Revisi Ismi 4 Juni 2024 Acc Bu Lenda
Revisi Ismi 4 Juni 2024 Acc Bu Lenda
Revisi Ismi 4 Juni 2024 Acc Bu Lenda
Oleh :
ISMI HASANAH
2113453040
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi Diploma Tiga Jurusan Teknologi Laboratorium
Medis Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang
Oleh :
ISMI HASANAH
2113453040
ii
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM DIPLOMA TIGA
Ismi Hasanah
ABSTRAK
Pemeriksaan Histopatologi merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan untuk setiap
jaringan yang dikirim ke Laboratorium Patologi Anatomi untuk membantu mendiagnosa
suatu penyakit. Prosesing jaringan histologi masih menjadi gold strandard penentuan
terapi dan prognosis pasien salah satunya pasien hipertrofi prostat. Pembuatan sediaan
jaringan berkualitas tinggi mutlak diperlukan untuk mencapai hasil yang meyakinkan dan
akurat.Kerusakan jaringan dapat terjadi pada saat proses fiksasi, pematangan jaringan,
pembelahan jaringan, atau pewarnaan.Salah satu cara untuk meminimalkan kerusakan
jaringan adalah melalui pengendalian kualitas dalam pembuatan sediaan jaringan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menjabarkan secara analilis mengenai kualitas sediaan
histologi jaringan hipertrofi prostat yang telah diwarnai hematoxylin dan eosin dengan
berpedoman pada Buku Penjamin Mutu Pelayanan Patologi Indonesia dalam
penilaiannya. Metode yang digunakan pada penelitian ini bersifat analis dengan total
sampel 40 sediaan yang telah diwarnai H&E dan telah terdaftar pada arsip Klinik Morotai
Patologi. Dari hasil penelitian didapatkan 52,5% sediaan masuk dalam kategori A (sangat
baik) dan 47,5% sediaan masuk dalam kategori B (baik/butuh peningkatan).
Permassalahan yang sering dijumpai pada sediaan histologi ini seperti venetian blind
phenomenon ,adanya lipatan pada sediaan,kontaminasi zat warna hematoxylin, dan
kurangnyaadanya lipatan pada sediaan,kontaminasi zat warna hematoxylin, dan
kurangnya kerataan pada mounting.
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Penulis
Ismi Hasanah/2113453040
Telah diperiksa dan disetujui Tim Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Program Studi
Diploma Tiga Jurusan Teknologi Laboratorium
Medis Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Penulis
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Program Studi Teknologi Laboratorium Medis Program
Diploma Tiga sebagai persyaratan menyelesaikan pendidikan Diploma Tiga
Tim Penguji
Mengetahui
v
LEMBAR PERNYATAAN
Apabila suatu saat nanti saya melakukan kegiatan plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Ismi Hasanah
vi
PERSEMBAHAN
Segala puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
nikmat-Nya yang tidak terhitung banyaknya. Karya tulis ilmiah ini penulis
persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua saya yang menjadi sebuah alasan utama untuk dapat bertahan
dalam setiap proses yang saya jalani selama perkuliahan untuk Bapak Lukman
dan ibu Jauharia, Sebagai wujud jawaban dan tanggung jawab atas
kepercayaan yang telah diamanatkan kepadaku serta cinta dan kasih dan
kesabaran yang tulus ikhlas membesarkan dan selalu mendoakan ku selama
menempuh pendidikan. Semoga Allah senantiasa memuliakan kalian baik
didunia maupun diakhirat.
2. Untuk kedua kakak saya Khustny khotimah dan Ahmad ismail , terimakasih
telah menjadi kakak yang bisa dibanggakan.
3. Sahabat saya Cornelia Bungawalikatrin Amd.kes dan Elsa Okta Riani S.Ak
yang selalu menemani proses saya,memberi dukungan serta semangat.
Terimakasih selalu ada dalam masa masa susah saya semoga tuhan selalu
membalas kebaikan kalian.
4. Dan yang terakhir kepada diri saya sendiri. Terimakasih sudah bertahan sejauh
ini. Terimaksih tetap memilih berusaha dan merayakan dirimu sendiri sampai
titik ini. Terimakasih karna memutuskan tidak menyerah walau sering kali
merasa putus asa, apapun proses yang telah kita lalui kamu telah
menyelesaikannya sebaik dan semaksimal mungkin, ini merupakan proses
pencapaian yang patut dirayakan untuk diri sendiri. Berbahagia selalu
dimanapun berada, ismi. Apapun kurang dan lebihmu mari kita rayakan.
vii
BIODATA PENULIS
RIWAYAT PENDIDIKAN
TK : TK Al-Kautsar
SD : SD 3 Labuhan dalam
SMP : SMP 22 Bandar lampung
SMA : SMA 7 Bandar Lampung
D III : Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan
Teknologi Laboratorium Medis Program Studi
Teknologi Laboratorium Medis Program Diploma
Tiga
viii
MOTTO
Dua kali Allah ulangi : “Fa'inna ma'al-'usri yusrā. Inna ma'al-'usri yusrā”
“Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya berserta
kesulitan ada kemudahan”.
( Q.S Al-Insyirah,94:5-6)
ix
KATA PENGANTAR
Penulis
x
DAFTAR ISI
v
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 4
E. Ruang Lingkup 4
xi
G. Pengolahan dan Analisis Data 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Histologi merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran ilmu yang
mempelajari tentang struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop
yang tercakup didalamnya mempelajari fungsi fisiologi sel-sel dalam tubuh,
baik manusia, hewan, serta tumbuhan. Cara terbaik untuk mempelajari
histologi adalah dengan menggunakan irisan jaringan yang dibuat dalam
suatu sediaan. Sediaan jaringan diperoleh dengan membuat irisan tipis dari
jaringan yang telah dipotong kecil, kemudian dilekatkan dalam medium yang
sesuai di atas kaca objek dan ditutup dengan kaca penutup.
Histoteknik adalah metode atau cara untuk membuat sediaan histologi
dari spesimen tertentu melalui serangkaian proses hingga menjadi sediaan
yang siap untuk diamati atau dianalisis (Prahanarendra,2015). Sajian histologi
yang baik dapat digunakan untuk bahan pengajaran dan praktikum mahasiswa
untuk mempelajari bentuk dan struktur jaringan tubuh tertentu, sebagai riset
untuk mempelajari perubahan jaringan dan organ tubuh hewan percobaan,
dan membantu menegakkan diagnosis penyakit yang diderita oleh seorang
pasien.
Menurut Supriyanto (2014) histoteknik adalah suatu metode atau proses
yang dilakukan untuk membuat sediaan histologi dari suatu spesimen melalui
rangkaian proses hingga menjadi sediaan yang siap untuk diamati atau
dianalisa. Pemeriksaan histopatologi juga bertujuan untuk memberikan
diagnosis yang akurat, spesifik dan komprehensif yang memungkinkan dokter
melakukan perawatan dan pengobatan (Khristian dan Inderiati, 2017).
Prosesing jaringan histologi masih menjadi gold strandard penentuan terapi
dan prognosis pasien. Hasil yang baik dapat memberikan gambaran tentang
bentuk, susunan sel, inti sel, sitoplasma, susunan serat jaringan ikat, otot dan
lain sebagainya sesuai dengan gambaran jaringan dalam kondisi pada waktu
1
2
masih hidup. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh tahapan prosessing seperti
suhu, reagen dan waktu alat poresing jaringan (Mescher, 2016).
Pemeriksaan Histopatologi merupakan pemeriksaan rutin yang
dilakukan untuk setiap jaringan yang dikirim ke Laboratorium Patologi
Anatomi untuk membantu mendiagnosa suatu penyakit. Pengolahan jaringan
yang baik akan memberikan kualitas hasil sediaan yang memuaskan untuk
dinilai oleh ahli patolog. Masalah kualitas sediaan dapat terjadi disebabkan
oleh banyak hal antara lain pemotongan yang tidak tepat, fiksasi yang tidak
sempurna, pemotongan yang terlalu tebal, pisau yang tidak tajam, pewarnaan
yang tidak sempurna dan lainnya (Musyarifah & Agus, 2018).
Pembuatan sediaan jaringan berkualitas tinggi mutlak diperlukan
untuk mencapai hasil yang meyakinkan dan akurat.Kerusakan jaringan
dapat terjadi pada saat proses fiksasi, pematangan jaringan, pembelahan
jaringan, atau pewarnaan.Salah satu cara untuk meminimalkan kerusakan
jaringan adalah melalui pengendalian kualitas dalam pembuatan sediaan
jaringan (Khristian & Inderiati, 2017).
Penelitian yang telah dilakukan Lorin 2022 didapatkan hasil dari 42
sediaan yang diperiksa, sebanyak 24 (57%) sediaan masuk dalam kategori A
(sangat baik/sesuai standar), sebanyak 18 (43%) sampel masuk dalam
kategori B (baik/butuh peningkatan). Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan, pada penilaian venetian blind phenomenon, sebanyak 19 sediaan
(45%) masih terdapat bekas sayatan mata pisau yang kurang tajam. Dari
hasil penelitian yang telah dilakukan, pada penilaian ada tidaknya
kontaminasi jaringan lain/kristal zat warna, didapatkan 20 sediaan (48%)
memiliki kontaminan berupa jaringan lain dan kristal zat warna di
dalamnya. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, sebanyak 1 sediaan
(2%) masih memiliki bercak/sidik jari di dalam entelannya. Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan, sebanyak 7 sediaan (17%) kontras warna
hematoxylin eosin kurang jelas.
3
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan bahwa masalah
penulis adalah melihat gambaran dari kualitas sediaan histologi pasien
hipertrofi prostat di Klinik Morotai Patologi tahun 2023.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dari kualitas
sediaan histologi khususnya pada sediaan Histopatologi prostat di Klinik
Morotai Patologi tahun 2023.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini antara lain :
1) Mengetahui persentase ketebalan hasil pemotongan jaringan pada
sediaan jaringan yang telah diwarnai dengan pewarnaan HE.
2) Mengetahui persentase kerataan hasil pemotongan jaringan pada
sediaan jaringan yang telah diwarnai dengan pewarnaan HE.
3) Mengetahui presentase adanya lipatan pada sediaan jaringan yang telah
diwarnai dengsn pewarnaan HE.
4) Mengetahui persentase adanya bekas sayatan pisau yang tidak tajam
atau Venetian blind phenomenon.
5) Mengetahui persentase adanya kontaminan lain pada sediaan jaringan
yang telah diwarnai HE.
6) Mengetahui persentase adanya bekas sidik jadi pada sediaan jaringan
yang telah diwarnai HE.
7) Mengetahui persentase kontras warna hematoxylin dan eosin pada
sediaan jaringan yang telah diwarnai HE.
8) Mengetahui persentase adanya udara pada Mounting
4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan pengetahuan bagi
mahasiwa Teknologi Laboratorium medis serta dapat menjadi bahan referensi
penelitian di bidang histologi mengenai gambaran kualitas Histologi pasien
Hipertrofi prostat terutama bagi mahasiswa Poltekkes Tanjungkarang,
Khususnya jurusan Teknologi Laboratorium Medis.
2. Manfaat aplikatif
a. Bagi peneliti hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
pengembangan kemampuan nya dalam bidang Histoteknik khusus nya
dalam penilaian kualitas sediaan Histologi.
b. Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan bisa membantu menambah
wawasan bagaimana cara menilai kualitas sediaan histologi serta sebagai
bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
E. Ruang Lingkup
Penelitian ini merupakan penelitian di bidang sitohistoteknologi. Jenis
penelitian ini dilakukan secara deskriptif retrospektif. variabel penelitian ini
adalah gambaran kualitas sediaan histologi pasien hipertrofi prostat Klinik
Morotai Patologi tahun 2023. Populasi penelitian ini adalah seluruh sediaan
histologi terutama pada sediaan Histopatologi pasien Hipertrofi yang tercatat di
Klinik Morotai Patologi tahun 2023. Jenis data yang digunakan adalah data
sekunder, yaitu data dari hasil rekam medis Klinik Morotai Patologi tahun 2023
pada bulan Juni-Agustus. Lokasi penelitian ini dilakukan di laboratorium Klinik
Morotai Patologi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Definisi Histoteknik
Teknik pembuatan sediaan histologi atau histoteknik adalah metode
untuk membuat sediaan histologi dari spesimen tertentu melalui suatu
rangkaian proses hingga menjadi sediaan yang siap untuk diamati atau
dianalisa. Sediaan histologi yang baik dapat digunakan untuk bahan
pengajar dan praktikum mahasiswa, guna mempelajari bentuk dan
struktur jaringan tubuh tertentu yang normal. Selain itu untuk riset, guna
mempelajari perubahan jaringan dan organ tubuh hewan percobaan yang
mendapat perlakuan tertentu atau mempelajari pertumbuhan dan
perkembangan jaringan atau organ tubuh tertentu. Serta membantu
menegakkan diagnosa penyakit yang diderita oleh seorang pasien
(Wulansari, 2022). Teknik histologi, juga dikenal sebagai histoteknik,
adalah seni dan ilmu mempersiapkan organ, jaringan, atau bagian jaringan
untuk pengamatan dan analisis. Sediaan jaringan harus dibuat sedemikian
rupa sehingga menghasilkan sediaan jaringan mikroskopis yang ideal. Ini
memungkinkan struktur dan komposisi molekul jaringan tetap sama
seperti di dalam tubuh (Khristian & Inderiati, 2017).
Histoteknik, menurut Supriyanto (2014), adalah proses membuat
sediaan histologi dari suatu spesimen melalui berbagai prosedur hingga
menjadi sediaan yang siap untuk diamati atau dianalisis. Pemeriksaan
histopatologi adalah pemeriksaan morfologi sel atau jaringan pada
sediaan mikroskopis menggunakan pewarnaan Hematoxylin-Eosin (HE).
Ini dilakukan untuk mendiagnosa kelainan seperti degenerasi, radang,
atau infeksi neoplasma, yang merupakan faktor kematian forensik (Sari
dan Hariyanto, 2020). Selain itu, pemeriksaan histopatologi juga
bertujuan untuk memberikan diagnosis yang tepat, spesifik, dan
5
7
a. Fiksasi
Fiksasi adalah usaha untuk mempertahankan komponen-komponen
sel atau jaringan agar tidak mudah rusak dan tidak mengalami
perubahan. Proses fiksasi agar setiap molekul pada jaringan yang hidup
tetap berada pada tempatnya dan tidak ada molekul baru yang timbul.
Tujuan fiksasi agar jaringan tetap utuh. Fiksasi harus dilakukan
sesegera mungkin setelah pengangkatan jaringan agar tidak terjadi
autolisis (Alwi, 2016).
Prinsip kerja fiksasi adalah untuk mempertahankan bentuk sel dan
organel agar mendekati bentuk fisiologisnya. Komposisi jaringan
diubah secara kimiawi dan fisik oleh cairan fiksatif. Dengan koagulasi,
protein sel diubah secara fungsional dan struktural secara kimiawi,
membentuk senyawa aditif baru. Senyawa tersebut terbentuk dengan
ikatan silang dari cairan fiksatif dan protein sel. Hal ini menyebabkan
sel menjadi tahan terhadap pergerakan cairan, seperti air. Akibatnya,
struktur sel menjadi stabil baik di dalam maupun di antara sel. Selain
itu, enzim di dalam sel menjadi terinaktivasi, yang mencegah autolisis
sel dan proses metabolisme sel. Secara fisik, membran sel yang
awalnya hidrofilik dilarutkan dengan cairan fiksatif, yang menyebabkan
poripori sel menjadi lebih besar. Akibatnya, makromolekul memiliki
kemampuan untuk memasuki sel. Hal ini membantu untuk teknik
setelah fiksasi,khususnya pada proses deparafinisasi dan pewarnaan di
mana zat-zat tersebut dapat masuk ke dalam sel dan menempel dengan
mudah (Alwi, 2016).
Tujuan utama fiksasi adalah untuk memastikan bahwa protoplasma
tetap dalam kondisi yang sama seperti saat ia hidup. Selain berfungsi
sebagai pengawet, cairan fiksasi biasanya menggumpalkan
protoplasma, menjadikannya tidak larut, dan mengeraskan jaringan,
9
transparan pada jaringan ( Faridah, F., Ariyadi, T., & Nuroini, F.,
2019).
d. Penanaman (Embedding)
Penanaman adalah proses di mana cairan pembening dari jaringan
dikeluarkan dan digantikan dengan parafin. Jaringan harus bebas dari
cairan pembening karena jika tidak, cairan pembening akan mengkristal
dan jaringan akan mudah robek saat dipotong. Untuk mencegah parafin
membeku, jaringan akan dibenamkan di larutan parafin tiga kali selama
waktu tertentu sambil dipanaskan (Rina, 2013).
Posisi spesimen yang baik dalam proses penanaman jaringan
adalah sebagai berikut:
1) Stuktur tubular: penampang dinding dan lumen terlihat (vena,
arteri, spesimen vas deferens, dan tuba falopi).
2) Biopsi kulit: penampang epidermis, dermis, eksisi, dan lapisan
subkutan terlihat.
3) Biopsi epitel: potong bidang pada sudut kanan lalu ke permukaan,
dan posisikan hingga pemotongan epitel dipotong terakhir guna
meminimalisir tekanan dan distorsi lapisan epitel.
4) Biopsi otot: potongan harus mengandung bidang melintang dan
longitudinal.
5) Jika pemotongan beberapa jaringan dilakukan secara bersamaan,
maka epitel diposisikan menghadap arah yang sama (Khristian et
al, 2017).
e. Blocking
Pengeblokan adalah proses pembuatan blok preparat. Dengan
menanamkan atau memasukkan jaringan kedalam cetakan untuk
memudahkan proses penyayatan dengan mikrotom. Cetakan yang
digunakan adalah base mould,yaitu cetakan yang terbuat dari logam
yang tidak berkarat. Tujuan dari proses ini untuk membuat blok
paraffin menjadi preparat permanen (Juliati, 2017).
11
j. Pelabelan (Labeling)
Preparat yang sudah diberi cover, diberi label yang berisi nama
pasien dan nomer rekam medik. Pemberian label dilakukan supaya
diagnosa pasien yang satu dengan yang lainnya tidak tertukar (Juliati,
2017).
B. Kerangka Konsep
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh sediaan Histopatologi pasien
hipertrofi prostat Klinik morotai patologi pada tahun 2023.
2. Sampel
Sampel yang digunakan yaitu seluruh populasi pasien hipertrofi prostat
Klinik morotai patologi pada tahun 2023 di bulan Juni-Agustus yang
berjumlah 40 sediaan.
D. Teknik Pengukuran
Kriteria penilaian kualitas sediaan histologi Sumber : (BPMPPI, 2018)
Tabel 3.1 Tabel Penilaian Kualitas Mikroskopis Sediaan.
No PARAMETER SKOR
14
16
1 Sediaan
Pemotongan
jaringan
blok tipis
yang telah
(ketebalan 1 BPPMPPI
diwarnai Observasi Skor 1-2 Ordinal
sel – 2018
dengan
maksimal 5
pewarnaan
mikron)
HE
Sediaan
jaringan
yang telah
2 Ketebalan diwarnai BPPMPPI
Observasi Skor 1-2 Ordinal
merata dengan 2018
pewarnaan
HE
Sediaan
jaringan
yang telah
Tidak ada BPPMPPI
3 diwarnai Observasi Skor 1-2 Ordinal
lipatan 2018
dengan
pewarnaan
HE
4 Tidak ada
goresan
mata pisau
Sediaan
yang
jaringan
tidak
yang telah
rata/tajam BPPMPPI
diwarnai Observasi Skor 1-2 Ordinal
dan 2018
dengan
atau
pewarnaan
Venetian
HE
blind
phenomeno
n
5 Sediaan
Tidak ada jaringan
kontaminan yang telah
BPPMPPI
jaringan diwarnai Observasi Skor 1-2 Ordinal
2018
lain/kristal dengan
zat warna pewarnaan
HE
17
Interpretasi skor :
≥ 19-20= Sangat baik
14-18 = Baik
≤ 14 Kurang bail
18
F. Pengumpulan Data
a. Peneliti melakukan penelusuran pustaka.
b. Peneliti melakukan survey pendahuluan ke lokasi penelitian.
c. Peneliti meminta surat izin penelitian dari jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Poltekkes Tanjungkarang untuk diajukan ke
bagian rekam medis Klinik Morotai Patologi .
d. Setelah disetujui dilakukan pengambilan nomor rekam medic pasien
hipertrofi prostat pada ruang rekam medic dan di laboratorium patologi
anatomi dilakukan pengamatan gambar sediaan histologi dari preparat
pasien hipertrofi prostat.
e. Peneliti melakukan observasi secara makroskopik dan mikroskopis
pada sampel berupa sediaan jaringan yang telah diwarnai dengan
pewarnaan HE.
f. Peneliti mencatat hasil pembacaan kualitas sediaan jaringan
histopatologi hipertrofi prostat yang telah diwarnai pewarnaan HE.
95
B= ×x
100
Keterangan :
A : Kategori sangat baik/sesuai standar
B : Kategori baik
95 : Nilai batas bawah kategori A
70 : Nilai batas bawah kategori B
100 : Total nilai
x : Jumlah nilai maksimal
2. Rumus perhitungan presentase hasil penilaian kualitas sediaan
histopatologi hipertrofi prostat :
x
%= ×10 0
∑x
Keterangan :
X : Jumlah sediaan perkategori
Σ x : Total sediaan
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pemeriksaan kualitas sediaan histopatologi jaringan hipertrofi prostat
dilakukan dengan membandingkan sediaan sampel dan sediaan indikator
PMI yang disediaan oleh pihak Labaratorium Patologi Anatomi Klinik
Morotai Patologi dengan tingkat ketelitian mencapai100%. Hasil penelitian
mengenai uji kualitas sediaan histopatologi jaringan hipertrofi prostat pada
Klinik Morotai Patologi didapatkan jumlah sampel sebanyak 4o buah
sediaan yang terdaftar pada bulan Juni-Agustus 2023 dengan gambaran
kualitas sebagai berikut :
Tabel 4. 1 Distribusi penilaian kualitas sediaan histopatologi jaringan hipertrofi
prostat yang telah diwarnai HE pada bulan Juni- Agustus 2023
Kategori Jumlah Sampel Persentase %
A (Sangat baik) 21 52,5
B (Baik) 19 47,5
C (Kurang baik) 0 0
Total 40 100
19
22
Tabel 4.2 Hasil uji kualitas sediaan histopatologi jaringan hipertrofi prostat yang telah
diwarnai hematoxylin eosin
No Parameter Penilaian Jumlah Persentase
1 Pemotongan blok tipis 40 100
2 Ketebalan merata
Ada 10 22,5
Tidak ada 30 72,5
3 Tidak ada lipatan pada sediaan
Ada 16 40
Tidak ada 24 60
4 Tidak ada goresan mata pisau
Ada 3 7,5
Tidak ada 37 92,5
5 Tidak ada kontaminan jaringan lain /
Kristal zat warna
Ada 15 37,5
Tidak ada 25 62,5
6 Tidak ada bercak /sidik jari pada 40 100
slide/deck glass
7 Kontras warna hematoxylin dan eosin 40 100
cukup jelas
8 Tidak ada udara pada mounting
Ada 1 2,5
Tidak ada 39 97,5
9 Mounting tidak kurang/berlebihan
Ada 13 32,5
Tidak ada 27 67,5
10 Seluruh jaringan tertutup oleh kaca 40 100
penutup
B. Pembahasan
1. Pemotongan blok tipis
Dari hasil penelitian yang dilakukan, tidak terdapat tanda bahwa
jaringan memiliki ketebalan yang bervariasi. Hal ini ditandai dengan
keseragaman warna jaringan ketika dilihat di bawah mikroskop dengan
perbesaran lensa objektif 4 kali. Pada pemeriksaan rutin dengan metode
parafin, jaringan akan dipotong menggunakan mikrotom dengan
ketebalan 5 μm. Alasan mengapa sel harus dipotong dengan ketebalan
mikrometer adalah ukuran sel yang dimiliki makhluk hidup berkisar
antara 5-7 μm.
Sedangkan dalam histopatologi, kaset jaringan yang akan digunakan
memiliki ketebalan 5 μm. Karena itu, penting halnya untuk memastikan
hasil pemotongan jaringan tidak lebih dari 5 μm (Sumanto, 2014).
Pada potong kasar, blok jaringan dipotong dengan ketebalan 15-30 μm
untuk membuang kelebihan parafin. Pada proses ini juga membutuhkan
ketelitian yang tinggi untuk mencegah jaringan terpotong terlalu tebal
yang dapat mengakibatkan blok pecah dan rusaknya jaringan (Khristian
et al, 2017).
Pemotongan yang agresif dapat menimbulkan munculnya artefak
berupa “moth hole”. Alat perlu dirawat untuk memastikan jaringan yang
diproses tidak bersentuhan dengan pisau yang berada dibawah mikrotom.
Apabila terjadi, makajaringan akan rusak karena pisau menyentuh
jaringan saat prosestrimming (Suvarna, 2013).
2.Tidak ada lipatan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan 16 sediaan terdapat
lipatan. Adanya lipatan pada sediaan ditandai dengan jaringan terlihat
tumpang tindih dan tidak dalam focus yang tajam. Lipatan jaringan dapat
terjadi karena suhu weaterbath kurang panas atau jaringan yang tidak
dibiarkan mengembang dengan baik saat berada dalam
weaterbath.Proses pemotongan yang kurang sempurna
24
Seperti pisat mikrotom tumpul atau terdapat sisa – sisa paraffin dimata
pisau serta pemotongan yang terlalu tipis.
Lipatan
Tebal tidak
merata
Venetian
blind
Ada
kontaminasi
zat warna
Sitoplasma
Inti
Gambar 4.5 Sediaan yang memiliki kontras hematoxylin eosin yang jelas.
8. Udara pada mounting
Pada sediaan yang telah diperiksa, ada 1 sediaan yang memiliki
gelembung udara di dalam entelannya. Adanya udara pada sediaan
disebabkan karena adanya gelembung pada saat mounting.
27
Gelembung
udara
Mounting
kurang
A. Simpulan
1. Persentase hasil pemotongan jaringan pada sediaan yang telah diwarnai
dengan pewarnaan HE sebanyak 21 (52,5%) sediaan masuk dalam
kategori A (sangat baik/sesuai standar), sebanyak 19 (47,5%) sampel
masuk dalam kategori B (baik/butuh peningkatan).
2. Persentase kerataan hasil pemotongan jaringan didapatkan sebanyak 40
sediaan (100%) memiliki pemotongan blok tipis yang sesuai standar
(ketebalan sel 5 μm ).
3. Persentase kerataan hasil pemotongan jaringan pada sediaan sebanyak 11
sediaan (22,5%) memiliki ketebalan yang tidak merata.
4. Persentase adanya lipatan pada sediaan didapatkan sebanyak 16 sediaan
( 40%).
5. Persentase adanya bekas sayatan pisau yang tidak tajam didapatkan
sebanyak 3 sediaan (7,5%).
6. Persentase adanya kontaminan zat warna berupa jaringan lain dan kristal
zat warna di dalamnya yaitu 15 sediaan (37,5%).
7. Persentase adanya bercak sidik jari yaitu didapatkan 100% sediaan tidak
terdapat bercak sidik jari didalamnya.
8. Persentase sediaan memiliki kontras warna hematoxylin didapatkan
sebanyak 100% cukup jelas.
9. Persentase sediaan yang masih memiliki udara pada mounting didapatkan
hasil sebanyak 1 sediaan (2,5%).
10. Persentase yang memiliki mounting yang kurang dari batas cover glass
didapatkan sebanyak 13 sediaan (32,5%).
11. Persentase jaringan yang tertutup oleh cover glass secara sempurna
didapatkan sebanyak 40 sediaan (100%).
27
30
B. Saran
Bagi para ahli laboratorium medis, diperlukan peningkatan kualitas sediaan
dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :
1. Memperhatikan penempatan pisau mikrotom dan ketajamannya
Agar meminimalisir terbentuknya venetian blind phenomenon dan
ketebalan sediaan yang kurang merata.
2. Memperhatikan adanya lipatan pada sediaan ditandai dengan jaringan
terlihat tumpang tindih dan tidak dalam focus yang tajam serta suhu
weaterbath yang kurang panas agar meminimalisirkan adanya lipatan
pada sediaan.
3. Memperhatikan penggunaan hematoxylin dan eosin, seperti
memastikan bahwa cat telah tersaring sempurna sehingga mengurangi
adanya kontaminan berupa Kristal zat warna asing.
4. Memperhatikan mounting jaringan sehingga kurang dari batas cover
glass.
31
DAFTAR PUSTAKA
Adelia, F., Monoarfa, A., & Wagiu, A. (2017). 250 Gambaran Benigna Prostat
Hiperplasia di RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado Periode Januari
2014 –Juli 2017. e-CliniC, 5(2).
Ariyadi, T., & Suryono, H. (2017). Kualitas Sediaan Jaringan Kulit Metode
Microwave Dan. Jurnal Labora Medika Vol, 1(1), 7-11.
Faridah, F., Ariyadi, T., & Nuroini, F. (2019). Perbedaan Densitas Warna Inti
dan Sitoplasma Preparat Ginjal Marmut pada Proses Clearing
Menggunakan Xylol dengan Minyak Gandapura (Gaultheria
Fragantissima) pada Pembuatan Sediaan Jaringan. In Prosiding
Seminar Nasional Mahasiswa Unimus (Vol. 2).
Roberth, J. I., Siagian, J. W., & Jayadi, T. (2022). Hubungan Usia dengan Benign
Prostate Hyperplasia dan Adenokarsinoma Prostat di Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta. Jurnal MedScientiae, 6-11.
Salam, D. M., Muhartono, M., Sukohar, A., & Bakri, S. (2019). Analisis
Hubungan Variabel Lingkungan Terhadap Kejadian Metastase Kanker
Payudara Di Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2018.
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Ke-4.
Sediaan Jaringan Kulit Metode Microwave Dan Conventional
Histoprocessing Pewarnaan Hematoxylin Eosin.
Setyawan, B., Saleh, I., & Arfan, I. (2016). Hubungan gaya hidup dengan
kejadian benign prostate hyperplasia (studi di RSUD Dr. Soedarso
Pontianak). Jumantik, 3(1).
27
33
LAMPIRAN
34
Lampiran 1
Prosedur Kerja
35
36
37
Lampiran 2
Surat izin penelitian
Lampiran 3
38
Lembar observasi
Lampiran 4
39