Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Revisi Ismi 4 Juni 2024 Acc Bu Lenda

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 55

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN KUALITAS SEDIAAN HISTOLOGI PADA PASIEN


HIPERTROFI PROSTAT KLINIK MOROTAI PATOLOGI
TAHUN 2023

Oleh :
ISMI HASANAH
2113453040

POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM DIPLOMA TIGA
TAHUN 2024
KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN KUALITAS SEDIAAN HISTOLOGI PADA PASIEN


HIPERTROFI PROSTAT KLINIK MOROTAI PATOLOGI
TAHUN 2023

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi Diploma Tiga Jurusan Teknologi Laboratorium
Medis Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang

Oleh :
ISMI HASANAH
2113453040

POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM DIPLOMA TIGA
TAHUN 2024

ii
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM DIPLOMA TIGA

Karya Tulis Ilmiah, Mei 2024

Ismi Hasanah

Gambaran Kualitas Sediaan Histologi Pada Pasien Hipertrofi Prostat Klinik


Morotai Patologi Tahun 2023

xv + 38 halaman + 4 tabel + 7 gambar + 5 lampiran

ABSTRAK
Pemeriksaan Histopatologi merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan untuk setiap
jaringan yang dikirim ke Laboratorium Patologi Anatomi untuk membantu mendiagnosa
suatu penyakit. Prosesing jaringan histologi masih menjadi gold strandard penentuan
terapi dan prognosis pasien salah satunya pasien hipertrofi prostat. Pembuatan sediaan
jaringan berkualitas tinggi mutlak diperlukan untuk mencapai hasil yang meyakinkan dan
akurat.Kerusakan jaringan dapat terjadi pada saat proses fiksasi, pematangan jaringan,
pembelahan jaringan, atau pewarnaan.Salah satu cara untuk meminimalkan kerusakan
jaringan adalah melalui pengendalian kualitas dalam pembuatan sediaan jaringan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menjabarkan secara analilis mengenai kualitas sediaan
histologi jaringan hipertrofi prostat yang telah diwarnai hematoxylin dan eosin dengan
berpedoman pada Buku Penjamin Mutu Pelayanan Patologi Indonesia dalam
penilaiannya. Metode yang digunakan pada penelitian ini bersifat analis dengan total
sampel 40 sediaan yang telah diwarnai H&E dan telah terdaftar pada arsip Klinik Morotai
Patologi. Dari hasil penelitian didapatkan 52,5% sediaan masuk dalam kategori A (sangat
baik) dan 47,5% sediaan masuk dalam kategori B (baik/butuh peningkatan).
Permassalahan yang sering dijumpai pada sediaan histologi ini seperti venetian blind
phenomenon ,adanya lipatan pada sediaan,kontaminasi zat warna hematoxylin, dan
kurangnyaadanya lipatan pada sediaan,kontaminasi zat warna hematoxylin, dan
kurangnya kerataan pada mounting.

Kata kunci : uji kualitas, sediaan, histologi, hipertrofi prostat

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN KUALITAS SEDIAAN HISTOLOGI PADA PASIEN


HIPERTROFI PROSTAT KLINIK MOROTAI PATOLOGI
TAHUN 2023

Penulis
Ismi Hasanah/2113453040

Telah diperiksa dan disetujui Tim Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Program Studi
Diploma Tiga Jurusan Teknologi Laboratorium
Medis Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang

Bandar Lampung, 5 Juni 2024

Tim Pembimbing Karya Tulis Ilmiah

Pembimbing Utama

dr. Resti A., SpPA

Pembimbing Pendamping

Lendawati, SKM., MM, MSi

iv
LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN KUALITAS SEDIAAN HISTOLOGI PADA PASIEN


HIPERTROFI PROSTAT KLINIK MOROTAI PATOLOGI
TAHUN 2023

Penulis

ISMI HASANAH/ 2113453040

Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Program Studi Teknologi Laboratorium Medis Program
Diploma Tiga sebagai persyaratan menyelesaikan pendidikan Diploma Tiga

Tim Penguji

Misbahul Huda, S.Si., M.Kes


Ketua

dr. Resti Arania, Sp. PA


Anggota

Lendawati, SKM., MM., M.Si


Anggota

Mengetahui

Ketua Jurusan Teknologi Ketua Program StudiTeknologi


Laboratorium Medis Laboratorium Medis

Mimi Sugiarti, S.Pd., M.Kes Misbahul Huda, S.Si., M.Kes


NIP. 196810081989032003 NIP. 19692221997032001

v
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:


Nama : Ismi Hasanah
Nim : 2113453040
Program studi/ Jurusan : D3/Teknologi Laboratorium Medis

Menyatakan bahwa, saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan Karya


Tulis Ilmiah yang berjudul

“Gambaran Kualitas Sediaan Histologi Prostat Pada Klinik Morotai Patologi


Tahun 2023”

Apabila suatu saat nanti saya melakukan kegiatan plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bandar Lampung, Juni 2024

Ismi Hasanah

vi
PERSEMBAHAN

Segala puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
nikmat-Nya yang tidak terhitung banyaknya. Karya tulis ilmiah ini penulis
persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua saya yang menjadi sebuah alasan utama untuk dapat bertahan
dalam setiap proses yang saya jalani selama perkuliahan untuk Bapak Lukman
dan ibu Jauharia, Sebagai wujud jawaban dan tanggung jawab atas
kepercayaan yang telah diamanatkan kepadaku serta cinta dan kasih dan
kesabaran yang tulus ikhlas membesarkan dan selalu mendoakan ku selama
menempuh pendidikan. Semoga Allah senantiasa memuliakan kalian baik
didunia maupun diakhirat.
2. Untuk kedua kakak saya Khustny khotimah dan Ahmad ismail , terimakasih
telah menjadi kakak yang bisa dibanggakan.
3. Sahabat saya Cornelia Bungawalikatrin Amd.kes dan Elsa Okta Riani S.Ak
yang selalu menemani proses saya,memberi dukungan serta semangat.
Terimakasih selalu ada dalam masa masa susah saya semoga tuhan selalu
membalas kebaikan kalian.
4. Dan yang terakhir kepada diri saya sendiri. Terimakasih sudah bertahan sejauh
ini. Terimaksih tetap memilih berusaha dan merayakan dirimu sendiri sampai
titik ini. Terimakasih karna memutuskan tidak menyerah walau sering kali
merasa putus asa, apapun proses yang telah kita lalui kamu telah
menyelesaikannya sebaik dan semaksimal mungkin, ini merupakan proses
pencapaian yang patut dirayakan untuk diri sendiri. Berbahagia selalu
dimanapun berada, ismi. Apapun kurang dan lebihmu mari kita rayakan.

vii
BIODATA PENULIS

Nama : Ismi hasanah


NIM : 2113453040
Tempat, Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 27 Desember 2003
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Gg Damai, Kemiling, Bandar lampung

RIWAYAT PENDIDIKAN

TK : TK Al-Kautsar
SD : SD 3 Labuhan dalam
SMP : SMP 22 Bandar lampung
SMA : SMA 7 Bandar Lampung
D III : Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Teknologi Laboratorium Medis Program Studi
Teknologi Laboratorium Medis Program Diploma
Tiga

viii
MOTTO

Dua kali Allah ulangi : “Fa'inna ma'al-'usri yusrā. Inna ma'al-'usri yusrā”
“Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya berserta
kesulitan ada kemudahan”.
( Q.S Al-Insyirah,94:5-6)

ix
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Puji syukur kehadirat Allah


SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-NYA sehingga penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran kualitas
sediaan histologi hipertrofi prostat di Klinik Morotai Patologi Provinsi Lampung
Tahun 2023”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma Tiga di Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang Jurusan Teknologi Laboratorium Medis.Penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dewi Purwaningsih, S.SiT.,M.Kes selaku Direktur Poltekkes Tanjungkarang.
2. Mimi Sugiarti, S.Pd., M.Kes selaku Ketua Jurusan Teknologi Laboratorium
Medis Poltekkes Tanjungkarang .
3. Misbahul Huda, S.Si., M.Kes selaku Ketua Program Studi DIII Teknologi
Laboratorium Medis dan selaku ketua penguji.
4. dr . Resti A., SpPA selaku pembimbing pertama dan Lendawati, SKM., MM,
MSi selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu, tenaga,
memberikan ide, saran, dan kritik kepada penulis dalam menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
terdapat kekurangan.

Bandar Lampung , Juni 2024

Penulis

x
DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPUL LUAR i


LEMBAR SAMPUL DALAM ii
ABSTRAK iii
LEMBAR PERSETUJUAN iv
LEMBAR PENGESAHAN v
LEMBAR PERNYATAAN vi
PERSEMBAHAN vii
BIODATA PENULIS viii
MOTTO ix
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR LAMPIRAN x

v
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 4
E. Ruang Lingkup 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5


A. Tinjauan Teori 5
1. Definisi Histoteknik 5
2. Proses Pembuatan Sediaan Histologi 6
3. Penilaian Sediaan Histopatologis 12
B. Kerangka Konsep 13

BAB III METODE PENELITIAN 14


A. Jenis dan Desain Penelitian 14
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 14
C. Subjek Penelitian 14
D. Teknik Pengukuran 14
E. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian 15
F. Pengumpulan Data 17

xi
G. Pengolahan dan Analisis Data 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil 19
B. Pembahasan 21

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan 27
B. Saran 28

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Gambar adanya lipatan pada sediaan 22


Gambar 4.2 Sediaan dengan ketebalan tidak merata 22
Gambar 4.3 Sediaan yang memiliki Venetian blind. 23
Gambar 4.4 Sediaan yang terdapat kontaminasi zat warna. 24
Gambar 4.5 Sediaan yang memiliki kontras hematoxylin eosin yang jelas. 24
Gambar 4.6 Sediaan yang memiliki udara pada mounting 25
Gambar 4.7 Sediaan yang memiliki mounting yang kurang. 25

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Penilaian Kualitas Mikroskopis Sediaan. 14


Tabel 3.2. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian 15
Tabel 4.1. Distribusi penilaian kualitas sediaan histopatologi 19
jaringan hipertrofi prostat yang telah diwarnai HE pada
bulan Juli-Desember 2023
Tabel 4.2. Hasil uji kualitas sediaan histopatologi jaringan hipertrofi 20
prostat yang telah diwarnai hematoxylin eosin`

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Prosedur Kerja


Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Lembar Observasi
Lampiran 4 Lembar Penelitian

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Histologi merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran ilmu yang
mempelajari tentang struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop
yang tercakup didalamnya mempelajari fungsi fisiologi sel-sel dalam tubuh,
baik manusia, hewan, serta tumbuhan. Cara terbaik untuk mempelajari
histologi adalah dengan menggunakan irisan jaringan yang dibuat dalam
suatu sediaan. Sediaan jaringan diperoleh dengan membuat irisan tipis dari
jaringan yang telah dipotong kecil, kemudian dilekatkan dalam medium yang
sesuai di atas kaca objek dan ditutup dengan kaca penutup.
Histoteknik adalah metode atau cara untuk membuat sediaan histologi
dari spesimen tertentu melalui serangkaian proses hingga menjadi sediaan
yang siap untuk diamati atau dianalisis (Prahanarendra,2015). Sajian histologi
yang baik dapat digunakan untuk bahan pengajaran dan praktikum mahasiswa
untuk mempelajari bentuk dan struktur jaringan tubuh tertentu, sebagai riset
untuk mempelajari perubahan jaringan dan organ tubuh hewan percobaan,
dan membantu menegakkan diagnosis penyakit yang diderita oleh seorang
pasien.
Menurut Supriyanto (2014) histoteknik adalah suatu metode atau proses
yang dilakukan untuk membuat sediaan histologi dari suatu spesimen melalui
rangkaian proses hingga menjadi sediaan yang siap untuk diamati atau
dianalisa. Pemeriksaan histopatologi juga bertujuan untuk memberikan
diagnosis yang akurat, spesifik dan komprehensif yang memungkinkan dokter
melakukan perawatan dan pengobatan (Khristian dan Inderiati, 2017).
Prosesing jaringan histologi masih menjadi gold strandard penentuan terapi
dan prognosis pasien. Hasil yang baik dapat memberikan gambaran tentang
bentuk, susunan sel, inti sel, sitoplasma, susunan serat jaringan ikat, otot dan
lain sebagainya sesuai dengan gambaran jaringan dalam kondisi pada waktu

1
2

masih hidup. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh tahapan prosessing seperti
suhu, reagen dan waktu alat poresing jaringan (Mescher, 2016).
Pemeriksaan Histopatologi merupakan pemeriksaan rutin yang
dilakukan untuk setiap jaringan yang dikirim ke Laboratorium Patologi
Anatomi untuk membantu mendiagnosa suatu penyakit. Pengolahan jaringan
yang baik akan memberikan kualitas hasil sediaan yang memuaskan untuk
dinilai oleh ahli patolog. Masalah kualitas sediaan dapat terjadi disebabkan
oleh banyak hal antara lain pemotongan yang tidak tepat, fiksasi yang tidak
sempurna, pemotongan yang terlalu tebal, pisau yang tidak tajam, pewarnaan
yang tidak sempurna dan lainnya (Musyarifah & Agus, 2018).
Pembuatan sediaan jaringan berkualitas tinggi mutlak diperlukan
untuk mencapai hasil yang meyakinkan dan akurat.Kerusakan jaringan
dapat terjadi pada saat proses fiksasi, pematangan jaringan, pembelahan
jaringan, atau pewarnaan.Salah satu cara untuk meminimalkan kerusakan
jaringan adalah melalui pengendalian kualitas dalam pembuatan sediaan
jaringan (Khristian & Inderiati, 2017).
Penelitian yang telah dilakukan Lorin 2022 didapatkan hasil dari 42
sediaan yang diperiksa, sebanyak 24 (57%) sediaan masuk dalam kategori A
(sangat baik/sesuai standar), sebanyak 18 (43%) sampel masuk dalam
kategori B (baik/butuh peningkatan). Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan, pada penilaian venetian blind phenomenon, sebanyak 19 sediaan
(45%) masih terdapat bekas sayatan mata pisau yang kurang tajam. Dari
hasil penelitian yang telah dilakukan, pada penilaian ada tidaknya
kontaminasi jaringan lain/kristal zat warna, didapatkan 20 sediaan (48%)
memiliki kontaminan berupa jaringan lain dan kristal zat warna di
dalamnya. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, sebanyak 1 sediaan
(2%) masih memiliki bercak/sidik jari di dalam entelannya. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan, sebanyak 7 sediaan (17%) kontras warna
hematoxylin eosin kurang jelas.
3

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian tentang


bagaimana kualitas sediaan Histopatologi khususnya pada sediaan
Histopatologi Hipertrofi prostat di Klinik Morotai Patologi tahun 2023.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan bahwa masalah
penulis adalah melihat gambaran dari kualitas sediaan histologi pasien
hipertrofi prostat di Klinik Morotai Patologi tahun 2023.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dari kualitas
sediaan histologi khususnya pada sediaan Histopatologi prostat di Klinik
Morotai Patologi tahun 2023.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini antara lain :
1) Mengetahui persentase ketebalan hasil pemotongan jaringan pada
sediaan jaringan yang telah diwarnai dengan pewarnaan HE.
2) Mengetahui persentase kerataan hasil pemotongan jaringan pada
sediaan jaringan yang telah diwarnai dengan pewarnaan HE.
3) Mengetahui presentase adanya lipatan pada sediaan jaringan yang telah
diwarnai dengsn pewarnaan HE.
4) Mengetahui persentase adanya bekas sayatan pisau yang tidak tajam
atau Venetian blind phenomenon.
5) Mengetahui persentase adanya kontaminan lain pada sediaan jaringan
yang telah diwarnai HE.
6) Mengetahui persentase adanya bekas sidik jadi pada sediaan jaringan
yang telah diwarnai HE.
7) Mengetahui persentase kontras warna hematoxylin dan eosin pada
sediaan jaringan yang telah diwarnai HE.
8) Mengetahui persentase adanya udara pada Mounting
4

9) Mengetahui persentase kerataan mounting pada sediaan jaringan yang


telah diwarnai dengan HE.
10) Mengetahui persentase jaringan yang tertutup oleh cover glass secara
merata.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan pengetahuan bagi
mahasiwa Teknologi Laboratorium medis serta dapat menjadi bahan referensi
penelitian di bidang histologi mengenai gambaran kualitas Histologi pasien
Hipertrofi prostat terutama bagi mahasiswa Poltekkes Tanjungkarang,
Khususnya jurusan Teknologi Laboratorium Medis.
2. Manfaat aplikatif
a. Bagi peneliti hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
pengembangan kemampuan nya dalam bidang Histoteknik khusus nya
dalam penilaian kualitas sediaan Histologi.
b. Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan bisa membantu menambah
wawasan bagaimana cara menilai kualitas sediaan histologi serta sebagai
bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

E. Ruang Lingkup
Penelitian ini merupakan penelitian di bidang sitohistoteknologi. Jenis
penelitian ini dilakukan secara deskriptif retrospektif. variabel penelitian ini
adalah gambaran kualitas sediaan histologi pasien hipertrofi prostat Klinik
Morotai Patologi tahun 2023. Populasi penelitian ini adalah seluruh sediaan
histologi terutama pada sediaan Histopatologi pasien Hipertrofi yang tercatat di
Klinik Morotai Patologi tahun 2023. Jenis data yang digunakan adalah data
sekunder, yaitu data dari hasil rekam medis Klinik Morotai Patologi tahun 2023
pada bulan Juni-Agustus. Lokasi penelitian ini dilakukan di laboratorium Klinik
Morotai Patologi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Definisi Histoteknik
Teknik pembuatan sediaan histologi atau histoteknik adalah metode
untuk membuat sediaan histologi dari spesimen tertentu melalui suatu
rangkaian proses hingga menjadi sediaan yang siap untuk diamati atau
dianalisa. Sediaan histologi yang baik dapat digunakan untuk bahan
pengajar dan praktikum mahasiswa, guna mempelajari bentuk dan
struktur jaringan tubuh tertentu yang normal. Selain itu untuk riset, guna
mempelajari perubahan jaringan dan organ tubuh hewan percobaan yang
mendapat perlakuan tertentu atau mempelajari pertumbuhan dan
perkembangan jaringan atau organ tubuh tertentu. Serta membantu
menegakkan diagnosa penyakit yang diderita oleh seorang pasien
(Wulansari, 2022). Teknik histologi, juga dikenal sebagai histoteknik,
adalah seni dan ilmu mempersiapkan organ, jaringan, atau bagian jaringan
untuk pengamatan dan analisis. Sediaan jaringan harus dibuat sedemikian
rupa sehingga menghasilkan sediaan jaringan mikroskopis yang ideal. Ini
memungkinkan struktur dan komposisi molekul jaringan tetap sama
seperti di dalam tubuh (Khristian & Inderiati, 2017).
Histoteknik, menurut Supriyanto (2014), adalah proses membuat
sediaan histologi dari suatu spesimen melalui berbagai prosedur hingga
menjadi sediaan yang siap untuk diamati atau dianalisis. Pemeriksaan
histopatologi adalah pemeriksaan morfologi sel atau jaringan pada
sediaan mikroskopis menggunakan pewarnaan Hematoxylin-Eosin (HE).
Ini dilakukan untuk mendiagnosa kelainan seperti degenerasi, radang,
atau infeksi neoplasma, yang merupakan faktor kematian forensik (Sari
dan Hariyanto, 2020). Selain itu, pemeriksaan histopatologi juga
bertujuan untuk memberikan diagnosis yang tepat, spesifik, dan

5
7

menyeluruh, sehingga dokter dapat melakukan perawatan dan pengobatan


(Khristian dan Inderiati, 2017).
Pemeriksaan histopatologi merupakan suatu cara yang dilakukan
untuk melihat perubahan metabolisme dari perubahan jaringan yang
terjadi. Pemeriksaan ini sangat penting dalam kaitan diagnosis penyakit
karena salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui
hasil pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu (McVary &
Roehrborn, 2010).Metode teknik pembuatan preparat histopatologi: (1)
Organ yang telah dipotong secara representatif dan telah difiksasi formalin
10% 3 jam; (2) Bilas dengan air mengalir 3−5 kali;(3)Dehidrasi dengan:
alkohol 70% selama 0,5 jam, alkohol 96% selama 0,5 jam, alkohol 96%
selama 0,5 jam, alcohol absolut selama 1 jam, alkohol xylol 1:1 selama 0,5
jam; (4) Clearing :xylol I selama1 jam, xylol II selama 1 jam; (5)
Impregnansi dengan parafin selama 1 jam dalamoven suhu 65°C; (6)
Pembuatan blok parafin: sebelum dilakukan pemotongan blok parafin
didinginkan dalam lemari es. Pemotongan menggunakan rotary microtome
dengan menggunakan disposable knife. Pita paraffin dimekarkan pada
water bath dengan suhu 60°C. Selanjutnya dilakukan pewarnaan hema
toksilineosin (HE) (Muhartono dkk., 2013).

2. Proses Pembuatan Sediaan Histologi


Pemeriksaan yang dianjurkan dalam menegakkan diagnosis adanya
tumor adalah pemeriksaan darah rutin dan kimia darah (Depkes RI, 2018).
Sedangkan pemeriksaan baku emas dalam menegakkan diagnosis kanker
adalah pemeriksaan patologi anatomi, yaitu dengan cara memeriksa
morfologi sel secara mikroskopik dengan sampel yang berasal dari hasil
operasi atau biopsi jaringan kanker yang hasilnya akan digunakan sebagai
dasar pengobatan dan penentuan jenis serta grading kanker (Syafri, 2015).
Sebelum mengidentifikasi tingkat keganasan kanker, dibutuhkan sediaan
jaringan. Serangkaian proses pembuatan sediaan dari jaringan ini yang
8

disebut dengan prosesing jaringan (Sumanto, 2014). Prosessing jaringan


untuk pemeriksaan histopatologi dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Fiksasi
Fiksasi adalah usaha untuk mempertahankan komponen-komponen
sel atau jaringan agar tidak mudah rusak dan tidak mengalami
perubahan. Proses fiksasi agar setiap molekul pada jaringan yang hidup
tetap berada pada tempatnya dan tidak ada molekul baru yang timbul.
Tujuan fiksasi agar jaringan tetap utuh. Fiksasi harus dilakukan
sesegera mungkin setelah pengangkatan jaringan agar tidak terjadi
autolisis (Alwi, 2016).
Prinsip kerja fiksasi adalah untuk mempertahankan bentuk sel dan
organel agar mendekati bentuk fisiologisnya. Komposisi jaringan
diubah secara kimiawi dan fisik oleh cairan fiksatif. Dengan koagulasi,
protein sel diubah secara fungsional dan struktural secara kimiawi,
membentuk senyawa aditif baru. Senyawa tersebut terbentuk dengan
ikatan silang dari cairan fiksatif dan protein sel. Hal ini menyebabkan
sel menjadi tahan terhadap pergerakan cairan, seperti air. Akibatnya,
struktur sel menjadi stabil baik di dalam maupun di antara sel. Selain
itu, enzim di dalam sel menjadi terinaktivasi, yang mencegah autolisis
sel dan proses metabolisme sel. Secara fisik, membran sel yang
awalnya hidrofilik dilarutkan dengan cairan fiksatif, yang menyebabkan
poripori sel menjadi lebih besar. Akibatnya, makromolekul memiliki
kemampuan untuk memasuki sel. Hal ini membantu untuk teknik
setelah fiksasi,khususnya pada proses deparafinisasi dan pewarnaan di
mana zat-zat tersebut dapat masuk ke dalam sel dan menempel dengan
mudah (Alwi, 2016).
Tujuan utama fiksasi adalah untuk memastikan bahwa protoplasma
tetap dalam kondisi yang sama seperti saat ia hidup. Selain berfungsi
sebagai pengawet, cairan fiksasi biasanya menggumpalkan
protoplasma, menjadikannya tidak larut, dan mengeraskan jaringan,
9

sehingga mempermudah pengirisan. NBF 10%, yang merupakan reagen


fiksasi yang paling umum digunakan, dapat memberikan hasil yang
jelas terhadap inti sel, sitoplasma, keseragaman warna, dan sel endotel
pada gambaran mikroskopis sediaan jaringan. Larutan Carnoy adalah
larutan fiksatif tambahan yang dapat digunakan untuk fiksasi. Menurut
Afrida & Priyatno (2021), larutan ini baik untuk pengamatan
mikroskopis jaringan terhadap inti sel sitoplasma, keseragaman warna,
dan batas antar sel dengan variasi waktu selama empat jam.
b. Dehidrasi
Dehidrasi merupakan metode yang digunakan untuk mengeluarkan
seluruh cairan yang terdapat dalam jaringan setelah dilakukan proses
fiksasi sehingga nantinya dapat diisi dengan parafin untuk membuat
blok preparat.Proses dehidrasi menggunakan alkohol bertingkat. Mulai
dari alkohol 70%,80%, 90%, 100%. Penggunaan alkohol dari
konsentrasi dari yang rendah ke tinggi supaya tidak merusak jaringan
lunak (Juliati, 2017).
Tujuan dari proses dehidrasi adalah untuk mengurangi jumlah air
yang ada di dalam jaringan. Karena larutan fiksatif larut dalam air,
jaringan yang sudah difiksasi menjadi akuosa. Penghilangan air
dilakukan secara bertahap supaya jaringan tidak mengkerut karena
kehilangan air yang cepat. Menurut Sumanto (2014), air dalam jaringan
harus diganti dengan larutan tambahan. Larutan tambahan ini kemudian
dapat menyatu dengan larutan clearing.
c. Penjernihan (Clearing)
Clearing juga dikenal sebagai penjernihan, adalah proses
mengeluarkan zat yang dehidran dan menggantinya dengan suatu
larutan yang dapat berikatan dengan media infiltrasi. Di laboratorium
pembuatan sediaan histologi, xilol adalah agen clearing yang umum
digunakan. Xilol memberikan hasil preparat sediaan yang baik dalam
tahap clearing karena memiliki tingkat kelarutan yang tinggi terhadap
agen dehidran dan materi parafin. Xilol juga dapat memberikan efek
10

transparan pada jaringan ( Faridah, F., Ariyadi, T., & Nuroini, F.,
2019).

d. Penanaman (Embedding)
Penanaman adalah proses di mana cairan pembening dari jaringan
dikeluarkan dan digantikan dengan parafin. Jaringan harus bebas dari
cairan pembening karena jika tidak, cairan pembening akan mengkristal
dan jaringan akan mudah robek saat dipotong. Untuk mencegah parafin
membeku, jaringan akan dibenamkan di larutan parafin tiga kali selama
waktu tertentu sambil dipanaskan (Rina, 2013).
Posisi spesimen yang baik dalam proses penanaman jaringan
adalah sebagai berikut:
1) Stuktur tubular: penampang dinding dan lumen terlihat (vena,
arteri, spesimen vas deferens, dan tuba falopi).
2) Biopsi kulit: penampang epidermis, dermis, eksisi, dan lapisan
subkutan terlihat.
3) Biopsi epitel: potong bidang pada sudut kanan lalu ke permukaan,
dan posisikan hingga pemotongan epitel dipotong terakhir guna
meminimalisir tekanan dan distorsi lapisan epitel.
4) Biopsi otot: potongan harus mengandung bidang melintang dan
longitudinal.
5) Jika pemotongan beberapa jaringan dilakukan secara bersamaan,
maka epitel diposisikan menghadap arah yang sama (Khristian et
al, 2017).
e. Blocking
Pengeblokan adalah proses pembuatan blok preparat. Dengan
menanamkan atau memasukkan jaringan kedalam cetakan untuk
memudahkan proses penyayatan dengan mikrotom. Cetakan yang
digunakan adalah base mould,yaitu cetakan yang terbuat dari logam
yang tidak berkarat. Tujuan dari proses ini untuk membuat blok
paraffin menjadi preparat permanen (Juliati, 2017).
11

Prosesnya yaitu jaringan diambil dari kaset lalu ditempatkan pada


base mold, kemudian paraffin cair yang sejenis dengan paraffin yang
digunakan pada saat proses infiltrasi dituangkan ke dalam cetakan base
mold. Tahap yang penting di dalam proses penanaman adalah
mengorientasikan jaringan secara baik sehingga dapat mempermudah
proses pemotongan jaringan (BPPSDMK, 2017).
f. Pemotongan
Menurut Alwi (2016), pemotongan dilakukan dengan
menggunakan pisau khusus yang disebut mikrotom. Mikrotom
memiliki pisau yang tajam yang dapat mengiris potongan blok dengan
sangat tipis dan sesuai dengan ukuran ketebalan yang diinginkan.
Dengan menggunakan mikrotom, jaringan dipotong dari blok parafin
setebal 4-5 mm. Blok parafin dipasang pada dudukan mikrotom, lalu
bagian yang dipotong seperti pita dipotong, dan kemudian diapungkan
pada waterbath untuk meregangkan bagian parafin. Selanjutnya,
letakkan bagian untuk menempel pada objek kaca (Slaoui & Fiette,
2014).
Mikrotomi merupakan bagian dari jaringan yang dipotong dan
ditempelkan pada suatu kaca objek yang kemudian akan diproses
sehingga menghasilkan suatu sediaan yang dapat teramati secara
mikroskopis. Umumnya mikrotomi ini diperoleh dari jaringan yang
ditanam dalam parafin, sehingga didapat blok jaringan yang bersifat
padat dan keras (Wulansari, 2022).
g. Floating
Tujuan floating adalah untuk merekatkan pita parafin pada kaca
objek. Ini dilakukan dengan memasukkan objek kaca ke dalam
waterbath pada suhu 60 derajat Celcius, lalu digerakkan ke arah pita
paraffin (Juliati, 2017).
h. Deparafinisasi
Deparafinisasi adalah proses menghilangkan parafin sebelum
pewarnaan agar warna dapat diserap sepenuhnya pada jaringan. Untuk
12

menggunakan reagen seperti xylol, toluen, benzol, atau kloroform,


bagian jaringan harus terlebih dahulu dideparafinisasi dengan xylol,
kemudian dicuci dalam pengenceran alkohol bertingkat untuk
menghilangkan pelarut organik dan parafin dari jaringan (Kalantari,
Bayani, & Ghaffari2016).
Deparafinisasi salah satu langkah penting dalam proses pewarnaan
sediaan jaringan. Karena sifat parafin yang tidak dapat larut dalam air
(hidrofobik), parafin harus larut dengan pelarut nonpolar. Xylol adalah
pelarut nonpolar yang paling umum digunakan dalam proses
deparafinisasi dan pada tahap clearing, tahap pewarnaan yang juga
membutuhkan xylol (Akmalia, 2018).
i. Pewarnaan
Pewarnaan merupakan salah satu prosedur yang ada didalam
bidang histoteknik. Pewarnaan merupakan proses pemberian warna
pada jaringan yang telah dipotong agar jaringan mudah dikenali pada
saat pengamatan dengan menggunakan mikroskop. HE (Hematoxilyn-
Eosin) merupakan zat warna yang sering digunakan dalam pewarnaan
histoteknik (Jamie et al, 2010).
Hematoxylin berfungsi untuk memberikan warna biru (basofilik)
pada inti sel, serta eosin yang berfungsi untuk memberikan warna
merah muda pada sitoplasma sel dan jaringan penyambung (Juliati,
2017). Eosin adalah pewarna asam yang memiliki afinitas terhadap
sitoplasma sel sedangkan pada hematoxilyn memiliki afinitas terhadap
nukleus. Eosin penggunaannya lebih aman dibandingan dengan
hematoxilyn (Anil & Rajendran,2008).
j. Perekatan (Mounting)
Setelah proses pewarnaan, preparat ditetesi dengan entelan lalu
ditutupdengan deck glass. Tujuan pada tahap ini agar preparat lebih
tahan lama dan tidak tergores. Pada saat preparat ditutup dengan deck
glass, harus dipastikan bahwa tidak ada gelembung yang terbentuk.
13

Adanya gelembung udara akan mengganggu pengamatan dan diagnosa


(Juliati, 2017).

j. Pelabelan (Labeling)
Preparat yang sudah diberi cover, diberi label yang berisi nama
pasien dan nomer rekam medik. Pemberian label dilakukan supaya
diagnosa pasien yang satu dengan yang lainnya tidak tertukar (Juliati,
2017).

3. Penilaian Sediaan Histopatologis


Penetapan diagnosis histopatologis memerlukan pemeriksaan
mikroskopis ringan pada bagian jaringan yang diwarnai Hematoksilin
dan eosin (H&E) (Humphrey,2017).
Pedoman umum yang dapat digunakan untuk menilai kualitas
pewarnaan HE adalah:
a. Pewarna tersebut menyebabkan nukleus berwarna biru,
menunjukkan bahwa selubung nukleus, nukleolus, dan kromatin
memiliki vakuola dan hiperkromatis..
b. Sitoplasma dan zat dasar lainnya: mewarnai sitoplasma, kolagen,
otot, sel darah merah, eritrosit, dan musin dengan warna
kemerahan, sehingga dapat dibedakan.
c. Pewarnaan hematoxylin yang terlalu teroksidasi menodai elemen
jaringan tertentu menjadi coklat.
Evaluasi spesimen jaringan parafin dengan pewarnaan HE terdiri
dari beberapa parameter yaitu:
1. Fiksasi
Jaringan terfiksasi sempurna, tidak tampak lisis, merata dari tepi
hingga tengah jaringan.
2. Pengolahan sampel sampai menjadi blok paraffin
14

1) Tidak tampak bercak putih dalam blok


2) Tidak ada fragmentasi
3) Orientasi jaringan menampilkan semua lapisan
3. Pemotongan blok paraffin
1) Blok tipis dengan ketebalan 1 sel maksimal 5 mikron
2) Ketebalan merata
3) Tanpa lipatan
4) Tidak ada goresan
5) Tidak ada kontaminan jaringan lain
6) Tidak ada bercak sidik jari
4. Pulasan dan Mounting
1) Kontras warna hematiksilin dan eosin cukup jelas
2) Sediaan bersih dan jernih
3) Tidak ada udara pada mounting
4) Mounting media tidak kurang/lebih
5) Seluruh jaringan tertutup oleh kaca penutup
(Badan Penjaminan Mutu Pelayanan Patologi Indonesia, 2018)

B. Kerangka Konsep

Sediaan Histologi pasien


hipertrofi prostat di klinik
morotai patologi 2023

Kualitas Sediaan Histologi

1. Pemotongan blok tipis (ketebalan 1 sel – maksimal 5 mikron)


2. Ketebalan merata
3. Tidak ada lipatan
4. Tidak ada goresan mata pisau yang tidak rata/tajam
5. Tidak ada kontaminan jaringan lain/kristal zat warna
6. Tidak ada bercak/sidik jari pada slide/deck glass
7. Kontras warna hematoxylin dan eosin cukup jelas
8. Tidak ada udara pada mounting
9. Mounting media tidak kurang/berlebihan
10. Seluruh jaringan tertutup oleh kaca penutup
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan Penelitian deskriptif dengan menggunakan data
sekunder. Data yang di peroleh dari rekam medis sediaan histopatologi
pasien Hipertrofi prostat di Klinik Morotai patologi tahun 2023.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Klinik morotai patologi pada tahun 2024.

C. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh sediaan Histopatologi pasien
hipertrofi prostat Klinik morotai patologi pada tahun 2023.
2. Sampel
Sampel yang digunakan yaitu seluruh populasi pasien hipertrofi prostat
Klinik morotai patologi pada tahun 2023 di bulan Juni-Agustus yang
berjumlah 40 sediaan.

D. Teknik Pengukuran
Kriteria penilaian kualitas sediaan histologi Sumber : (BPMPPI, 2018)
Tabel 3.1 Tabel Penilaian Kualitas Mikroskopis Sediaan.

No PARAMETER SKOR

Pemotongan blok tipis (ketebalan 1 sel – maksimal 2


1
5 mikron)
2 Ketebalan merata 2
3 Tidak ada lipatan 2
2
4 Tidak ada goresan mata pisau yang tidak rata/tajam

Tidak ada kontaminan jaringan lain/kristal zat 2


5
warna
6 Tidak ada bercak/sidik jari pada slide/deck glass 2
7 Kontras warna hematoxylin dan eosin cukup jelas 2
8 Tidak ada udara pada mounting 2

14
16

9 Mounting media tidak kurang/berlebihan 2


10 Seluruh jaringan tertutup oleh kaca penutup 2

E. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian


Tabel 3.2 Variabel dan Definisi Operasional Penelitian
Variabel Hasil Skala
No Definisi Cara ukur Alat ukur
penelitian ukur ukur

1 Sediaan
Pemotongan
jaringan
blok tipis
yang telah
(ketebalan 1 BPPMPPI
diwarnai Observasi Skor 1-2 Ordinal
sel – 2018
dengan
maksimal 5
pewarnaan
mikron)
HE

Sediaan
jaringan
yang telah
2 Ketebalan diwarnai BPPMPPI
Observasi Skor 1-2 Ordinal
merata dengan 2018
pewarnaan
HE

Sediaan
jaringan
yang telah
Tidak ada BPPMPPI
3 diwarnai Observasi Skor 1-2 Ordinal
lipatan 2018
dengan
pewarnaan
HE
4 Tidak ada
goresan
mata pisau
Sediaan
yang
jaringan
tidak
yang telah
rata/tajam BPPMPPI
diwarnai Observasi Skor 1-2 Ordinal
dan 2018
dengan
atau
pewarnaan
Venetian
HE
blind
phenomeno
n
5 Sediaan
Tidak ada jaringan
kontaminan yang telah
BPPMPPI
jaringan diwarnai Observasi Skor 1-2 Ordinal
2018
lain/kristal dengan
zat warna pewarnaan
HE
17

Variabel Hasil Skala


No Definisi Cara ukur Alat ukur
penelitian ukur ukur
6 Sediaan
Tidak ada
jaringan
bercak/sidik
yang telah
jari BPPMPPI
diwarnai Observasi Skor 1-2 Ordinal
pada slide/ 201 2018
dengan
deck
pewarnaan
glass
HE
7 Sediaan
Kontras
jaringan
warna
yang telah
hematoxylin BPPMPPI
diwarnai Observasi Skor 1-2 Ordinal
dan 2018
dengan
eosin cukup
pewarnaan
jelas
HE
8 Sediaan
jaringan
Tidak ada
yang telah
udara BPPMPPI
diwarnai Observasi Skor 1-2 Ordinal
pada 2018
dengan
mounting
pewarnaan
HE
9 Sediaan
Mounting jaringan
media yang telah
BPPMPPI
tidak diwarnai Observasi Skor 1-2 Ordinal
2018
kurang/berle dengan
bihan pewarnaan
HE
10 Sediaan
Seluruh jaringan
jaringan yang telah
BPPMPPI
tertutup oleh diwarnai Observasi Skor 1-2 Ordinal
2018
kaca dengan
penutup pewarnaan
HE

Interpretasi skor :
 ≥ 19-20= Sangat baik
 14-18 = Baik
 ≤ 14 Kurang bail
18

F. Pengumpulan Data
a. Peneliti melakukan penelusuran pustaka.
b. Peneliti melakukan survey pendahuluan ke lokasi penelitian.
c. Peneliti meminta surat izin penelitian dari jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Poltekkes Tanjungkarang untuk diajukan ke
bagian rekam medis Klinik Morotai Patologi .
d. Setelah disetujui dilakukan pengambilan nomor rekam medic pasien
hipertrofi prostat pada ruang rekam medic dan di laboratorium patologi
anatomi dilakukan pengamatan gambar sediaan histologi dari preparat
pasien hipertrofi prostat.
e. Peneliti melakukan observasi secara makroskopik dan mikroskopis
pada sampel berupa sediaan jaringan yang telah diwarnai dengan
pewarnaan HE.
f. Peneliti mencatat hasil pembacaan kualitas sediaan jaringan
histopatologi hipertrofi prostat yang telah diwarnai pewarnaan HE.

G. Pengolahan dan Analisis Data


1. Pengolahan Data
Data Data yang diperoleh yaitu kualitas pewarnaan pada sediaan
Histopatologi penderita hipertrofi prostat. Kemudian membuat tabulasi
yaitu memasukkan data ke dalam bentuk tabel.
2. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis data unvariat. Tujuan
dari analisis data univariat adalah untuk menentukan persentase kualitas
sediaan Histopatologi yang baik pada sediaan histopatologi penderita
hipertrofi prostat di Klinik morotai patologi. Analisa data menggunakan
pendekatan analisis deskriptif dimana hasilnya berupa
gambaran kualitas sediaan jaringan pasien hipertrofi .
1. Rumus perhitungan kategori hasil penilaian kualitas sediaan
jaringan histopatologi yang telah diwarnai HE dengan cara
19

menganalogikan rumus berdasarkan Buku Panduan Penjaminan


Mutu Pelayanan Patologi Indonesia.
95
A= ×x
100

95
B= ×x
100

Keterangan :
A : Kategori sangat baik/sesuai standar
B : Kategori baik
95 : Nilai batas bawah kategori A
70 : Nilai batas bawah kategori B
100 : Total nilai
x : Jumlah nilai maksimal
2. Rumus perhitungan presentase hasil penilaian kualitas sediaan
histopatologi hipertrofi prostat :

x
%= ×10 0
∑x

Keterangan :
X : Jumlah sediaan perkategori
Σ x : Total sediaan
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Pemeriksaan kualitas sediaan histopatologi jaringan hipertrofi prostat
dilakukan dengan membandingkan sediaan sampel dan sediaan indikator
PMI yang disediaan oleh pihak Labaratorium Patologi Anatomi Klinik
Morotai Patologi dengan tingkat ketelitian mencapai100%. Hasil penelitian
mengenai uji kualitas sediaan histopatologi jaringan hipertrofi prostat pada
Klinik Morotai Patologi didapatkan jumlah sampel sebanyak 4o buah
sediaan yang terdaftar pada bulan Juni-Agustus 2023 dengan gambaran
kualitas sebagai berikut :
Tabel 4. 1 Distribusi penilaian kualitas sediaan histopatologi jaringan hipertrofi
prostat yang telah diwarnai HE pada bulan Juni- Agustus 2023
Kategori Jumlah Sampel Persentase %
A (Sangat baik) 21 52,5
B (Baik) 19 47,5
C (Kurang baik) 0 0
Total 40 100

Berdasarkan pembagian distribusi kategori yang telah dijabarkan,


dapat diketahui bahwa sebanyak 21 (52,5%) sediaan masuk pada kategori A
(Sangat baik/Sesuai standar), 19 (47,5%) sediaan masuk pada kategori
B(Baik/Butuh peningkatan), serta tidak ada sediaan yang masuk dalam
kategori C (Kurang baik/Butuh bimbingan).
Pemeriksaan kualitas sediaan histopatologi jaringan hipertrofi prostat yang
telah diwarnai hematoxylin eosin berdasarkan parameter penilaiannya dapat
dilihat pada tabel berikut :

19
22

Tabel 4.2 Hasil uji kualitas sediaan histopatologi jaringan hipertrofi prostat yang telah
diwarnai hematoxylin eosin
No Parameter Penilaian Jumlah Persentase
1 Pemotongan blok tipis 40 100
2 Ketebalan merata
Ada 10 22,5
Tidak ada 30 72,5
3 Tidak ada lipatan pada sediaan
Ada 16 40
Tidak ada 24 60
4 Tidak ada goresan mata pisau
Ada 3 7,5
Tidak ada 37 92,5
5 Tidak ada kontaminan jaringan lain /
Kristal zat warna
Ada 15 37,5
Tidak ada 25 62,5
6 Tidak ada bercak /sidik jari pada 40 100
slide/deck glass
7 Kontras warna hematoxylin dan eosin 40 100
cukup jelas
8 Tidak ada udara pada mounting
Ada 1 2,5
Tidak ada 39 97,5
9 Mounting tidak kurang/berlebihan
Ada 13 32,5
Tidak ada 27 67,5
10 Seluruh jaringan tertutup oleh kaca 40 100
penutup

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa kualitas sediaan


histopatologi jaringan hipertrofi prostat yang telah diwarnai hematoxylin
eosin di antaranya :
1. Sebanyak 40 sediaan memiliki presentase 100% memiliki potongan blok
yang tipis yang baik, tidak ada bercak /sidik jari pada slide/deck glass,
kontras warna hematoxylin dan eosin cukup jelas , serta jaringan tertutup
oleh kaca penutup dengan baik.
2. Sebanyak 72,5% sediaan memiliki ketebalan yang merata, 60% tidak
memiliki lipatan, 92,5% sediaan tidak memiliki goresan mata pisau,
62,5% sediaan tidak ada kontaminan lain, 97,5% sediaan tidak memiliki
udara mounting, 67,5% sediaan memiliki mounting yang cukup.
23

B. Pembahasan
1. Pemotongan blok tipis
Dari hasil penelitian yang dilakukan, tidak terdapat tanda bahwa
jaringan memiliki ketebalan yang bervariasi. Hal ini ditandai dengan
keseragaman warna jaringan ketika dilihat di bawah mikroskop dengan
perbesaran lensa objektif 4 kali. Pada pemeriksaan rutin dengan metode
parafin, jaringan akan dipotong menggunakan mikrotom dengan
ketebalan 5 μm. Alasan mengapa sel harus dipotong dengan ketebalan
mikrometer adalah ukuran sel yang dimiliki makhluk hidup berkisar
antara 5-7 μm.
Sedangkan dalam histopatologi, kaset jaringan yang akan digunakan
memiliki ketebalan 5 μm. Karena itu, penting halnya untuk memastikan
hasil pemotongan jaringan tidak lebih dari 5 μm (Sumanto, 2014).
Pada potong kasar, blok jaringan dipotong dengan ketebalan 15-30 μm
untuk membuang kelebihan parafin. Pada proses ini juga membutuhkan
ketelitian yang tinggi untuk mencegah jaringan terpotong terlalu tebal
yang dapat mengakibatkan blok pecah dan rusaknya jaringan (Khristian
et al, 2017).
Pemotongan yang agresif dapat menimbulkan munculnya artefak
berupa “moth hole”. Alat perlu dirawat untuk memastikan jaringan yang
diproses tidak bersentuhan dengan pisau yang berada dibawah mikrotom.
Apabila terjadi, makajaringan akan rusak karena pisau menyentuh
jaringan saat prosestrimming (Suvarna, 2013).
2.Tidak ada lipatan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan 16 sediaan terdapat
lipatan. Adanya lipatan pada sediaan ditandai dengan jaringan terlihat
tumpang tindih dan tidak dalam focus yang tajam. Lipatan jaringan dapat
terjadi karena suhu weaterbath kurang panas atau jaringan yang tidak
dibiarkan mengembang dengan baik saat berada dalam
weaterbath.Proses pemotongan yang kurang sempurna
24

Seperti pisat mikrotom tumpul atau terdapat sisa – sisa paraffin dimata
pisau serta pemotongan yang terlalu tipis.

Lipatan

Gambar 4.1 gambar adanya lipatan pada sediaan


3. Ketebalan merata
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, sediaan dinilai secara
subjektif dengan cara melihat secara keseluruhan jaringan yang telah
diwarnai. Didapatkan perbedaan skor ketebalan pada jaringan yang
telah diperiksa , yaitu terdapat 11 dari 40 sediaan histopatologi jaringan
hipertrofi prostat memiliki ketebalan yang kurang merata. Pada proses
potong halus, pita yang berasal dari proses potong halus dapat memiliki
ketebalan yang bervariasi dikarenakan beberapa faktor seperti sudut
penempatan pisau mikrotom (sudut optimum 35°),suhu, kecepatan
pemotongan, ataupun parafin yang terlalu lunak. Selain itu, pisau
mikrotom yang dipasang terlalu kuat juga dapat mengakibatkan
munculnya artefak seperti ketebalan jaringan yang tidak merata
(Khristian et al, 2017).

Tebal tidak
merata

Gambar 4.2 sediaan dengan ketebalan tidak merata


25

4. Venetian blind phenomenon


Setelah melakukan penilaian terhadap 40 sediaan histopatologi
jaringan hipertrofi prostat, didapatkan 3 sediaan yang memiliki bekas
sayatan mata pisau yang kurang tajam.
Venetian blind merupakan pemotongan jaringan yang tidak biasa.
Artefak ini berbentuk garis horizontal seperti garis tirai (venetian blind)
yang disebabkan bergetarnya spesimen di dalam blok parafin karena
jaringan yang terlalu keras atau perawatan pisau mikrotom yang tidak
tepat (Joshi, 2012). Hasil pemotongan jaringan dengan menggunakan
pisau yang kotor ataupun kurang tajam, akan mengakibatkan adanya
garis-garus samar atau bekas sayatan yang dapat mengganggu dalam
pembacaan mikroskopis (Khristian et al, 2017).

Venetian
blind

Gambar 4.3 Sediaan yang memiliki Venetian blind.

5. Kontaminan jaringan lain/kristal zat warna


Dari hasil pemeriksaan, didapatkan 15 sediaan memiliki atau
terdapat kontaminan zat warna atau jaringan lain yang dapat di lihat pada
saat di mikroskop.

Ada
kontaminasi
zat warna

Gambar 4.4 Sediaan yang terdapat kontaminasi zat warna.


26

Adanya kontaminan jaringan lain mungkin atau dapat terjadi karena


pada saat proses floating, bekas jaringan yang ada pada waterbath tidak
dibersihkan dengan sempurna, sehingga pada saat floating jaringan baru,
serpihan atau pecahan jaringan sebelumnya ikut menempel.
6. Bercak/sidik jari pada slide/deck glass
Adanya bercak sidik jari pada sediaan histologi disebabkan karena
objek gelas yang kurang dibersihkan saat mounting. Pada hasil
penelitian, tidak ada sediaan yang memiliki bercak di dalam entelannya.
7. Kontras warna hematoxylin dan eosin
Pada hasil yang telah didapat 40 sediaan dinyatakan memiliki
kontras hematoxylin eosin yang jelas. Kualitas pewarnaan sediaan
histopatologi yang baik dapat dilihat melalui kontras warna nukleus dan
sitoplasma yang jelas. Selain itu,teknisi juga harus dapat membedakan
antara serat otot dan kolagen pada jaringan (Khristian et al, 2017).

Sitoplasma

Inti

Gambar 4.5 Sediaan yang memiliki kontras hematoxylin eosin yang jelas.
8. Udara pada mounting
Pada sediaan yang telah diperiksa, ada 1 sediaan yang memiliki
gelembung udara di dalam entelannya. Adanya udara pada sediaan
disebabkan karena adanya gelembung pada saat mounting.
27

Gelembung
udara

Gambar 4.6 Sediaan yang memiliki udara pada mounting


Untuk menjaga transparasi dari jaringan yang telah diwarnai,
indeks bias mounting media harus mendekati 1,53 dan1,54. Hal ini
sangat penting untuk memvisualisasikan detail dari jaringan yang tidak
terwarnai. Indeks bias dapat berubah saat pengeringan karena larutan
mengalami evaporasi atau menguap.Sehingga, udara dapat mengurangi
indeks bias mounting media karena udara yang terperangkap dapat
meluas (Suvarna, 2013).
9. Kerataan mounting
Dari hasil penelitian, didapatkan sebanyak 13 sediaan memiliki
mounting yang kurang. Kerataan mounting jaringan adalah aspek yang
penting, karenanya jaringan akan tetap awet meskipun disimpan untuk
waktu yang lama. Kerataan mounting pada sediaan dapat dilihat dengan
tertutup tidaknya keseluruhan jaringan oleh entelan dan lebih atau
kurangnya tidaknya entelan dari batas cover glass.

Mounting
kurang

Gambar 4.7 Sediaan yang memiliki mounting yang kurang.


28

10. Seluruh jaringan tertutup oleh kaca penutup


Dari hasil pemeriksaan, 40 sediaan jaringan tertutup dengan
sempurna.Tertutupnya seluruh jaringan oleh cover glass bertujuan
untuk menghindari adanya kontaminasi zat asing yang dapat merusak
jaringan.
Setelah melakukan survey dan mendapat 40 sampel yang sesuai
dengan kriteria penelitian, didapatkan sebanyak 21 (52,5%) sediaan
masuk dalam kategori A (sangat baik). Dan sebanyak 19 (47,5%)
sediaan masuk dalam kategori B (baik). Hasil penelitian ini merujuk
pada Buku Panduan Penjaminan Mutu Pelayanan Patologi Indonesia
yang dirancang pada tahun 2018. Hal ini menyatakan bahwa kualitas
sediaan histopatologi jaringan kanker payudara pada bulan Juni-
Agustus, tergolong baik dan sesuai dengan standar. Tetapi masih
diperlukan peningkatan dalam beberapa aspek guna meningkatkan
kualitas sediaan histopatologi jaringan yang akan mendatang.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. Persentase hasil pemotongan jaringan pada sediaan yang telah diwarnai
dengan pewarnaan HE sebanyak 21 (52,5%) sediaan masuk dalam
kategori A (sangat baik/sesuai standar), sebanyak 19 (47,5%) sampel
masuk dalam kategori B (baik/butuh peningkatan).
2. Persentase kerataan hasil pemotongan jaringan didapatkan sebanyak 40
sediaan (100%) memiliki pemotongan blok tipis yang sesuai standar
(ketebalan sel 5 μm ).
3. Persentase kerataan hasil pemotongan jaringan pada sediaan sebanyak 11
sediaan (22,5%) memiliki ketebalan yang tidak merata.
4. Persentase adanya lipatan pada sediaan didapatkan sebanyak 16 sediaan
( 40%).
5. Persentase adanya bekas sayatan pisau yang tidak tajam didapatkan
sebanyak 3 sediaan (7,5%).
6. Persentase adanya kontaminan zat warna berupa jaringan lain dan kristal
zat warna di dalamnya yaitu 15 sediaan (37,5%).
7. Persentase adanya bercak sidik jari yaitu didapatkan 100% sediaan tidak
terdapat bercak sidik jari didalamnya.
8. Persentase sediaan memiliki kontras warna hematoxylin didapatkan
sebanyak 100% cukup jelas.
9. Persentase sediaan yang masih memiliki udara pada mounting didapatkan
hasil sebanyak 1 sediaan (2,5%).
10. Persentase yang memiliki mounting yang kurang dari batas cover glass
didapatkan sebanyak 13 sediaan (32,5%).
11. Persentase jaringan yang tertutup oleh cover glass secara sempurna
didapatkan sebanyak 40 sediaan (100%).

27
30

Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian mengenai uji kualitas sediaan


histopatologi jaringan hipertrofi prostat pada Klinik Morotai Patologi
menurut data yang diperoleh masih dibutuhkan peningkatan dikarenakan
masih terdapat 47,5% sediaan yang mendapatkan nilai kurang baik yaitu
terdapat lipatan pada sediaan, adanya sayatan mata pisau yang kurang
tajam, adanya kontaminasi jaringan atau zat Kristal warna lain, adanya
udara pada mounting, serta mounting pada sediaan yang kurang dari batas
cover glass.

B. Saran
Bagi para ahli laboratorium medis, diperlukan peningkatan kualitas sediaan
dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :
1. Memperhatikan penempatan pisau mikrotom dan ketajamannya
Agar meminimalisir terbentuknya venetian blind phenomenon dan
ketebalan sediaan yang kurang merata.
2. Memperhatikan adanya lipatan pada sediaan ditandai dengan jaringan
terlihat tumpang tindih dan tidak dalam focus yang tajam serta suhu
weaterbath yang kurang panas agar meminimalisirkan adanya lipatan
pada sediaan.
3. Memperhatikan penggunaan hematoxylin dan eosin, seperti
memastikan bahwa cat telah tersaring sempurna sehingga mengurangi
adanya kontaminan berupa Kristal zat warna asing.
4. Memperhatikan mounting jaringan sehingga kurang dari batas cover
glass.
31

DAFTAR PUSTAKA

Adelia, F., Monoarfa, A., & Wagiu, A. (2017). 250 Gambaran Benigna Prostat
Hiperplasia di RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado Periode Januari
2014 –Juli 2017. e-CliniC, 5(2).

Akmalia, U. (2018). Perbandingan Deparafinisasi Menggunakan Xylol dan


Detergen Cair Sunlight Terhadap Kualitas

Alwi, M. A. (2016). Fiksasi 2 Minggu Pada Gambaran Histologi Organ Ginjal,


Hepar, Dan Pankreas Tikus. Skripsi. Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Ariyadi, T., & Suryono, H. (2017). Kualitas Sediaan Jaringan Kulit Metode
Microwave Dan. Jurnal Labora Medika Vol, 1(1), 7-11.

Barron, D. A., & Rowley, D. R. (2012). The reactive stroma microenvironment


and prostate cancer progression. Endocrine-related cancer, 19(6),
R187-R204.

BPPSDMK, T. (2017). Buletin Agustus 2017.

Faridah, F., Ariyadi, T., & Nuroini, F. (2019). Perbedaan Densitas Warna Inti
dan Sitoplasma Preparat Ginjal Marmut pada Proses Clearing
Menggunakan Xylol dengan Minyak Gandapura (Gaultheria
Fragantissima) pada Pembuatan Sediaan Jaringan. In Prosiding
Seminar Nasional Mahasiswa Unimus (Vol. 2).

Gambaran Histologis Hepar Mencit (Mus Musculus L.) Strain DdwSetelah


Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum
Acanthopodium Dc.) Selama Masa Pra Implantasi Dan Pasca
Implantasi. Sumatera Utara.

Juliati. 2017. Gambaran Mikroskopis Ca Mammae Yang Difiksasi Dengan


BNF10% dan Alkohol 70% pada Pewarnaan Hematoxylin-Eosin
(HE).Skripsi.Universitas Muhammadiyah Semarang.

Jusuf, A. A. 2009. Histoteknik dasar. Bagian Histologi Fakultas


Kedokteran.Universitas Indonesia. Jakarta.

Kalantari, N., Bayani, M., & Ghaffari, T. (2016). Deparaffinization of


formalin-fixed paraffin-embedded tissue blocks using hot water
instead of xylene. Analytical Biochemistry, 507, 71-73
Khristian, E., & Inderiati, D. (2017). Sitohistoteknologi. Jakarta: KEMENKES RI
Pusat Pendidikan SDM Kesehatan.

Prasetiawan E., Sabri E., & Ilyas S. (2012).

Roberth, J. I., Siagian, J. W., & Jayadi, T. (2022). Hubungan Usia dengan Benign
Prostate Hyperplasia dan Adenokarsinoma Prostat di Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta. Jurnal MedScientiae, 6-11.

Salam, D. M., Muhartono, M., Sukohar, A., & Bakri, S. (2019). Analisis
Hubungan Variabel Lingkungan Terhadap Kejadian Metastase Kanker
Payudara Di Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2018.
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Ke-4.
Sediaan Jaringan Kulit Metode Microwave Dan Conventional
Histoprocessing Pewarnaan Hematoxylin Eosin.

Setyawan, B., Saleh, I., & Arfan, I. (2016). Hubungan gaya hidup dengan
kejadian benign prostate hyperplasia (studi di RSUD Dr. Soedarso
Pontianak). Jumantik, 3(1).

Sutysna, H. (2016). Tinjauan Anatomi Klinik Pada Pembesaran Kelenjar


Prostat. Buletin Farmatera, 1(1).

Wulansari, N. (2022). Analisis Sediaan Histologi Menggunakan Beeswax Super


Grade Sebagai Alternatif Pengganti Paraffin Wax Dalam Proses
Embedding (Doctoral dissertation, Kedokteran).

Yasifa, F. G., & Sugiharto, S. (2019). Gambaran histopatologi hasil Transurethral


Resection of Prostate (TURP) pada pasien pembesaran prostat di RS
Sumber Waras periode tahun 2014–2016. Tarumanagara Medical
Journal, 1(3), 510-514.

27
33

LAMPIRAN
34

Lampiran 1
Prosedur Kerja
35
36
37

Lampiran 2
Surat izin penelitian

Lampiran 3
38

Lembar observasi

Lampiran 4
39

Hasil penelitian dan dokumentasi

Gambar 1. Pengamatan sediaan Gambar 2. Penilaian kualitas


oleh mahasiwa sediaan oleh dokter PA
40

Gambar 2. Contoh sediaan dengan Gambar 3. Contoh sediaan dengan

Mounting kurang pemotongan yang kasar

Gambar 4. Contoh sediaan dengan Gambar 5. Contoh slide dengan

Pewarnaan yang baik skors yang baik

Gambar 6. Contoh sediaan dengan Gambar 7. Contoh sediaan yang


adanya goresan mata pisau memiliki lipatan

Gambar 8. Contoh sediaan yang Gambar 9. Contoh sediaan yang


memiliki udara pada mounting memiliki kontaminasi warna

Anda mungkin juga menyukai