Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Pengaruh Mengonsumsi Makanan Bergizi Terhadap Pertumbuhan Fisik Remaja

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH MENGONSUMSI MAKANAN BERGIZI

TERHADAP PERTUMBUHAN FISIK REMAJA

AFRA SHAMILA AMBADAR


XII MIPA 3
NIS: 197056
Pembimbing: Susan Susiana, S.Pd.

SMA LABSCHOOL JAKARTA


TP 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat
serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga
syafaatnya dapat mengalir pada kita hingga hari kiamat kelak.
Penulisan karya ilmiah berjudul “Pengaruh Mengonsumsi Makanan
Bergizi terhadap Pertumbuhan Fisik Remaja” ini bertujuan untuk
memberikan beberapa informasi yang diharapkan dapat berguna bagi
pembaca. Melihat judulnya, karya ilmiah ini memberikan penjelasan tentang
pengaruh mengonsumsi makanan bergizi terhadap pertumbuhan fisik
remaja.
Dalam karya ilmiah ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan karya ilmiah ini
sehingga dapat terselesaikan sesuai waktu yang ditentukan. Tidak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua atas dukungan
dan doanya, juga guru pembimbing Ibu Susan Susiana yang telah
membimbing penulisan karya ilmiah ini.
Karena keterbatasan penulis, sudah tentu hasil karya ilmiah ini masih
terdapat banyak kekurangan. Untuk itu saran dan kritik dari berbagai pihak
sangat diharapkan demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Penulis juga
mengucapkan permintaan maaf apabila ada kata-kata yang kurang
berkenan. Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat memberi manfaat yang
sebesar-besarnya bagi semua yang membaca.

Jakarta, Mei 2021

Afra Shamila Ambadar

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... 2
DAFTAR ISI........................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 4
B. Permasalahan Penelitian .................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 6
BAB II ................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 7
A. Definisi Makanan Bergizi................................................................................... 7
B. Jenis-jenis Makanan Bergizi .............................................................................. 8
C. Definisi Pertumbuhan ......................................................................................13
D. Faktor-faktor Lain yang Mempengaruhi Pertumbuhan ....................................14
E. Pengaruh Mengonsumsi Makanan Bergizi .......................................................18
F. Dampak Kekurangan Makanan Bergizi ............................................................19
G. Analisis Data ....................................................................................................22
BAB III ................................................................................................................ 32
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 32
A. Kesimpulan ......................................................................................................32
B. Saran ................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 35
LAMPIRAN ......................................................................................................... 37

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang

baik di masa mendatang. Masa remaja merupakan suatu fase

perkembangan antara masa kanak dan masa dewasa. Masa remaja terdiri

dari masa remaja awal (10–14 tahun), masa remaja pertengahan (14–17

tahun) dan masa remaja akhir (17–19 tahun). Masa ini ditandai dengan

adanya perkembangan pada individu dari segi fisik, psikis dan sosialnya.

Remaja secara umum mengalami pertumbuhan fisik yang sangat

pesat. Fenomena pertumbuhan pada masa remaja menuntut kebutuhan

nutrisi yang tinggi agar tercapai potensi pertumbuhan secara maksimal.

Tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada masa ini dapat berakibat

hambatan pertumbuhan linear. Memperhatikan kandungan gizi makanan

remaja merupakan hal penting yang akan menentukan kematangan remaja

di masa depan.

Gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat

kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan

mental. Tingginya kebutuhan gizi seimbang pada remaja dikarenakan

perubahan dan pertumbuhan dimensi tubuh. Secara umum, zat gizi

berfungsi sebagai penyedia energi utama, penunjang pertumbuhan tubuh,

4
pengatur metabolisme, dan berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh.

Secara alami, komposisi gizi setiap jenis makanan memiliki keunggulan dan

kelemahan tertentu. Untuk mencapai masukan zat gizi yang seimbang tidak

mungkin dipenuhi hanya satu jenis makanan, melainkan harus terdiri dari

aneka ragam bahan makanan. Sehingga kekurangan zat gizi pada jenis

makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis

makanan lain. Pada akhirnya akan diperoleh masukan zat gizi yang

seimbang.

Pola makan merupakan perilaku penting yang dapat mempengaruhi

keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan

dan minuman yang dikonsumsi remaja akan mempengaruhi pertumbuhan

dan kesehatannya. Umumnya remaja lebih mementingkan penampilan

fisik. Bila penampilan fisik bagus, akan meningkatkan kepercayaan diri

pada remaja. Hal ini menyebabkan remaja dapat dikategorikan rentan

terhadap masalah gizi. Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa

25,7% remaja pada usia 13-15 tahun dan 26,9% remaja usia 16-18 tahun

dengan status gizi pendek dan sangat pendek. Sedangkan data dari

Litbang menyebutkan bahwa 30-40% remaja berada di kategori gizi kurang.

Pola makan buruk menjadi penyebab umum masalah gizi pada

remaja. Seperti makan tidak teratur, tidak menyukai makanan tertentu,

mengurangi frekuensi makan, serta lebih banyak mengkonsumsi makanan

dengan gizi tidak seimbang. Jika tubuh kekurangan asupan gizi, maka

5
salah satu fungsi pertama yang terganggu adalah pertumbuhan. Menurut

data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka kejadian

stunting (gagal tumbuh) di Indonesia mencapai 30,8%. Sedangkan ambang

maksimal WHO yaitu sebesar 20%.

Remaja dengan gizi yang kurang cenderung mengurangi

aktivitasnya, malas melakukan sesuatu, dan merasa cepat lelah. Oleh

karena itu, sangat disarankan remaja untuk mengonsumsi makanan

dengan gizi seimbang.

Berdasarkan paparan diatas, penulis tertarik untuk menyusun karya

tulis dengan mengangkat tema berkaitan dengan pengaruh konsumsi

makanan bergizi pada pertumbuhan fisik remaja. Oleh karena itu karya tulis

ini akan berjudul “Pengaruh Mengonsumsi Makanan Bergizi terhadap

Petumbuhan Fisik Remaja”.

B. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan

dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh mengonsumsi

makanan bergizi terhadap pertumbuhan fisik remaja?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini, yaitu untuk mengetahui pengaruh

makanan bergizi terhadap pertumbuhan fisik remaja.

6
BAB II

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang definisi makanan bergizi, jenis-

jenis makanan bergizi, definisi pertumbuhan, faktor-faktor pertumbuhan,

pengaruh mengonsumsi makanan bergizi, dampak kekurangan makanan

bergizi, serta analisis data.

A. Definisi Makanan Bergizi

Makanan dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) diartikan

sebagai segala bahan yang kita makan atau masuk ke dalam tubuh yang

membentuk atau mengganti jaringan tubuh, memberikan tenaga, atau

mengatur semua proses dalam tubuh. Sedangkan gizi merupakan

makanan pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan.

Sehingga makanan bergizi dapat diartikan sebagai segala bahan yang

masuk ke dalam tubuh dan diperlukan bagi pertumbuhan dan

perkembangan.

Makanan bergizi yang diperlukan remaja tentunya adalah makanan

dengan gizi seimbang. Makanan dengan gizi seimbang itu sendiri adalah

makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah

yang sesuai dengan tubuh. Menurut Suhardjo (1996: 134-138), dari segi

gizi pangan mempunyai tiga kegunaan, yaitu: pertama, sebagai bahan

pembuatan tubuh, pemeliharaan dan perbaikan penyedia bagian tubuh

7
yang rusak. Kedua, untuk memberi energi atau tenaga kepada anak untuk

latihan fisik. Dan ketiga, untuk mengatur dan memelihara tubuh.

Nutrisi ini dapat digunakan untuk tumbuh, membentuk sel baru, dan

memberi energi, serta nutrisi dan memperbaiki sel yang rusak. Nutrisi

merupakan zat yang sangat penting dikonsumsi tubuh untuk menjaga

kehidupan, pertumbuhan normal organ, fungsi normal organ dan proses

tubuh, serta produksi energi atau energi.

B. Jenis-jenis Makanan Bergizi

Di Indonesia, prinsip Pendidikan dan Penyuluhan Gizi dengan

menggunakan slogan 4 Sehat 5 Sempurna yaitu menu makanan yang

terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan, serta

minum susu untuk menyempurnakan menu tersebut. Slogan ini

diperkenalkan oleh Bapak Gizi Indonesia yaitu Prof. Poorwo Soedarmo.

Slogan tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu dan

permasalahan gizi dewasa, sehingga diperbarui menjadi Pedoman Gizi

Seimbang. Pada Pedoman Gizi Seimbang, konsumsi makan sehari-hari

harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi) yang sesuai

dengan kebutuhan setiap orang.

8
Peraturan Menteri Kesehatan No. 41 memperkenalkan dengan

“Tumpeng Gizi Seimbang” sebagai pedoman dalam mengatur pola

konsumsi per hari.

Gambar 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang dari Kemenkes RI

9
Tumpeng gizi seimbang terdiri atas 4 lapisan yang semakin dasar

maka akan semakin melebar. Hal ini mengartikan semakin besar area

tumpeng, gizi yang dibutuhkan juga semakin banyak. Lapisan tumpeng

dapat dibedakan menjadi:

a. Makanan pokok sumber karbohidrat (lapis pertama)

Makanan pokok antara lain: beras, kentang, singkong, ubi jalar, jagung,

talas, sagu, sukun. Normalnya makanan pokok yang dianjurkan paling

banyak (3-4 porsi per hari) dibandingkan bahan makanan dalam

kelompok lain. Jumlah takaran per porsi akan tergantung dari jenis

makanan pokok. Sebagai contoh, satu porsi nasi idealnya sekitar 100

gram setara dengan 1 buah ubi ukuran sedang (135 gram) dan 1 potong

singkong (120 gram). Dalam hal ini, makanan pokok tidak harus selalu

nasi untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat dan serat makanan.

b. Buah dan sayuran sumber vitamin dan mineral (lapis kedua)

Buah dan sayuran hijau diperlukan dalam jumlah yang lebih sedikit

dibandingkan dengan makanan pokok (3-4 porsi sayuran, 2-3 porsi

buah-buahan per hari). Jika dikalkulasikan jumlah total konsumsi buah

dan sayur adalah sebanyak 400-600 gram per hari. Dua-pertiga dari

jumlah anjuran konsumsi tersebut adalah porsi sayur. Konsumsi buah

dan sayur yang cukup dapat membantu menjaga tekanan darah, kadar

gula, dan kolestrol.

10
c. Lauk pauk sumber protein (lapis ketiga)

Protein merupakan zat pembangun yang penting bagi kesehatan tubuh.

Protein dapat dibagi menjadi protein hewani yang bersumber dari ikan,

telur yang kaya vitamin A, daging merah yang kaya zat besi, ayam, dan

produk olahan susu. Selanjutnya protein nabati bersumber dari biji-

bijian, kacang-kacangan, alpukat, dan sayuran. Zat pembangun

diperlukan lebih sedikit dibanding sumber zat pangatur (2-4 porsi per

hari). Kebutuhan protein pada umumnya adalah 1,2–1,5

gram/kgBB/hari. Jadi jika berat badan (BB) seseorang adalah 50 kg, ia

membutuhkan sekitar 60–75 gram protein per harinya.

d. Bahan tambahan (puncak tumpeng)

Bahan tambahan yang diperlukan tubuh berupa minyak, gula, dan

garam. Ketika jenis makanan tersebut tidak boleh terlalu banyak di

konsumsi. Konsumsi gula maksimal 4 sendok makan (50 gram) per

hari, konsumsi garam maksimal 1 sendok teh (5 gram) per hari, dan

konsumsi minyak (lemak) maksimal 5 sendok makan (67gram) per hari.

e. Air putih

Air putih adalah salah satu zat gizi yang sangat penting bagi

kesehatan tubuh. Fungsi air putih sendiri dapat membentuk tubuh,

mengatur suhu tubuh, melarutkan zat-zat tertentu, dan membuang

11
racun. Umumnya, setiap orang diwajibkan untuk minum air putih

sekitar 8 gelas per hari. Hal ini bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

Gambar 2.2 Tabel Kebutuhan Gizi


(http://hukor.kemkes.go.id)

*BB adalah Berat Badan


*TB adalah Tinggi Badan

Gambar 2.3 Tabel Kebutuhan vitamin


(http://hukor.kemkes.go.id)

Gambar 2.4 Tabel Kebutuhan Mineral


(http://hukor.kemkes.go.id)

12
C. Definisi Pertumbuhan

Tumbuh dalam KBBI diartikan sebagai bertambah besar atau

menjadi besar, sedangkan pertumbuhan adalah keadaan tumbuh.

Sehingga pertumbuhan dalam KBBI berarti keadaan bertambah atau

menjadi besar.

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan ukuran, ukuran,

jumlah, atau ukuran sel, organ, dan tingkatan individu. Pertumbuhan

bersifat kuantitatif, sehingga dapat diukur dalam satuan berat (gram,

kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan

metabolisme (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh). Sejak dewasa,

pengertian tumbuh kembang anak terbatas pada proses kuantitatif

perubahan fisik pada tubuh anak, berupa peningkatan ukuran dan struktur

tubuh (Kania, 2006).

Wong (2000) mengemukakan pertumbuhan sebagai suatu

peningkatan jumlah dan ukuran, Menurut seorang ahli bernama Kartini

Kartono pengertian pertumbuhan dan perkembangan adalah sebagai

perubahan secara fisiologis, sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-

fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam

peredaran waktu tertentu.

13
Pertumbuhan memiliki ciri khusus yaitu perubahan ukuran,

perubahan proporsi, hilangnya ciri lama dan munculnya ciri baru. Keunikan

tumbuh kembangnya adalah kecepatan pertumbuhan tiap kelompok umur

berbeda, dan pola pertumbuhan tiap organ juga berbeda.

Pada mulanya organ tubuh anak sangat sederhana dan fungsinya

belum sempurna. Organ dan fungsinya secara bertahap tumbuh menjadi

organ yang matang sesuai dengan kebutuhan orang dewasa. Oleh karena

itu, pertumbuhan, perkembangan dan kedewasaan tidak dapat dipisahkan

satu sama lain; pertumbuhan normal diperlukan, dan pertumbuhan selalu

bertepatan dengan kematangan fungsional. Pertumbuhan dipengaruhi oleh

banyak faktor, antara lain makanan yang disesuaikan dengan usia dan jenis

aktivitas.

Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan adalah setiap perubahan

dalam tubuh yang berkaitan dengan peningkatan nilai terukur tubuh dan

struktur tubuh bagian dan keseluruhan.

D. Faktor-faktor Lain yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Tinggi badan masing-masing orang akan berbeda karena tinggi

badan seseorang dipengaruhi beberapa faktor. Selain mengonsumsi

makanan bergizi, ada faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan antara

lain faktor genetik, jenis kelamin, aktivitas, hormonal, dan bawaan. Faktor-

faktor diatas akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut:

14
a. Faktor Genetik

Melansir National Institute of Health, faktor genetik menentukan 80

persen pertumbuhan tinggi badan manusia. Faktor genetik di sini

adalah tinggi badan kedua orang tua. Rumus untuk memperkirakan

tinggi badan anak berdasarkan tinggi badan orang tuanya adalah:

 Anak laki-laki = (Tinggi badan ibu + 13) + Tinggi ayah (dalam

sentimeter) dibagi 2 ± 8,5 sentimeter.

 Anak perempuan = (Tinggi badan ayah - 13) + Tinggi ibu (dalam

sentimeter) dibagi 2 ± 8,5 sentimeter.

contoh menurut dr Aman Pulungan, SpA(K) dari RS Cipto

Mangunkusumo (RSCM)-Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

(FKUI), misalnya tinggi badan ayah 170 cm dan tinggi badan ibu 165

cm dan ingin mengetahui perkiraan tinggi badan anaknya. Maka tinggi

ayah (170) + tinggi ibu (165) + 13 cm sama dengan 348. Lalu dibagi 2

menjadi 174. Maka tinggi badan anak laki-lakinya diperkirakan antara

165,5 cm hingga 182,5 cm.

b. Jenis Kelamin

Pada awalnya, anak laki-laki memiliki pertumbuhan yang lebih lambat

dibandingkan dengan perempuan karena perbedaan waktu pubertas.

Namun setelah dewasa, seorang pria cenderung menjadi lebih tinggi.

Tinggi badan anak laki-laki bertambah kira-kira 10 cm per tahun,

15
sedangkan pada perempuan kurang lebih 9 cm per tahun. Secara

keseluruhan pertambahan tinggi badan sekitar 25 cm pada anak

perempuan dan 28 cm pada anak laki-laki. Pertambahan tinggi badan

terjadi dua tahun lebih awal pada anak perempuan dibanding anak laki-

laki. Puncak pertumbuhan tinggi badan (peak height velocity) pada

anak perempuan terjadi sekitar usia 12 tahun, sedangkan pada anak

laki-laki pada usia 14 tahun. Pada anak perempuan, pertumbuhan akan

berakhir pada usia 16 tahun sedangkan pada anak laki-laki pada usia

18 tahun. Setelah usia tersebut, pada umumnya pertambahan tinggi

badan hampir selesai.

c. Faktor Aktivitas

Aktivitas yang berhubungan dengan penambahan tinggi badan adalah

olahraga. Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang memberikan

beban pada tulang panjang kaki, misalnya atletik, lompat tali, joging,

basket, badminton, renang, atau olahraga yang sejenis. Dengan

melakukan olahraga ini, tulang akan dirangsang untuk tumbuh lebih

panjang karena hentakan berat badan.

16
d. Faktor Hormonal

Selama masa pubertas, hormon seperti tiroid, hormon pertumbuhan

manusia, testosteron, dan estrogen sangat penting untuk mengatur

pertumbuhan tubuh. Setiap kelainan pada hormon ini dapat mengubah

pertumbuhan serta tinggi badan secara keseluruhan.

Anak-anak yang mengalami gangguan hipotiroidisme (tiroid rendah)

atau kelenjar pituitari bisa memiliki tinggi badan yang lebih pendek

dibandingkan dengan orang tuanya. Meskipun jarang terjadi, ada juga

kelainan hormon yang bisa membuat seseorang menjadi lebih tinggi

dari yang seharusnya. Misalnya, gigantisme yang disebabkan oleh

terlalu banyak hormon pertumbuhan manusia yang diproduksi oleh

tumor kelenjar pituitari.

e. Gangguan Bawaan

Beberapa kondisi saat lahir dapat menentukan tinggi badan seseorang.

Beberapa contohnya dapat dirangkum sebagai berikut:

1. achondroplasia (dwarfism) adalah kelainan pertumbuhan tulang

langka yang terjadi dalam keluarga.

2. Sindrom Turner Kondisi langka ini menyebabkan keterlambatan

pubertas. Tidak seperti achondroplasia, sindrom Turner tidak

diturunkan dalam keluarga.

17
3. sindrom Marfan adalah kondisi perawakan lebih tinggi dari

biasanya. Sindrom Marfan disebabkan oleh pembesaran jaringan

ikat.

4. Sindrom Klinefelter yang juga merupakan kondisi dimana

perawakan lebih tinggi dari biasanya. Sindrom biasa Klinefelter

terjadi saat laki-laki lahir dengan tambahan salinan kromosom X.

E. Pengaruh Mengonsumsi Makanan Bergizi

Mengonsumsi makanan bergizi memiliki banyak pengaruh baik bagi

remaja. Makanan dengan kandungan kalsium dan magnesium diperlukan

untuk tulang dan gigi, sehingga dapat menunjang pertumbuhan badan

remaja dan juga menghindari penyakit tulang seperti osteoporosis dan

osteoartitis. Selain penyakit tulang, mengonsumsi kandungan lemak sehat

seperti alpukat, kacang-kacangan, dan biji-bijian dapat melindungi jantung

dan meminimalkan resiko penyakit jantung.

Karbohidrat kompleks seperti roti gandum, oatmeal, dan beras

merah, dapat membantu mengatur gula darah. Mengonsumsi karbohidrat

kompleks, dapat memperlambat pelepasan gula ke dalam aliran darah.

Selain karbohidrat, yang tak kalah penting yaitu buah, sayuran, dan protein

yang dapat menggantikan makanan tinggi lemak dan tinggi kalori sehingga

membuat kenyang lebih lama. Hal ini membantu menurunkan berat badan

dan tercipta berat badan ideal remaja. Konsumsi buah, sayuran, dan asam

omega-3 juga dapat membuat kulit sehat dan halus. Protein sendiri juga

18
berfungsi sebagai sumber energi, membangun dan memperbaiki jaringan

tubuh, dan juga membentuk antibodi, enzim, dan hormon.

Bagi remaja yang masih bersekolah, makanan bergizi dapat

menyehatkan otak sehingga materi pelajaran pun akan cepat diserap.

Selain itu, mengonsumsi makanan bergizi dapat meningkatkan kesehatan

mental remaja.

Dapat disimpulkan bahwa makanan bergizi sangat membawa

pengaruh baik bagi remaja. Mengonsumsi makanan bergizi dapat

menunjang pertumbuhan, menghindari berbagai penyakit, mengatur gula

darah, mempertahankan atau menurunkan berat badan, membuat kulit

sehat dan halus, serta mendukung kesehatan otak dan kesehatan mental

remaja.

F. Dampak Kekurangan Makanan Bergizi

Ketidakseimbangan antara konsumsi pangan dan kebutuhan remaja

dapat memicu terjadinya gizi buruk. Kurangnya gizi pada remaja

disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur, perubahan faktor

psikososial (ditandai dengan transisi dari masa kanak-kanak hingga

dewasa dan kebutuhan nutrisi yang tinggi untuk pertumbuhan yang cepat)

(Cavadini et al., 2000; Escobar, 1999; Rickert dan Jay, 1996). Gizi yang

kurang pada remaja akan menyebabkan penurunan daya tahan tubuh

terhadap penyakit, peningkatan kejadian penyakit (morbiditas),

pertumbuhan abnormal (sementara), dan kecerdasan rendah. gejala klinis

19
dari kekurangan nutrisi adalah pertumbuhan dan perkembangan tubuh

tidak normal.

Dampak kekurangan zat bergizi yang sering ditemui di Indonesia

sangat banyak. Dampak kekurangan zat gizi bagi remaja diantaranya di

rangkum sebagai:

a. Anemia

Anemia merupakan penyakit dimana seseorang kekurangan zat besi di

dalam tubuh. Sekitar 12% remaja laki-laki dan 23% remaja perempuan

mengalami anemia. Anemia berpengaruh terhadap penurunan imun,

konsentrasi, kebugaran, dan produktifitas remaja. Hal ini dapat dihindari

dengan mengonsumsi makanan tinggi zat besi, asam folat, vitamin A,

vitamin C dan zink.

b. Remaja kurus atau Kurang Energi Kronis (KEK)

Alasan ekonomi atau alasan psikologis (penampilan) dapat

menyebabkan remaja menjadi kurus atau mengidap Kurang Energi

Kronis (KEK). Kondisi ini meningkatkan resiko infeksi dan

ketidakseimbangan hormon yang berdampak negatif bagi kesehatan.

Penyakit ini dapat dicegah dengan pola makan seimbang.

c. Stunting

Banyak remaja Indonesia yang tidak menyadari perawakannya pendek,

atau biasa disebut stunting.Rata-rata tinggi badan remaja laki-laki di

indonesia 12,5 cm lebih pendek dari standar WHO, sedangkan tinggi

perempuan Indonesia 9.8 cm lebih pendek dari standar WHO.

20
Keterlambatan perkembangan ini dapat berdampak jangka pendek

ataupun jangka panjang. Dampak jangka pendek bisa berupa

penurunan fungsi kekebalan dan sistem metalisme tidak normal. Pada

akhirnya menyebabkan efek jangka panjang yaitu risiko penyakit

diabetes, jantung koroner, atau bahkan hipertensi.

Dapat disimpulkan bahwa kekurangan makanan bergizi sangat

berdampak bagi kesehatan dan juga dapat membantu pertumbuhan

remaja. Kekurangan gizi dapat menyebabkan penyakit diantaranya anemia,

remaja kurus, dan juga stunting. Hal ini dapat diatasi tentunya jika para

remaja mengonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang atau sesuai

kebutuhan.

21
G. Analisis Data

Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian karya tulis ini,

peneliti membuat kuesioner mengenai “Pengaruh Mengonsumsi Makanan

Bergizi terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja” yang

dibagikan kepada 100 responden dengan rentang usia 13 sampai 18 tahun.

Jumlah responden kuesioner berjumlah 43% atau 43 responden berjenis

kelamin laki-laki dan 57% atau 57 responden berjenis kelamin perempuan.

Persebaran usia digambarkan pada diagram berikut.

Usia

13 14 15 16 17 18

Gambar 2.5 Usia Responden

Sebanyak 8% atau 8 responden berusia 13 tahun, 19% atau 19

responden berusia 14 tahun, 15% atau 15 responden berusia 15 tahun,

29% atau 29 responden berusia 16 tahun, 23% atau 23 responden berusia

17 tahun, dan 6% atau 6 responden berusia 18 tahun.

22
Tinggi Badan

181-185cm

176-180cm

171-175cm

166-170cm

161-165cm

156-160cm

150-155cm

0 5 10 15 20 25 30

Tinggi Badan

Gambar 2.6 Tinggi Badan Responden

Dari hasil kuesioner yang dibagikan, didapatkan 16 responden

dengan tinggi badan 150-155 cm, 20 responden dengan tinggi badan 156-

160 cm, 21 responden dengan tinggi badan 161-165 cm, 25 responden

dengan tinggi badan 166-170 cm, 10 responden dengan tinggi badan 171-

175 cm, 5 responden dengan tinggi badan 176-180 cm, dan 3 responden

lainnya dengan tinggi badan 181-185 cm. Dapat ditarik kesimpulan bahwa

tinggi remaja pada usia 13-18 tahun di dominasi dengan 166cm-170cm.

23
Tinggi Badan Merupakan Faktor Keturunan

Ya Tidak

Gambar 2.7 Faktor Keturunan Tinggi Badan Menurut Responden

Dari data yang didapat peneliti mengenai apakah tinggi badan

responden merupakan faktor keturunan. Sebanyak 87% responden atau 87

responden menjawab ya dan 13% atau 13 responden menjawab tidak. Hal

ini menandakan 87 responden memiliki menyetujui bahwa tinggi badan

mereka sesuai dengan genetik atau keturunan orang tua dan 13 responden

tidak setuju bahwa tinggi mereka merupakan faktor genetik atau keturunan.

24
Pola Makan dalam Satu Hari
Mengonsumsi makanan pokok 3-4x
Mengonsumsi makanan pokok 1-2x
Mengonsumsi lauk pauk 2-4x sehari
Mengonsumsi lauk pauk 1x sehari
Mengonsumsi buah-buahan 2-3x…
Mengonsumsi buah-buahan 1x…
Tidak mengonsumsi buah-buahan
Mengonsumsi sayur-sayuran 3-4x
Mengonsumsi sayur-sayuran 1-2x
Tidak mengonsumsi sayur-sayuran
Minum susu 1-2x
Jarang minum susu
0% 20% 40% 60% 80%

Pola Makan dalam Satu Hari

Gambar 2.8 Pola Makan Responden

Pertanyaan mengenai pola makan responden sehari-hari, sebanyak

38% atau 38 responden mengonsumsi makanan pokok 3-4 kali dalam satu

hari, sedangkan 58% atau 58 responden mengonsumsi makanan pokok 1-

2 kali dalam satu hari. 37% atau 37 responden mengonsumsi lauk-pauk 2-

4 kali dalam sehari, sedangkan 52% atau 52 responden lainnya

mengonsumsi lauk-pauk 1 kali dalam sehari. Untuk konsumsi buah-buahan

sebanyak 14% atau 14 responden mengonsumsi buah-buahan 2-3 kali

sehari, 65% atau 65 responden mengonsumsi buah-buahan 1 kali sehari,

sedangkan 14% atau 14 responden tidak mengonsumsi buah-buahan.

Sebanyak 9% atau 9 responden mengonsumsi sayur-sayuran 3-4 kali

sehari, 67% atau 67 responden mengonsumsi sayur-sayuran 1-2 kali

sehari, dan 16% atau 16 responden lainnya tidak mengonsumsi sayur-

sayuran.

25
Konsumsi susu dalam sehari, terdapat 46% atau 46 responden

minum susu 1-2 kali sehari, sedangkan sisanya 47% atau 47 responden

jarang minum susu. Pilihan terbanyak remaja mengonsumsi makanan

pokok 1-2x sehari, lauk-pauk 1-2x sehari, konsumsi buah-buahan 1-2x

sehari, dan konsumsi susu yang jarang.

Mengkonsumsi vitamin tablet/effervescent


dibanding sayur dan buah

Iya Tidak

Gambar 2.9 Pemilihan Mengonsumsi Vitamin Tablet atau Sayur dan Buah

Kemudian, tanggapan responden terhadap pertanyaan apakah lebih

memilih mengonsumsi vitamin dalam bentuk tablet/effervescent

dibandingkan mengonsumsi sayuran dan buah. Sebanyak 31% atau 31

responden menjawab iya, menandakan mereka lebih memilih vitamin

tablet/effervescent dibanding mengonsumsi sayuran dan buah.

Sedangkan 69% atau 69 responden menjawab tidak, menandakan

mereka lebih memilih mengonsumsi sayur dan buah dibanding vitamin

26
tablet/effervescent. Mayoritas remaja memilih mengonsumsi vitamin yang

terkandung di dalam buah dibanding vitamin tablet/effervescent.

Jumlah Konsumsi Air Perhari

1-3 gelas 4-6 gelas 7-9 gelas >10 gela

Gambar 2.10 Jumlah Konsumsi Air Responden Perhari

Diagram diatas memaparkan jawaban pertanyaan mengenai jumlah

air yang dikonsumsi responden dalam sehari. Terdapat 0% atau 0

responden mengonsumsi air 1-3 gelas sehari, 49% atau 49 responden

mengonsumsi air 4-6 gelas sehari, 31% atau 31 responden mengonsumsi

air 7-9 gelas sehari, dan 20% atau 20 responden lainnya mengonsumsi air

diatas 10 gelas perhari. Dapat disimpulkan bahwa jumlah konsumsi air

sebagian besar remaja tergolong cukup banyak, yaitu 4-6 gelas dalam

sehari.

27
Pola Makan Responden

Sesuai dengan Tumpeng Gizi Seimbang Tidak Sesuai Tumpeng Gizi Seimbang

Gambar 2.11 Pola Makan Responden

Dari data yang didapat peneliti, dapat disimpulkan bahwa responden

dengan pola makan sesuai dengan panduan Tumpeng Gizi Seimbang

berjumlah 13% atau 3 responden. Sedangkan terdapat 87% atau 87

responden lainnya dengan pola makan tidak sesuai panduan Tumpeng Gizi

Seimbang.

28
Dengan pemaparan pengonsumsian makanan diatas, dapat dirata-

ratakan tinggi remaja setiap usianya adalah sebagai berikut:

1. Responden usia 13 tahun:

a. Perempuan = 156cm + 165cm + 160cm + 153cm + 159cm

= 158,6cm

b. Laki-laki = 162cm + 162cm + 160cm = 161,3cm

2. Responden usia 14 tahun:

a. Perempuan = 172cm + 165cm + 170cm + 165cm + 162cm +

160cm + 160cm + 160cm +164cm +150cm

10

= 162,8cm

b. Laki-laki = 167cm + 163cm + 163cm + 168cm + 150cm + 161cm +

168cm + 170cm + 161cm

= 163,4cm

29
3. Responden usia 15 tahun:

a. Perempuan = 157cm + 170cm + 165cm + 153cm + 158cm +

168cm + 160cm + 165cm +150cm +158cm

10

= 160,4cm

b. Laki-laki = 169cm + 169m + 184cm + 180cm + 161cm = 172,6cm

4. Responden usia 16 tahun:

a. Perempuan = 151cm + 163cm + 163cm + 165cm + 162cm + 159cm

+ 156cm + 150cm +150cm + 152cm + 165cm +

162cm + 161cm + 165cm + 165cm + 155cm + 160cm

160cm + 155cm + 155cm

20

= 158,7cm

b. Laki-laki = 170cm + 172cm + 175cm + 168cm + 162cm + 170cm

162cm + 184cm + 172cm

= 170,2cm

30
5. Responden usia 17 tahun:

a. Perempuan = 151cm + 150cm + 157cm + 170cm + 155cm +

155cm + 173cm + 160cm +160cm

= 159cm

b. Laki-laki = 165cm + 172m + 177cm + 176cm + 176cm + 163cm +

166cm + 169cm + 174cm + 184cm + 173 + 170cm +

177cm + 175cm

14

= 172,6cm

6. Responden usia 18 tahun:

a. Perempuan = 157cm + 168cm + 164cm + 160cm = 164cm

b. Laki-laki = 173cm + 164cm = 168,5cm

31
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Melalui pemaparan hasil kuesioner berjumlah 100 responden

dengan pembagian 43 responden laki-laki dan 57 responden perempuan,

penulis dapat menjawab permasalahan penelitian tentang bagaimana

pengaruh mengonsumsi makanan bergizi terhadap pertumbuhan fisik

remaja sebagai berikut:

Jumlah responden yang memenuhi kebutuhan gizi mereka menurut

Tumpeng Gizi Seimbang berjumlah 13 responden. Data menunjukkan

bahwa responden dengan konsumsi gizi seimbang, memiliki tinggi badan

diatas rata-rata. Responden perempuan yang mengonsumsi makanan

bergizi sesuai dengan Tumpeng Gizi Seimbang memiliki tinggi badan rata-

rata 161,8cm. Sedangkan responden laki-laki yang mengonsumsi makanan

bergizi sesuai dengan Tumpeng Gizi Seimbang memiliki tinggi badan rata-

rata 169,5cm. Responden berjumlah 13 ini menyatakan setuju bahwa tinggi

badan tidak dipengaruhi oleh faktor genetik keturunan.

Disamping itu, 87 responden lainnya mengonsumsi makanan yang

dengan porsi kurang dari panduan Tumpeng Gizi Seimbang. Responden

berjumlah 87 orang ini menyatakan setuju bahwa tinggi badan dipengaruhi

oleh faktor genetik keturunan. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa

remaja yang mengonsumsi makanan dengan porsi kurang dari panduan

32
Tumpeng Gizi Seimbang juga memiliki tinggi badan diatas rata-rata.

Dengan pemaparan rata-rata tinggi badan responden yang mengonsumsi

makanan kurang dari porsi Tumpeng Gizi Seimbang laki-laki adalah

169,3cm dan perempuan 159,9cm.

Kedua data diatas menunjukkan bahwa hanya sedikit pengaruh

mengonsumsi makanan bergizi terhadap pertumbuhan fisik remaja karena

responden yang terlibat pada penelitian ini juga terbatas 100 orang saja.

Jika dilihat dibandingkan kedua data tersebut, remaja perempuan yang

mengonsumsi makanan bergizi sesuai dengan Tumpeng Gizi Seimbang

memiliki rata-rata tinggi badan 1,9cm lebih tinggi dibanding responden

perempuan yang mengonsumsi makanan bergizi kurang dari panduan

Tumpeng Gizi Seimbang. Sedangkan laki-laki yang mengonsumsi

makanan bergizi sesuai dengan Tumpeng Gizi Seimbang memiliki rata-rata

tinggi badan 0,2cm lebih tinggi dibanding rata-rata tinggi badan laki-laki

yang mengonsumsi makanan bergizi kurang dari panduan Tumpeng Gizi

Seimbang.

B. Saran

Sudah sepatutnya setiap individu mengonsumsi makanan bergizi.

Terutama para remaja yang sedang dalam masa perubahan dari segi fisik

maupun untuk membantu menunjang tinggi badan. Makanan bergizi

memiliki banyak kegunaan tentunya. Oleh karena itu, dari permasalahan

yang penulis teliti, disimpulkan saran yang dapat diberikan berupa:

33
1. Mengonsumsi makanan bergizi dan baik untuk tubuh

Pastikan makanan yang dikonsumsi remaja memiliki manfaat yang baik

bagi tubuh. Sebagai contoh, mengonsumsi makanan bergizi tentunya

akan bermanfaat yaitu memenuhi kandungan yang dibutuhkan oleh

tubuh.

2. Menggunakan Tumpeng Gizi Seimbang sebagai panduan

Untuk mengetahui seberapa porsi yang dibutuhkan remaja setiap

harinya, mengonsumsi makanan berdasarkan Tumpeng Gizi Seimbang

sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi remaja. Asalkan mereka

mengonsumsinya tidak kurang (yang akan menyebabkan kurang gizi)

dan tidak berlebihan (yang akan menyebabkan kegemukan atau

obesitas).

34
DAFTAR PUSTAKA

Adriyani, Merryana dan Bambang Wijatmadi.2012. Pengantar Gizi


Masyarakat. Jakarta, Kencana.

Esi Emilia.2009.Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Gizi pada Remaja dan


Implikasinya pada Sosialisasi Perilaku Hidup Sehat. ejurnal.epi.edu.
1(1),1-3.http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-
makanan-sehat.html. (4 Maret 2021).

Ini Manfaat Makan Makanan Sehat yang Bikin Kamu Tercengang.


https://nutrilite.co.id/healthy-lifestyle/uncategorized/ini-manfaat-
makan-makanan-sehat-yang-bikin-kamu-tercengang. (22 Mei 2021)

Judhiastuty Februhartanty, dkk.2019. Gizi dan Kesehatan Remaja.


Southeast Asian Minister of Education Organization Regional Centre
for Food and Nutrition Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), 1498.

Karya tulisku.2020. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan.


https://karyatulisku.com/definis-pertumbuhan-dan-perkembangan/.
(29 Maret 2021)

Kementrian kesehatan RI.2014. Pedoman Gizi Seimbang.


https://www.google.com/search?client=safari&rls=en&q=Naskah+Ak
ademik+Pedoman+Gizi+Seimban&ie=UTF-8&oe=UTF-8. (28 Maret
2021)

Kementrian kesehatan RI. 2017. Ayo Makan Sayur dan Buah Setiap
Hari. https://www.kemkes.go.id/article/print/17012600002/hari-gizi-
nasional-2017-ayo-makan-sayur-dan-buah-setiap-hari.html. (16 Juli
2021)

Para Kontributor Rokom. “Kenali Masalah Gizi yang Ancam Remaja


Indonesia” dalam https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-
media/20180515/4025903/kenali-masalah-gizi-ancam-remaja-
indonesia/. (4 Maret 2021)

Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 41 Tahun 2014 Tentang


Pedoman Gizi Seimbang.

Redaksi Halodoc. 2018. 3 Faktor yang Memengaruhi Tinggi Badan.


Jakarta: Redaksi Halodoc.

35
Rizky Anggun Dari, Nurlela Hasan.2017.Faktor yang Berhubungan
dengan Pertumbuhan Fisik Anak Balita Di Puskesmas Sukamakmur
Kabupaten Aceh Besar.Makalah.

Setiaji, Rr Bamandhita Rahma.2021. Pedoman Gizi Seimbang Sesuai


Standar “Tumpeng Gizi”. https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-
gizi/piramida-makanan-tumpeng-gizi-seimbang/. (28 Maret 2021)

Sukamti, Endang Rini.1994.Pengaruh Gizi terhadap Pertumbuhan dan


Perkembangan Anak. journal.uni.ac.id. 3, 139-142.

Suparyanto.2010.Konsep Makanan Sehat.


Utami, Silmi Nurul. 2020. Perbedaan Protein Nabati dan Hewani.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/31/132538169/perbeda
an-protein-nabati-dan-hewani?page=all. (28 Maret 2021)

36
LAMPIRAN

1. Lamporan pembimbingan karya ilmiah

37
2. Tampilan Kuesioner

Link Kuesioner:
https://forms.gle/szYMckmXjr3JEPte6

3. Dokumentasi saat sidang

Foto 1. Penguji 1&2

38
Foto 2. Saat proses sidang

39

Anda mungkin juga menyukai