Bab Ii
Bab Ii
Bab Ii
id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini dijelaskan mengenai tinjauan umum mengenai kursi roda dan
landasan teori yang mendukung proses perumusan Standar Nasional Indonesia.
2.1. Kursi Roda
Kursi roda adalah alat bantu yang digunakan oleh orang yang mengalami
kesulitan berjalan menggunakan kaki, baik dikarenakan oleh penyakit, cedera,
maupun cacat. Alat ini bisa digerakan dengan didorong oleh pihak lain, digerakan
dengan menggunakan tangan, atau dengan menggunakan mesin otomatis.
Pemakaian pertama kursi roda di Inggris tercatat pada tahun 1670-an.
Kursi roda atau dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah wheelchair
adalah salah stau alat bantu bagi penyandang cacat kaki untuk dapat berpindah dari
satu tempat ke tempat yang lain, baik di tempat datar maupun rendah ke tempat
yang lebih tinggi. Kursi roda (wheelchair) adalah alat yang digunakan untuk
meningkatkan kemampuan mobilitas bagi orang yang memiliki kekurangan, seperti
orang yang cacat fisik (khususnya penyandang cacat kaki), pasien rumah sakit yang
tidak diperbolehkan untuk melakukan banyak aktivitas fisik, orang tua, lanjut usia,
dan orang-orang yang memiliki resiko tinggi untuk terluka bila berjalan sendiri
(Ady., 2011). Kursi roda ini bisa digerakan dengan didorong oleh pihak lain, bisa
digerakkan dengan menggunakan tangan, atau dengan menggunakan mesin
otomatis.
Pada tahun 4000 sebelum masehi, kursi dan roda telah di Timur Tengah.
Selanjutnya, orang Yunani mengkombinasikan roda dan furniture pada tahun 530
SM. Kemudian tahun 1655, Stephen Farfler membuat kursi roda yang ia namakan
self-propelled chair. Pemakaian pertama kursi roda di Inggris tercatat pada tahun
1670-an. Tahun 1783 di Inggris, John Dawson membuat kursi roda dengan dua roda
besar dan satu roda kecil, kursi roda ini mendominasi pasar pada abad ke-19. Tahun
1933 Herbert A. Everest membuat kursi roda yang dapat dilipat dari bahan metal di
Los Angeles. Kursi roda merupakan alat bantu yang dilengkapi dengan empat roda,
yaitu dua roda penggerak yang digerakkan dengan tangan dan dua roda independen.
commit to user
II-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
EPW menjalankan keseluruhan dari model kecil dan portabel, yang dapat dilipat
atau dibongkar, hingga kursi berfitur lengkap yang sangat besar dan berat (ini sering
disebut kursi 'rehabilitasi'). Pengguna biasanya mengontrol kecepatan dan arah
dengan mengoperasikan joystick pada pengontrol. Banyak perangkat input lain
dapat digunakan jika pengguna tidak memiliki koordinasi atau penggunaan tangan
atau jari, seperti kontrol dagu dan puff / sip scanner. Kursi listrik biasanya
dikendalikan oleh joystick pada sandaran tangan yang dapat dipasang pada
sandaran tangan yang sesuai dengan penggunaan tangan kiri atau kanan. Sandaran
tangan biasanya dapat diayunkan sehingga pengguna dapat lebih dekat ke meja atau
meja misalnya. Jika sebuah kontrol joystick tidak sesuai untuk kebutuhan
pengguna, ada metode lain pengoperasian kursi listrik, termasuk pengontrol kepala,
tabung sip dan engah, kontrol ujung jari atau kontrol kaki bagi mereka yang
memiliki lesi sumsum tulang belakang C2-3 atau cedera kepala (pengguna
berhembus ke dalam tabung yang terletak di dekat mulut, yang mengontrol
pergerakan kursi). Kursi listrik atau kursi roda listrik dapat memberikan kebebasan
dan kebebasan bagi mereka yang saat ini bergantung pada orang lain. Setelah Anda
memutuskan kursi listrik daripada skuter mobilitas atau kursi roda, masih ada
banyak pilihan lain yang harus dibuat. Termasuk harga, gaya dan ukuran kursi
listrik, seberapa portabel kursi listrik itu, dan seberapa jauh jarak antar charge.
commit to user
II-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Front-Wheel Drive
Kursi roda ini adalah kursi roda elektrik yang kuat untuk keperluan
dalam ruangan. Ini adalah kursi roda empat dan paling fleksibel di antara
banyak (Shanmukh.,2014). Kerugian utama dari kursi FWD adalah
kurangnya stabilitas saat pengereman dan perjalanan menuruni lereng
commit to user
(Prasad dkk.,2013). Roda penggerak berada di depan pusat gravitasi
II-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
d. Midwheel Drive
Kursi roda ini muncul sebagai kompromi antara kursi FWD dan
RWD. Ide dari kursi MWD adalah untuk mencoba dan mendapatkan
kemampuan manuver dari kursi FWD dengan stabilitas kursi RWD
(Prasad dkk.,2013). Kursi roda listrik ini cocok untuk di dalam ruangan
tetapi memiliki fungsi kemudi yang kokoh (Shanmukh.,2014). Roda
penggerak berada tepat di bawah pusat gravitasi pengguna. Ini memiliki
radius belok yang lebih kecil, membuatnya lebih efektif untuk mobilitas
dalam ruangan, tetapi tidak sebaik di luar ruangan.
II-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
e. Controls
Perangkat yang digunakan untuk mengendalikan kursi roda listrik
disebut perangkat akses atau kontrol drive. Ini juga dapat digunakan
dengan sistem kontrol lingkungan dan akses komputer. Kontrol ini
biasanya dapat diprogram dan dapat dioperasikan menggunakan berbagai
jenis joystick atau sakelar (contohnya sip-and-puff).
f. Seating and Positioning
Tempat duduk dan posisi adalah bagian penting dari kursi roda Anda
dan memiliki peran penting dalam kenyamanan, fungsi, keselamatan, dan
kesehatan. Sistem tempat duduk harus ditentukan dan dirancang khusus
untuk kebutuhan preferensi medis, fungsional, dan pribadi pengguna,
termasuk melindungi kulit pengguna dari tekanan yang terlalu banyak.
g. Seating Systems
Sistem tempat duduk terbagi dalam tiga kategori umum: off-the-
shelf, modular dan custom. Secara umum, tempat duduk khusus hanya
diperlukan ketika kelainan muskuloskeletal hadir seperti skoliosis, atau
setelah operasi flap untuk nyeri tekan. Komponen dasar dari sistem
tempat duduk adalah bantal dan sandaran.
h. Cushions and Backrests
Bantal dan sandaran terbuat dari berbagai bahan, termasuk busa
berkontur, kantung udara berisi udara, kombinasi udara dan busa, dan gel.
Mereka berbeda dalam seberapa baik mereka mengatasi distribusi
tekanan, stabilitas postural, aliran udara, isolasi atau konduksi panas.
Pilihan gaya dan bahan akan tergantung pada kebutuhan dan kegiatan
individu Anda.
Jika semua fitur yang diperlukan tidak dapat ditemukan dalam satu
bantal, trade-off diperlukan. Tidak seperti kursi roda manual, berat
bantalan dan sandaran umumnya tidak menjadi pertimbangan. Bukti
penelitian menunjukkan bahwa bantalan penurun tekanan yang dipasang
dengan benar, berbeda dengan bantal busa berbiaya rendah, mengurangi
kemungkinan sakit tekanan.
commit to user
i. Recline and Tilt-in-Space
II-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
manual, tetapi kursi tersebut kurang besar, lebih mudah diangkut dan
lebih banyak bermanuver daripada kursi roda listrik.
2.4. Standar dan Standardisasi
Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang
dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus
semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan,
keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang
untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya (PP No. 102 Tahun 2000).
Standar berasal dari bahasa inggris yaitu standard, yang juga memiliki
kesamaan makna dengan norme dan etalon dalam bahasa perancis. Istilah norme
merujuk pada standar dalam bentuk dokumen, sedangkan etalon merujuk pada
standar fisis atau pengukuran (Badan Standar Nasional, 2009).
Untuk merumuskan standar, perlu dilakukan standardisasi. Proses
standardisasi yaitu proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi
standar, yang dilaksanakan secara tertib melalui kerjasama dengan semua pihak
yang berkepentingan (Badan Standar Nasional, 2009). Dalam UU No. 20 Tahun
2014, standardisasi didefinisikan sebagai proses merencanakan, merumuskan,
menetapkan, menerapkan, memberlakukan, memelihara, dan mengawasi standar
yang dilakukan secara tertib dan bekerja sama dengan semua pemangku
kepentingan. Standardisasi mencakup berbagai bidang seperti bidang industri
manufaktur, otomotif, informasi, telekomunikasi, pangan dan lain lain.
Pemberlakuan stndardisasi dalam berbagai bidang dilakukan karena standardisasi
dianggap memiliki manfaat dan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
Tujuan utama standardisasi adalah melindungi produsen, konsumen, tenaga
kerja dan masyarakat dari aspek keamanan, keselamatan, kesehatan serta
pelestarian fungsi lingkungan, pengaturan standardisasi secara nasional ini
dilakukan dalam rangka membangun sistem nasional yang mampu mendorong dan
meningkatkan, menjamin mutu barang dan/atau jasa serta mampu memfasilitasi
keberterimaan produk nasional dalam transaksi pasar global. Dari sistem dan
kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk barang dan/atau
jasa Indonesia di pasar global. commit to user
II-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
- Sebagai dasar penetapan dalam memfasilitasi suatu hasil akhir yang dapat
dibandingkan dan diproduksi ulang dalam mengevaluasi produk dan jasa;
- Membantu dalam menentukan spesifikasi dan persyaratan khusus item
lainnya;
- Memberikan definisi yang teliti terhadap alat, piranti dan peralatan yang
digunakan serta prosedur yang akan digunakan dan harus diikuti dalam
teknik evaluasi;
- Sebagai titik awal bahan penelitian dan pengembangan untuk selanjutnya
berimbas terhadap peningkatan mutu barang dan jasa.
2.5. Adopsi Standar
Standar Nasional Indonesia merupakan standar yang ditetapkan oleh Badan
Standardisasi Nasional (BSN) dan berlaku secara nasional (BSN, 2009). Adopsi
Standar yaitu publikasi SNI berdasarkan standar ISO/IEC yang relevan, memiliki
kesamaan status sebagai dokumen normatif nasional, dengan mengidentifikasikan
setiap penyimpangan dari standar ISO/IEC yang ada.
Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) 03 menjelaskan mengenai tata cara
pengadopsian standar ISO/IEC menjadi SNI. Hal tersebut dikarenakan dalam
penyusunan SNI dianjurkan menggunakan acuan ISO/IEC. Namun, adopsi secara
menyeluruh mungkin tidak dapat dilakukan pada kasus tertentu, karena alasan
nasional seperti keamanan, perlindungan kesehatan, aspek lingkungan, iklim dan
teknologi yang digunakan.
Publikasi SNI berdasarkan standar ISO/IEC yang relevan, memiliki
kesamaan status sebagai dokumen normatif nasional, dengan mengidentifikasikan
setiap deviasi dari standar ISO/IEC yang ada. Perubahan editorial dalam proses
adopsi diperbolehkan selama tidak mengubah substansi teknis dan standar aslinya.
Untuk membandingkan SNI dengan Standar ISO/IEC yang relevan, perlu
ditunjukkan adanya kesetaraan agar hubungan tersebut dapat mudah dengan cepat
dimengerti. Klasifikasi tingkat kesetaraan tersebut dibagi menjadi 3 tingkat yaitu:
identik, modifikasi dan tidak sama (not equivalent) (BSN,2009).
Suatu SNI dianggap telah mengadopsi standar ISO/IEC apabila SNI tersebut
identik atau modifikasi dari standar ISO/IEC. Pengadopsian secara identik dari
commit to user
II-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sumber : BSN (2009)
II-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
serta memperhatikan sumber daya dan target waktu penyelesaian. Setelah PNPS
terbentuk maka selanjutnya dilakukan perumusan standar sesuai PNPS tersebut.
Perumusan SNI mengacu kepada prinsip-prinsip pengembangan standar
(BSN,2009) yaitu
a) Transparan dan terbuka
Terbuka bagi semua pihak yang berkepentingan untuk mengetahui program
pengembangan SNI serta memberikan kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi
b) Konsensus dan tidak memihak
Memberikan kesempatan bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan untuk
mengutarakan pandangannya serta mengakomodasikan kesepakatan oleh
pihak-pihak tersebut secara konsensus dan tidak memihak kepada pihak
tertentu.
c) Efektif dan relevan
Harus mengupayakan agar hasilnya dapat diterapkan secara efektif sesuai
dengan konteks keperluannya.
d) Koheren
Sebisa mungkin mengacu pada satu standar internasional yang relevan dan
menghindari duplikasi dengan kegiatan perumusan standar internasional agar
harmonis dengan standar internasional.
e) Dimensi pengembangan
Mempertimbangkan kebutuhan pemangku kepentingan termasuk usaha
kecil dan menengah serta kebutuhan daerah.
II-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pendekatan FACTS ini dapat diaplikasikan pada setiap tahapan siklus hidup
standar yaitu pengembangan standar; implementasi standar; dan pemeliharaan
standar. Terdapat 3 tahapan utama dalam pendekatan FACTS yaitu analisis,
perbandingan, dan pengujian. Analisis yang digunakan yaitu analisis kebutuhan
stakeholder dan analisis teknis. Berikut merupakan penjelasan tiap tahapan
pendekatan dalam FACTS.
1. Analisis
- Analisis Kebutuhan Stakeholder
Dalam pengembangan standar, diperlukan analisis mengenai kebutuhan
standar untuk mengakomodasi semua kebutuhan stakeholder terkait standar.
- Analisis Kebutuhan Teknis
Analisis kebutuhan stakeholder yang telah terkumpul kemudian
diterjemahkan menjadi analisis kebutuhan teknis dengan strukturisasi
menggunakan framework zachman.
2. Perbandingan Standar
Perbandingan standar dilakukan untuk mengidentifikasi gap dan overlap dari
setiap standar yang menjadi acuan. Dengan melakukan perbandingan standar
dapat diketahui standar mana yang tepat untuk memenuhi aspek aspek teknis
yang telah dilakukan.
3. Pengujian Standar
- Verifikasi
Verifikasi dilakukan pada tahap pengembangan dan pemeliharaan, hal
tersebut dilakukan untuk menguji apakah telah mencakup semua kebutuhan
stakeholder.
- Validasi
Validasi dilakukan pada tahap implementasi, hal tersebut bertujuan untuk
menguji apakah produk atau proses telah mampu memenuhi struktur dan
operasional dari standar yang dibuat. Validasi dilakukan untuk mengetahui
kemampuan stakeholder seperti laboratorium pengujian, Produsen, dan
konsumen saat ini untuk memenuhi hal hal atau persyaratan yang diatur pada
rancangan standar.
commit to user
II-19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dewasa ini, penggunaan SEM dalam penelitian sosial semakin banyak. Ada
tiga alasan mengapa SEM banyak digunakan dalam penelitian yaitu (Kline, 1998):
1. Penelitian umumnya menggunakan pengukuran-pengukuran untuk
menjabarkan variable laten.
2. Para peneliti sosial sangat tertarik terhadap prediksi. Dalam melakukan
prediksi tidak hanya melibatkan model dua variabel, tapi dapat melibatkan
model yang lebih “rumit” berupa struktur hubungan antara beberapa variabel
penelitian.
3. SEM dapat melayani sekaligus suatu analisis kualitas pengukuran dan
prediksi. Khususnya dalam model-model variabel laten.
Terdapat 2 jenis SEM yaitu CB-SEM (Covarian Based-SEM) dan VB-
SEM/PLS (Varian Based-SEM/Partial Least Square). Namun terdapat perbedaan
dalam menggunakan CB-SEM atau SEM-PLS. Berikut adalah perbedaan CB-SEM
atau PLS-SEM:
Tabel 2.3 Perbedaan CB-SEM dan PLS-SEM
CB-SEM PLS-SEM
Tujuan Menguji teori, konfirmasi Bersifat eksploratoris atau
teori atau perluasan teori,
membandingkan berbagai mengidentifikasi variabel
alternatif teori determinan utama atau
memprediksi konstruk tertentu
Asumsi Mengikuti asumsi Tidak mengikuti asumsi
normalitas normalitas
Distribusi Data Data harus berdistribusi Data tidak harus berdistribusi
normal normal
Ukuran Sampel Ukuran sampel harus Ukuran sampel kecil setidak-
besar. Idealnya sekitar tidaknya 20-30
400 sampel
Teknik Menggunakan Menggunakan pendeketan non-
Sampling pendekatan probabilitas probabilitas
Skala Skala pengukuran harus Skala pengukran dapat berupa
Pengukuran setidak-tidaknya interval skala interval, ordinal, dan
nominal
Spesifikasi Erorr term memerlukan Terdapat konstruk formatif.
Model spesifikasi tambahan (CB-SEM hanya reflektif)
Pengukuran seperti kovariasi
Koefisien Jalur Koefisien jalur Koefisien jalur menggunakan
menggunakan nilai nilai koefisien regresi baku
koefisien regresi tidak
baku commit to user
II-23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
CB-SEM PLS-SEM
Model Konstruk terdapat Tidak terdapat hubungan
Hubungan hubungan nonrecursive nonrecursive (timbal balik)
Struktural (timbal balik)
Pengukuran Menggunakan nilai Menggunakan nilai-nilai seperti
Kecocokan referensi global, seperti cronnbach’s alpha, AVE
Model critical ratio, goodness of (Average Variance
fit index (GFI), Tucker Experience), reliabilitas
Lewis Index (TLI), root komposit, dan muatan silang
mean square error of dengan menggunakan nilai
approximation (RMSEA), koefisien korelasi
index parsimony, Normed
Fit Index (NFI) dan
sebagainya
Sumber: Jonathan Sarwono dan Umi Narimawati (2015)
2.11.2 Konsep dan Istilah
Berikut adalah konsep dan istilah yang digunakan dalam SEM
1. Model jalur ialah suatu diagram yang menghubungkan antara variabel bebas,
perantara dan tergantung. Pola hubungan ditunjukkan dengan menggunakan
anak panah. Anak panah tunggal menunjukkan hubungan sebab-akibat antara
variabel-variabel eksogen atau perantara dengan satu variabel tergantung atau
lebih. Anak panah juga menghubungkan kesalahan-kesalahan (variabel error)
dengan semua variabel endogen masing-masing. Anak panah ganda
menunjukkan korelasi antara pasangan variabel-variabel eksogen.
2. Model sebab akibat (causal modeling,) atau disebut juga analisis jalur (path
analysis), yang menyusun hipotesis hubungan sebab akibat (causal
relationships) diantara variabel- variabel dan menguji model-model sebab
akibat (causal models) dengan menggunakan sistem persamaan linier. Model-
model sebab akibat dapat mencakup variabel-variabel manifes (indikator),
variabel-variabel laten atau keduanya.
3. Variabel eksogen dalam suatu model jalur ialah semua variabel yang tidak
ada penyebab-penyebab ekspilsitnya atau dalam diagram tidak ada anak-anak
panah yang menuju ke arahnya, selain pada bagian kesalahan pengukuran.
Jika antara variabel eksogen dikorelasikan maka korelasi tersebut
ditunjukkan dengan anak panah berkepala dua yang menghubungkan
variabel-variabel tersebut.
commit to user
II-24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
variabel yang lain dalam model. Konstruk eksogen adalah konstruk yang
dituju oleh garis dengan satu ujung panah.
b) Konstruk endogen (endogen constructs), yang merupakan faktor-faktor
yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk endogen
dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya, tetapi
konstruk eksogen hanya dapat berhubungan kausal dengan konstruk
endogen.
3. Konversi diagram alur ke dalam persamaan
Persamaan yang didapat dari diagram alur yang dikonversi terdiri dari:
a) Persamaan struktural (structural equation) yang dirumuskan untuk
menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk.
Variabel endogen = variabel eksogen + variabel endogen + error
b) Persamaan spesifikasi model pengukuran (measurement model), dimana
harus ditentukan variabel yang mengukur konstruk dan menentukan
serangkaian matriks yang menunjukkan korelasi antar konstruk atau
variabel.
4. Memilih matriks input dan estimasi model
SEM menggunakan input data yang hanya menggunakan matriks
varians/kovarians atau matriks korelasi untuk keseluruhan estimasi yang
dilakukan. Matriks kovarian digunakan karena SEM memiliki keunggulan
dalam menyajikan perbandingan yang valid antara populasi yang berbeda
atau sampel yang berbeda, yang tidak dapat disajikan oleh korelasi. Hair
(1996) menyarankan agar menggunakan matriks varians/kovarians pada saat
pengujian teori sebab lebih memenuhi asumsi-asumsi metodologi dimana
standar error menunjukkan angka yang lebih akurat dibanding menggunakan
matriks korelasi.
5. Kemungkinan munculnya masalah identifikasi
Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai
ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan
estimasi yang unik. Bila setiap kali estimasi dilakukan muncul problem
identifikasi, maka sebaiknya model dipertimbangkan ulang dengan
commit
mengembangkan lebih banyak to user
konstruk.
II-27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menunjukkan sikap sangat tidak setuju, hingga angka 5 (lima) menunjukkan sikap
sangat setuju terhadap pernyataan yang berkaitan dengan setiap pernyataan
kuesioner. Adanya nilai tengah yang bersifat netral untuk memfasilitasi responden
yang memiliki sikap moderat terhadap pernyataan yang diberikan (Klopfer dan
Medden, 1980, dalam Whidiarso 2013). Tidak disediakannya alternatif tengah akan
menyebabkan responden merasa dipaksa untuk memilih alternatif secara bipolar.
Keterpaksaan ini akan memberikan kontribusi kesalahan sistematis dalam
pengukuran.
Shaw dan Wright (1967 dalam whidiarso 2010) mengemukakan tiga
kemungkinan responden memilih kategori tengah, yaitu tidak memiliki sikap atau
pendapat, ingin memberikan penilaian secara seimbang, atau belum dapat
memberikan sikap atau pendapat yang jelas. Selain itu juga dapat disebabkan oleh
sikap ragu, tidak memahami pernyataan dalam butir, respons mereka kondisional,
atau bersikap netral, moderat, atau rata‐ rata. Selain itu, pemilihan kategori tengah
menunjukkan keengganan responden untuk memilih arah tanggapan terhadap
pernyataan. Skor skala bisa menjadi bias jika responden cenderung memilih
kategori tengah, dikarenakan tidak memahami butir dan merasa tidak nyaman
dengan pernyataan yang diberikan. Oleh karena itu bagi penyusun skala psikologi
diharapkan untuk menyusun butir yang mudah dipahami dan membangun interaksi
yang hangat dengan responden agar mereka merasa tidak terintervensi.
commit to user
II-29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Objek Kursi roda manual Battery Management modul baterai lithium- Industri tembakau dan Personal Health Data (PHD) Kursi Roda Elektrik
Penelitian System (BMS) ion dalam aplikasi produk tembakau devices.
kendaraan listrik.
Modul Baterai LiFePo4
modul baterai lithium-
ion dalam aplikasi
kendaraan listrik.
Modul Baterai LiFePo4
Metode Pendekatan FACTS FACTS FACTS Analisis perbandingan Identifikasi Standard FACTS dan SEM analysis
dan SEM dokumen standard
Pengolahan Rekap kuesioner Mengumpulkan data Mengumpulkan data Konten standar Data dari kumpulan The IEEE Mengumpulkan data
Data yang telah didapat parameter yang parameter yang tembakau yang dimuat 11073 PHD Working Group, parameter yang diperlukan
II-31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
II-33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
diperpanjang.
II-34