Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Biotek Aquatik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bioteknologi adalah penggunaan biokimia, mikrobiologi, dan rekayasa

genetika secara terpadu, untuk menghasilkan barang atau lainnya bagi

kepentingan manusia. Biokimia mempelajari struktur kimiawi organisme.

Rekayasa genetika adalah aplikasi genetik dengan mentransplantasi gen dari satu

organisme ke organisme lain.

Bioteknologi merupakan salah satu bidang sains di mana benda hidup

digunakan untuk menghasilkan produk atau untuk melakukan sesuatu yang

berguna untuk manusia. Tumbuh-tumbuhan, hewan dan juga mikro organisme

seperti bakteria telah digunakan untuk menghasilkan kebaikan yang dapat

digunakan manusia. Dalam bidang industri perobatan dan pertanian, bioteknologi

bantu dalam menghasilkan suplemen makanan, untuk menguji diagnosa penyakit.

Bioteknologi boleh digunakan untuk menyelesaikan masalah dan untuk membantu

dalam penyelidikan berbagai permasalahan. Ciri utama bioteknologi adalah

dengan adanya benda biologi berupa mikroba, tumbuhan atau hewan serta adanya

pendayagunaan secara teknologi dan industri dan juga produk yang dihasilkan

adalah hasil ekstraksi dan pemurnian.

Dalam penerapannya sekarang, bioteknologi seringkali dimanfaatkan

untuk segala macam kegiatan atau industri-industri. Seperti industri kesehatan,

pertanian, peternakan dan juga pertanian. Bioteknologi perikanan (aquatic

biotechnology) diartikan sebagai penggunaan organisme (biota) perairan atau

bagian dari organisme perairan, seperti sel dan enzim, untuk membuat atau
2

memodifikasi produk, untuk memperbaiki kualitas fauna (hewan) dan flora

(tumbuhan), atau untuk mengembangkan organisme guna aplikasi tertentu,

termasuk remediasi (perbaikan) lingkungan akibat pencemaran dan kerusakan

lainnya.

Bioteknologi perairan juga mencakup ekstraksi (pengambilan) bahan-

bahan alamiah (natural products atau bioactive substances) dari organisme

perairan untuk bahan dasar industri makanan dan minuman, farmasi, kosmetika,

dan lainnya (fullnews.com). Dengan demikian, aplikasi industri bioteknologi

perairan secara garis besar mencakup ekstraksi bahan-bahan alamiah untuk

berbagai jenis industri, perikanan budidaya (aquaculture) dan bioremediasi

lingkungan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah bioteknologi dalam bidang perikanan itu?

2. Bagaimana bentuk penerapan bioteknologi di bidang perikanan?

3. Bagaimanakah manfaat dan efek samping dengan adanya bioteknologi di

bidang perikanan?

C. Tujuan

1. Mendeskripsikan bagaimanakah biotekologi di bidang perikanan itu .

2. Mendeskripsikan bagaimanakah bentuk penerapan bioteknologi di bidang

perikanan.

3. Mendeskripsikan bagaimanakah manfaat dan efek samping dengan adanya

bioteknologi di bidang perikanan.


3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Bioteknologi di Bidang Perikanan

Bioteknologi perikanan adalah bioteknologi yang ditekankan khusus pada

bidang perikanan. Penerapan bioteknologi dalam bidang perikanan sangat luas,

mulai dari rekayasa media budidaya, ikan, hingga pascapanen hasil perikanan.

Pemanfaatan mikroba telah terbukti mampu mempertahankan kualitas media

budidaya sehingga aman untuk digunakan sebagai media budidaya

ikan.Bioteknologi telah menciptakan ikan berkarakter genetis khas yang

dihasilkan melalui rekayasa gen. Melalui rekayasa gen, dapat diciptakan ikan

yang tumbuh cepat, warnanya menarik,dagingnya tebal,tahan penyakit dan

sebagainya.

Pada tahap pascapanen hasil perikanan, bioteknologi mampu mengubah

ikan melalui proses transformasi biologi hingga dihasilkan produk yang

bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Sudah sejak abad 11, manusia

sebetulnya menggunakan prinsip dasar ini. Pembuatan pangan seperti peda, kecap

ikan, terasi ikan merupakan hasil bioteknologi.Ketahanan pangan merupakan isu

global yang sekarang sedang ramai dibicarakan. Alasannya jelas, pada tahun 2033

populasi manusia di dunia akan mencapai sektar 12 miliar jiwa. Sebagian besar

penduduk tersebut ada di benua Asia. Berdasarkan hal tersebut, diperkirakan pada

tahun 2010 kebutuhan pangan penduduk Asia akan melampaui persediaan yang

ada.Kondisi ini membuat Negara Indonesia harus bekerja keras memenuhi

kebutuhan pangannya, sehingga peristiwa kelangkaan pangan di atas tidak perlu

dialami. Langkah pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan sudah mulai


4

terlihat, salah satu komitmennya adalah meningkatkan produksi ikan menjadi tiga

kali lipat dari periode sebelumnya. Pada tahun 1995, produk hasil perikanan dunia

sudah mendekati 120 juta ton per tahun (FAO, 1997). Dari produksi tersebut, 20

persennya berasal dari hasil budidaya (Gambar 1). Sementara produk perikanan

Negara Indonesia telah mencapai 6.5 juta ton atau sekitar 5 persen (Gambar 2).

Sumber : Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), The
State of World Fisheriesand Aquaculture, 1996 (FAO, Rome, 1997),
Gambar 1. Produksi Ikan dan kerang dunia
5

Gambar 2. Rata-rata tahunan hasil perikanan tangkap dan produksi total perikanan
budidaya di Indonesia tahun 1984-1999.
Sumber : http://www.kamusilmiah.com/pangan/saatnya-indonesia-menerapkan-
budidaya-ikan-ramah-lingkungan-1/

Salah satu penyebab rendahnya produksi perikanan Indonesia adalah

kemampuan mengolahnya. Sekitar 20-25 persen produk perikanan tidak dapat

dimanfaatkan karena tidak diolah atau mengalamipembusukan.Ini berarti satu juta

ton ikan terbuang percuma.Beberapa kendala dialami oleh pengusaha pengolah

hasil perikanan untuk menekan persentase ikan yang tidak dapat dimanfaatkan.

Kendala tersebut mulai dari kondisi bahan baku, teknologi pengolahan,

sumberdaya manusia dan tingkat konsumsi ikan.Bioteknologi pengolahan hasil

perikanan (BPHP) merupakan cabang dari bioteknologi pangan yang sudah lama

diterapkan oleh masyarakat Indonesia untuk mengolah hasil perikanan.

Beberapa produk yang telah dihasilkan masyarakat melalui penerapan

bioteknologi antara lain peda, kecap ikan, bekasem, bekasang, terasi dan silase.

Meskipun mereka tidak memahami prinsip ilmiah yang mendasarinya, para

pengolah ikan telah memanfaatkan bioteknologi selama berabad-abad untuk


6

membuat pangan berbahan baku ikan.Secara garis besarnya BPHP adalah salah

satu teknologi untuk mengolah hasil perikanan menggunakan jasa mahluk hidup,

yaitu mikroba. Salah satu sifat mikroba yang menjadi dasar penggunaan BPHP

adalah kemampuannya merombak senyawa kompleks menjadi senyawa lebih

sederhana, sehingga dihasilkan pangan berbentuk padat, semi padat dan cair.

Mikroba memiliki kemampuan merombak senyawa kompleks (protein, lemak dan

karbohidrat) menjadi senyawa lebih sederhana (asam amino, asam lemak dan

glukosa).

Perombakan demikian telah merombak hasil perikanan menjadi pangan

yang aman dikonsumsi manusia. Apabila tidak segera dihentikan, mikroba akan

merombak senyawa sederhana tersebut menjadi ammonia, hidrogen sulfida, keton

dan alkohol. Perubahan tersebut menjadikan pangan tersebut tidak layak lagi

dikonsumsi.

B. Bentuk Penerapan Bioteknologi di Bidang Perikanan

Bioteknologi perikanan adalah bioteknologi yang ditekankan khusus pada

bidang perikanan. Penerapan bioteknologi dalam bidang perikanan sangat luas,

mulai dari rekayasa media budidaya, ikan, hingga pascapanen hasil perikanan.

Pemanfaatan mikroba telah terbukti mampu mempertahankan kualitas media

budidaya sehingga aman untuk digunakan sebagai media budidaya ikan.

Bioteknologi telah menciptakan ikan berkarakter genetis khas yang

dihasilkan melalui rekayasa gen. Melalui rekayasa gen, dapat diciptakan ikan

yang tumbuh cepat, warnanya menarik, dagingnya tebal, tahan penyakit dan

sebagainya. Pada tahap pascapanen hasil perikanan, bioteknologi mampu

mengubah ikan melalui proses transformasi biologi hingga dihasilkan produk


7

yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Sudah sejak abad 11, manusia

sebetulnya menggunakan prinsip dasar ini. Pembuatan pangan seperti peda, kecap

ikan, terasi ikan merupakan hasil bioteknologi. Berikut adalah gambar siklus pada

budidaya perairan.

Gambar 3. Sikuls budidaya perairan


Sumber. Pengantar Bioteknologi Perikanan

C. Bioteknologi pada Rekayasa Genetika Ikan

Genetika merupakan salah satu ilmu dasar yang penting untuk

menjelaskan berbagai pola pewarisan gen dalam populasi, genetik fenotip

kualitatif dan kuantitatif yang mengekspresikan sifat unggul dan landasan teori

dasar dari program seleksi ataupun program persilangan antara spesies atau famili.

Gen dan kromosom ikan direkayasa untuk dimanfaatkan keterkaitannya dengan

seleksi fenotip kuantitatif dan fenotip kualitatif bagi teknik breeding ikan untuk

mendapatkan sifat-sifat superior yang diwariskan dari induk dengan seleksi gen

unggul kepada keturunannya.


8

Penerapan bioteknologi modern pada hewan dimulai pada tahun 1980-an.

Para penelitit genetik menyiisipkan gen ke tikus, tikus, babi dan ikan, untuk

mencapai tingkat pertumbuhan yang lebih cepat, peningkatan daya tahan terhadap

penyakit, dan efek lainnya. Meskipun beberapa sifat-sifat unggul da[at dicapai

melalui metode seleksi secara tradisional, rekayasa genetika dapat menghasilkan

efek yang lebih besar (atau lebih dramatis) dari sifat potensial organisme. Pada

tahun 1983, sampul majalah Science, salah satu jurnal ilmiah yang paling banyak

dibaca di Amerika Serikat, menampilkan foto tikus besar hasil rekayasa genetic

dengan laju pertumbuhan yang cepat. Tak lama setelah itu, para ilmuwan di Cina

melaporkan kali pertama kesuksesan penyisipan gen hormon pertumbuhan pada

ikan. Peristiwa ini memunculkan perdebatan substansial dan kepentingan para ahli

biokimia, genetika, para ilmuwan akuakultur, dan pengusaha swasta,

menyebabkan penelitian transgenik lebih banyak dilakukan di laboratorium

seluruh dunia, sebagian berfokus pada ikan dan organisme air lainnya.

Dalam arti luas, modifikasi genetik merujuk pada perubahan genetik

organism yang tidak ditemukan di alam, termasuk hibrida (keturunan orang tua

dari spesies yang berbeda atau sub-spesies). Perngembangan ikan transgenik

dimana para ilmuwan menggunakan teknik DNA rekombinan untuk memasukkan

materi genetik dari satu organisme ke dalam genom ikan atau organisme air

lainnya.Berkembanganya kemampuan memodifikasi hewan secara genetic

mengakibatkan pesatnya penelitian tentang rekayasa genetic organisme akuatik

(genetically modified organism). Hewan air, terutama ikan tumbuh dalam sistem

akuakultur, menarik perhatian penelitian yang signifikan karena dua alasan utama.

Pertama, ikan bertelur dalam jumlah besar dan telur yang lebih mudah
9

dimanipulasi, sehingga memudahkan bagi para ilmuwan untuk memasukkan DNA

baru ke dalam telur ikan. Kedua, budidaya merupakan salah satu sektor yang

memproduksi makanan tercepat tumbuh secara global, menunjukkan

meningkatnya permintaan produk akuakultur. Sejak tahun 1984, budidaya

komersial telah berkembang pada tingkat tahunan hampir 10 persen, dibandingkan

dengan tingkat pertumbuhan 3 persen untuk daging ternak dan tingkat 1,6 persen

pertumbuhan untuk penangkapan. Sementara pertumbuhan telah terkonsentrasi di

Asia, perikanan budidaya juga merupakan salah satu sektor yang paling cepat

berkembang dengan total nilai produk yang dijual meningkat dari $ 45.000.000

pada tahun 1974 menjadi lebih dari $ 978.000.000 pada tahun 1998 . Bahkan,

budidaya komersial memproduksi hampir semua ikan lele dan ikan trout serta

sekitar satu-setengah dari udang dan salmon di Amerika Serikat.

1. Bioteknologi pada Media Budidaya Ikan

Bioteknologi merupakan kajian ilmu tentang kehidupan makhluk

hidup yang bersandar pada kemampuan dari kemajuan teknologi dimana

memadukan pengetahuan alam khususnya makhluk hidup dengan teknologi.

Dan bioteknologi perikanan merupakan perpaduan kemajuan teknologi

dengan kehidupan makhluk hidup dalam sektor perikanan dimanaperanananya

sanagat luas dimulai dari reakayasa media budaidaya perikanan hingga sampai

pada pasca panen hasil perikanan. Dari bioteknologi perikanan dapat

memudahkan manusia dalam memproduksi hasil perikanan menjadi lebih

efektif dan efisien terlihat dalam hal seperti budidaya perikanan, pengolahan

dan pemanfaatan limbah, pengolahan hasil perikanan, dan lain sebagainya,

dalam arti sempitnya bioteknologi perikanan merupakan ilmu yang


10

dibutuhkan di setiap rantai produksi dari hulu ke hilir. Media dari bioteknologi

perikanan salah satunya berupa mikroba yang telah terbukti mempertahankan

kualitas media budidaya sehingga aman untuk digunakan sebagai media

budidaya ikan. Pada tahap pasca panen hasil perikanan, bioteknologi mampu

mengubah ikan melalui proses transformasi biologi sehingga menghasilkan

produk yang aman untuk dkonsumsi dan sangat bermanfaat bagi kelangsungan

dan memenuhi kebutuhan hidup manusia. Contoh contoh produk dalam

bidang perikanan yang dihasilkan melalui konsep dan prinsip bioteknologi

dengam menggunakan mikroba. Seperti peda, kecap ikan dan terasi ikan.

Mikroba mempunyai peranan khusus dalam kinerja hasil dari bioteknologi

perikanan itu sendiri. Berikut peranan mikroba tersebut :

a. Penghancur limbah organik,

Dalam segi ekologis perairan limbah merupakan faktor

penghambat dalam dunia perikanan, terlebih lagi itu merupakan limbah

yang sulit dilakukan oleh tangan manusia itu sendiri. Mikroba dalam hal

ini, dapat menjadi dekomposer positif dengan mengurai limbah menjadi

bahan yang ramah lingkungan.

b. Recycling hara,

Di dunia perikanan hara merupakan nutrien dan dalam rantai makanan,

hara merupakan faktor primer dalam kelangsungan produktivitas rantai

produksi perikanan. Namun, hara dapat menjadi zat yang sangat beracun

apabila dalam kuantitas yang sangat banyak dan beresiko menyebabkan

depletion oxygen (penurunan kadar oksigen) di perairan. Mikroba dalam

hal ini dapat membantu percepatan unsur hara ini untuk mendaur ulang
11

hara tersebut menjadi energi fosil walaupun membutuhkan waktu yang

sangat panjang, namun proses ini tidak lepas dari peranan mikroba

tersebut.

c. Merangsang pertumbuhan,

Dalam budidaya terutama, mikroba dapat merangsang

pertumbuhan untuk cepat tumbuh dan berkembang menjadi potensi

produksi yang sangat besar. Dengan memberikan mikroba diharapkan

komoditas perikanan mampu cepat tumbuh dan bereproduksi dengan hasil

yang diharapkan.

d. Biokontrol patogen

mikroba dalam hal ini banyak berperan dalam pengolahan hasil perikanan

dimana hasil perikanan pasca panen yang menjadi keresahan masyarakat

dalam hal pendistribusian hasil perikanan mereka karena sifat alami dari

produk/komoditas perikanan sendiri yang cepat busuk, namun

bioteknologi hal ini menjawab keresahan masyarakat dengan

mendatangkan mikroba sebagai kompetitor dari bakteri patogen tersebut

sehingga pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dapat terkontrol dan

diredam kuantitasnya dengan mengisolasi bakteri patogen, agar outputnya

produk perikanan dapat tahan lama dan pendistribusiannya dapat lebih

lancar terlebih lagi yaitu sehat dan higienis.

D. Rekayasa yang dilakukan oleh manusia untuk memanfaatkan

mikroba sebagai agen bioteknologi

Dengan menggunakan teknik transgenik pada ikan yang telah dimulai

dengan mengintroduksi gen tertentu kepada organisme hidup lainnya. serta


12

mengamati fungsinya secara in vitro. Dalam teknik ini, gen asing hasil

isolasi di injeksi secara makro ke dalam telur untuk memproduksi telur

ikan yang mengandung gen asing tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam pembuatan ikan transgenik, yaitu:

1) isolasi gen (clone DNA) yang akan diinjeksi pada telur.

2) Identifikasi gen pada anak ikan yang telah mendapatkan injeksi gen

asing tadi.

3) keragaman dari turunan ikan yang diinjeksi gen asing tersebut.

Transgenik pada ikan dalam perkembangannya, biologi molekuler kini

telah diterapkan dalam budidaya perikanan. Beberapa permasalahan perikanan

terutama dalam budidaya ikan dapat teratasi dengan bioteknologi molekuler, salah

satu teknologi tersebut adalah “ Teknologi Transgenik ”. Transgenik terdiri dari

kata trans yang berarti pindah dan gen yang berarti pembawa sifat. Jadi transgenik

adalah memindahkan gen dari satu makhluk hidup kemakhluk hidup lainnya, baik

dari satu hewan ke hewan lainnya atau dari satu tanaman ketanaman lainnya, atau

dari gen hewan ke tanaman dan sebaliknya. Transgenik secara definisi adalah “

The Use of Gene Manipulation to Permanently Modify the Cell or Germ Cells of

Organism “ (Penggunaan Manipulasi Gen untuk Mengadakan Perubahan yang

tetap pada Sel Makhluk Hidup). Transgenik atau teknologi DNA rekombinan

(rDNA) merupakan rekayasa genetik yang memungkinkan kombinasi ulang

(rekombinasi) atau penggabungan ulang gen dari sumber yang berbeda secara in

vitro (Karim,2002). Dalam proses bioteknologi modern, sifat-sifat dari suatu

mahluk hidup dirubah dengan cara memindahkan gen-gen dari satu spesies

mahluk hidup ke spesies yang lain, ataupun memodifikasi gen-gen dalam satu
13

spesies. Organisme yang direkayasa secara genetika disebut Genetically Modified

Organism (GMO), atau disebut “ Organisme Transgenik “.

Teknologi transgenik, sebenarnya sudah diinisiasi sejak tahun 1980 oleh

Gordon bersama peneliti lainnya. Dalam perkembangannya, pembentukkan ikan

transgenik melalui transfer “ DNA contruct ” dapat dilakukan dengan beberapa

metode (Tsai, 2008), diantaranya adalah :

1. Microinjection (Mikroinjeksi) adalah metode yang paling banyak

digunakan karena mempunyai keberhasilan yang lebih tinggi diband

ingkan dengan metode yang lain. Pertama kali, metode mikroinjeksi

dilakuan oleh Gurd on (1963) pada telur amphibia dengan menginjeksikan

sitoplasma ke dalam zygot katak, namun hasilnya tidak berpengaruh pada

perkembangan embrio selanjutnya. Pada ikan juga telah dilakukan oleh

beberapa peneliti diantaranya telah dilakukan oleh Chourrout et al (1986)

pada ikan Rainbow Trout (Salmo gairdneri), dan Ozato et al (1986) pada

ikan Medika (Oryzias latpes).

2. Retroviral Infection (Infecksi pada Virus), atau dengan kata lain

introduksi gen melalui virus sebagai mediator. Pada metode ini, virus

ditumpangi oleh gen yang dikehendaki dan diintroduksikan kedalam

embrio hewan. Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil dan mampu

menembus inti sel dan virus m empunyai genom yang terdiri dari RNA

yang mempunyai kemampuan untuk mentraskripsikan DNA. Bila satu sel

diinfeksi dengan retrovirus maka akan menghasilkan DNA virus, setelah

DNA ditranskripsikan akan berintegrasi dan menjadi bagian dari genome


14

induk. Un species ikan telah dilakukan diantaranya oleh Lin et al (1994)

dan Gaiano et al (1996) pada ikan Zebrafish (Brachydanio rerio).

3. Sperm-mediated Gene Transfer (Sperma sebagai Pembawa Gene),

Spermatozoa merupakan sarana seluler yang spesifik dirancang untuk

mentransfer DNA asing kedalam oosit, sperma terlibat langsung dalam

proses fertilisasi. Matriks DNA diikat pada daerah postacrosomal oleh

komponen protein spesifik dan akan bergabung dengan genome induk

setelah terjadi fertilisasi. Pengikatan gen oleh sperma secara optimal bila

sperma dalam keadaan motil dan konsentrasi DNA cukup t inggi. Metode

ini juga telah dicobakan oleh Muller et al (1992) dalam Tsai (2008).

4. Particle Bombardment (Partikel Gun atau Bi olistik), Metode ini banyak

digunakan pada tanaman dengan cara DNA diikat pada suatu

mikropartikel. Transfer gen dengan metode ini mempunyai banyak

keuntungan yaitu mudah ditangani dengan satu kali tembakan akan

menghasilkan beberapa sasaran, partikel dapat mencapai sasaran yang

lebih dalam dan dapat digunakan pada berbagai macam jaringan

(Potrykus, 1996). Pada ikan telah dicobakan oleh Kolenikov et al (1990).

5. Electroporation (Elektroporasi), pada metode ini gamet atau embrio

ditempatkan pada suatu cuvet yang mana membran selnya permiabel

terhadap molekul DNA bila mendapatkan aliran (pulsa) listrik pendek

(beberapa s aat). Ketika aliran listrik dihilangkan dan membran selnya

kembali seperti semula, beberapa fragment DNA asing akan tinggal dalam

gamet atau embrio. Metode ini mudah dan cepat dan memungkinkan untuk
15

melakukannya pada ratusan oosit ikan atau telur ikan yang telah

difertilisasi dalam satu kali kejutan (Inoue et al, 1990).

E. Pemanfaatan Transgenik dalam Perikanan

Penggunaan teknologi Transgenik dalam bidang perikanan

khudusnya budidaya perikanan, ditujukan untuk peningkatan kualitas ikan

budidaya. Selain itu transgenik dilakukan untuk mendapatkan sifat yang

diinginkan dan peningkatan produksi. Pada tahun 1985, Zhu et al.

melaporkan bahwa telah mampu memproduksi ikan transgenik dengan

mentransfer gen pertumbuhan. Mereka telah berhasil me mbuat ikan loach,

goldfish dan ikan mas transgenik dengan menggunakan promotor

metallothionein tikus yang diligasikan dengan struktur gen GH dari

manusia. Ikan transgenik ternyata 3 kali lebih besar dari ikan kontrol.

Sejak saat itu, beberapa laporan penggunaan konstruksi gen yang serupa

telah dilakukan pada ikan rainbow trout (Chourrout et al., 1986), channel

catfish (Dunham et al., 1987), salmon (Fletcher et al., 1988), tilapia

Oreochromis niloticus (Brem et al., 1988), fish medaka (Inoue et al.,

1990), catfish Ictalurus punctatis, co mmon carp Cyprinus carpio (Powers

et al., 1992), common carp, African catfish, tilapia (Muller et al., 1992),

salmon (Sin et al., 1993; Symonds et al., 1994), black porgy

Acanthopagrus schlegeli (Tsai and Tseng., 1994), abalone Haliotis

rufescens (Powers et al., 1995), loach (Tsai et al., 1995), small Japanese

abalone (Tsai et al., 1997). and tiger shrimp Penaeus monodon (Tseng et

al., 2000), freshwater prawn Macrobrachium rosenbergii (Li and Tsai,

2000). abalone (Chen et al. 2006) (dalam Tsai, 2008).


16

Hasil penelitian Rahman dan Maclean (1999) pada ikan tilap ia

menunjukan pula bahwa hasil analisis terhadap berat badan ikan non transgenik

dan transgenik keturunan F2 (keturunan F2 adalah perkawinan antara jantan F1

dengan betina alam), ikan transgenik menghasilkan berat berkisar antara 60-90

gram/individu pada umur 5, 6, dan 7 bulan, sedang pada ikan non transgenik

menghasilkan berat berkisar antara 20-30 gram/individu. Dari hasil tersebut

menunjukkan bahwa pada keturunan ke 2 (F2) sifat tumbuhnya masih dapat

diturunkan, dan pertumbuhannnya sekitar 3 kali lipat dibandingkan dengan ikan

kontrol. Adapun FCR(food conversi ratio) atau perbandingan antara pakan yang

diberikan dengan daging yang dibentuk pada ikan transgenik mencapai 0,76

sedangkan nontransgenik sebesar 1,02. Ini berarti bahwa ikan transgenik untuk

menghasilkan satu kilogram daging hanya memerlukan pakan sebanyak 0,76 kg,

sedangkan pada ikan biasa u ntuk menghasilkan daging satu kilogram

memerlukan 1,02 kg pakan, dengan demikian menunjukkan bahwa di dalam

pemanfaatan pakan ikan trangenik lebih efisien dibandingkan dengan ikan

nontransgenik.

1) Transgenik Mikroinjeksi

Teknologi transgenik dengan mikroinjeksi pada ikan dilakukan

melalui mikrophile yang terdapat pada chorion telur (oosit). Metode ini

terdiri dari beberapa tahap, yaitu

a) Persiapan Gen

Pertama-tama dipersiapkan gen yang akan ditranfer. Persiapan ini

dimulai dari isolasi DNA, yang dapat diisolasi dari darah, daging, sirip
17

ataupun sisik. Misalnya dari sisik dapat dilakukan dengan prosedur

sebagai berikut :

a. Isolasi dan Purifikasi DNA

1) Sampel dari jaringan ikan ditimbang sebanyak 25-50 mg lalu dicacah

menggunakan skapel, kemudian dimasukkan ke dalam tabung evendorf

ukuran 2 ml.

2) 200 µl Tissue Lysis Buffer dan 40 µl Proteinase K ditambahkan ke dalam

tabung yang berisi sampel jaringan, kemudian dicampur dengan segera

dan diinkubasi pada suhu 55 oC selama 1 jam (atau sampai jaringan hancur

dengan sempurna).

3) 200 µl Binding Buffer ditambahkan lagi ke dalam tabung lalu

dihomogenkan dengan segera, kemudian diinkubasi selama 10 menit pada

suhu 70 oC.

4) 100 µl Isopropanol ditambahkan ke dalam tabung, kemudian

dihomogenkan.

5) Memindahkan sampel ke dalam high filter tube yang telah dipasangkan

dengan collection tube.

6) Sampel disentrifuge selama 1 menit dengan kecepatan 9200 rpm.

7) Membuang collection tube, menambahkan 500 µl Inhibitor Removal

Buffer, kemudian disentrifuge selama 1 menit pada kecepatan 9200 rpm.

8) Membuang collection tube, menambahkan 500 µl Wash Buffer, kemudian

disentrifuge selama 1 menit pada kecepatan 9200 rpm.


18

9) Membuang collection tube, menambahkan 500 µl Wash Buffer, kemudian

disentrifuge selama 1 menit pada kecepatan 9200 rpm.

10) Membuang supernatan dari collection tube, kemudian disentrifuge selama

10 detik dengan kecepatan 14.000 rpm.

11) Membuang collection tube, memasangkan tabung evendorf baru pada high

filter tube.
o
12) 200 µl Elution Buffer (yang telah diinkubasi hingga suhu 70 C)

ditambahkan ke dalam high filter tube, kemudian disentrifuge selama 1

menit dengan kecepatan 9200 rpm.

13) Membuang high filter tube, menambahkan 140 µl Isopropanol, kemudian

disentrifuge selama 30 menit dengan kecepatan 14.000 rpm.

14) Membuang supernatan, menambahkan 66,7 µl Et-OH (Alkoho l 70%)

dingin, kemudian disentrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 14.000

rpm.

15) Membuang supernatan (pelet tidak boleh ikut terbuang), kemudian

diangin-anginkan hingga pelet mengering (kurang lebih selama 12 jam).

16) 20 µl TE ditambahkan ke dalam tabung, dan DNA to tal siap diproses

lebih lanjut.

b. Isolasi Promotor (Restriksi DNA).

Mencari sekuen promoter region gen pengkode, tergantung pada jenis

gen yang akan ditranfer, misal gen GH ikan jenis lain yang telah dilaporkan

sebelumnya pada gene bank (Nasional Center for Biotechnology Information-

NCBI).
19

1) Mencari dan menentukan enzim restriksi yang sesuai untuk memotong

promoter region gen pengkode, misalnya untuk GH adalah BamHl, Ball ,

Sfil, Sbal, dan EcoRl.

2) Hasil dari pemotongan dengan enzim restriksi kemudian dielektroforesis

dan dibandingkan berat molekulnya dengan DNA marker.

3) Pita (band) yang sesuai dengan DNA marker untuk promotor gen

pengkode dipisahkan dengan cara memotong gel yang berisi band tersebut

kemudian diisolasi dari gel dengan menggunakan DNA elution kit.

4) Diperoleh suspect DNA promotor gen pengkode, misalnya promo tor gen

pengkode GH.

Secara skematis pemotongan (restriksi) gen yang terjadi dapat dilihat pada

Gambar 4 di bawah ini.


20

2) Koleksi Telur, Sperma & Fertilisasi

Keleksi telur dan sperma dapat dilakukan melalui pemijahan buatan

(induced breeding) dengan menggunakan hormon. Jenis hormon yang dapat

digunakan diantaranya adalah GnRHa, LHRHa, Ovaprim (GnRHa ikan Salmon +

dopamin), Ovopel (GnRHa mamalia + dopamin). Selain itu dapat pula melalui

penyuntikan dengan ekstrak kelenjar hipofisa ikan, misal Carp Pituita ry Gland

(Kelenjar Hipofisa Ikan Mas) yang dikenal dengan nama tekhnik hipofisasi.

Sebelum dilakukan fertilisasi, terlebih dahulu diperiksa motilitas sperma. Sperm a

ikan akan bergerak setelah kontak dengan air. Sperma yang baik mempunyai daya

gerak atau motil selama lebih kurang 30 (tiga puluh) detik. Motilitas sperma ini

viabilitas telur dapat dipertahankan apabila disimpan dalam larutan Ringer pada

suhu 4 oC, dan biasanya selama 2 (dua) jam dari waktu fertilisasi. Adapun

komposisi larutan Ringer ini adalah : 6,5 gram NaCl, 0,25 gram KCl, 0,2 gram

NaHCO3, 0,4 gram CaCl2-2H2O yang dilarutkan dalam 1 (satu) liter aquabid est.

Bagaimana bentuk struktur telur dapat dilihat pada Gambar 5.


21

Setelah telur dan sperma dikumpulkan atau dikoleksi, maka dilakukan

fertilisasi, yaitu dengan menyatukan sperma dan ovum (telur) dalam suatu wadah

dan kemudian diaduk dengan bulu ayam selama kira-kira satu menit. Setelah itu

telur atau Ova siap untuk dilakukan transfer gen secara mikroinjeksi.

3) Injeksi Gen ke Dalam Telur

Mikroinjeksi gen pada telur dapat dilakukan secara manual ataupun

dengan mengg unakan mesin yang diseput dengan “ Gen Pusher “. Secara

skematis photo alat tersebut dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.

Gambar 6. Skematis Gen Pusher untuk Mikroinjeksi Telur.

Dalam transgenik mikroinjeksi, penginjeksian gen dapat dilakukan pada

dua tempat,yaitu :

1. Pada pronukleus, apakah pronukleus jantan atau beti na (Gambar 7).

2. Pada zygot, yaitu pada blastodisnya (Gambar 8).


22

Gambar 7. Metode Mikroinjeksi Gen pada Pronukleus Telur (Zygot) Ikan


(Pinkert, 1994)

Gambar 8. Mitode Mikroinjeksi Gen pada Telur (Zygot) Ikan (Grabher dan
Wittbrodt, 2007)

Pada ikan injeksi atau trans gen dilakukan pada mikropil, sebagai contoh

diam eter lubang mikropil telur ikan salmon 17 ųm, dalamnya 4 ųm, dan diameter

mikropil canalnya 1,2 ųm (Riehl, 1980 dalam Hew dan Fletcher ( 2003). Setelah
23

gen diinjeksikan, maka telur-telur tersebut di inkubasi untuk ditetaskan, kemudian

dilakukan pula perawatan larva sampai menjadi benih dan seterusnya sampai

berreproduksi kembali.

4) Pemeriksaan/Pengujian

Sebelum ikan transgenik tersebut dirilis, maka terlebih dahulu dilakukan

pengujian atau pemeriksaan baik secara genetik maupun fenotip. Secara genotip

bertujuan apakah gen yang ditransfer atau disisipkan tersebut sudah benar-benar

menyambung sesuai dengan yang diinginkan. Pemeriksaan ada tidaknya tran sgen

yang terintegrasi di dalam genom dianalisis dengan southern blot. Untuk ekspresi

transgen diperiksa dengan metoda northern blot. Ikan transgenik yang

berkembang dari zigot tersebut dikenal sebagai ”Founders” dan bersifat

hemizygote. Untuk perbanyakan ikan transgenik, founders fish ini kemudian

dikawinkan dengan ikan non transgenik. Untuk mendapatkan ikan transgenik

yang homozygote, ikan transgenik hemizygote dikawinkan antar sesamanya. Ikan

transgenik yang homozygote ini kemudian dipelajari fenotifnya dengan

mengamati pertumbuhan, konversi pakan dan bentuk-bentuk morfologinya (ada

tidaknya kelainan pada organ). Sebagai contoh pada Tabel 1 dibawah ini terlihat

resistensi gen asing pada beberapa jenis ikan trangenik, Tabel 2 dan 3 adalah

penurunan sipat induk ke turunannya F1 dan F2, serta Gambar 6 per bandingan

pertumbuhan ikan Salmon transgenik dengan ikan Salmon non trangenik.


24

Table 2. Inheritance (Penurunan Sifat Induk ke Anak) dari Turunan Trangenik


pada Generasi F1 .

Jenis Kelamin P1 F1 Analyzed PCR % Transgenics

Poeciliposis lucida
Male 19 4 21
Female 14 8 57
Male 34 23 68
Male 21 6 28
Male 24 14 58
Procambrius clarkii
Male 12 4 33
Female 12 8 67
Catatan : P1 trangenik dikawinkan dengan non trangenik

Sumber : Chen, 2002


25

Table 3. Inheritance (Penurunan Sifat Induk ke Anak) dari Turunan Trangenik


pada Generasi F2
Famili F2 Analyzed PCR % Transgenics

Poeciliposis lucida
F 1a >< Non-T 12 6 50
F 1b >< Non-T 20 9 45
F 1c >< Non-T 35 19 54
F 1d >< Non-T 20 14 70
F 1e >< Non-T 20 12 60
Procambrius clarkii
F 1a >< Non-T 15 8 57
F 1b >< Non-T 15 7 47
Catatan : P1 trangenik dikawinkan dengan non trangenik
Sumber : Chen, 2002

Gambar 9. Grafik Pertumbuhan Ikan Salmon Transgenik dan Non-Transgenik.


26

F. Produk perikanan yang memanfaatkan mikroba sebagai agen

bioteknologi dan peranannya dalam proses produksi yaitu

Bekasam, bahan baku yang digunakan pada umumnya adalah ikan air

tawar. Proses pengolahan ini umumnya menggunakan bahan-bahan tambahan

untuk berhasilnya fermentasi misalnya sumber karbohidrat, dan berjalan

anaerobik, karbohidrat tersebut akan diuraikan menjadi gula sederhana dan

selanjutnya menjadi alkohol dan asam, basil fermentasi inilah yang akan menjadi

bahan pengawet ikan dan juga memberi rasa dan aroma khas. Karbohidrat yang

ditambahkan pada umumnya nasi, beras sangrai dan tape ketan.Yang kedua

adalah terasi ikan, mikroorganisme yang berperan dalam proses pembuatan terasi

yaitu bakteri Lactobacillu dan bakteri mesofil. Mikroorganisme dimanfaatkan

untuk mengubah laktosa menjadi asam laktat, Mikroorganisme digunakan pada

saat pematangan yaitu dalam proses pembentukan aroma khas terasi.

G. Manfaat dan Efek Samping Bioteknologi di Bidang Perikanan

Bioteknologi perikanan adalah bioteknologi yang ditekankan khusus pada

bidang perikanan. Penerapan bioteknologi dalam bidang perikanan sangat luas,

mulai dari rekayasa media budidaya, ikan, hingga pascapanen hasil perikanan.

Pemanfaatan mikroba telah terbukti mampu mempertahankan kualitas media

budidaya sehingga aman untuk digunakan sebagai media budidaya ikan.

Bioteknologi telah menciptakan ikan berkarakter genetis khas yang dihasilkan

melalui rekayasa gen. Melalui rekayasa gen, dapat diciptakan ikan yang tumbuh

cepat, warnanya menarik, dagingnya tebal, tahan penyakit dan sebagainya.

Pada tahap pascapanen hasil perikanan, bioteknologi mampu mengubah

ikan melalui proses transformasi biologi hingga dihasilkan produk yang


27

bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Sudah sejak abad 11, manusia

sebetulnya menggunakan prinsip dasar ini. Pembuatan pangan seperti peda, kecap

ikan, terasi ikan merupakan hasil bioteknologi.

Ketahanan pangan merupakan isu global yang sekarang sedang ramai

dibicarakan. Alasannya jelas, pada tahun 2033 populasi manusia di dunia akan

mencapai sektar 12 miliar jiwa. Sebagian besar penduduk tersebut adal di benua

Asia. Berdasarkan hal tersebut, diperkirakan pada tahun 2010 kebutuhan pangan

penduduk Asia akan melampaui persediaan yang ada.

Kondisi ini membuat Negara Indonesia harus bekerjakeras memenuhi

kebutuhan pangannya, sehingga peristiwa kelangkaan pangan di atas tidak perlu

dialami. Langkah pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan sudah mulai

terlihat, salah satu komitmennya adalah meningkatkan produksi ikan menjadi tiga

kali lipat dari periode sebelumnya. Contoh manfaat dan efek samping adanya

bioteknologi perikanan :

a) Penggunaan mikroba sebagai agen bioteknologi

1. Ekstraseluler

Mikroba ekstraseluler mampu bereplikasi di luar sel atau di luar

tubuhnya. Karena kondisi tersebut, kita dapat memanfaatkannya

dengan mengambil hasil replikasi mikroba tersebut. Misalkan pada

mikroba yang memproduksi enzimproteaseekstraseluler, dia mampu

mengubah senyawa protein menjadi lebih sederhana. Nah, senyawa

protein yang lebih sederhana itu dapat kita ambil dan kita gunakan.

Alasan ini mengapa mikroba disebut sebagai agen bioteknologi


28

2. Pertumbuhan yang cepat

Mikroba memiliki pertumbuhan yang sangan cepat. Jika seekor sapi

mampu memperbanyak diri dengan reproduksi selama kurang lebih

satu tahun sekali. Maka mikroba dalam 20 menit mampu mengubah

dirinya menjadi 2 kali lipat.

3. sifat dasarnya mudah dimodifikasi

Mikroba dapat mengubah sifat aslinya menjadi semakin kuat dan

semakin kuat. Ambil contoh ketika kita menglami pusing, kita

meminum obat dengan dosis yang rendah. Ketika itu pusing kita

sembuh. Tapi ada mikroba yang mampu bertahan dan lama kelamaan

berkembang dan kita akan merasakan kembali pusing, namun pusing

tersebut tidak hilang dengan dosis yang sama sebelumnya. Itu

merupakan salah satu contoh mikroba dapat dengan mudah

memodifikasi sifat dasar nya... hal tersebut dapat kita manfaatkn dalam

bidang bioteknologi.

4. mampu memproses bahan baku pangan dengan cepat

Mikroba mampu memproses bahan baku dengan cepat karena sifat nya

yang dengan mudah membelah diri. Dan memiliki sifat yang makin

lama makin kuat.

b) Pemanfaatan mikroba sebagai agen bioteknologi yang

menguntungkan dalam produksi perikanan :

Produk perikanan yang memanfaatkan mikroba sebagai agen

bioteknologi adalah probiotik yang dapat dijadikan sebagai suplemen

makhluk hidup. Tentunya banyak jenis probiotik yang digunakan.


29

Probiotik membantu atau berperan mengurai zat makanan menjadi lebih

sederhana sehingga mudah dicerna.

Probiotik sendiri adalah biakan mikroba menguntungkan yang

diberikan sebagai suplemen makanan yang mempunyai pengaruh

menguntungkan pada kesehatan mahluk hidup, baik manusia, binatang dan

tumbuhan. Mikroflora yang digolongkan sebagai probiotik adalah mikroba

yang memiliki sifat menguntungkan. Sifat menguntungkan dapat berupa

kemampuan tumbuh yang baik, kemampuan mengkonsumsi nutrien,

kemampuan memproduksi metabolit sekunder, seperti asam laktat atau

bakteriosin. Contoh mikroba yang termasuk probiotik antara lain

Lactobacilli dan Bifidobacteria.

Dalam perikanan probiotik menghasilkan komposisi zat makanan

yang lebih sederhana (asam amino, asam lemak, gula-gula sederhana,

vitamin dan mineral organik),probiotik juga digunakan untuk produk

perikanan seperti terasi, bekasam, vaksin untuk ikan, pakan ikan, dan lain-

lain.

H. Hubungannya dengan Al-Quran

SURAT AZ-ZUMAR ( 29: 21)

‫َأَلْم َتَر َأَّن َهَّللا َأْنَز َل ِم َن الَّس َم اِء َم اًء َفَس َلَك ُه َيَناِبيَع ِفي األْر ِض ُثَّم ُيْخ ِر ُج ِبِه َز ْر ًعا‬

‫ُم ْخ َتِلًفا َأْلَو اُنُه ُثَّم َيِهيُج َفَتَر اُه ُم ْص َفًّر ا ُثَّم َيْج َع ُلُه ُح َطاًم ا ِإَّن ِفي َذ ِلَك َلِذ ْك َر ى ألوِلي‬

)٢١( ‫األْلَباِب‬

Artinya : Allah SWT telah menciptakan sesuatu yang ia inginkan dan apapun

yang ia kehendaki atas makhluk – makhluk yang ia ciptakan ia dapat


30

menjadikannya bermakna dari masing masing penciptaannya. Begitu juga

dalam proses bioteknologi kelautan ini terjadilah rekayasa bakterimakhluk

kikroorganisme atau bakteri yang tidak kasat mata mampu mengubah hal yang

tak bermanfaat menjadi bermanfaat.

Surat “Fussilat” 41 ayat 53

Artinya : Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)

Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi

mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup

(bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?


31

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bioteknologi adalah bidang sains yang berisikan pemanfaatan makhluk

hidup untuk menghasilkan sesuatu yang berguna untuk kelangsungan hidup

manusia, seperti pemanfaatan mikro organisme ataupun rekayasa genetika.

Bioteknologi sekarang sudah diaplikasikan ke segala macam bidang industri

seperti industri kesehatan, pertanian, peternakan serta perikanan. Dalam bidang

perikanan sendiri, bioteknologi dimanfaatkan untuk menambah perolehan pangan

yang berasal dari perikanan.

Bioteknologi di bidang perikanan tak hanya pemanfaatan mikroorganisme

sebagai suplemen makanan bagi ikan-ikan atau rekayasa genetika ikan yang dapat

menghasilkan ikan atau menambah produksi atau jumlah ikan yang dipanen

namun juga berguna dalam remediasi atau perbaikan lingkungan budidaya ikan itu

sendiri dengan menambahkan mikroba-mikroba tertentu. Walaupun hal tersebut

mengubah genetika atau lingkungan budidaya namun bioteknologi tidak

mempengaruhi rantai makanan ataupun kegiatan alami lainnya, karena

bioteknologi ini hanya dipakai di sebagian tempat dan agar berguna bagi

kelangsungan hidup manusia, singkatnya bioteknologi ini tidak terlalu

mempengaruhi alam secara signifikan.


32

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim.
Chapter 10. Aquatic Biotechnology.

Dale, Jeremy W. 2002. From Genes to Genomes: Concepts and Applications of


DNA Technology. New York: WILEY
Breem, G., B. Brenig, G.H. Schwark, and E.L. Winnacker. 1988. Gene Transfer in
Tilapia (Orechromis niloticus). Aquaculture, 68 : 209~219.
Chen, T.T. 2002. Increase of Fish Innate Immune Response by Transgenesis.
ICES CM 2002/U, 12 : 1 ~ 11.
Chourrout, D., R. Guyinard and L. M. Houdebine. 1986. High efficiency gene
transfer in rainbow trout (Salmo gairdneri) by microinject ion into egg
cytoplasm. Aquaculture, 51: 43- 50.
Hew, C.L., and G.L. Fletcher. 2003. Transgenic Fish. World Scientific,
Singapore-New Jersey-London-Hongkong.
Hoare, K., and A.R. Beaumont. Biotechnology and Genetics in Fisheries and
Aquaculture. Blackwell Science Ltd, Oxford-USA-Australia-Germany.
Karim, Y.M. 2002. Upaya Peningkatan Produksi Akuakultur melalui Aplikasi
Teknologi Transgenik. Makalah Falsafah Sains. Institut Pertanian Bogor.
Pandian, T.J., C.A. Strussmann, and M.P. Marian. 2005. Fish Genetich and
Aquaculture Biotechnology. Science Publishers, Inc, Enfield (NH), USA,
Plymouth, UK.
Tsai, H.J. 2008. Use of Transgenic Fish Possessing Special Genes as Model
Organisms and Potential Applications. Journal of Genetics and Moleculer
Biology, 19 (1) : 22~38.
http://kustiawan-fpk.web.unair.ac.id/artikel_detail-91989-Tugas%20Kuliah
Bioteknologi%20Perikanan.html

masrizalnet.blogspot.co.id/2010/07/transgenik-mikroinjeksi-pada-ikan.html
33

AQUATIC BIOTECHNOLOGY

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah


Bioteknologi
yang diampu oleh Dr. Muhfahroyin, S.Pd., M.T.A. dan Dr. Ahcyani, M.Si.

Oleh :

SRI WAHYUNINGSIH NPM 18230025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

2019
34

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
karunia-Nya, serta kemudahan dan kelapangan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “aquatik Bioteknologi”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini dapat terselesaikan
berkat bantuan, bimbingan, petunjuk, dan nasihat dari berbagai pihak sehingga
berbagai kesulitan dapat teratasi. Penulis sampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Muhfahroyin, S.Pd., M.T.A. dan Dr. Ahcyani, M.Si selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran
kepada penulis selama penyusunan makalah.
2. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuannya. Penulis
menyadari makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Metro, Nopember 2019

Penulis
35

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL…………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………..... 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….... 1
C. Tujuan................……………………………………………………...… 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Bioteknologi di Bidang Perikanan.............................…………....…… 3
B. Bentuk Penerapan Bioteknologi di Bidang Perikanan.…………........... 6
C. Bioteknologi pada Rekayasa Genetika Ikan ……........……………....... 6
D. Peranan Mikroba pada Proses Diagnosa …………………………….....11
E. Pemanfaatan Transgenik dalam Perikanan ……………………………..14
F. Produk perikanan yang memanfaatkan mikroba sebagai agen
bioteknologi dan peranannya dalam proses produksi ……............….. 26
G. Manfaat dan Efek Samping Bioteknologi di Bidang Perikanan…..….... 26
H. Kajian Ayat Al-Quran............................................................................. 29
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………….......…………………………………………… 31
DAFTAR PUSTAKA………………............…………………..………….32

Anda mungkin juga menyukai