Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

15.+176-181+camellia

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 10 No.

3 (September, 2022)
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP

PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN


KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN SMART
AND GOOD CITIZENSHIP

Camellia, Edwin Nurdiansyah, Puspa Dianti, I Putu Windu Mertha Sujana

PPKn FKIP Universitas Sriwijaya dan PPKn FHIS Undiksha


e-mail : camellia@fkip.unsri.ac.id, edwin@unsri.ac.id, puspadianti@fkip.unsri.ac.id,
windu.mertha@undiksha.ac.id

ABSTRAK
Pendidikan merupakan sarana yang efektif dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, hal
ini merupakan salah satu wujud pelaksanaan tujuan negara Indonesia yang ketiga yakni
mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk memperoleh hasil Pendidikan yang baik sudah
seharusnya didukung oleh proses pembelajaran yang baik pula dengan menggunakan
berbagai model dan metode yang sesuai sehingga mampu mencapai tujuan pembelajaran
secara optimal. Problem based learning merupakan salah satu model yang mampu
meningkatkan perhatian, kemampuan serta aktivitas dari siswa sehingga dapat untuk
mengkonstruksi pengetahuan sebagai bagian dari memahami suatu konsep dalam
pembelajaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deksriptif. Sumber data yang digunakan berupa jurnal penelitian terdahulu yang
menjawab pertanyaan penelitian yang diteliti dan didukung oleh data sekunder yang
diperoleh dari kepustakaan lainnya. Metode pengumpulan data dilakukan melalui
dokumentasi dan studi literatur. Teknik analisis data menggunakan triangulasi sumber
yaitu berupa mencari data dari berbagi sumber jurnal dan Pustaka yang berbeda untuk
memastikan keabsahan data. Hasil penelitian menunjukan tujuan Pembelajaran
kewarganegaraan yaitu smart and good citizenship akan dapat dicapai melalui Problem
based learning karena model ini mampu mengasah aspek berpikir kritis sekaligus
melatih untuk secara nyata memecahkan persoalan yang dihadapi.

Kata Kunci : PBL, Pendidikan, Kewarganegaraan, warga negara

ABSTRACT
Education is an effective means in educating the nation's life, this is one form of
implementing the third goal of the Indonesian state, namely the intellectual life of the
nation. To obtain good educational results, it should be supported by a good learning
process by using various appropriate models and methods so as to be able to achieve
learning objectives optimally. Problem based learning is a model that can increase
students' attention, abilities and activities so that they can construct knowledge as part
of understanding a concept in learning. This study uses a qualitative approach with a
descriptive method. Sources of data used in the form of previous research journals that
answer research questions under study and supported by secondary data obtained from
other literature. The method of data collection is done through documentation and
literature study. The data analysis technique uses source triangulation in the form of
searching for data from different sources of journals and libraries to ensure the validity
of the data. The results of the study show that the objectives of civics learning, namely
smart and good citizenship, can be achieved through problem based learning because
this model is able to hone aspects of critical thinking as well as train them to actually
176
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 10 No. 3 (September, 2022)
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP

solve the problems they face.

Keywords: Problem Based Learning, Education, Civic, Citizenship

PENDAHULUAN
Salah satu upaya yang mampu memberikan dampak besar bagi penyelesaian masalah-
masalah bangsa ialah lewat jalur pendidikan. Melalui aspek pendidikan, warga negara
Indonesia akan memiliki pemahaman mengenai apa saja yang menjadi hak, kewajiban serta
tanggung jawab mereka sebagai bagian dari negara sehingga akan timbul kesadaran untuk
mampu memberikan kontribusi maksimal dalam usaha-usaha kemajuan bangsa. Melalui
pendidikan pula tingkat literasi masyarakat akan berangsur meningkat sehingga mereka akan
lebih dewasa dan bijak dalam menyikapi banyaknya dan beragamnya informasi yang beredar.
Masyarakat tidak akan mudah terprovokasi karena mereka akan mencari tahu terlebih dahulu
kebenaran informasi yang mereka terima. Kemudian pada akhirnya akan terwujud masyarakat
madani yang saling peduli dan saling percaya.
Namun output serta outcome Pendidikan yang baik tentu saja harus dibarengi dengan proses
pembelajaran yang baik serta efektif, tidak jarang kita temukan pelajar yang berkelahi, mahasiswa
yang tawuran bahkan makin maraknya korban bullying di persekolahan. Semua permasalahan
tersebut mengindikasikan belum tercapainya fungsi dan tujuan Pendidikan kita secara maksimal.
Pasal 3 UU no 20 tahun 2003 tentang system Pendidikan nasional telah menuliskan jika Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Paradigma Pendidikan yang beralih dari teacher centered ke student centered telah
memberikan peluang besar bagi terwujudnya pembelajaran yang lebih efektif, pemberian
pengalaman yang bermakna serta membekali skill pemecahan masalah kepada mahasiswa sejalan
dengan kompetensi yang harus dimiliki pada abad sekarang. Angela dkk dalam Milah (2015)
menyatakan bahwa proses pembelajaran terbaik adalah dengan melibatkan mahasiswa untuk
mempelajari materi pelajaran secara aktif. Penggunaan metode ceramah, hapalan dan juga
penyajian materi pada buku teks tentu saja belum cukup maksimal untuk melibatkan mahasiswa
secara aktif guna mengkonstruksi suatu konsep yang dipelajari karena itulah proses pembelajaran
hendaknya menggunakan cara lain agar mampu memberikan kesempatan yang sama bagi setiap
kemampuan mahasiswa yang tentu saja berbeda satu dan lainnya. Cara yang dapat ditempuh ialah
melalui pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), Hardiyanti (2017)
mengemukakan jika problem based learning (PBL) mampu mendorong siswa untuk menemukan
pemecahan masalah yang diberikan sehingga dapat membantu meningkatkan kemampuan diri
siswa, selanjutnya Yohan (2019) berpendapat PBL is a way of composing and teaching a learning
process using the issue as a stimulus and the focus is more on the activity of student. Berdasarkan
pendapat diatas maka dapat terlihat jika PBL mampu meningkatkan perhatian, kemampuan serta
aktivitas dari siswa sehingga dapat untuk mengkontruksi pengetahuan sebagai bagian dari
memahami suatu konsep dalam pembelajaran.
Winataputra dan Budimansyah (2012) mengungkapkan jika Pendidikan kewarganegaraan
merupakan subjek pembelajaran yang berfokus pada content serta pengalaman belajar dalam
berprilaku yang harus diwujudkan dalam kehidupan sehari hari dan menjadi tuntunan hidup untuk
setiap warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Namun, tidak
bisa dipungkiri dalam pembelajaran formal di kelas Pendidikan Kewarganegaraan terkadang
diajarkan secara ceramah dengan menekankan aspek hapalan sehingga tujuan utama hadirnya
Pendidikan kewarganegaran yaitu mewujudkan smart and good citizenship belum mampu
177
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 10 No. 3 (September, 2022)
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP

dicapai. Untuk mewujudkan aspek warga negara yang baik maka diperlukan lebih dari sekedar
hapalan terhadap ilmu pengetahuan, seseorang juga harus dibangkitkan kesadarannya serta
diberdayakan sehingga akan muncul perilaku yang baik. Seseorang tidak cukup hanya
memiliki aspek moral knowing, tetapi juga harus memiliki moral feeling serta moral action.
Seperti yang kita ketahui jika peserta didik tidak hanya aspek intelektual questions nya yang
harus diasah tetapi juga harus dikembangkan aspek emotional question dan juga spiritual
question. Hal inilah yang belum berjalan secara maksimal sehingga terkadang kita temukan
seseorang yang sudah mengetahui tentang macam-macam perbuatan melanggar hukum namun
tetap dilakukannya karena tidak memiliki beban moral ketika melakukan tindakan pelanggaran
tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya maka penting bagi
pembelajaran kewarganegaraan untuk menerapkan model problem based learning sehingga siswa
akan lebih mampu memahami inti dari proses pembelajaran yang dilaksanakan, siswa akan mampu
memberikan solusi serta memberikan aksi nyata dalam setiap persoalan yang dihadapi sehingga
tujuan pembelajaran kewarganegaraan yaitu terbentuknya smart and good citizenship dapat
tercapai secara optimal.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deksriptif. Sugiyono
(2016) mengemukakan metode deskriptif kualitatif merupakan metode penelitian yang
berdasarkan pada filsafat postpositivisme yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang
alamiah. Metode ini bertujuan untuk menggambarkan, menerangkan dan menjelaskan secara lebih
rinci dari permasalahan yang akan diteliti.
Sumber data yang digunakan berupa jurnal penelitian terdahulu yang menjawab pertanyaan
penelitian yang diteliti dan didukung oleh data sekunder yang diperoleh dari kepustakaan lainnya.
Metode pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi dan studi literatur. Teknik analisis data
menggunakan triangulasi sumber yaitu berupa mencari data dari berbagi sumber jurnal dan
Pustaka yang berbeda untuk memastikan keabsahan data.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pembelajaran merupakan suatu aspek yang terdiri dari beberapa komponen, komponen
tersebut masing-masing saling berinteraksi, berintegrasi dan berkolaborasi demi tercapainya
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran tidak akan mungkin berjalan
maksimal dan mencapai tujuan pembelajaran jika salah satu komponen tidak dapat berjalan dengan
baik, maka penting bagi seorang pendidik untuk mempersiapkan segala sesuatunya secara detail
sebelum proses pembelajaran dimulai. Seorang pendidik telah dibekali dengan ilmu untuk
mempersiapkan pembelajarannya, salah satunya ialah pendidik harus membuat Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum memulai proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
tidak akan berjalan dengan baik tanpa dibarengi perencanaan pembelajaran yang baik pula.
Perencanaan pembelajaran merupakan komponen penting dalam pelaksanaan pembelajaran.
Penyusunan RPP merupakan langkah awal yang harus ditempuh seorang pengajar dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Guru dan dosen sebagai tenaga pengajar harus memiliki
kemampuan dan berkemampuan baik sebagai perencana/perancang pembelajaran. Pengajar
bertugas membuat rancangan program pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya sesuai
dengan kompetensi yang telah ditetapkan (Wahyuni dan Ibrahim, 2012).
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran
per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich, 2008), selanjutnya
Permendikbud no 22 tahun 2016 tentang proses Pendidikan dasar dan menengah menyatakan
bahwa RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran untuk satu pertemuan ataupun lebih, RPP
merupakan penjabaran lebih lanjut dari sebuah silabus agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih
178
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 10 No. 3 (September, 2022)
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP

terarah untuk mencapai kompetensi dasar (KD). RPP harus disusun secara lengkap dan sistematis
agar pembelajaran dapat berlangsung interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang untuk Prakarsa,
kreativitas dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. Jadi dapat disimpulkan bahwa RPP memiliki peran yang sangat vital dalam proses
pembelajaran karena berfungsi untuk mengarahkan pembelajaran agar mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, sehingga penting bagi pendidik untuk mempersiapkan RPP nya secara baik.
Salah satu komponen yang harus ada di RPP adalah model pembelajaran, Winataputra (2005)
menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajar dan para pengajar
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Joyce & Weil dalam Khoerunnisa
& Aqwal (2020) mengatakan model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
diguakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan pembelajaran dan membimbing
pembelajaran di kelas atau yang lain. Dengan model pembelajaran yang tepat maka akan
menghasilkan hasil belajar yang baik, hal itu dapat Nampak dari motivasi belajar yang meningkat
dan hasil belajar yang sesuai kriteria kelulusan.
Problem based learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang saat ini sering
direkomendasikan oleh para stakeholder untuk diterapkan dala proses pembelajaran baik pada
jenjang persekolahan maupun perguruan tinggi. Model pembelajaran PBL dianggap cocok dengan
karakteristik peserta didik zaman sekarang, dan juga dianggap mampu untuk memberikan
kompetensi abad 21 kepada individu yang mengikuti pembelajarannya. Rusman (2011)
menyatakan bahwasanya pemecahan masalah merupakan suatu proses untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan yang dihadapi agar mampu mencapai tujuan yang diharapkan. Kemudian Farenta (2016)
menyatakan jika PBL mampu membuat siswa untuk belajar mandiri dengan bantuan atau
bimbingan yang minimal dari guru. PBL sendiri merupakan salah satu alternatif yang sangat sering
dipakai dalam proses pembelajaran jarak jauh yang dilakukan selama pandemic covid 19 terutama
Ketika masih pada tahapan pembelajaran daring.
Model PBL memiliki banyak keunggulan, hasil penelitian Sukaptiyah (2015)
mengungkapkan jika prestasi belajar siswa meningkat setelah menggunakan PBL dengan
mengefektifkan alat peraga gambar-gambar sila Pancasila, kemudian Khotimah dkk (2019) juga
menunjukan jika terdapat pengaruh antara model PBL dengan hasil belajar siswa, dimana PBL
mampu meningkatkan hasil belajar pada taraf signifikansi 5% sehingga HI diterima. PBL juga
mampu meningkatkan aspek berpikir kritis seperti yang dikatakan Septiana dkk (2018)
kemampuan berpikir kritis siswa meningkat dari yang sebelumnya rata-rata sebesar 51,61%
menjadi 70,97% setelah proses pembelajaran yang dilakukan menggunakan model PBL, kemudian
Koroh dkk (2020) juga menyatakan jika terdapat pengaruh yang signifkan antara model PBL dan
kemampuan berpikir kritis mahasiswa di Universitas Nusa Cendana Kupang. Berdasarkan
penjabaran data diatas maka dapat disimpulkan bahwa model PBL sangat penting untuk diterapkan
dalam pembelajaran agar prestasi belajar meningkat sekaligus juga aspek berpikir kritis dapat
terasah.
Terkait dengan tujuan pembelajaran kewarganegaraan yaitu smart and good citizenship maka
sangat penting untuk mengasah aspek berpikir kritis dari setiap warga negara Indonesia, karena
dengan mampu berpikir secara kritis maka akan timbul pemikiran pemikiran yang sangat
komprehensif, tidak gampang terpancing dengan isu yang berkembang karena kemampuan
berpikir kritis akan membuat seseorang untuk mencari lebih dalam kebenaran informasi yang
didapatnya. Winataputra dan Budimansyah (2012) mengungkapkan jika Pendidikan
kewarganegaraan merupakan subjek pembelajaran yang berfokus pada content serta pengalaman
belajar dalam berprilaku yang harus diwujudkan dalam kehidupan sehari hari dan menjadi
tuntunan hidup untuk setiap warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
179
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 10 No. 3 (September, 2022)
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP

bernegara. Sehingga sangat penting bagi Pendidikan kewarganegaraan untuk mampu untuk
mewujudkan hasil belajarnya bukan hanya dikelas namun juga harus muncul dalam kehidupan
individu tersebut. Alwasilah (2010) menyatakan bahwa berpikir kritis digunakan dalam kegiatan
mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis asumsi dan melakukan
penelitian secara ilmiah. Maka melalui berpikir kritis akan timbul masyarakat yang pintar karena
mampu memecahkan masalah, dan melalui berpikir kritis pula akan timbul masyarakat yang baik
karena mampu mengambil keputusan dengan melalukan analisis yang mendalam. Sehingga
konsep smart and good citizenship akan mampu terbangun jika proses pembelajaran mampu
memberdayakan peserta didik layaknya yang terjadi pada model pembelajaran problem based
learning (PBL)

KESIMPULAN
Untuk mencapai tujuan pembelajaran kewarganegaraan yaitu smart and good citizenship
maka harus didukung oleh pola pembelajaran yang tepat, sehingga pengetahuan, keterampilan dan
perilaku siswa sesuai dengan apa yang dicita citakan. Warga negara juga diharapkan untuk mampu
turut serta dalam upaya memberikan solusi bagi setiap permasalahan bangsa dengan turut
memberikan sumbangan tenaga dan pikiran. Karena itu penting untuk menerapkan problem based
learning dalam proses pembelajaran kewarganegaraan sebab melalui model PBL akan mampu
merangsang aspek berpikir kritis dan memberdayakan siswa.

UCAPAN TERIMA KASIH


Dengan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada Rektor Universitas Sriwijaya, Dekan
FKIP serta Ketua LPPM Universitas Sriwjaya yang telah memberikan bantuan berupa moril dan materiil
sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. Semoga artikel ilmiah ini memberikan manfaat dan
sumbangan bagi kemajuan ilmu pengetahuan terutama dalam kajian pembelajaran kewarganegaraan.

DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, C. (2010). Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar
Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung: Kaifa
Farenta, A.S. (2016). Pengembangan E-Module berbasis Problem Based Learning Mata
Pelajaran Kimia untuk Siswa Kelas X SMA N 8 Malang. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian
dan Pengembangan Volume 1 Nomor 6 http://dx.doi.org/10.17977/jp.v1i6.6460
Hardiyanti, P.C. Wardani, S. & Nurhayati, S. (2017). Keefektifan Model Problem based Learning
untuk meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia
Volume 11 Nomor 1 Januari 2017 https://doi.org/10.15294/jipk.v11i1.9714
Khoerunnisa, P & Aqwal, S.M. (2020). Analisis Model Model Pembelajaran. FONDATIA, 4(1),
1-27. https://doi.org/10.36088/fondatia.v4i1.441
Khotimah, A.H, Kuswandi, D & Sulthoni (2019). Pengaruh Model Problem Based Learning
terhadap Hasil Belajar PKN Siswa. Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan Volume 2 Nomor 2
Mei 2019 http://dx.doi.org/10.17977
Koroh, T.R & Ly. P. (2020) Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
Mahasiswa. Jurnal Kependidikan Maret 2020 Volume 6 Nomor 1 DOI
10.33394/jk.v6i1.2445
Millah, D. (2015). Audience Centered Pada Metode Presentasi Sebagai Aktualisasi Pendekatan
Student Centered Learning. Jurnal Edukasia Volume 10 Nomor 2 DOI
http://dx.doi.org/10.21043/edukasia.v10i2.794
Muslich, M. (2008). KTSP Pembelajaran berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi
Aksara.
Permendikbud RI Nomor 22 tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
180
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 10 No. 3 (September, 2022)
Open Access at : https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:


Raja Grafindo

Septiana, T. S & Kurniawan, M.R. (2020). Penerapan Model Problem Based Learning untuk
meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Kelas 5 Pada Mata Pelajaran PKN di SD
Muhammadiyah Kauman Tahun 2016/2017. Jurnal Fundadikdas (Fundamental Pendidikan
Dasar), 1(1), 94–105. https://doi.org/10.12928
Sukaptiyah, S. (2015). Peningkatan Hasil Belajar PKN Melalui Model Problem Based Learning
pada Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Mongkrong, Wonosegoro. Scholaria: Jurnal Pendidikan
Dan Kebudayaan, 5(1), 114-121. https://doi.org/10.24246/
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 20 tahun 20003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Wahyuni, Sri dan Ibrahim, Abd S. (2012). Perencanaan Pembelajaran BahasaBerkarakter.
Malang: Refika Adita
Winataputra, U.S. (2005). Mengajar di Perguruan Tinggi: Model-Model Pembelajaran Inovatif.
Jakarta: Universitas Terbuka
Winataputra, U.S & Budimansyah, D. (2012). Civic Education: Konteks, Landasan, Bahan Ajar
dan Kultur Kelas. Bandung: PKn SPS UPI
Yohan, A. (2019). The influence the problem based learning and attitudes towards learning
outcome for mathematics. Journal of Edcomtech Volume 4 Nomor 1
ttp://dx.doi.org/10.17977/um039v4i12019p001

181

Anda mungkin juga menyukai