Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Makalah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bioteknologi merupakan penggunaan biokimia, mikrobiologi, dan

rekayasa genetika secara terpadu, untuk menghasilkan barang atau lainnya bagi

kepentingan manusia. Dalam pengertian popular, bioteknologi dapat diartikan

sebagai penerapan teknik-teknik yang sesuai untuk mendayagunakan organisme

(sel, jaringan makhluk hidup) dalam rangka memperoleh hasil yang diinginkan.

Biokimia mempelajari struktur kimiawi organisme. Rekayasa genetika adalah

aplikasi genetik dengan mentransplantasi gen dari satu organisme ke organisme

lain.

Bioteknologi merupakan salah satu bidang sains di mana benda hidup

digunakan untuk menghasilkan produk atau untuk melakukan sesuatu yang

berguna untuk manusia. Tumbuh-tumbuhan, hewan dan juga mikro organisme

seperti bakteria telah digunakan untuk menghasilkan kebaikan yang dapat

digunakan manusia. Dalam bidang industri perobatan dan pertanian, bioteknologi

bantu dalam menghasilkan suplemen makanan, untuk menguji diagnosa penyakit.

Bioteknologi boleh digunakan untuk menyelesaikan masalah dan untuk membantu

dalam penyelidikan berbagai permasalahan. Ciri utama bioteknologi adalah

dengan adanya benda biologi berupa mikroba, tumbuhan atau hewan serta adanya

pendayagunaan secara teknologi dan industri dan juga produk yang dihasilkan

adalah hasil ekstraksi dan pemurnian.


2

Dalam penerapannya sekarang, bioteknologi seringkali dimanfaatkan

untuk segala macam kegiatan atau industri-industri. Seperti industri kesehatan,

pertanian, peternakan dan juga pertanian. Bioteknologi perikanan (aquatic

biotechnology) diartikan sebagai penggunaan organisme (biota) perairan atau

bagian dari organisme perairan, seperti sel dan enzim, untuk membuat atau

memodifikasi produk, untuk memperbaiki kualitas fauna (hewan) dan flora

(tumbuhan), atau untuk mengembangkan organisme guna aplikasi tertentu,

termasuk remediasi (perbaikan) lingkungan akibat pencemaran dan kerusakan

lainnya.

Bioteknologi perairan juga mencakup ekstraksi (pengambilan) bahan-

bahan alamiah (natural products atau bioactive substances) dari organisme

perairan untuk bahan dasar industri makanan dan minuman, farmasi, kosmetika,

dan lainnya. Dengan demikian, aplikasi industri bioteknologi perairan secara garis

besar mencakup ekstraksi bahan-bahan alamiah untuk berbagai jenis industri,

perikanan budidaya (aquaculture) dan bioremediasi lingkungan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah :

1. Bagaimana bioteknologi dalam bidang perikanan?

2. Bagaimana bentuk penerapan bioteknologi di bidang perikanan?

3. Bagaimana manfaat dan efek samping dengan adanya bioteknologi di bidang

perikanan?
3

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :

1. Mengetahui bagaimana bioteknologi di bidang perikanan.

2. Mendeskripsikan bentuk penerapan bioteknologi di bidang perikanan.

3. Mengetahui manfaat dan efek samping dengan adanya bioteknologi di bidang

perikanan.
4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Bioteknologi di Bidang Perikanan

Bioteknologi perikanan adalah bioteknologi yang ditekankan khusus pada

bidang perikanan. Penerapan bioteknologi dalam bidang perikanan sangat luas,

mulai dari rekayasa media budidaya, ikan, hingga pascapanen hasil perikanan.

Pemanfaatan mikroba telah terbukti mampu mempertahankan kualitas media

budidaya sehingga aman untuk digunakan sebagai media budidaya

ikan.Bioteknologi telah menciptakan ikan berkarakter genetis khas yang

dihasilkan melalui rekayasa gen. Melalui rekayasa gen, dapat diciptakan ikan

yang tumbuh cepat, warnanya menarik, dagingnya tebal,tahan penyakit dan

sebagainya.

Pada tahap pascapanen hasil perikanan, bioteknologi mampu mengubah

ikan melalui proses transformasi biologi hingga dihasilkan produk yang

bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Sudah sejak abad 11, manusia

sebetulnya menggunakan prinsip dasar ini. Pembuatan pangan seperti peda, kecap

ikan, terasi ikan merupakan hasil bioteknologi. Ketahanan pangan merupakan isu

global yang sekarang sedang ramai dibicarakan. Alasannya jelas, pada tahun 2033

populasi manusia di dunia akan mencapai sektar 12 miliar jiwa. Sebagian besar

penduduk tersebut ada di benua Asia. Berdasarkan hal tersebut, diperkirakan pada

tahun 2010 kebutuhan pangan penduduk Asia akan melampaui persediaan yang

ada.Kondisi ini membuat Negara Indonesia harus bekerja keras memenuhi


5

kebutuhan pangannya, sehingga peristiwa kelangkaan pangan di atas tidak perlu

dialami. Langkah pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan sudah mulai

terlihat, salah satu komitmennya adalah meningkatkan produksi ikan menjadi tiga

kali lipat dari periode sebelumnya. Pada tahun 1995, produk hasil perikanan dunia

sudah mendekati 120 juta ton per tahun (FAO, 1997). Dari produksi tersebut, 20

persennya berasal dari hasil budidaya (Gambar 1). Sementara produk perikanan

Negara Indonesia telah mencapai 6.5 juta ton atau sekitar 5 persen (Gambar 2).

Gambar 1. Produksi Ikan dan Kerang Dunia


Sumber : Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO),
The State of World Fisheriesand Aquaculture, 1996 (FAO, Rome,
1997).
6

Gambar 2. Rata-rata tahunan hasil perikanan tangkap dan produksi total


perikanan budidaya di Indonesia tahun 1984-1999.
Sumber: http://www.kamusilmiah.com/pangan/saatnya-indonesia
menerapkan-budidaya-ikan-ramah-lingkungan-1/

Salah satu penyebab rendahnya produksi perikanan Indonesia adalah

kemampuan mengolahnya. Sekitar 20-25% produk perikanan tidak dapat

dimanfaatkan karena tidak diolah atau mengalamipembusukan.Ini berarti satu juta

ton ikan terbuang percuma.Beberapa kendala dialami oleh pengusaha pengolah

hasil perikanan untuk menekan persentase ikan yang tidak dapat dimanfaatkan.

Kendala tersebut mulai dari kondisi bahan baku, teknologi pengolahan,

sumberdaya manusia dan tingkat konsumsi ikan. Bioteknologi pengolahan hasil

perikanan (BPHP) merupakan cabang dari bioteknologi pangan yang sudah lama

diterapkan oleh masyarakat Indonesia untuk mengolah hasil perikanan.

Beberapa produk yang telah dihasilkan masyarakat melalui penerapan

bioteknologi antara lain peda, kecap ikan, bekasem, bekasang, terasi dan silase.

Meskipun mereka tidak memahami prinsip ilmiah yang mendasarinya, para

pengolah ikan telah memanfaatkan bioteknologi selama berabad-abad untuk


7

membuat pangan berbahan baku ikan.Secara garis besarnya BPHP adalah salah

satu teknologi untuk mengolah hasil perikanan menggunakan jasa mahluk hidup,

yaitu mikroba. Salah satu sifat mikroba yang menjadi dasar penggunaan BPHP

adalah kemampuannya merombak senyawa kompleks menjadi senyawa lebih

sederhana, sehingga dihasilkan pangan berbentuk padat, semi padat dan cair.

Mikroba memiliki kemampuan merombak senyawa kompleks (protein, lemak dan

karbohidrat) menjadi senyawa lebih sederhana (asam amino, asam lemak dan

glukosa).

Perombakan demikian telah merombak hasil perikanan menjadi pangan

yang aman dikonsumsi manusia. Apabila tidak segera dihentikan, mikroba akan

merombak senyawa sederhana tersebut menjadi ammonia, hidrogen sulfida, keton

dan alkohol. Perubahan tersebut menjadikan pangan tersebut tidak layak lagi

dikonsumsi. Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam bioteknologi akuatik

diantaranya adalah untuk :

1. Meningkatan suplai sumber pangan dunia..

2. Pemugaran dan perlindungan ekosistem laut.

3. Mengidentifikasi senyawa baru yang berguna untuk kesehatan manusia dan

perawatan medis.

4. Meningkatkan keamanan dan kualitas makanan laut.

5. Menemukan dan mengembangkan produk baru dan aplikasinya dalam indusri

kimia.

6. Mencari pendekatan baru untuk monitoring dan pengobatan penyakit

7. Meningkatkan pengetahuan proses biologi dan geokimia lingkungan perairan.


8

B. Bentuk Penerapan Bioteknologi di Bidang Perikanan

Bioteknologi akuakultur (budidaya perairan) merupakan pengolahan hasil

perairan, seperti pengolahan ikan, kerang dan tumbuhan akuatik untuk tujuan

rekreasi atau komersil. Khususnya, marine aquaculture (budidaya kelautan)

disebut mariculture Bioteknologi Kelautan ialah praktik bioteknologi dengan

menggunakan sumber daya biologis dari lingkungan laut. Bioteknologi kelautan

adalah teknik penggunaan biota laut atau bagian dari biota laut (seperti sel atau

enzim) untuk membuat atau memodifikasi produk, memperbaiki kualitas genetik

atau fenotip tumbuhan dan hewan, dan mengembangkan (merekayasa) organisme

untuk keperluan tertentu, termasuk perbaikan lingkungan.

Bioteknologi perikanan adalah bioteknologi yang ditekankan khusus pada

bidang perikanan. Penerapan bioteknologi dalam bidang perikanan sangat luas,

mulai dari rekayasa media budidaya, ikan, hingga pascapanen hasil perikanan.

Pemanfaatan mikroba telah terbukti mampu mempertahankan kualitas media

budidaya sehingga aman untuk digunakan sebagai media budidaya ikan.

Bioteknologi telah menciptakan ikan berkarakter genetis khas yang

dihasilkan melalui rekayasa gen. Melalui rekayasa gen, dapat diciptakan ikan

yang tumbuh cepat, warnanya menarik, dagingnya tebal, tahan penyakit dan

sebagainya. Pada tahap pascapanen hasil perikanan, bioteknologi mampu

mengubah ikan melalui proses transformasi biologi hingga dihasilkan produk

yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Sudah sejak abad 11, manusia

sebetulnya menggunakan prinsip dasar ini. Pembuatan pangan seperti peda, kecap

ikan, terasi ikan merupakan hasil bioteknologi. Berikut adalah gambar siklus pada

budidaya perairan.
9

Gambar 3. Sikuls Budidaya Perairan


Sumber : Pengantar Bioteknologi Perikanan

C. Bioteknologi pada Rekayasa Genetika Ikan

Genetika merupakan salah satu ilmu dasar yang penting untuk

menjelaskan berbagai pola pewarisan gen dalam populasi, genetik fenotip

kualitatif dan kuantitatif yang mengekspresikan sifat unggul dan landasan teori

dasar dari program seleksi ataupun program persilangan antara spesies atau famili.

Gen dan kromosom ikan direkayasa untuk dimanfaatkan keterkaitannya dengan

seleksi fenotip kuantitatif dan fenotip kualitatif bagi teknik breeding ikan untuk

mendapatkan sifat-sifat superior yang diwariskan dari induk dengan seleksi gen

unggul kepada keturunannya.

Penerapan bioteknologi modern pada hewan dimulai pada tahun 1980-an.

Para penelitit genetik menyiisipkan gen ke tikus, tikus, babi dan ikan, untuk

mencapai tingkat pertumbuhan yang lebih cepat, peningkatan daya tahan terhadap

penyakit, dan efek lainnya. Meskipun beberapa sifat-sifat unggul dapat dicapai

melalui metode seleksi secara tradisional, rekayasa genetika dapat menghasilkan

efek yang lebih besar (atau lebih dramatis) dari sifat potensial organisme. Pada
10

tahun 1983, sampul majalah Science, salah satu jurnal ilmiah yang paling banyak

dibaca di Amerika Serikat, menampilkan foto tikus besar hasil rekayasa genetic

dengan laju pertumbuhan yang cepat. Tak lama setelah itu, para ilmuwan di Cina

melaporkan kali pertama kesuksesan penyisipan gen hormon pertumbuhan pada

ikan. Peristiwa ini memunculkan perdebatan substansial dan kepentingan para ahli

biokimia, genetika, para ilmuwan akuakultur, dan pengusaha swasta,

menyebabkan penelitian transgenik lebih banyak dilakukan di laboratorium

seluruh dunia, sebagian berfokus pada ikan dan organisme air lainnya.

Dalam arti luas, modifikasi genetik merujuk pada perubahan genetik

organism yang tidak ditemukan di alam, termasuk hibrida (keturunan orang tua

dari spesies yang berbeda atau sub-spesies). Perngembangan ikan transgenik

dimana para ilmuwan menggunakan teknik DNA rekombinan untuk memasukkan

materi genetik dari satu organisme ke dalam genom ikan atau organisme air

lainnya.Berkembanganya kemampuan memodifikasi hewan secara genetic

mengakibatkan pesatnya penelitian tentang rekayasa genetic organisme akuatik

(genetically modified organism). Hewan air, terutama ikan tumbuh dalam sistem

akuakultur, menarik perhatian penelitian yang signifikan karena dua alasan utama.

Pertama, ikan bertelur dalam jumlah besar dan telur yang lebih mudah

dimanipulasi, sehingga memudahkan bagi para ilmuwan untuk memasukkan DNA

baru ke dalam telur ikan. Kedua, budidaya merupakan salah satu sektor yang

memproduksi makanan tercepat tumbuh secara global, menunjukkan

meningkatnya permintaan produk akuakultur. Sejak tahun 1984, budidaya

komersial telah berkembang pada tingkat tahunan hampir 10 persen, dibandingkan

dengan tingkat pertumbuhan 3 persen untuk daging ternak dan tingkat 1,6 persen
11

pertumbuhan untuk penangkapan. Sementara pertumbuhan telah terkonsentrasi di

Asia, perikanan budidaya juga merupakan salah satu sektor yang paling cepat

berkembang dengan total nilai produk yang dijual meningkat dari $ 45.000.000

pada tahun 1974 menjadi lebih dari $ 978.000.000 pada tahun 1998 . Bahkan,

budidaya komersial memproduksi hampir semua ikan lele dan ikan trout serta

sekitar satu-setengah dari udang dan salmon di Amerika Serikat.

1. Bioteknologi pada Media Budidaya Ikan

Bioteknologi merupakan kajian ilmu tentang kehidupan makhluk

hidup yang bersandar pada kemampuan dari kemajuan teknologi dimana

memadukan pengetahuan alam khususnya makhluk hidup dengan teknologi.

Dan bioteknologi perikanan merupakan perpaduan kemajuan teknologi

dengan kehidupan makhluk hidup dalam sektor perikanan dimanaperanananya

sanagat luas dimulai dari reakayasa media budaidaya perikanan hingga sampai

pada pasca panen hasil perikanan. Dari bioteknologi perikanan dapat

memudahkan manusia dalam memproduksi hasil perikanan menjadi lebih

efektif dan efisien terlihat dalam hal seperti budidaya perikanan, pengolahan

dan pemanfaatan limbah, pengolahan hasil perikanan, dan lain sebagainya,

dalam arti sempitnya bioteknologi perikanan merupakan ilmu yang

dibutuhkan di setiap rantai produksi dari hulu ke hilir. Media dari bioteknologi

perikanan salah satunya berupa mikroba yang telah terbukti mempertahankan

kualitas media budidaya sehingga aman untuk digunakan sebagai media

budidaya ikan. Pada tahap pasca panen hasil perikanan, bioteknologi mampu

mengubah ikan melalui proses transformasi biologi sehingga menghasilkan

produk yang aman untuk dkonsumsi dan sangat bermanfaat bagi kelangsungan
12

dan memenuhi kebutuhan hidup manusia. Contoh contoh produk dalam

bidang perikanan yang dihasilkan melalui konsep dan prinsip bioteknologi

dengam menggunakan mikroba. Seperti peda, kecap ikan dan terasi ikan.

Mikroba mempunyai peranan khusus dalam kinerja hasil dari bioteknologi

perikanan itu sendiri. Berikut peranan mikroba tersebut :

a. Penghancur Limbah Organik

Dalam segi ekologis perairan limbah merupakan faktor penghambat

dalam dunia perikanan, terlebih lagi itu merupakan limbah yang sulit

dilakukan oleh tangan manusia itu sendiri. Mikroba dalam hal ini, dapat

menjadi dekomposer positif dengan mengurai limbah menjadi bahan yang

ramah lingkungan.

b. Recycling Hara

Di dunia perikanan hara merupakan nutrien dan dalam rantai

makanan, hara merupakan faktor primer dalam kelangsungan produktivitas

rantai produksi perikanan. Namun, hara dapat menjadi zat yang sangat

beracun apabila dalam kuantitas yang sangat banyak dan beresiko

menyebabkan depletion oxygen (penurunan kadar oksigen) di perairan.

Mikroba dalam hal ini dapat membantu percepatan unsur hara ini untuk

mendaur ulang hara tersebut menjadi energi fosil walaupun membutuhkan

waktu yang sangat panjang, namun proses ini tidak lepas dari peranan

mikroba tersebut.

c. Merangsang Pertumbuhan

Dalam budidaya terutama, mikroba dapat merangsang pertumbuhan

untuk cepat tumbuh dan berkembang menjadi potensi produksi yang sangat
13

besar. Dengan memberikan mikroba diharapkan komoditas perikanan mampu

cepat tumbuh dan bereproduksi dengan hasil yang diharapkan.

d. Biokontrol Patogen

Mikroba dalam hal ini banyak berperan dalam pengolahan hasil

perikanan dimana hasil perikanan pasca panen yang menjadi keresahan

masyarakat dalam hal pendistribusian hasil perikanan mereka karena sifat

alami dari produk/komoditas perikanan sendiri yang cepat busuk, namun

bioteknologi hal ini menjawab keresahan masyarakat dengan mendatangkan

mikroba sebagai kompetitor dari bakteri patogen tersebut sehingga

pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dapat terkontrol dan diredam

kuantitasnya dengan mengisolasi bakteri patogen, agar outputnya produk

perikanan dapat tahan lama dan pendistribusiannya dapat lebih lancar terlebih

lagi yaitu sehat dan higienis.

D. Rekayasa yang Dilakukan oleh Manusia Untuk Memanfaatkan Mikroba

sebagai Agen Bioteknologi

Teknologi transgenesis merupakan piranti yang sangat ampuh dalam

menganalisis fungsi biologi molekuler dan dalam menghasilkan trait

(karakter) penting yang komersial dalam akuakultur khususnya ikan hias.

Teknologi transgenesis adalah suatu proses mengintroduksikan DNA

eksogenous atau DNA asing ke hewan uji dengan tujuan untuk memanipulasi

struktur genetiknya. Dengan menggunakan teknik transgenik pada ikan yang

telah dimulai dengan mengintroduksi gen tertentu kepada organisme hidup

lainnya serta mengamati fungsinya secara in vitro. Dalam teknik ini, gen

asing hasil isolasi di injeksi secara makro ke dalam telur untuk memproduksi
14

telur ikan yang mengandung gen asing tersebut. Adapun prinsip dasar teknik

memproduksi ikan transgenik didasarkan kepada beberapa tahapan yaitu:

1) Penentuan ikan spesies; menyarankan penggunaan jenis ikan “model”

sangat perlu untuk kepentingan pengembangan penelitian. Ikan yang

digunakan mempunyai karakteristik ideal di antaranya; siklus hidup dan

reproduksi pendek, dalam satu tahun dapat memijah beberapa kali;

produksi telur, dan sperma ikan banyak.

2) Menyiapkan spesifik gen dengan spesifik produk dari gen tersebut yang

diinginkan.

3) Isolasi DNA yang mengandung gen target atau gen of interest (GOI).

4) Isolasi plasmid DNA bakteri yang akan digunakan sebagai vector.

5) Manipulasi sekuen DNA melalui penyelipan DNA ke dalam vektor (a)

pemotongan DNA menggunakan enzim restriksi endonuklease (b)

penyambungan ke vektor menggunakan DNA ligase.

6) Transformasi ke sel mikroorganisme inang.

7) Pengklonan sel-sel dan gen asing.

8) Identifikasi sel inang yang mengandung DNA rekombinan yang

diinginkan.

9) Penyimpanan gen hasil klon dalam perpustakaan DNA.

10) Memasukkan (mentransfer) perbanyakan gen hasil rekombinan yang

telah dimurnikan tersebut ke dalam masing-masing telur atau sperma

ikan yang dipilih sebagai ikan transgenik.

11) Pembuahan buatan dengan menggabungkan telur dan sperma tersebut

pada wadah tertentu dalam media air.


15

Transgenik pada ikan dalam perkembangannya, biologi molekuler kini

telah diterapkan dalam budidaya perikanan. Beberapa permasalahan perikanan

terutama dalam budidaya ikan dapat teratasi dengan bioteknologi molekuler, salah

satu teknologi tersebut adalah “ Teknologi Transgenik ”. Transgenik terdiri dari

kata trans yang berarti pindah dan gen yang berarti pembawa sifat. Jadi transgenik

adalah memindahkan gen dari satu makhluk hidup kemakhluk hidup lainnya, baik

dari satu hewan ke hewan lainnya atau dari satu tanaman ketanaman lainnya, atau

dari gen hewan ke tanaman dan sebaliknya. Transgenik secara definisi adalah

“The Use of Gene Manipulation to Permanently Modify the Cell or Germ Cells of

Organism“ (Penggunaan Manipulasi Gen untuk Mengadakan Perubahan yang

Tetap pada Sel Makhluk Hidup). Transgenik atau teknologi DNA rekombinan

(rDNA) merupakan rekayasa genetik yang memungkinkan kombinasi ulang

(rekombinasi) atau penggabungan ulang gen dari sumber yang berbeda secara in

vitro (Karim, 2002). Dalam proses bioteknologi modern, sifat-sifat dari suatu

mahluk hidup dirubah dengan cara memindahkan gen-gen dari satu spesies

mahluk hidup ke spesies yang lain, ataupun memodifikasi gen-gen dalam satu

spesies. Organisme yang direkayasa secara genetika disebut Genetically Modified

Organism (GMO), atau disebut “ Organisme Transgenik “.

Teknologi transgenik, sebenarnya sudah diinisiasi sejak tahun 1980 oleh

Gordon bersama peneliti lainnya. Dalam perkembangannya, pembentukkan ikan

transgenik melalui transfer “ DNA contruct ” dapat dilakukan dengan beberapa

metode (Tsai, 2008), diantaranya adalah :


16

1. Microinjection (Mikroinjeksi)

Mikroinjeksi adalah metode yang paling banyak digunakan karena

mempunyai keberhasilan yang lebih tinggi diband ingkan dengan metode

yang lain. Pertama kali, metode mikroinjeksi dilakuan oleh Gurd on (1963)

pada telur amphibia dengan menginjeksikan sitoplasma ke dalam zygot katak,

namun hasilnya tidak berpengaruh pada perkembangan embrio selanjutnya.

Pada ikan juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya telah

dilakukan oleh Chourrout et al (1986) pada ikan Rainbow Trout (Salmo

gairdneri), dan Ozato et al (1986) pada ikan Medika (Oryzias latpes). Telur

yang telah dibuahi dalam beberapa saat (sesuai perkembangan telur untuk

setiap jenis ikan, umumnya pada saat perkembangan 2 sampai 4 sel,

dilakukan transfer gen menggunakan mikroinjeksi. Penyuntikan gen berikut

promoter dapat dilakukan ke dalam inti zigot atau sitoplasma. Sesungguhnya

pada telur ikan, penyuntikan gen ke dalam inti zigot menunjukkan hasil yang

lebih baik dibanding penyuntikan gen ke dalam sitoplasma. Akan tetapi inti

zigot sangat kecil dan sangat tidak mungkin terlihat, sehingga gen selalu

disuntikkan ke dalam sitoplasma dekat dengan inti. Kemudian setelah itu, di

dalam inti, gen diharapkan mengalami penggabungan (integration) ke dalam

salah satu kromosom. Penggabungan ini merupakan hal yang penting karena

dengan terjadinya hal ini gen dapat diturunkan dari ikan transgenik kepada

turunannya.

Namun, transfer gen melalui teknik mikroinjeksi mempunyai banyak

kelemahan, karena teknik membutuhkan keterampilan yang tinggi. Efek dari

teknik ini telur yang sedang diperlakukan terganggu sehingga tingkat


17

keberhasilan kecil. Selain itu, hasil yang didapatkan tidak bisa banyak,

mengingat pengerjaan yang manual satu per satu telur pada pembelahan satu

sel diinjeksi. Percobaan transfer gen GFP terhadap ikan komet melalui

metode mikroinjeksi yang telah dicobakan di Balai Penelitian dan

Pengembangan Budidaya Ikan Hias belum pernah berhasil sampai

mendapatkan individu founder. Hal tersebut disebabkan seperti :

1) Memasukkan jarum mikroinjeksi ke dalam mikropil.

2) Jarum mikroinjeksi sulit menembus korion telur komet yang agak keras.

3) Perlu memindahkan cairan korion telur.

4) Peralatan yang sangat mahal.

5) Lambat dan cenderung menjemukan.

2. Retroviral Infection (Infeksi pada Virus)

Infeksi pada virus atau dengan kata lain introduksi gen melalui virus

sebagai mediator. Pada metode ini, virus ditumpangi oleh gen yang

dikehendaki dan diintroduksikan kedalam embrio hewan. Virus mempunyai

ukuran yang sangat kecil dan mampu menembus inti sel dan virus m

empunyai genom yang terdiri dari RNA yang mempunyai kemampuan untuk

mentraskripsikan DNA. Bila satu sel diinfeksi dengan retrovirus maka akan

menghasilkan DNA virus, setelah DNA ditranskripsikan akan berintegrasi

dan menjadi bagian dari genome induk. Contoh spesies ikan telah dilakukan

diantaranya oleh Lin et al (1994) dan Gaiano et al (1996) pada ikan Zebrafish

(Brachydanio rerio).
18

3. Gen Hijau

Saat ini fokus komoditas yang digunakan dalam kegiatan rekayasa

genetik ikan di Indonesia meliputi jenis-jenis ikan air tawar sebagai berikut:

ikan mas, nila, lele, patin, dan gurame. Untuk komoditas air ekosistem payau

diwakili oleh udang windu, udang vaname, dan ikan kerapu. Secara umum

perkembangan riset transgenik yang dilakukan sudah sampai tahapan dapat

menghasilkan generasi pertama (F-1) yang masih membutuhkan verifikasi

untuk mendapatkan keturunan-keturunan transgenik homozigot yang dapat

digunakan untuk memproduksi massal ikan transgenik heterozigot hasil

perkawinan dengan ikan normal. Dengan hasil yang diperoleh sejalan dengan

perkembangan penelitian transgenik yang telah dilakukan di Indonesia,

teknologi ini telah dikuasai mulai dari aktivitas isolasi gen, pembuatan

kontruksi gen, penyisipan gen asing ke dalam ikan target. Namun demikian

keberhasilan dan pengujian produk sebagaimana yang diharapkan masih

membutuhkan pengujian lebih lanjut.

Ikan zebra (Brachydanio rerio) biasanya berwarna perak dengan

garis-garis hitam keunguan, dengan teknologi transgenik dapat memendarkan

warna hijau atau merah pada tubuhnya (Gambar1). Warna tersebut diambil dari

warna ubur-ubur yang disuntikan ke telur ikan zebra. Ikan jenis ini sebenarnya

dirancang sebagai detektor adanya racun-racun yang ada di alam. Agar

berfungsi sebagai indikator polusi, para pakar memasukkan gen pemicu yang

akan mengaktifkan pancaran cahaya pada ikan apabila ikan berada dalam

lingkungan yang mengandung zat tertentu.


19

Gambar 3. Ikan dengan Teknologi Transgenik

4. Sperm-mediated Gene Transfer (Sperma sebagai Pembawa Gen)

Spermatozoa merupakan sarana seluler yang spesifik dirancang untuk

mentransfer DNA asing kedalam oosit, sperma terlibat langsung dalam proses

fertilisasi. Matriks DNA diikat pada daerah postacrosomal oleh komponen

protein spesifik dan akan bergabung dengan genome induk setelah terjadi

fertilisasi. Pengikatan gen oleh sperma secara optimal bila sperma dalam

keadaan motil dan konsentrasi DNA cukup t inggi. Metode ini juga telah

dicobakan oleh Muller et al (1992) dalam Tsai (2008).

5. Particle Bombardment (Partikel Gun atau Biolistik)

Metode ini banyak digunakan pada tanaman dengan cara DNA diikat

pada suatu mikropartikel. Transfer gen dengan metode ini mempunyai banyak

keuntungan yaitu mudah ditangani dengan satu kali tembakan akan

menghasilkan beberapa sasaran, partikel dapat mencapai sasaran yang lebih

dalam dan dapat digunakan pada berbagai macam jaringan (Potrykus, 1996).

Pada ikan telah dicobakan oleh Kolenikov et al (1990).


20

6. Electroporation (Elektroporasi)

Metode ini menggunakan gamet atau embrio yang ditempatkan pada

suatu cuvet yang mana membran selnya permiabel terhadap molekul DNA

bila mendapatkan aliran (pulsa) listrik pendek (beberapa saat). Ketika aliran

listrik dihilangkan dan membran selnya kembali seperti semula, beberapa

fragment DNA asing akan tinggal dalam gamet atau embrio. Metode ini

mudah dan cepat dan memungkinkan untuk melakukannya pada ratusan oosit

ikan atau telur ikan yang telah difertilisasi dalam satu kali kejutan (Inoue et al,

1990).

Keuntungan utama dari elektroporasi atas microinjection adalah

bahwa tidak perlu menangani dan memanipulasi telur secara individual.

Elektroporasi telah dicoba pada telur ikan, tetapi kesulitan adalah bahwa telur

cukup besar dan memiliki korion. Prinsip metode ini adalah penggunaan

secara singkat dan cepat rangsangan listrik untuk menembus membran sel,

sehingga memungkinkan masuknya molekul DNA ke dalam embrio. Metode

ini memberikan harapan keberhasilan transfer gen ikan yang digunakan.

Selain praktis, memerlukan waktu yang tidak terlalu lama, dapat

menggunakan telur maupun sperma sebagai vektornya.

E. Pemanfaatan Transgenik dalam Perikanan

Penggunaan teknologi transgenik dalam bidang perikanan khudusnya

budidaya perikanan, ditujukan untuk peningkatan kualitas ikan budidaya. Selain

itu transgenik dilakukan untuk mendapatkan sifat yang diinginkan dan

peningkatan produksi. Pada tahun 1985, Zhu et al. melaporkan bahwa telah

mampu memproduksi ikan transgenik dengan mentransfer gen pertumbuhan.


21

Mereka telah berhasil me mbuat ikan loach, goldfish dan ikan mas transgenik

dengan menggunakan promotor metallothionein tikus yang diligasikan dengan

struktur gen GH dari manusia. Ikan transgenik ternyata 3 kali lebih besar dari ikan

kontrol. Sejak saat itu, beberapa laporan penggunaan konstruksi gen yang serupa

telah dilakukan pada ikan rainbow trout (Chourrout et al., 1986), channel catfish

(Dunham et al., 1987), salmon (Fletcher et al., 1988), tilapia Oreochromis

niloticus (Brem et al., 1988), fish medaka (Inoue et al., 1990), catfish Ictalurus

punctatis, co mmon carp Cyprinus carpio (Powers et al., 1992), common carp,

African catfish, tilapia (Muller et al., 1992), salmon (Sin et al., 1993; Symonds et

al., 1994), black porgy Acanthopagrus schlegeli (Tsai and Tseng., 1994), abalone

Haliotis rufescens (Powers et al., 1995), loach (Tsai et al., 1995), small Japanese

abalone (Tsai et al., 1997). and tiger shrimp Penaeus monodon (Tseng et al.,

2000), freshwater prawn Macrobrachium rosenbergii (Li and Tsai, 2000). abalone

(Chen et al. 2006) (dalam Tsai, 2008).

Hasil penelitian Rahman dan Maclean (1999) pada ikan tilap ia

menunjukan pula bahwa hasil analisis terhadap berat badan ikan non transgenik

dan transgenik keturunan F2 (keturunan F2 adalah perkawinan antara jantan F1

dengan betina alam), ikan transgenik menghasilkan berat berkisar antara 60-90

gram/individu pada umur 5, 6, dan 7 bulan, sedang pada ikan non transgenik

menghasilkan berat berkisar antara 20-30 gram/individu. Dari hasil tersebut

menunjukkan bahwa pada keturunan ke 2 (F2) sifat tumbuhnya masih dapat

diturunkan, dan pertumbuhannnya sekitar 3 kali lipat dibandingkan dengan ikan

kontrol. Adapun FCR (food conversi ratio) atau perbandingan antara pakan yang

diberikan dengan daging yang dibentuk pada ikan transgenik mencapai 0,76
22

sedangkan nontransgenik sebesar 1,02. Ini berarti bahwa ikan transgenik untuk

menghasilkan satu kilogram daging hanya memerlukan pakan sebanyak 0,76 kg,

sedangkan pada ikan biasa untuk menghasilkan daging satu kilogram memerlukan

1,02 kg pakan, dengan demikian menunjukkan bahwa di dalam pemanfaatan

pakan ikan trangenik lebih efisien dibandingkan dengan ikan nontransgenik.

F. Teknik Koleksi Telur, Sperma & Fertilisasi

Keleksi telur dan sperma dapat dilakukan melalui pemijahan buatan

(induced breeding) dengan menggunakan hormon. Jenis hormon yang dapat

digunakan diantaranya adalah GnRHa, LHRHa, Ovaprim (GnRHa ikan Salmon +

dopamin), Ovopel (GnRHa mamalia + dopamin). Selain itu dapat pula melalui

penyuntikan dengan ekstrak kelenjar hipofisa ikan, misal Carp Pituita ry Gland

(Kelenjar Hipofisa Ikan Mas) yang dikenal dengan nama tekhnik hipofisasi.

Sebelum dilakukan fertilisasi, terlebih dahulu diperiksa motilitas sperma. Sperm a

ikan akan bergerak setelah kontak dengan air. Sperma yang baik mempunyai daya

gerak atau motil selama lebih kurang 30 (tiga puluh) detik. Motilitas sperma ini

viabilitas telur dapat dipertahankan apabila disimpan dalam larutan Ringer pada

suhu 4 oC, dan biasanya selama 2 (dua) jam dari waktu fertilisasi. Adapun

komposisi larutan Ringer ini adalah 6,5 gram NaCl, 0,25 gram KCl, 0,2 gram

NaHCO3, 0,4 gram CaCl2-2H2O yang dilarutkan dalam 1 (satu) liter aquabid.

Setelah telur dan sperma dikumpulkan atau dikoleksi, maka dilakukan

fertilisasi, yaitu dengan menyatukan sperma dan ovum (telur) dalam suatu wadah

dan kemudian diaduk dengan bulu ayam selama kira-kira satu menit. Setelah itu

telur atau Ova siap untuk dilakukan transfer gen secara mikroinjeksi.
23

1) Injeksi Gen ke Dalam Telur

Mikroinjeksi gen pada telur dapat dilakukan secara manual ataupun

dengan mengg unakan mesin yang diseput dengan “Gen Pusher“. Secara

skematis photo alat tersebut dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5. Skematis Gen Pusher untuk Mikroinjeksi Telur

Dalam transgenik mikroinjeksi, penginjeksian gen dapat dilakukan pada

dua tempat, yaitu :

1. Pada pronukleus, apakah pronukleus jantan atau beti na (Gambar 6).

2. Pada zygot, yaitu pada blastodisnya (Gambar 7).

Gambar 7. Metode Mikroinjeksi Gen pada Pronukleus Telur (Zygot) Ikan


(Pinkert, 1994)
24

Gambar 8. Metode Mikroinjeksi Gen pada Telur (Zygot)


Ikan (Grabher dan Wittbrodt, 2007)

Pada ikan injeksi atau trans gen dilakukan pada mikropil, sebagai contoh

diam eter lubang mikropil telur ikan salmon 17 ųm, dalamnya 4 ųm, dan diameter

mikropil canalnya 1,2 ųm (Riehl, 1980 dalam Hew dan Fletcher ( 2003). Setelah

gen diinjeksikan, maka telur-telur tersebut di inkubasi untuk ditetaskan, kemudian

dilakukan pula perawatan larva sampai menjadi benih dan seterusnya sampai

berreproduksi kembali.

2) Pemeriksaan/Pengujian

Sebelum ikan transgenik tersebut dirilis, maka terlebih dahulu

dilakukan pengujian atau pemeriksaan baik secara genetik maupun fenotip.

Secara genotip bertujuan apakah gen yang ditransfer atau disisipkan tersebut

sudah benar-benar menyambung sesuai dengan yang diinginkan. Pemeriksaan

ada tidaknya tran sgen yang terintegrasi di dalam genom dianalisis dengan

southern blot. Untuk ekspresi transgen diperiksa dengan metoda northern

blot. Ikan transgenik yang berkembang dari zigot tersebut dikenal sebagai
25

”Founders” dan bersifat hemizygote. Untuk perbanyakan ikan transgenik,

founders fish ini kemudian dikawinkan dengan ikan non transgenik. Untuk

mendapatkan ikan transgenik yang homozygote, ikan transgenik hemizygote

dikawinkan antar sesamanya. Ikan transgenik yang homozygote ini kemudian

dipelajari fenotifnya dengan mengamati pertumbuhan, konversi pakan dan

bentuk-bentuk morfologinya (ada tidaknya kelainan pada organ). Sebagai

contoh pada Tabel 1 dibawah ini terlihat resistensi gen asing pada beberapa

jenis ikan trangenik, Tabel 2 dan 3 adalah penurunan sipat induk ke

turunannya F1 dan F2, serta Gambar 9 perbandingan pertumbuhan ikan

Salmon transgenik dengan ikan Salmon non trangenik.


26

Gambar 9. Grafik Pertumbuhan Ikan Salmon Transgenik dan


Non-Transgenik.

G. Produk Perikanan yang Memanfaatkan Mikroba sebagai Agen

Bioteknologi dan Peranannya dalam Proses Produksi

Beberapa produk perikanan yang memanfaatkan mikroba sebagai

agen bioteknologi dan peranannya dalam proses produksi diantaranya adalah

sebagai berikut :

1) Bekasam merupakan produk makanan fermentasi yang berasal dari ikan.

Bahan baku yang biasanya digunakan pada umumnya adalah ikan air tawar.

Proses pengolahan ini umumnya menggunakan bahan-bahan tambahan untuk

berhasilnya fermentasi misalnya sumber karbohidrat, dan berjalan anaerobik,

karbohidrat tersebut akan diuraikan menjadi gula sederhana dan selanjutnya

menjadi alkohol dan asam, basil fermentasi inilah yang akan menjadi bahan

pengawet ikan dan juga memberi rasa dan aroma khas. Karbohidrat yang

ditambahkan pada umumnya nasi, beras sangrai dan tape ketan.

2) Terasi ikan merupakan salah satu makanan yang biasa kita konsumsi.

Mikroorganisme yang berperan dalam proses pembuatan terasi yaitu bakteri


27

Lactobacillus dan bakteri mesofil. Mikroorganisme dimanfaatkan untuk

mengubah laktosa menjadi asam laktat. Mikroorganisme digunakan pada saat

pematangan yaitu dalam proses pembentukan aroma khas terasi.

H. Manfaat dan Efek Samping Bioteknologi di Bidang Perikanan

Bioteknologi perikanan adalah bioteknologi yang ditekankan khusus pada

bidang perikanan. Penerapan bioteknologi dalam bidang perikanan sangat luas,

mulai dari rekayasa media budidaya, ikan, hingga pascapanen hasil perikanan.

Pemanfaatan mikroba telah terbukti mampu mempertahankan kualitas media

budidaya sehingga aman untuk digunakan sebagai media budidaya ikan.

Bioteknologi telah menciptakan ikan berkarakter genetis khas yang dihasilkan

melalui rekayasa gen. Melalui rekayasa gen, dapat diciptakan ikan yang tumbuh

cepat, warnanya menarik, dagingnya tebal, tahan penyakit dan sebagainya.

Pada tahap pascapanen hasil perikanan, bioteknologi mampu mengubah

ikan melalui proses transformasi biologi hingga dihasilkan produk yang

bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Sudah sejak abad 11, manusia

sebetulnya menggunakan prinsip dasar ini. Pembuatan pangan seperti peda, kecap

ikan, terasi ikan merupakan hasil bioteknologi.

Ketahanan pangan merupakan isu global yang sekarang sedang ramai

dibicarakan. Alasannya jelas, pada tahun 2033 populasi manusia di dunia akan

mencapai sektar 12 miliar jiwa. Sebagian besar penduduk tersebut adal di benua

Asia. Berdasarkan hal tersebut, diperkirakan pada tahun 2010 kebutuhan pangan

penduduk Asia akan melampaui persediaan yang ada.

Kondisi ini membuat Negara Indonesia harus bekerjakeras memenuhi

kebutuhan pangannya, sehingga peristiwa kelangkaan pangan di atas tidak perlu


28

dialami. Langkah pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan sudah mulai

terlihat, salah satu komitmennya adalah meningkatkan produksi ikan menjadi tiga

kali lipat dari periode sebelumnya. Contoh manfaat dan efek samping adanya

bioteknologi perikanan :

a. Penggunaan mikroba sebagai agen bioteknologi

1. Ekstraseluler

Mikroba ekstraseluler mampu bereplikasi di luar sel atau di luar

tubuhnya. Karena kondisi tersebut, kita dapat memanfaatkannya dengan

mengambil hasil replikasi mikroba tersebut. Misalkan pada mikroba yang

memproduksi enzim protease ekstraseluler, dia mampu mengubah senyawa

protein menjadi lebih sederhana. Senyawa protein yang lebih sederhana itu

dapat kita ambil dan kita gunakan. Alasan ini mengapa mikroba disebut

sebagai agen bioteknologi.

2. Pertumbuhan yang Cepat

Mikroba memiliki pertumbuhan yang sangan cepat. Jika seekor sapi

mampu memperbanyak diri dengan reproduksi selama kurang lebih satu

tahun sekali. Maka mikroba dalam 20 menit mampu mengubah dirinya

menjadi 2 kali lipat.

3. Sifat Dasarnya Mudah Dimodifikasi

Mikroba dapat mengubah sifat aslinya menjadi semakin kuat dan

semakin kuat. Contoh ketika kita mengalami pusing, kita meminum obat

dengan dosis yang rendah. Ketika itu pusing kita sembuh. Tapi ada mikroba

yang mampu bertahan dan lama kelamaan berkembang dan kita akan

merasakan kembali pusing, namun pusing tersebut tidak hilang dengan dosis
29

yang sama sebelumnya. Itu merupakan salah satu contoh mikroba dapat

dengan mudah memodifikasi sifat dasar nya... hal tersebut dapat kita

manfaatkn dalam bidang bioteknologi.

4. Mampu Memproses Bahan Baku Pangan dengan Cepat

Mikroba mampu memproses bahan baku dengan cepat karena sifat

nya yang dengan mudah membelah diri. Selain itu, mikroba memiliki sifat

yang makin lama makin kuat.

b. Pemanfaatan Mikroba sebagai Agen Bioteknologi yang Menguntungkan

dalam Produksi Perikanan

Produk perikanan yang memanfaatkan mikroba sebagai agen

bioteknologi adalah probiotik yang dapat dijadikan sebagai suplemen

makhluk hidup. Tentunya banyak jenis probiotik yang digunakan. Probiotik

membantu atau berperan mengurai zat makanan menjadi lebih sederhana

sehingga mudah dicerna.

Probiotik sendiri adalah biakan mikroba menguntungkan yang

diberikan sebagai suplemen makanan yang mempunyai pengaruh

menguntungkan pada kesehatan mahluk hidup, baik manusia, binatang dan

tumbuhan. Mikroflora yang digolongkan sebagai probiotik adalah mikroba

yang memiliki sifat menguntungkan. Sifat menguntungkan dapat berupa

kemampuan tumbuh yang baik, kemampuan mengkonsumsi nutrien,

kemampuan memproduksi metabolit sekunder, seperti asam laktat atau

bakteriosin. Contoh mikroba yang termasuk probiotik antara lain Lactobacilli

dan Bifidobacteria.
30

Dalam perikanan probiotik menghasilkan komposisi zat makanan

yang lebih sederhana (asam amino, asam lemak, gula-gula sederhana, vitamin

dan mineral organik),probiotik juga digunakan untuk produk perikanan

seperti terasi, bekasam, vaksin untuk ikan, pakan ikan, dan lain-lain.

I. Hubungan Bioteknologi Akuatik dengan Al-Quran

SURAT AZ-ZUMAR ( 29: 21)

ً ‫ض ث ُ َّم ي ُْخ ِر ُج بِ ِه زَ ْر‬


‫عا‬ ْ ‫سلَ َكهُ َينَا ِبي َع ِفي‬
ِ ‫األر‬ َ َ‫اء َما ًء ف‬ َّ ‫َّللا أ َ ْنزَ َل ِمنَ ال‬
ِ ‫س َم‬ َ َّ ‫أَلَ ْم ت َ َر أ َ َّن‬

ْ ‫ُم ْخت َ ِلفًا أ َ ْل َوانُهُ ث ُ َّم َي ِهي ُج فَت َ َراهُ ُم‬


َ ‫صفَ ًّرا ث ُ َّم يَ ْج َعلُهُ ُح‬
‫طا ًما ِإ َّن فِي ذَ ِل َك لَ ِذ ْك َرى ألو ِلي‬

)٢١( ‫ب‬ ْ
ِ ‫األلبَا‬
Artinya : Allah SWT telah menciptakan sesuatu yang ia inginkan dan apapun

yang ia kehendaki atas makhluk – makhluk yang ia ciptakan ia dapat

menjadikannya bermakna dari masing masing penciptaannya. Begitu juga

dalam proses bioteknologi kelautan ini terjadilah rekayasa bakterimakhluk

kikroorganisme atau bakteri yang tidak kasat mata mampu mengubah hal yang

tak bermanfaat menjadi bermanfaat.

Surat “Fussilat” 41 ayat 53


31

Artinya : Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)

Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi

mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup

(bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?


32

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bioteknologi adalah bidang sains yang berisikan pemanfaatan makhluk

hidup untuk menghasilkan sesuatu yang berguna untuk kelangsungan hidup

manusia, seperti pemanfaatan mikro organisme ataupun rekayasa genetika.

Bioteknologi sekarang sudah diaplikasikan ke segala macam bidang industri

seperti industri kesehatan, pertanian, peternakan serta perikanan. Dalam bidang

perikanan sendiri, bioteknologi dimanfaatkan untuk menambah perolehan pangan

yang berasal dari perikanan.

Bioteknologi di bidang perikanan tak hanya pemanfaatan mikroorganisme

sebagai suplemen makanan bagi ikan-ikan atau rekayasa genetika ikan yang dapat

menghasilkan ikan atau menambah produksi atau jumlah ikan yang dipanen

namun juga berguna dalam remediasi atau perbaikan lingkungan budidaya ikan itu

sendiri dengan menambahkan mikroba-mikroba tertentu. Walaupun hal tersebut

mengubah genetika atau lingkungan budidaya namun bioteknologi tidak

mempengaruhi rantai makanan ataupun kegiatan alami lainnya, karena

bioteknologi ini hanya dipakai di sebagian tempat dan agar berguna bagi

kelangsungan hidup manusia, singkatnya bioteknologi ini tidak terlalu

mempengaruhi alam secara signifikan.


33

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim.
Chapter 10. Aquatic Biotechnology.

Dale, Jeremy W. 2002. From Genes to Genomes: Concepts and Applications of


DNA Technology. New York: WILEY
Breem, G., B. Brenig, G.H. Schwark, and E.L. Winnacker. 1988. Gene Transfer in
Tilapia (Orechromis niloticus). Aquaculture, 68 : 209~219.
Chen, T.T. 2002. Increase of Fish Innate Immune Response by Transgenesis.
ICES CM 2002/U, 12 : 1 ~ 11.
Chourrout, D., R. Guyinard and L. M. Houdebine. 1986. High efficiency gene
transfer in rainbow trout (Salmo gairdneri) by microinject ion into egg
cytoplasm. Aquaculture, 51: 43- 50.
Hew, C.L., and G.L. Fletcher. 2003. Transgenic Fish. World Scientific,
Singapore-New Jersey-London-Hongkong.
Hoare, K., and A.R. Beaumont. Biotechnology and Genetics in Fisheries and
Aquaculture. Blackwell Science Ltd, Oxford-USA-Australia-Germany.
Karim, Y.M. 2002. Upaya Peningkatan Produksi Akuakultur melalui Aplikasi
Teknologi Transgenik. Makalah Falsafah Sains. Institut Pertanian Bogor.
Pandian, T.J., C.A. Strussmann, and M.P. Marian. 2005. Fish Genetich and
Aquaculture Biotechnology. Science Publishers, Inc, Enfield (NH), USA,
Plymouth, UK.
Tsai, H.J. 2008. Use of Transgenic Fish Possessing Special Genes as Model
Organisms and Potential Applications. Journal of Genetics and Moleculer
Biology, 19 (1) : 22~38.
http://kustiawan-fpk.web.unair.ac.id/artikel_detail-91989-Tugas%20Kuliah
Bioteknologi%20Perikanan.html

masrizalnet.blogspot.co.id/2010/07/transgenik-mikroinjeksi-pada-ikan.html
34

AQUATIC BIOTECHNOLOGY
(BIOTEKNOLOGI AKUATIK)

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bioteknologi


yang diampu oleh Dr. Muhfahroyin, M.T.A dan Dr. Achyani, M.Si

Oleh :

Disusun Oleh :
Lia Anggraini 17230016
Refan Muhammad Fadli 17230005
Yessy Renita Dewi 1723006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2018
35

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan atas kehadirat Allah SWT dan segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Shalawat serta salam
juga penulis sanjungkan kepada Rosulullah Muhammad SAW.
Makalah yang disusun ini merupakan serangkaian dari tugas yang harus
diselesaikan sebagai persyaratan tugas kelompok mata kuliah Bioteknologi di
Universitas Muhammadiyah Metro. Makalah yang penulis sampaikan pada tugas
ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak agar isi makalah ini lebih
sempurna.
Penulis tidak lupa menghaturkan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat Dr. Muhfahroyin, M.T.A dan Dr. Achyani, M.Si selaku dosen
pengampu mata kuliah Bioteknologi berbagai pihak yang telah membantu
menyelesaikan penulisan makalah ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga amal dan jasa dari
semua pihak mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT. Semoga makalah
bioteknologi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya, Aamiin
Allahuma aamiin.

Metro, November 2018


Penulis
36

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL…………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………..... 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….... 1
C. Tujuan................……………………………………………………...… 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Bioteknologi di Bidang Perikanan.............................…………....…… 3
B. Bentuk Penerapan Bioteknologi di Bidang Perikanan.…………........... 6
C. Bioteknologi pada Rekayasa Genetika Ikan ……........……………....... 6
D. Peranan Mikroba pada Proses Diagnosa ……………………………..... 11
E. Pemanfaatan Transgenik dalam Perikanan ……………………………..14
F. Produk perikanan yang memanfaatkan mikroba sebagai agen
bioteknologi dan peranannya dalam proses produksi ……............….. 26
G. Manfaat dan Efek Samping Bioteknologi di Bidang Perikanan…..….... 26
H. Kajian Ayat Al-Quran............................................................................. 29
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………….......…………………………………………… 31
DAFTAR PUSTAKA………………............…………………..…………. 32

Anda mungkin juga menyukai