Makalah Pendidikan Multikultural Pembelajaran Pendidikan Multikultural
Makalah Pendidikan Multikultural Pembelajaran Pendidikan Multikultural
Makalah Pendidikan Multikultural Pembelajaran Pendidikan Multikultural
Disusun Oleh :
Kelompok 11
Dosen Pengampu :
2024
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
limpahan rahmat, hidayah dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah tentang “ Pembelajaran Pendidikan Multikultural “.
Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna, penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca. Dan kami
selalu terbuka untuk menerima kritik dan saran dari pembaca demi
penyempurnaan dan perbaikan ke depannya.
Kelompok 11
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan................................................................................................9
B. Analisis Kelompok....................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia, sebagai negara yang kaya akan keragaman budaya, etnis,
agama, dan bahasa, menghadapi tantangan unik dalam menyediakan
pendidikan yang inklusif dan mewakili pluralitas tersebut. Pendidikan
multikultural di Indonesia bukan hanya sebuah konsep, melainkan
kebutuhan yang mendesak untuk mempromosikan toleransi, pengertian, dan
kerjasama antar warga negara yang berbeda latar belakangnya. Hal ini
menjadi sangat penting mengingat potensi konflik primordial yang bisa
timbul dari keragaman tersebut.
Dalam konteks ini, model pembelajaran pendidikan multikultural yang
efektif menjadi esensial untuk diidentifikasi dan dikembangkan. Model-
model tersebut harus dapat mengakomodasi dan merayakan keberagaman,
serta mempersiapkan siswa untuk hidup dalam masyarakat yang pluralistik
secara produktif dan harmonis.
Kebijakan pendidikan yang ada saat ini harus mendukung implementasi
pendidikan multikultural dengan menyediakan kerangka kerja, sumber daya,
dan pelatihan guru yang memadai. Kebijakan tersebut harus mencerminkan
komitmen negara dalam membangun persatuan nasional melalui pendidikan
yang menghargai dan memanfaatkan keberagaman.
Namun, guru-guru di Indonesia menghadapi berbagai hambatan dalam
menerapkan pendidikan multikultural di kelas. Hambatan-hambatan ini bisa
bersifat struktural, seperti kurangnya sumber daya atau dukungan kebijakan,
atau bersifat personal, seperti keraguan atau ketidakpastian tentang
bagaimana mengelola dinamika kelas yang beragam. Mengidentifikasi
hambatan ini dan mencari solusi untuk mengatasinya merupakan langkah
krusial dalam memastikan bahwa pendidikan multikultural dapat diterapkan
dengan sukses dan menyeluruh di seluruh Indonesia.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pembelajaran pendidikan multikultural ?
2. Apa saja model pembelajaran pendidikan multikultural ?
3. Apa saja hambatan yang dihadapi oleh guru dalam menerapkan
pendidikan multikultural di dalam kelas ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian pembelajaran pendidikan multikultural.
2. Mengetahui model pembelajaran pendidikan multikultural.
3. Untuk mengidentifikasi hambatan yang dihadapi guru dalam menerapkan
pendidikan multikultural.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
berinteraksi dan berteman, tidak menghiraukan perbedaan latar belakang
suku bangsa, agama, maupun adat istiadat yang ada. Dari definisi-definisi
tercantum diatas, dapat disimak bahwa kepribadian, pengendalian diri,
akhlak mulia, serta skill yang dibutuhkan peserta didik sebagai individu
dan anggota masyarakat, bangsa, dan negara tidak luput dari pemahaman
dan sikap multikultural.
Multikulturalisme adalah suatu gagasan yang bertujuan mengelola
keberagaman dengan prinsip kesetaraan dan pengakuan untuk tujuan
bersama. Gagasan tersebut menyangkut pengaturan relasi antara kelompok
kultural yang ada. Fokus multikulturalisme terdapat pada pemahaman
terhadap kehidupan yang penuh dengan perbedaan kebudayaan secara
individu maupun kelompok.
Sebagai negara multikultural terbesar, Indonesia memiliki aset
keanekaragaman budaya yang melimpah. Keberagaman tersebut sejatinya
dapat dilestarikan dan dikelola untuk menopang kemajuan bangsanya.
Pengelolaan multikultural tersebut tidak mungkin terjadi dengan baik
tanpa pendidikan multikultural. Untuk mewujudkan kesatuan Indonesia
diperlukan transformasi kesadaran multikulturalisme menjadi atribut
nasional dengan bersandar pada penghargaan terhadap keberagaman dan
pluralitas masyarakatnya.2
Pembelajaran pendidikan multikultural merupakan sebuah kebutuhan
yang penting di dalam dunia pendidikan di Indonesia. Melalui
pembelajaran ini, siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih baik
tentang keberagaman budaya, agama, ras, dan latar belakang sosial-
ekonomi yang ada di masyarakat. Hal ini akan membantu menanamkan
nilai-nilai toleransi, empati, dan kepedulian sosial pada diri siswa,
sehingga mereka dapat tumbuh menjadi warga negara yang baik dan
berkontribusi positif bagi kemajuan bangsa.
2
Ambarudin., ‘Pendidikan Multikultural Untuk Membangun Bangsa’, Jurnal Civics Media Kajian
Kewarganegaraan, 2016.
4
B. Model Pembelajaran Pendidikan Multikultural
Konsep pendidikan multikultural adalah sebuah kebijakan dalam
praktik pendidikan yang mengakui dan menerima perbedaan dan
persamaan manusia yang berkaitan dengan jenis kelamin, ras, keyakinan,
maupun kelas sosial. Pembelajaran atau pendidikan multikultural
merupakan suatu strategi pendidikan yang memanfaatkan keberagaman
latar belakang etnik dan budaya dari para peserta didik sebagai salah satu
kekuatan untuk membentuk sikap yang berwawasan multikultural. 3
Terminologi model dalam perspektif yang “dangkal” hampir sama
dengan term strategi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah model
diartikan variatif tergantung konteksnya. Model sama dengan pola, contoh,
acuan, ragam, dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. 4 Terminologi
“model” dapat dipahami sebagai suatu kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan atau mengerjakan
sesuatu kegiatan. Dengan demikian, secara lebih konkrit, model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan
melakukan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman dalam perencanaan
pembelajaran bagi para pendidik dalam melaksanakan aktivitas
pembelajaran. 5 Dalam bahasa yang lebih sederhana, model pembelajaran
adalah suatu pola dan rencana yang disiapkan untuk membantu peserta
didik mempelajari lebih spesifik berbagai bidang ilmu pengetahuan, sikap,
serta keterampilan.6
Dalam hubungannya dengan model pembelajaran berbasis
multikultural, maka model yang dapat dikembangkan adalah dengan
mengintegrasikan pembelajaran pendidikan multikultural ke dalam mata
3
Suryana. Yaya dan H.A. Rusdiana, ‘Pendidikan Multikultural, Suatu Upaya Penguatan Jati
Diri Bangsa. Bandung: Pustaka Setia’, 2015.
4
‘Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima,
(Digital Version) KBBI V. 0.2.0 Beta (20)’.
5
Nur. Efendi, ‘Tulung Agung: STAIN Tulungagung PRESS’, Strategi Pengembangan
Pendidikan Multikultural Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama., 2014.
6
Ricahard I. Arends, ‘Learning to Teach. Six Edition, New York: Mc Graw-Hill Companies’,
2004, 265.
5
pelajaran pada kurikulum yang ada. Menurut Zamroni, bahwa sangat
keliru jika pelaksanaan pendidikan multikultural harus dalam bentuk mata
pelajaran yang terpisah atau monolitik. Dan sebaiknya pendidikan
multikultural diperlakukan sebagai pendekatan untuk memajukan
pendidikan secara utuh dan menyeluruh.7
Oleh karena itu, pembelajaran pendidikan multikultur ini diharapkan
tidak merubah struktur kurikulum dan tidak menambah alokasi waktu yang
sudah ada, akan tetapi dapat diinternalisasikan ataupun diintegrasikan
dalam mata pelajaran. Model pembelajaran yang dapat digunakan dalam
konteks ini adalah model contextual teaching and learning (CTL)
merupakan konsep yang membantu pendidik mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata, dan mendorong peserta
didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.8
Sistem Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses
pendidikan yang bertujuan menolong para peserta didik melihat makna
dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan
subjek-subjek akademik dalam konteks kehidupan keseharian mereka yang
meliputi keadaan pribadi, sosial, dan kultur mereka. 9 Dengan demikian,
penginternalisasian pendidikan multikultur dalam mata pelajaran akan
terlihat secara jelas dalam silabus maupun RPP. Melalui cara itu, akan
terimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran baik di kelas maupun di
luar kelas secara kontekstual.
Jadi, pendidikan multikultur bukanlah mata pelajaran terpisah dan
berdiri sendiri, tetapi harus terinternalisasi ataupun terintegrasi dalam mata
pelajaran dan bukan merupakan pengetahuan yang bersifat kognitif. Oleh
karena itu, materi sebaiknya dikemas dalam bentuk afektif dan pendekatan
materi yang tematis. Dengan demikian, bentuk dan prinsip pendidikan
7
Zamroni, ‘The Implementation of Multicultural Education, A Reader. (Yogyakarta: Graduate
Program The State University of Yogyakarta, 2011)’, 2011, 150.
8
Agus Suprijono, ‘Cooperative Learning, Teori & Aplikasi PAIKEM. Surabaya: Pustaka
Pelajar.’, 2009, 79.
9
Tukiran Taniredja, ‘Model-Model Pembelajaran Inovatif Dan Efektif. Bandung:
Alfabeta’, 2017, 49.
6
multikultural adalah bersifat fleksibel, ia dapat diinternalisasikan maupun
diintegrasikan dalam berbagai mata pelajaran yang ada. Namun yang perlu
digarisbawahi pula bahwa, apapun bentuk dan model pendidikan
multikultural seharusnya tidak dapat lepas dari tujuan umum pendidikan
multikultural, yaitu:
1) Mengembangkan pemahaman yang mendasar tentang proses
menciptakan sistem dan menyediakan pelayanan pendidikan
yang setara.
2) Menghubungkan kurikulum dengan karakter guru, pedagogi,
iklim kelas, budaya sekolah, dan konteks lingkungan sekolah
dalam rangka membangun visi lingkungan sekolah yang setara.
7
3. Hambatan institusional seperti kurikulum yang kaku dan penilaian
yang tidak mendukung pembelajaran multikultural dapat
membatasi kemampuan guru untuk mengintegrasikan praktik
multikultural secara efektif ke dalam pembelajaran. Selain itu,
tekanan untuk memenuhi standar akademik dan target ujian
nasional sering kali membatasi waktu dan ruang untuk kegiatan
yang mempromosikan kesadaran multikultural.
4. Hambatan sosial dan pribadi seperti prasangka, stereotip, dan
kurangnya pemahaman tentang kebudayaan lain dapat
menghambat interaksi positif antara siswa dan antara guru dengan
siswa. Guru mungkin juga mengalami kesulitan dalam mengelola
dinamika kelas yang kompleks yang ditimbulkan oleh perbedaan
latar belakang siswa.
5. Tantangan eksternal seperti tekanan dari orang tua atau
masyarakat yang mungkin memiliki pandangan yang berbeda
tentang pentingnya pendidikan multikultural atau yang menentang
integrasi keragaman ke dalam kurikulum, juga dapat
mempengaruhi kemampuan guru untuk mengimplementasikan
pendidikan multikultural dengan efektif.
Dalam mengatasi hambatan-hambatan ini memerlukan
komitmen yang kuat dari semua pemangku kepentingan dalam
sistem pendidikan, serta strategi yang dirancang untuk
meningkatkan kompetensi multikultural guru, menyediakan
sumber daya yang memadai, dan mendukung lingkungan belajar
yang inklusif dan menghormati keberagaman.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran pendidikan multikultural merupakan sebuah kebutuhan
yang penting di dalam dunia pendidikan di Indonesia. Melalui
pembelajaran ini, siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih baik
tentang keberagaman budaya, agama, ras, dan latar belakang sosial-
ekonomi yang ada di masyarakat. Hal ini akan membantu menanamkan
nilai-nilai toleransi, empati, dan kepedulian sosial pada diri siswa,
sehingga mereka dapat tumbuh menjadi warga negara yang baik dan
berkontribusi positif bagi kemajuan bangsa.
Untuk mengimplementasikan pembelajaran pendidikan multikultural
secara efektif, diperlukan komitmen dari seluruh komponen sekolah,
termasuk pihak manajemen, guru, dan orang tua siswa. Selain itu,
pemerintah juga harus memberikan dukungan kebijakan yang jelas dan
konkret agar penerapan pembelajaran pendidikan multikultural dapat
dilaksanakan secara menyeluruh di seluruh wilayah Indonesia.
Dalam mengatasi hambatan-hambatan ini memerlukan komitmen
yang kuat dari semua pemangku kepentingan dalam sistem pendidikan,
serta strategi yang dirancang untuk meningkatkan kompetensi
multikultural guru, menyediakan sumber daya yang memadai, dan
mendukung lingkungan belajar yang inklusif dan menghormati
keberagaman.
B. Analisis Kelompok
Dari sudut pandang kami sebagai pemateri, ada beberapa hal yang
harus kita pelajari dari materi Pembelajaran Pendidikan Multikultural.
1. Identifikasi Nilai dan Keyakinan: Memahami nilai-nilai dan
keyakinan yang mendasari berbagai budaya yang diwakili dalam
materi pembelajaran. Ini membantu dalam menghargai keragaman
budaya dan memahami perspektif yang berbeda.
2. Pengakuan Kebutuhan Siswa: Mencerminkan kebutuhan siswa
dari berbagai latar belakang budaya, ini termasuk
9
mempertimbangkan apakah materi tersebut mencakup representasi
yang adil dan inklusif dari berbagai kelompok.
3. Responsif terhadap Kebudayaan: Mengidentifikasi sejauh mana
materi pembelajaran merespons keberagaman budaya siswa dan
menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.
4. Evaluasi Perspektif dan Narasi: Menilai apakah materi
pembelajaran mencerminkan berbagai perspektif dan narasi
budaya dengan benar serta tidak memihak.
10
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Ricahard I., ‘Learning to Teach. Six Edition, New York: Mc Graw-Hill
Companies’, 2004, 265
11