Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Isi Minipro k1-k4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Program Indonesia Sehat merupakan satu program dari Agenda


yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini
didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar,
Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program
Indonesia Sehat yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang
ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor
HK.02.02/Menkes/ 52/2015.

Setiap kehamilan dapat menimbulkan resiko


kematian ibu. Pemantauan dan perawatan kesehatan yang memadai selama
kehamilan sampai masa nifas sangat penting untuk kelangsungan nasib ibu
dan bayinya. Dalam mempercepat penurunan kematian ibu, Kementrian
Kesehatan menekankan pada ketersediaan pelayanan kesehatan pelayanan
kesehatan ibu di masyarakat.1 Angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia
masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota
ASEAN. Risiko kematian ibu karena melahirkan di Indonesia adalah 1 dari
65, dibandingkan dengan 1 dari 1.100 di Thailand.2

Menurut laporan WHO tahun 2014 angka kematian ibu (AKI) di


dunia yaitu 289.000 jiwa dan Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup.
Sedang pada tahun 2015 angka kematian Ibu turun dari 4.999 menjadi
4912 di tahun 2016 dan di tahun 2017.2

Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang


diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama kehamilannya dan
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan/SPK. Tenaga
kesehatan yang dimaksud diatas adalah dokter spesialis kebidanan dan
kandungan, dokter umum, bidan dan perawat. Penurunan angka kematian
ibu melahirkan menjadi salah satu dari delapan tujuan (goals) yang
2

dirumuskan, (K1 dan K4 minimal 4 kali) K1 adalah kontak ibu hamil


yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan
pemeriksaan kehamilan kunjungan ibu hamil yang ke empat (K4) adalah
kontak ibu hamil yang ke empat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan, dengan distribusi kontak sebagai
berikut : minimal 1 kali pada trimester I, minimal 1 kali trimester II dan
minimal 2 kali trimester III, maupun indikator ANC untuk evaluasi
program pelayanan kesehatan ibu di Indonesia seperti cakupan K1 dan K4.
24

Didapatkan 95,4 persen dari kelahiran mendapat ANC (K1 dan


K4 minimal 4 kali merupakan indicator ANC) tanpa memperhatikan
periode trimester saat melakukan pemeriksaan kehamilan. Cakupan K1
berfungsi dengan rentang antara 71,7 persen (Papua) dan 99,6 persen
(Bali). Namun untuk cakupan ANC minimal 4 kali, di Yogyakarta (96,5%)
lebih tinggi dibandingkan dengan Bali (95,8%). Selisih antara K1 dan ANC
minimal 4 kali menunjukan adanya kehamilan yang tidak optimal
mendapat pelayanan ANC. Indikator K1 dan K4 merujuk pada frekuensi
dan periode trimester saat dilakukan ANC menunjukan adanya
keberlangsungan pemeriksaan kesehatan selama hamil. Setiap ibu hamil
yang menerima ANC pada trimester I (K1 ideal) seharusnya mendapatkan
pelayanan ibu hamil secara berkelanjutan dari trimester I (K1 ideal)
seharusnya mendapatkan pelayanan ibu hamil secara berkelanjutan dari
trimester I hingga trimester III. Hal ini dapat dilihat dari indicator ANC K4.
Cakupan K1 ideal secara nasional adalah 93,5 persen dengan cakupan
terendah di Papua (56,3%) dan tertinggi di Bali (90,3%). Cakupan K4
secara nasional adalah 90 persen dengan cakupan terendah adalah Maluku
(41,4%) dan tertinggi di Yogyakarta (85,5%). Berdasarkan penjelasan
diatas. selisih dari cakupan K1 ideal dan K4 secara nasional
memperlihatkan bahwa terdapat 12 persen dari ibu hamil yang menerima
K1 ideal tidak melanjutkan ANC, sesuai standar minimal K4 (4). Di
Indonesia dari cakupan kunjungan (K1 pada tahun 2013 sebanyak 92,7%
dari target 93,5% dan cakupan kunjungan K4 sebesar 79,6% , tahun 2007
meningkat menjadi 80,3%, tahun 2008 mencapai 82%, tahun 2009
3

mencapai 85,5%, pada tahun 2010 mencapai 85,6%, pada tahun 2011
mencapai 88,8% dan pada tahun 2012 mencapai 90,8% sedangkan di
tahun 2013 mengalami sedikit penurunan. Ini masih terdapat ibu hamil
yang tidak melakukan kunjungan ke fasilitas kesehatan.3,16,24

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, terdapat rumusan


masalah yaitu faktor apakah yang menyebabkan adanya ketidaksesuaian
kunjungan ANC (K1 dan K4) di Puskesmas Dawarblandong ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor penyebab ketidaksesuaian kunjungan ANC


(K1 dan K4) di Puskesmas Dawarblandong pada bulan September tahun 2023.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat bagi Penulis

Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan penulis


lebih mendalam tentang penyebab ketidaksesuaian kunjungan kehamilan K1
dan K4 di Puskesamas Dawarblandong Pada bulan September tahun 2023.

1.4.2 Manfaat bagi Puskesmas


Laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
pertimbangan bagi perumusan program baru di Puskesmas Dawarblandong
sehingga angka kunjungan ibu hamil pada K1 Dan K4 tidak lagi terdapat
perbedaan yang signifikan.

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya bagi ibu


hamil di wilayah kerja Puskesmas Dawarblandong tentang Pentingnya
kunjungan kehamilan K1 hingga K4 di Fasilitas Kesehatan yang sama.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan proses fisiologi yang memberikan perubahan


pada ibu maupun lingkungannya. Dengan adanya kehamilan maka seluruh
system genetalia wanita mengalami perubahan yang mendasar untuk
mendukung perkembangan dan pertumbuhan janin dalam Rahim selama
proses kehamilan berlangsung. Kehamilan merupakan suatu proses
perubahan identitas serta peran bagi setiap anggota keluarga. Pada masa
kehamilan ibu sering kali mengalami suatu ketidakseimbangan psikologis
yang mungkin disebabkan oleh situasi atau tahap perkembangan tersebut
sehingga berbagai dukungan dan bantuan sangat penting dan dibutuhkan
bagi seorang ibu untuk mendukung selama kehamilannya (Hutahaean,
2009). Sikap penerimaan ibu terhadap kehamilannya, sangat
mempengaruhi kesehatan atau keadaan umum ibu serta keadaan janin
dalam kehamilannya.23

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.


Lamanya hamil normal adalah 240 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3
triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
triwulan kedua dari bulan keempat sampai enam bulan, triwulan ketiga dari
bulan ketujuh sampai 9 bulan.22

2.2 Konsep Antenatal Care (ANC)

2.2.1 Pengertian A n t e n a t a l C a r e (ANC)


5

Antenatal Care (ANC) adalah salah satu upaya pencegahan awal dari

faktor risiko kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

Antenatal Care (ANC) untuk mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi

terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka

kematian ibu dan memantau keadaan janin (Mardiatun, 2015).

Pentingnya melakukan pemeriksaan antenatal care (ANC) dibuktikan

melalui risiko yang dapat terjadi ketika tidak memeriksakan

pertumbuhan dan perkembagan baik janin maupun ibu. Pelayanan

antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga

kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai

dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar

Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi

anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan

laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus

(sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan).2,13

Cakupan pelayanan antenatal care (ANC) terdiri dari cakupan K1


dan cakupan K4. Cakupan K1 adalah cakupan ibu hamil yangpertama kali
mendapatkan pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu.Cakupan K4 adalah cakupan ibu hamil
yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling
sedikit empat kali di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.Seorang ibu hamil dikatakan memiliki pemeriksaan antenatal care
lengkap ketika ibu hamil mendapatkan pelayanan sesuai standar paling
sedikit 4 kali selama masa kehamilan.22
6

2.2.2 Tujuan Antenatal Care (ANC)

Adapun tujuan antenatal care adalah:

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan


tumbuh kembang janin.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan


sosial ibu.
3. Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit-penyulit atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat
penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan persalinan yang aman


dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan


mempersiapkan ibu agar dapat memberikan ASI secara ekslusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
janin agar dapat tumbuh kembang secara normal.

7. Mengurangi bayi lahir premature, kelainan mati


dan kematian neonatal.

8. Mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin.2


7

2.2.3. Kunjungan Antenatal Care Ibu Hamil

Masa antenatal mencakup waktu kehamilan mulai hari pertama


haid yang terakhir (HPHT) atau Last Menstruation Period (LMS) sampai
permulaan dari persalinan yang sebenarnya, yaitu 280 hari, 40 minggu, 9
bulan 7 hari. Untuk menerima manfaat pelayanan antenatal wanita hamil
dapat memanfaatkan kunjungan kehamilan/ kunjungan antenatal.8

Setiap wanita hamil sedikitnya dapt melakukan kunjungan


kehamilan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal:

1. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu).

2. Satu Kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28


minggu).
3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara 28-36 dan
sesudah minggu ke 36). Bila ibu hamil mengalami masalah, tanda
bahaya, atau jika merasa khawatir sewaktu-waktu dapat melakukan
kunjungan.6

A. Kunjungan Trimester 1
Kunjungan Trimester 1 pada kehamilan dilakukan sebelum
minggu ke-14. Kegiatan yang dapat dilakukan:

1. Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu hamil.

2. Mendeteksi masalah dan mengatasinya.

3. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan usia kehamilan.

4. Mengajari ibu cara mengatasi ketidaknyamanan.

5. Mengajari dan mendorong perilaku yang sehat (cara hidup sehat


bagi wanita hamil, nutrisi dan mengantisipasi tanda-tanda bahaya
kehamilan
6. Menimbang BB, mengukur TB, serta memberi imunisasi
Tetanus Toksoid dan tablet besi.
8

7. Mulai mendiskusikan mengenai persiapan kelahiran


bayi dan kesiapan untuk menghadapi kegawat daruratan.
8. Menjadwalkan kunjungan berikutnya.

9. Mendokumentasikan pemeriksaan dan asuhan.6

B. Kunjungan Trimester 2

Kunjungan Trimester 2 pada kehamilan dilakukan sebelum


minggu ke-28. Kegiatan yang dapat dilakukan: Sama seperti
kunjungan trimester 1, ditambah menentukan tinggi fundus,
kewaspadaan khusus mengenai pre-eklamsi (tanya ibu tentang gejala-
gejala pre- eklamsi, pantau tekanan darah, evaluasi edema dan
periksa urine untuk mengetahui proteinuria).6

C. Kunjungan Trimester 3
Kunjungan Trimester 3 pada kehamilan dilakukan 2 kali yaitu:

1. Antara minggu 28-36. Kegiatan yang dapat dilakukan: Sama


seperti pada hamil minggu 14-28, ditambah palpasi abdominal
untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.
2. Setelah 36 minggu. Kegiatan yang dapat dilakukan: Sama seperti
setelah 36 minggu, ditambah deteksi letak janin dan kondisi lain
serta kontraindikasi untuk bersalin diluar RS.6
2.3 Antenatal Care (K4)

2.3.1 Cakupan Antenatal Care K4

K4 adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan


tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan
pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak 4 kali
dilakukan sebagai berikut: sekali pada trimester I (kehamilan hingga 12
minggu) dan trimester ke-2 (>12 - 24 minggu), minimal 2 kali kontak
pada trimester ke- dilakukan setelah minggu ke 24 sampai dengan minggu
ke 36. Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan
9

jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan. Kunjungan ini


termasuk dalam K4.2

2.3.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Cakupan


Pemeriksaan Kehamilan K4
A. Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada
masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan
(praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah-masalah), dan
meningkatkan kesehatannya.15

Pendidikan berkaitan dengan pengetahuan seseorang


tentang kehamilan dengan resiko. Semakin tinggi tingkat pendidikan
maka semakin baik penerimaan informasi tentang kehamilan dengan
resiko sehingga akan semakin mendukung upaya pengendalian
kehamilan

dengan resiko pada suatu daerah.

Pendidikan formal menghasilkan perilaku yang diadopsi


oleh individu, namun pada sebagian orang tingkat pendidikan tidak
mempengaruhi pola sikap, hal tersebut lebih besar berasal dari
lingkungan yang diterima oleh setiap individu.Tingkat pendidikan
dapat mempengaruhi kemampuan dan pengetahuan seseorang dalam
menerapkan perilaku hidup sehat.21

Hal ini sejalan dengan penelitian Nuraeni (2016) yang


mengemukanan bahwa ibu hamil yang memiliki tingkat
pendidikan
tinggi dan pengetahuan yang baik cenderung untuk lebih
memeriksakan kehamilannya dari pada ibu yang pendidikan
rendah
10

dan berpengetahuan yang kurang. 17, 25

B. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan indikator seseorang dalam melakukan suatu


tindakan, jika seseorang didasari dengan pengetahuan yang baik
terhadap kesehatan maka orang tersebut akan memahami pentingnya
menjaga kesehatan dan memotivasi diri untuk diaplikasikan
dalam kehidupannya. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan
dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku
setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan
fakta yang mendukung tindakan seseorang.15

Pemahaman ibu hamil yang baik tentang kehamilan akan


mendukung Ibu hamil memiliki sebuah motivasi untuk melakukan
sesuatu yang bersifat positif dan bermanfaat sehingga menimbulkan
perilaku untuk mengikuti kelas ibu hamil. Suatu perilaku
membutuhkan adanya motivasi yang cukup pada seseorang untuk
melaksanakan suatu tindakan dengan berhasil, tanpa motivasi orang
tidak akan dapat berbuat apa-apa karena motivasi menyebabkan
seseorang bersungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan, motivasi
timbul oleh adanya pengetahuan, keyakinan (kepercayaan), sarana
yang ada dan kebutuhan yang dirasakan.9

Sebelum seseorang mengadopsi perilaku, ia harus tahu


terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya
dan keluarganya.Faktor yang mempengahi tingkat pengetahuan
terkait kehamilan dengan resiko adalah perbedaan latar belakang
masyarakat pada suatu daerah. Latar belakang tersebut meliputi usia,
pendidikan, jenis pekerjaan, sosial ekonomi dan sumber didapatnya
informasi. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo.1

C. Dukungan Keluarga

Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ketiga keluarga


adalah ibu dan bapak beserta anak-anaknya; seisi rumah; orang seisi
rumah yang menjadi tanggungan; sanak saudara; kaum kerabat; satuan
kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat.Dukungan
11

keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,


kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu (Effendy, 1998). WHO mendefinisikan pengertian
Determinan Sosial Kesehatan sebagai berikut.11
Keluarga merupakan salah satu determinan sosial kesehatan
dimana keluarga adalah lingkungan hidup seseorang yang
sangat
berpengaruh dalam membentuk perilaku seseorang.Kehamilan sering
12

membuat seorang wanita tertekan karena dia harus mengubah


gaya hidupnya dan sering harus memikirkan seribu macam hal dalam
waktu yang bersamaan. Banyak hal bisa membuatnya frustasi dan
puncak dari semua itu adalah dia harus mengalami ketidaknyamanan
baik secara fisik maupun emosional berkaitan dengan perubahan
tubuhnya dan juga emosinya yang sering naik-turun. Pada masa
tersebut, keluarga yang merupakan komponen terdekat bagi ibu hamil
sangat dibutuhkan dalam mendukung masa sulit sang ibu.5,11

Bagi para calon ayah, mereka tidak boleh menganggap


enteng tahapan-tahapan kehamilan sang istri. Berikut beberapa hal
yang bisa dilakukan suami seperti memberikan perhatian,
mendampingi istri memeriksakan kehamilan, membawakan tas atau
barang belanjaannya, menjaga kesehatan bersama, menjadi teman
yang aktif, membuat keputusan bersama dalam menyambut kelahiran
sang bayi(Ana, 2010). Dukungan keluarga juga merupakan faktor
yang sangat menentukan status kesehatan ibu.Keluarga merupakan
orang-orang terdekat ibu yang seharusnya memberikan motivasi lebih
kepada ibu serta mendukung baik secara moril maupun materil.Jika
seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan
memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil
akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia, siap menjalani masa
kehamilan, persalinan dan masa meyusui.

Menurut penelitian Fitrayeni (2015), Ibu hamil yang tidak


mendapatkan dukungan keluarga 2,54 kali berisiko melakukan
kunjungan ANC tidak lengkap dibanding ibu yang mendapat
dukungan keluarga.Berdasarkan penelitian Laminullah, dkk (2015)
menyimpulkan bahwa di antara variable-variabel lainnya dukungan
keluarga merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap
kunjungan mntenmtmb cmre (ANC).

Leifer (2008) dalam bukunya “Maternity Nursing : An


Introductory Text”, mengklasifikasikan tipe keluarga menjadi 8
(delapan) macam, diantaranya yaitu :
13

a. Keluarga Inti (Nuclear Family) : Keluarga yang terdiri dari suami,


istri, dan anak-anak kandung yang hidup bersama.

b. Keluarga Campuran (Blended or Reconstituted Family) :


Keluarga yang terdiri dari kombinasi dua keluarga dengan anak-
anak dari salah satu keluarga maupun dari kedua keluarga
tersebut.
c. Keluarga Hidup Bersama (Cohobitating family) : Keluarga yang
terdiri dari pasangan yang hidup bersama tanpa adanya jalinan
penikahan yang memiliki anak kandung dari kedua pasangan
tersebut, atau anak dari salah satu pasangan, atau anak hasil
adopsi.
d. Keluarga Komunal (Communal Family) : Keluarga yang terdiri
dari beberapa keluarga yang hidup bersama yang berbagi
tanggung jawab kerja maupun pengasuhan anak.
e. Keluarga Tambahan (Extended Family) : Keluarga yang terdapat
lebih dari satu generasi, yang meluas hingga termasuk saudara-
saudara di luar keluarga inti (seperti kakek-nenek, bibi, paman,
dan keluarganya)
f. Keluarga Gay atau Lesbian (Same-sex Family) : Keluarga yang
terdiri dari pasangan sesama jenis, gay maupun lesbian dengan
atau tanpa anak; anak hasil adopsi, dari hubungan sebelumnya.
g. Keluarga Orang Tua Tunggal (Single Parent Family) :
Keluarga yang terdiri dari individu yang tidak dalam status
hubungan pernikahan, perceraian, duda atau janda, yang memiliki
setidaknya satu anak.
h. Keluarga Orang Tua Tiri (Stepparent Family) : Keluarga yang
terdiri dari seseorang yang pernah menikah yang memiliki
minimal satu anak.12
14

Gallo dan Reichel (1998) dalam Mutiara (2014) membagi


jenis- jenis dukungan keluarga menjadi 3 (tiga) jenis :

a. Dukungan Fisiologis
Dukungan fisiologis merupakan dukungan yang dilakukan

dalam bentuk pertolongan-pertolongan dalam aktivitas sehari-

hari yang mendasar, seperti dalam hal mandi, menyiapkan

makanan dan memperhatikan gizi, toileting, menyediakan tempat

tertentu atau ruangan khusus, merawat seseorang bila sakit,

membantu kegiatan fisik sesuai kemampuan, seperti senam,

menciptakan lingkungan yang aman, dan lain-lain.

b. Dukungan Psikologis

Dukungan psikologis yakni ditunjukkan dengan


memberikan perhatian dan kasih saying pada anggota keluarga,
memberikan rasa aman, membantu menyadari, dan memahami
tentang identitas.Selain itu, meminta pendapat atau melakukan
diskusi, meluangkan waktu bercakap-cakap untuk menjaga
komunikasi yang baik dengan intonasi atau nada bicara jelas, dan
sebagainya.Keluarga memiliki fungsi proteksi yang melingkupi
selain memenuhi kebutuhan makanan dan tempat tinggal, juga
memberikan dukungan dan menjadi tempat yang „aman“ dari
dunia luar.

c. Dukungan Sosial

Dukungan sosial diberikan dengan cara menyarankan


individu untuk mengikuti kegiatan spiritual seperti pengajian,
perkumpulan arisan, memberikan kesempatan untuk memilih
fasilitas kesehatan sesuai dengan keinginan sendiri, tetap menjaga
interaksi dengan orang lain, dan memperhatikan norma-norma
yang berlaku.1
15

D. Dukungan Petugas Kesehatan

Menurut teori Green (2005), petugas kesehatan


bertanggungjawab terhadap kesehatan ibu hamil. Dukungan petugas
kesehatan berupa tanya jawab tentang apa yang dirasakan ibu hamil,
kapan harus meminum obat dan vitamin, kapan harus melakukan
kunjungan antenatal care (ANC), dan memberikan penyuluhan pada
ibu hamil serta keluarga tentang pentingnya kunjungan antenatal
care (ANC). Petugas yang mendukung akan memperkuat
terbentuknya

kunjungan antenatal care (ANC) yang berkesinambungan. Pemberian


petunjuk bagaimana mengurangi rasa takut menghadapi kehamilan
dan persalinan, membuat ibu hamil percaya terhadap petugas
kesehatan yang melaksanakan pemeriksaan kehamilan dan
memberikan pertolongan saat terjadi masalah.

Sikap petugas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan


memengaruhi frekuensi kunjungan ANC ibu hamil.Semakin baik
sikap petugas kesehatan maka semakin sering pula seorang ibu hamil
mengunjungi fasilitas kesehatan untu memeriksakan kehamilannya.
Belum meratanya petugas kesehatan yang ada di daerah terpencil juga
dapat menurunkan akses ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.20

E. Standar Pelayanan Antenatal Care

Depkes RI (2010), menyatakan bahwa dalam penerapan


praktis asuhan kebidanan pada ibu menggunakan standar minimal
pelayanan antenatal “10T”,

yang terdiri :

a. Timbang Berat Badan dan Pengukuran Tinggi Badan

b. Ukur Tekanan Darah


16

c. Ukur Tinggi Fundus Uteri

d. Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) Lengkap

e. Pemberian Tablet Besi minimal 90 tablet selama kehamilan

f. Tes Laboratorium

g. Temu wicara (konseling dan pemecahan masalah)

h. Tentukan persentasi janin dan hitung DJJ

i. Tetapkan status gizi

j. Tatalaksana kasus.
Sesuai kebijakan program pelayanan asuhan antenatal
harus sesuai standar pada tahun 2014 yaitu menjadi “14 T”,
meliputi

a. Timbang berat badan (T1).


Berat badan dalam kilo gram tiap kali kunjungan. Berat
badan yang bertambah terlalu besar atau kurang perlu
mendapatkan perhatian khusus karena memungkinkan terjadinya
penyulit kehamilan. Kenaikan berat badan tidak boleh lebih dari
0,5 kg/minggu, jika ditemukan hal demikian segera rujuk.

b. Ukur tekanan darah (T2).

Tekanan darah yang normal 110/80 ‐ 140/90 mmHg, bila


melebihi dari 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya preeklamsi.

c. Ukur tinggi fundus uteri (T3)

d. Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)


Pemberian tablet Fe (320 mg Fe sulfat dan 0,5 mg asam
folat)
untuk semua ibu hamil sebanyak 1 kali tablet selama 90 hari.
Jumlah tersebut mencukupi kebutuhan tambahan zat besi selama
kehamilan yaitu100 mg.
17

e. Pemberian imunisasi TT (T5)

f. Pemeriksaan Hb (T6)

g. Pemeriksaan Veneral Diseases Reserch Laboratory (VDRL)(T7)

Merupakan screening untuk sifilis, penyakit kelamin yang


ditularkan melalui hubungan seksual. Janin yang terinfeksi dapat
mengalami gejalanya saat lahir atau beberapa bulan setelah lahir.

h. Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara


(T8)

i. Pemeliharaan tingkat kebugaran / senam ibu hamil (T9)

j. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10)

k. Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11)

l. Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12)

m. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok


(T13)

n. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah


endemis malaria (T14).18
BAB 3
DISKUSI

3.1 Permasalahan
Indikator Pelayanan Target Satuan Cakupan Rill
No. Total Sasaran
Kesehatan Tahun Sasaran %
1 K1 (ibu Hamil) 93% 813 Orang 571 70.234
2 K4 (ibu hamil) 100% 813 Orang 487 59,9

Berdasarkan dari data capaian pelayanan di puskesmas tahun 2023 masih


ditemukan masalah kesehatan mengenai imunisasi yang belum memenuhi target
sasaran puskesmas. Masalah kesehatan kunjungan ANC K1 hanya memenuhi
capaian sebesar 70,23 % dari target sasaran dan kunjungan ANC K4 59,90 % dari
target sasaran.

3.2 Analisa Penyebab Masalah


Penentuan Penyebab Masalah dengan Fish Bone .Penyebab masalah digali
menggunakan diagram Tulang Ikan (Fish Bone) / Ishikawa / Cause Effect.
Pembuatan diagram Fish Bone adalah sebagai berikut:
a. Menuliskan masalah pada kepala ikan (bagian kanan / efek)
b. Membuat garis horisontal.
c. Menentukan kategori utama dari penyebab masalah berupa manusia,
metode, sarana, lingkungan dan lain-lain
d. Melakukan curah pendapat pada masing-masing kategori.
e. Melanjutkan curah pendapat pada kategori lainnya

3.2.1 Antenatal Care K1-K4


a. Man
a. Kurangnya pengetahuan masyarakat terutama ibu tentang pentingnya
pemeriksaan kehamilan pada usia <12 minggu .
b. Adanya kehamilan yang tidak dinginkan sehingga tidak
memeriksakan diri.
c. Masih tingginya kasus abortus.
18

d. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat untuk memeriksakan


kehamilan pada Trimester 3 walaupun tidak ada keluhan.

b. Method
a. Penyuluhan kurang menarik.
b. Dukungan Lintas sektor kurang.

c. Material
a. Media ANC kurang inovatif.
b. Banyaknya ibu yang periksa sendiri ke praktek swasta ataupun
Rumah sakit sehingga tidak tercatat oleh bidan desa.

d. Money
a. Tidak adanya alokasi dana khusus untuk promosi K1-K4

e. Environment
a. Banyak penduduk yang tidak menetap.
b. Kurangnya dukungan keluarga untuk memeriksakan kehamilan
19
MONEY MAN

Kurangnya pengetahuan
masyarakan tentang
pentingnya pemeriksaan
kehamilan
Masih tingginya kasus
Tidak adanya alokasi dana abortus
khusus untuk promosi K1-K4
Adanya kehamilan yang
tidak diinginkan

Kurangnya
dukungan Rendahnya
keluarga Kunjungan K1-K4

Banyakanya ibu hamil


yang periksa ke praktek Penyuluhan Kurang Menarik
Dukungan
mandi ataupun Rumah
lintas sektor
Sakit sehingat tidak
kurang
tercatat oleh bidan desa Media
setempat. ANC
kurang
inovatif
Banyak penduduk 20
yang tidak
menetap

MATERIAL ENVIRONMENT METHOD


20

3.3 Prioritas Masalah


a. Kunjungan K1-K4
No Penyebab Masalah U S G Total Rank
1 Kurangnya pengetahuan masyarakat 4 3 4 48 1
tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan
pada usia <12 minggu
2 Adanya kehamilan yang tidak diinginkan 4 2 2 16 4
3 Masih tingginya kasus abortus 4 2 2 16 4
4 Rendahnya pengetahuan masyarakat untuk 4 3 2 24 3
memeriksakan kehamilan pada trimester 3
walaupun tidak ada keluhan
5 Penyuluhan kurang menarik 3 4 2 24 3
6 Dukungan lintas sector kurang 2 2 3 12 5
7 Media ANC kurang inovatif 3 3 3 27 2
8 Banyaknya ibu hamil yang periksa sendiri 3 2 2 12 5
ke prakten mandiri ataupun Rumah Sakit
sehingga tidak tercatat olehbidan desa
9 Tidak adanya alokasi dana khusus untuk 2 2 2 8 6
promosi K1-K4
10 Banyak penduduk yang tidak menetap 2 3 2 12 5
11 Kurangnya dukungan keluarga untuk 3 3 3 27 2
memeriksakan kehamilan

Dari hasil analisis dengan menggunakan metode USG di atas, diambil 3


penyebab masalah teratas untuk dibuatkan alternative pemecahan masalah.
Penyebab masalah tersebut adalah:
a. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan
kehamilan pada usia <12 minggu
b. Kurangnya dukungan keluarga untuk memeriksakan kehamilan
c. Media ANC kurang inovatif
21

3.4 Inovasi dan Pemecahan Masalah


Berdasarkan permasalahan tidak tercapainya Kunjungan K1 dan K4 di
Puskesmas Dawarblandong, melalui mini project ini penulis menyarankan
inovasi, yaitu “KUAT SEHATI”:
a. KUAT SEHATI – Kupas Tuntas Pemeriksaan K1 dan K4 Sehat Sampai
Persalinan Nanti
Patas Sehati beranggotakan para Bidan desa, kader Posyandu, tokoh
masyarakat setempat serta para stake holder seperti kepala desa, ketua RT,
ketua RW dan Kepala KUA setempat yang peduli terhadap kesehatan ibu dan
anak. Mereka bertugas melakukan pendataan, kunjungan ke rumah ibu hamil,
sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan
walaupun tidak ada keluhan. Kegiatan KUAT SEHATI bisa dilakukan pada
saat kelas ibu hamil maupun posyandu dimana dilakukan sosialisasi tentang
pentinganya pemeriksaan kehamilan K1 dan K4. Sehingga diharapkan
kesadaran dan pengetahuan ibu untuk memeriksakan kehamilannya
meningkat.

3.5 Monitoring dan Evaluasi Program Inovasi


a. Untuk menunjang keberhasilan program, dilakukan pencatatan dan
pelaporan kegiatan yang dilaksanakan rutin dengan pembuatan dokumen
komprehensif.
b. Perlu dilakukan rapat bersama kepala puskesmas, penanggung jawab
program, bidan dan perawat desa, kader desa untuk mengetahui capain
dan kedala saat menjalankan program inovasi.
c. Penilaian keberhasilan dari inovasi ini dapat di lihat dari peningkatan
kunjungan ANC K1 dan K4.
22

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari kegiatan dan laporan mini project ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan:
Terdapat beberapa factor penyebab belum tercapainya kunjungan ANC K1 dan K4. 3
Faktor proritas antara lain :
a. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan
pada usia <12 minggu
b. Kurangnya dukungan keluarga untuk memeriksakan kehamilan
c. Media ANC kurang inovatif
Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis mengusulkan inovasi “KUAT SEHATI ”
dengan tujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat khusunya ibu hamil akan
pentingnya pemeriksaan ibu hamil pada Trimester 1 dan Trimester 3 meskipun tidak ada
keluhan.

4.2 Saran
Kegitan dilakukan secara rutin dengan melibatkan tokoh masyarakat dan melakukan
evaluasi setiap kegiatan selesai diselenggarakan.
23

Daftar Pustaka

1. Astuti, D. P. T., & Sari, K., K. A. (2017). Tingkat Pengetahuan


dan Perilaku Antenatal Care Ibu Hamil terhadap Kehamilan dengan
Risiko di Wilayah Kerja UPT Puskesmas I Negara Kabupaten

Jembrana Tahun 2016.


2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009) tentang
pembagian umur ibu hamil berdasarkan kategori berisiko dan
tidak berisiko.
3. Depkes Ri, 2010 13 Juli. Cakupan Pelayanan Kesehatan
Antenatal dan Imunisasi Tetanus Tokxoid Kepada Ibu.

http://www.depkes.go.id/downloadsonline.

4. Dhevy, F. N., &Aufarul, M. (2017). Implementasi Program


Kesehatan Ibu dan Anak Bidang Pelayanan Antenatal Care dan
Nifas di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.Departemen
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Uniνersitas Diponegoro, 6(4) : 1-18

5. Effendy, D. N. (1998). Dasar-dasar keperawatan kesehatan


masyarakat (Kedua).Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
6. Fais, M. Satrianegara, Sitti Saleha, 2009, Buku Ajar Organisasi
dan Manajemen Pelayanan Kesehatan serta Kebidanan, Salemba
medika, Jakarta
7. Fitrayeni, dkk. (2015). Penyebab Rendahnya Kelengkapan
Kunjungan Antenatal Care Ibu Hamil Di Wilayah Kerja

Puskesmas Pegambiran. Jurnal Kesehatan Masyarakat Uniνersitas

Andalas, 10(1) : 101-10


8. Hani U., Jiarti Kusbandiyah, Marjianti, Rita Yulifah, 2010,
Kehamilan Fisiologis, Salemba medika, Jakarta
9. Keintjem, F., & Losu, F. (2015). Faktor‐Faktor Yang
Berhubungan Dengan Motiνasi Ibu Hamil Melakukan Kunjungan
Antenatal Care Di Puskesmas Kauditan Kecamatan Kauditan
Kabupaten Minahasa Utara.Jurnal Ilmiah Bidan, Politeknik
Kesehatan Kemenskes Manado, 2(2), 34‐40
24

10. Kementerian Kesehatan RI. (2016). Pedoman Umum Program


Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Kementerian
Kesehatan RI. Retrieved from
http://www.depkes.go.id/article/view/17070700004/program-

indonesia-
11. Laksono, A. D., & Rachmawati, T. (2013). Tantangan
Determinan Sosial Kesehatan Ibu dan Anak di
Indonesia.Yogyakarta : Penerbit Kanisius

12. Leifer. (2008). Maternity Nursing : An Introductory Text ll Edition.

United

13. Mardiatun, D., dkk. (2015). The Relationship of antenatal Care


History and Leνel of Iron Consumption with Incidence of
Malnutrition at Pregnant Women in West Nusa Tenggara and
Jojakarta (Adνances Data Analysis Health Research 20l3).
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan ‐ Malnutrition, 18(3), 221‐
228

14. Mutiara. S., D. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga terhadap


Frekuensi Kunjungan Antenatal Care pada Komunitas Ibu
Slum Area

Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang. Fakultas Kedokteran


dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta :
Rineke Cipta.
16. Nita, V. (2017). Factors Associated With Frequency of Visits
Antenatal Care (ANC) in Yogyakarta Province Mergansan Public
Health Centre in 2014.Jurnal Medika Respati Uniνersitas Respati
Yogyakarta,12(1) : 67- 103.
17. Nuraeni. T. (2016). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan
Rendahnya Kunjungan (K4) Ibu Hamil di Puskesmas Bambu
Apus, Jakarta Timur. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Wiralodra Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu .(2010)
Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA Kementrian Kesehatan
25

Republik Indonesia, Jakarta


18. Pedoman Pelayanan Antenatal. 2007 Direktorat Jendral Bina Gizi
dan

KIA Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

19. Rachmawati, A. I., Puspitasari, R. D., & Cania, E. (2017). Faktor


Faktor Yang Memengaruhi Kunjungan Antenatal Care (ANC) Ibu
Hamil. Fakultas Kedokteran Uniνersitas Lampung,7(1) : 72-76
20. Riauwi, H., M., dkk. (2013). Efektivitas Pendidikan Kesehatan
dengan Penerapan The Health Belief Model Terhadap
Pengetahuan Keluarga Tentang Diare.Jurnal Ilmu Keperawatan
Uniνersitas Riau, 1(2), 1‐9

21. Saifuddin, A. B. (2014). Buku Acuan Nasional. Jakarta: Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohaardjo

22. Setiawati,D. (2013). Kehamilan dan Pemeriksaan


Kehamilan. Makassar:Alauddin University Press
23. Sylvianingsih. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan (K4) pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Kuala Behe Kalimantan Barat. Fakultas
KedokteranUniversitas Udayana
24. Yulyani, L. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kunjungan K4 Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Danurejan I Kota
Yogyakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah
Yogyakarta
26
27
28
29
30
31
32
33
34

Anda mungkin juga menyukai