian dilakukan setelah induk jantan dan betina
dikeluarkan dari tangki pemijahan mencapai 50-80%.
2.7.4 Penetasan Telur, Pemeliharaan Larva dan Benih lele (Clarias
gariepinus)
Hasil pemijahan tetap berada di Kakaban. Kakaban harus diletakkan pada
posisi datar dengan meletakkan batu di atas kakaban agar seluruh permukaan
kakaban terendam air. Ini juga akan menenggelamkan semua telur. Telur apa pun
yang tidak direndam dalam air pasti tidak akan menetas. Telur yang dibuahi
berwarna hijau muda dengan inti merah di tepinya, telur yang tidak dibuahi
berwarna putih susu. Larva menetas dalam 18-24 jam dari telur yang dibuahi.
Telur yang baik menetas menjadi larva, tetapi telur yang buruk akan membusuk.
Selama inkubasi telur, kolam dikeringkan dengan aliran kecil air, sehingga
air terus berubah dan air kotor dari pembusukan telur yang tidak dibuahi keluar
dari saluran pembuangan. Air yang mengalir juga digunakan untuk menjaga
ketersediaan oksigen terlarut di dalam kolam yang dapat mempercepat penetasan
telur, hal ini sesuai dengan pernyataan (Sunarma, 2004) bahwa telur tetas harus
ditempatkan di air yang mengalir untuk menggantikan air yang telah direndam.
Cacaban dibuang tiga hari setelah telur menetas. Kemudian bersihkan dan
keringkan tas. Tas ini dapat digunakan kembali pada spawn berikutnya. Telur yang
tidak menetas atau mati dibuang dengan cara disedot. Setelah telur menetas,
tempat penetasan harus sering diperiksa atau diamati.
Larva yang baru menetas 13 berwarna hitam seperti berudu dan berenang
di dasar kolam atau melayang-layang di sekitar serabut kakaban. Setelah menetas
larva tidak diberi pakan karena masih ada kuning terlur diperut larva, pada umur
2-3 hari larva ikan lele (Clarias gariepinus) dapat diberi pakan berupa pakan
alami yaitu cacing sutra.
telur dan induk jantan ikan kerapu kertang berjumlah 1 ekor yang di bak induk di
Balai Perairan Budidaya Air Payau Situbondo, induk kerapu dipelihara dalam bak
beton yang berbentuk bulat dengan kapasitas ± 200 m3 , dengan diameter bak 10
m, dan kedalaman 3 m. Sedangkan bak karantina berbentuk persegi panjang
dengan ukuran 5 × 2 × 1,2 m, dengan kapasitas optimum 10 m3 . Dalam
pengadaan air laut yang digunakan sebagai media 10 pemeliharaan, penggunaan
filter sangat penting untuk mendapat air laut yang steril untuk digunakan sebagai
media pemeliharaan induk.
Pemeliharaan induk pada bak beton berbentuk bulat dengan ukuran
sebagai berikut:
a. Bak karantina 5 × 2 × 1,2 m, dengan outlet 4 inci dan inlet 2 inci
b. Bak pemanenan telur 3 × 3 × 1,5 m
Dalam pemeliharaan induk juga dilakukan sirkulasi air pemeliharaan
sebanyak 200 – 300 %/ hari yang dilakukan terus menerus. Bak pemijahan induk
dilakukan pencucian atau pembersihan 2 minggu sekali dengan menggunakan
kaporit dan dibilas sampai bersih dengan menggunakan air tawar.
1. Ciri – ciri induk jantan ikan kerapu kertang yang sudah matang gonad
a. Ikan kerapu kertang bersifat hermaprodit protogini (Perkembangan
mencapai dewasa berjenis kelamin betina dan akan berubah menjadi jantan
jika tubuh besar dan lebih tua).
b. Berwarna lebih cerah atau terang, agresif.
c. Organ kelamin genital terdapat benjolan berwarna kemerahan.
d. Bila dilakukan striping akan mengeluarkan cairan atau sperma.
e. Panjang tubuh lebih dari 1 meter, dengan berat ± 50 kg
2. Ciri – ciri induk betina ikan kerapu macan yang matang gonad
a. Perut gendut dan kenyal.
b. Gerakan cenderung tidak agresif.
c. Jika dilakukan kanulasi organ kelamin mengeluarkan telur
d. Panjang tubuh 50 – 80 cm, dengan berat 7,0 – 10,0 kg
2.8.2 Seleksi Induk
Seleksi induk dilakukan dengan memilih calon induk yang sehat, tidak
cacat, memenuhi standar berat induk dimana berat induk stabil dengan kenaikan
21
atau penurunan yang tidak begitu signifikan dan bebas dari penyakit dengan
dilakukannya cek kesehatan secara visual. Untuk mengetahui kematangan gonad
pada induk jantan kerapu kertang dilakukan striping dengan cara mengurut bagian
perut ke arah lubang sperma sehingga mengeluarkan cairan, jika cairan kental
maka gonad tersebut telah matang. Sedangkan pada induk betina kerapu macan
dengan menggunakan teknik kanulasi, yaitu pengambilan sebagian gonad dengan
menggunakan injeksi. Dimana ujung selang dimasukan ke dalam lubang 11
genital atau lubang kelamin yang terletak dalam lubang dubur dan lubang kencing
sedalam 5 -10 cm, kemudian ujung selang yang lain di sedot dengan mulut
sehingga sebagian telur akan terambil di dalam selang kanulasi tersebut sehingga
tampak butiran–butiran telur yang akan mudah dilihat jika dipindahkan ke objek
gelas di bawa mikroskop.
2.8.3 Teknik Pembenihan
Persiapan Bak
Bak merupakan media tempat hidup pemeliharaan larva. Sebelum
dilakukan penebaran telur kerapu, perlu dilakukan persiapan terlebih dahulu.
Tujuan persiapan bak adalah membuat kondisi media menjadi baik, sehingga
perkembangan larva berlangsung dengan baik pula. Persiapan bak dapat dilakukan
dengan membersihkan, mengeringkan, dan membilas dengan menggunakan air
laut. Sebelum penebaran larva dilakukan, perlu dilakukan pencucian bak dengan
menggunakan sabun dan kaporit sebanyak 100-150 gr/bak, yang telah dilarutkan
dalam air dan kemudian dibilas menggunakan air tawar hingga bau sabun dan
kaporit hilang. Setelah itu dilakukan pengeringan selama 1-2 hari. Menurut
Subyakto dan Cahyaningsih (2003), menyatakan pengeringan adalah salah satu
proses awal yang dilakukan dalam persiapan bak dan pemeliharaan larva ikan
kerapu di BPBAP Situbondo dilakukan selama 1-2 hari. Tujuannya yaitu untuk
membunuh virus, bakteri, dan parasit yang dapat menyerang larva ikan kerapu.
Persiapan Air Media Pemeliharaan
Kualitas air yang digunakan dalam pemeliharaan larva yaitu salinitas ± 28-
35 ppt dan suhu air 32°C. Volume awalnya pengisian bak 5-7 m3 atau minimal 12
separuh dari volume total bak pemeliharaan. Hal ini bertujuan agar masih ada
ruang yang dapat digunakan untuk penambahan fitoplankton. Air laut yang
22
digunakan dalam pemeliharaan larva ini disaring melalui filter bag, bertujuan agar
organisme renik tidak dapat masuk dalam media pemeliharaan. Salinitas air laut
yang dapat dimanfaatkan yang optimal yaitu 28-35 ppt dengan suhu minimal
30°C.
Penebaran dan Penetasan Telur
Persiapan bak penetasan telur juga adalah bak pemeliharaan larva yang
dilakukan minimal satu hari sebelum dilakukan penebaran telur. Penebaran telur
dilaksanakan pagi hari dengan kepadatan 10-15 butir/liter. Akan tetapi sebelum
telur ditebar alangkah baiknya diaklimatisasi terlebih dahulu selama 10-20 menit.
Aklimatisasi dilakukan dengan cara memasukkan telur kedalam kantong plastik
kemudian kantong tersebut dimasukkan ke dalam bak pemeliharaan larva.
Menurut Sumandinata (2013), sebelum telur dimasukkan kedalam wadah
penetasan, telur terlebih dahulu di aklimatisasi. Pentingnya dilakukan aklimatisasi
karena kerapu sangat sensitif terhadap salinitas dan suhu. Selain itu aklimatisasi
juga bertujuan agar meningkatkan daya tetas telur. Penebaran telur dilakukan
secara hati-hati agar tidak terjadi benturan fisik yang dapat menyebabkan telur
menjadi rusak. Telur ikan kerapu akan menetas selama 18-19 jam setelah
pembuahan. Penggunaan aerasi dalam penetasan telur disesuaikan tidak dapat
terlalu besar agar larva ikan kerapu tidak teraduk oleh arus yang timbul karena
aerasi, sehingga larva tidak mudah stres (Syarifuddin, 2016).
Perkembangan Larva dan Pemberian Pakan
Larva ikan kerapu yang baru menetas masih memiliki cadangan makanan
berupa kantong kuning telur dan butiran minyak bagi larva. Pada fase pro larva
masih belum terbuka, sehingga pada fase ini larva memanfaatkan kuning telurnya
sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Pada saat larva
berumur 3 hari, kuning telur yang sebagai cadangan makanannya sudah habis dan
organ-organ pertumbuhannya mulai berkembang. Pada fase ini larva memasuki
masa kritis, dimana larva harus diberi makan secara kontinyu untuk sumber
energinya. 13 Larva ikan kerapu biasanya diberi pakan berupa Rotifera, Artemia,
Chlorella sp, Tetraselmis sp, Dunaliella sp dan pakan alami yang lain sesuai
dengan ukuran mulut larva. Menurut, Wardono (2013) pakan yang digunakan
dalam pemeliharaan larva ikan kerapu berupa pakan alami dan pakan buatan
23
Gambar 5. Lokasi praktek magang di UPTD Balai Benih Ikan (BBI) desa
Kote, Kecamatan Singkep Pesisir, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau
3.2 Metode Praktek
Metode yang digunakan dalam praktek magang ini terdiri dari metode
mentorial (short course), praktek langsung di lapangan dan studi literatur, dengan
praktek sebagai berikut :
a. Metode mentorial adalah pengarahan dari pembimbing selama praktek
magang berlangsung.
b. Metode observasi dengan menggunakan data primer dan sekunder.
Data primer didapatkan dengan cara mengikuti dan mengamati secara
aktif praktek di lapangan dan mengetahui secara langsung bagaimana
kondisi lapangan dengan dibimbing oleh pembimbing lapang.
Sedangkan data sekunder, didapatkan dengan cara melihat data-data
27
terdahulu seperti jurnal, buku, karya tulis ilmiah, dan sumber lain yang
mendukung.
3.3 Prosedur Praktek Magang
Teknik Pengumpulan Data Terdapat dua data yang akan dikumpulkan
pada saat praktek langsung dilapangan yaitu berupa data primer dan data
sekunder, seperti :
a) Data Primer
Data primer merupakan data yang akan didapatkan atau diperoleh secara
langsung melalui kegiatan langsung di lapangan yang dilakukan di UPTD
Balai Benih Ikan (BBI) Kote Lingga. Data primer berupa data jumlah
wadah/tempat untuk kegiatan Pemeliharaan induk, data kegiatan
grading/pemilihan benih ikan, data jumlah benih ikan yang berhasil
diproduksi, data jumlah dan waktu pemberian pakan, serta data pengukuran
kualitas air pada wadah budidaya ikan dan udang vaname seperti suhu, pH,
kecerahan dan salinitas.
b) Data Sekunder
Data sekunder mengenai sejarah pendirian UPTD BBI Kote, visi dan misi
BBI Kote, struktur organisasi yang terdapat dalam BBI Kote, Sarana dan
Prasarana pada BBI Kote serta dengan membaca literatur-literatur terkait
dengan Pengelolaan budidaya ikan air tawar dan udang vaname. Data
sekunder tersebut didapatkan dengan pengumpulan berupa literatur data yang
berhubungan Pengelolaan Budidaya Ikan Air Tawar dan Udang Vaname di
UPTD BBI Kote yang bersumber dari buku, jurnal, internet dan juga staff BBI
Kote.
28
3. Pelaksanaan Di bawah
Kegiatan Magang bimbingan kepala
(Pemberian pakan, dan staf UPTD
pengukuran BBI Kote selaku
kualitas air, pembimbing
pemijahan, lapangan magang.
penyortiran benih,
grading dan
29
pendederan ikan)
7. Pengambilan Dokumentasi
dokumentasi diambil setiap
terkait kegiatan melakukan
magang MBKM kegiatan dan
pengamatan
selama magang
MBKM.
30
8. Wawancar Dilaksanakan
a dan
sebanyak 5 kali
konsultasi
dengan guna mendapat
DPL atau
arahan dan materi
staf
pegawai serta modul
BBI
kegiatan magang
di BBI Kote.
4.1 Keadaan Umum UPTD Balai Benih Ikan (BBI) Desa Kote Kabupaten
Lingga
4.1.1 Letak Geografis dan Topografi UPTD BBI Kote Lingga
UPTD Balai Benih Ikan (BBI) Kote Lingga berlokasi di Dusun I, RW 01
RT 01, Desa Kote, Kecamatan Singkep Pesisir, Kabupaten Lingga, Provinsi
Kepulaaun Riau. UPTD BBI kote mempunyai luas 3.347,10 m2 yang terdiri dari
1.200 m2 areal bangunan dan 1.800 m2 perkolaman dan selebihnya pekarangan
dan lahan tandon bak penampungan air tawar dan air laut. Lihat gambar 6.
Batas-batas geografiis UPTD BBI kote yaitu sebagai berikut :
Sebelah Utara : Laut
Sebelah Selatan : Desa Lanjut dan Desa Sungai Harapan
Sebelah Timur : Desa Lanjut
Sebelah Barat : Desa Sungai Buluh dan Desa Pelakak
Perangkat Daerah Kabupaten Lingga dan tentang Pembentukan Unit Teknis Dinas
pada Dinas Kelautan dan Provinsi Kepulauan Riau. Berdasarkan Peraturan Bupati
Lingga pada bab II pasal 5 menjelaskan bahwa UPTD Balai Benih Ikan Kote
mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis operasional di bidang perikanan
budidaya, aspek pembenihan dan pengelolaan benih ikan bermutu dan induk
unggul serta melaksanakan pembinaan teknis terhadap pembudidaya ikan.
Sehubungan dengan hal tersebut keberadaan UPTD Balai Benih Ikan
(BBI) Kote diperkenalkan secara luas kepada masyarakat sekitar terutama yang
menyangkut tugas dan fungsi serta kegiatan dan peran untuk menunjang
pengembangan budidaya dan pembenihan ikan air tawar di Kabupaten Lingga
khususnya Kecamatan Singkep Pesisir. Sejak awal terbentuk sampai sekarang
UPTD BBI Kote belum pernah berganti nama dan UPTD BBI Kote ini berada
pada kelas A dan berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Dinas Kabupaten Lingga.
4.1.4 Tugas Pokok UPTD BBI Kote dan Tugas Kepala UPTD BBI Kote
UPTD Balai Benih Ikan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknis
operasional di bidang perikanan budidaya, aspek pembenihan dan pengelolaan
benih ikan bermutu dan induk unggul serta melaksanakan pembinaan teknis
terhadap pembudidaya ikan. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), Kepala UPTD Balai Benih Ikan mempunyai rincian tugas:
a. Menyusun bahan perencanaan operasional di lingkungan UPTD Balai
Benih Ikan;
b. Mendistribusikan tugas kepada bawahan di lingkungan UPTD Balai Benih
Ikan;
c. Memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan di lingkungan
UPTD Balai Benih Ikan;
d. Menyelia pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan UPTD Balai Benih
Ikan,
e. Menyusun bahan tugas-tugas dan kebijakan teknis terkait ketatausahaan;
f. Menyusun bahan tugas-tugas dan kebijakan teknis terkait Produksi,
Pengujian dan Teknologi;
g. Menyusun bahan tugas-tugas dan kebijakan teknis terkait Standarisasi dan
Kerjasama;
h. Mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan UPTD Balai
Benih Ikan;
i. Menyusun laporan pelaksanaan tugas di lingkungan UPTD Balai Benih
Ikan; dan
j. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan baik lisan
maupun tertulis.
Bagian Struktur Organisasi UPTD Balai Benih Ikan (BBI) Kote disajikan
pada Gambar 7.
KEPALA BALAI
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
UPTD BBI Kote dipimpin oleh seorang kepala balai dan dibantu oleh
Kepala Subbag Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional. Tugas dari masing-
masing jabatan tersebut yaitu, sebagai berikut :
a) Sub Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, pengelolaan data dan informasi,
pengelolaart administrasi keuangan, pengelolaan kepegawaian, tata laksana
barang milik negara/daerah, rumah tangga, ketatausahaan, dan perumusan
kebijakan teknis, serta pengelolaan keafnaan, ketertiban, kebersihan dan
perawatan kawasan balai benih.
b) Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud padå Pasal 7 ayat
(1)
35
6. Kolam pendederan 11 10 1
7. Kolam lainnya 6 6
8. Kolam pemijahan 4 2 2
Kondisi
No. Nama Sarpras Jumlah
Baik Kurang Rusak
Baik Berat
Kolam terpal (bioflok 3 3
9.
udang vannamei)
10. Pompa microbubble 4 4
11. DO meter 1 1
12. Water quality checker 1 1
13. pH Meter 3 2 1
14. Refraktometer 3 3
15. Spektrophotometer 1 1
16. Parafin 1 1
17. Burret 25 ml 3 3
18. Burret 50 m 3 3
19. Karet hisap 5 5
20. Corong kaca 5 5
21. Labu ukur 25 ml 5 5
22. Labu ukur 200 ml 5 5
23. Rak tabung reaksi 6 6
24. Imhoff 1 1
25. Beaker glass 50 ml 5 5
26. Beaker glass 100 ml 5 5
27. Bekar glass 250 ml 5 5
28. Botol aquadest 250 ml 1 1
29. Botol aquadest 250 ml 1 1
30. Cover glass 2 2
31. Erlenmeyer 100 ml 5 5
32. Erlenmeyer 250 ml 5 5
33. Erlenmeyer 500 ml 5 5
34. Erlenmeyer 1000 ml 5 5
35 Gelas ukur 250 ml 5 5
36. Gelas ukur 500 ml 5 5
37. Gelas ukur 1000 ml 5 5
38. Karet filler 5 5
39. Lampu spiritus 5 5
40. Lumpang 1 1
41. Petri disk kecil 2 2
42. Petri disk sedang 5 5
37
persiapan bioflok
b) Mengukur pH air kolam ikan
No Hari/tanggal Kegiatan
.
11. Kamis, 21 September 2023 a) Memberikan pakan ikan
b) Rapat mahasiswa magang MBKM
bersama kepala BBI Desa Kote
c) Penimbunan pipa untuk bioflok
d) Mengukur kadar pH kolam ikan
dan mengukur salinitas kolam ikan
kerapu.
12. Jumat, 22 September 2023 a) Menyortir ikan kerapu
b) Mempersiapkan wadah bioflok
c) Mengkuras dan membersihkan
kolam ikan nila
d) Memilih nila muda untuk dijadikan
nila salin.
13. Sabtu, 23 September 2023 a) Libur
14. Minggu, 24 September 2023 a) Libur
15. Senin, 25 September 2023 a) Memberi makan ikan
b) Mengukur kualitas air
c) Sterilisasi wadah pemijahan ikan
lele
d) Melanjutkan persiapan bioflok.
16. Selasa, 26 September 2023 a) Memberi makan benih ikan nila
b) Sterilisasi wadah penyimpanan alat
c) Gotong-royong
d) Settting wadah alat pipa persiapan
bioflok.
17 Rabu, 27 September 2023 a) Setting alat output air kolam
b) Menyortir benih ikan nila
c) Apel siang.
18. Kamis, 28 September 2023 a) Libur
19. Jumat, 29 September 2023 a) Setting alat persiapan budidaya
tubifex
b) Menyortir tubifex.
20. Sabtu, 30 September 2023 a) Libur
21. Minggu, 01 Oktober 2023 a) Libur
22. Senin, 02 Oktober 2023 a) Pengukuran kualitas air
b) Pemilihan induk ikan untuk
stripping di kolam pemijahan
c) Pemisahan pakan ikan yang tidak
layak pakai.
23. Selasa, 03 Oktober 2023 a) Pengukuran kualitas air
39
No Hari/tanggal Kegiatan
.
36. Senin, 16 Oktober 2023 a) Pemberian pakan ikan
b) Pengukuran kualitas air
c) Evaluasi kegiatan magang bersama
kepala UPTD BBI Desa Kote
d) Penyortiran benih ikan nila
e) Melakukan pembelajaran bersama
staf UPTD BBI mengenai nila
salin.
f) Proses peletakan batu aerator untuk
aerasi pada pipa kolam bioflok
udang vaname
g) Pembukaan kultur fermentasi
udang untuk hari ke-8.
37. Selasa, 17 Oktober 2023 a) Pengukuran kualitas air
b) Pemberian pakan ikan
c) Membersihkan kolam bioflok
udang
d) Gotong-royong di lingkungan BBI
Kute
e) Pemasangan batu aerator pada
kolam bioflok udang
f) Penaburan benur pada kolam
bioflok.
38. Rabu, 18 Oktober 2023 a) Pengukuran kualitas air
b) Penambahan vitamin C dan
multivitamin pada pakan ikan
c) Penaburan fermentasi udang pada
kolam bioflok
d) Pemberian pakan udang.
39. Kamis, 19 Oktober 2023 a) Pemberian pakan ikan
b) Pengukuran kualiitas air
c) Melakukan panen artemia untuk
pakan udang
d) Mengamati artemia di mikroskop.
40. Jumat, 20 Oktober 2023 a) Pengukuran kualitas air kolam ikan
dan bioflok udang
b) Pemberian pakan ikan dan udang
c) Rapat evaluasi mahasiswa/I
magang MBKM bersama kadis
Lingga di Desa Sedamai.
41. Sabtu, 21 Oktober 2023 a) Libur
41
No Hari/tanggal Kegiaatan
.
44. Selasa, 24 Oktober 2023 a) Pemberian pakan dan benur
b) Pengukuran kualitas air pada kolam
ikan bioflok.
45. Rabu, 25 Oktober 2023 a) Pemberian pakan ikan dan benur
b) Pengukuran kualitas air pada kolam
ikan dan bioflok
c) Penyortiran benih ikan nila
d) Pembersihan kolam ikan.
46. Kamis, 26 Oktober 2023 a) Pemberian pakan ikan dan udang
b) Pengukuran kualitas air
c) Penyortiran pelet ikan yang layak
dan tidak layak pakai.
47. Jumat, 27 Oktober 2023
48.
49.
42
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
45
DAFTAR PUSTAKA
46
LAMPIRAN
47
Baskom Grading
Jaring/tangguk Toples
49
Refraktometer pH meter
Spidol Drum