8681 19500 2 PB
8681 19500 2 PB
8681 19500 2 PB
ABSTRACT
Edupreneur in students is important, in this case Edupreneur can be implemented
through the function of civic education. The method in this study uses a qualitative
approach with descriptive research, by obtaining as complete information as possible
through interviews, observation and documentation studies. The findings of the research,
that the function of civic education plays a role in student edupreneur. The function of
civic education in the form of edupreneur is as an entrepreneurial practice. Efforts in
maximizing the function of civic education in overcoming obstacles are by improving the
quality of learning in implementing Edupreneurs in order to increase public
entrepreneurship awareness.
Pendahuluan
Berangkat dari pandangan Sumarsono dkk., (2002) kompetensi Pendidikan
Kewarganegaraan adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa tanggungjawab, dapat
memecahkan masalah hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan menerapkan
konsepsi falsafah bangsa, wawasan nusantara, dan ketahanan nasional. Kompetensi ini akan
bersanding dengan visi pendidikan kewarganegaraan pada perguruan tinggi yang memiliki visi
mata kuliah sebagai alat pengembangan kepribadian yang dijadikan sebagai sumber nilai dan
pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi, guna mengantarkan
mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia Indonesia seutuhnya (Jamaludin et
al., 2017). Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) sangat
penting dalam meningkatkan kesadaran kewarganegaraan mahasiswa, karena jika didasarkan
pada tujuannya, PPKn atau civic education mempunyai fungsi dan peran sebagai pendidikan
kewarganegaraan (Winataputra & Budimansyah, 2012). Dalam konteks ini peran PPKn bagi
keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara sangat strategis.
Sejarah membuktikan bahwa mahasiswa sebagai generasi muda memiliki peran yang
besar terhadap perjalanan bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan negaranya. Mahasiswa
sebagai bagian dari kehidupan kampus merupakan agent of change yang senantiasa melakukan
perubahan-perubahan menuju arah yang lebih baik (Nurmalisa et al., 2020). Oleh karena itu, harus
ada usaha yang dilakukan oleh lembaga satudian pendidikan dengan memberikan pendidikan
kewarganegaraan dalam membangun kesadaran mahasiswa yang tidak terbatas pada ruang
persegi dalam kelas, tetapi juga mampu mengepakkan sayap keilmuwannya dalam membangun
kesadaran berwirausaha atau yang disebut edupreneur (Fauzan, 2021).
Menghadapi era industri 4.0 perguruan tinggi harus mampu menyiapkan dengan baik
lulusannya, baik dari aspek hard skills maupun soft skills. Perguruan tinggi juga dituntut untuk
mampu menyiapkan lulusan yang bermental kuat sehingga menjadi generasi yang tangguh dan
tidak menyerah. Kompetensi ini diharapkan dapat membentuk kepribadian mahasiswa yang
memiliki jiwa mandiri dalam bertanggung jawab untuk kehidupannya (Wagner, 2016). Urgensi
lain dari penelitian ini ialah untuk membantu mahasiswa dalam memanfaatkan kreativitas dan
inovasi yang dimilikinya, dalam rangka mencegah terjadinya pengangguran di masa yang akan
datang. Tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan (sumber: BPS, 2013) disajikan pada
gambar 1 berikut ini:
16
Prosiding Seminar Nasional Kewarganegaraan ISSN 2715-467X
Vol 3, 22 Desember 2021, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta
Hal 15-22
yang diciptakan oleh dunia. Hal ini dilakukan melalui berbagai tahap dan proses yang terencana,
tentu saja melalui proses pendidikan (Kasmir, 2011).
Pernyataan di atas sudah menyinggung bahwa edupreneur merupakan cakupan luas yang
dijadikan sebagai jembatan pengembangan kualitas mahasiswa yang memiliki pengetahuan dan
kemampuan dalam mengabdikan kompetensi yang didapatkannya dalam bangku perkuliahan ke
dalam lingkungan kerja masyarakat ia dapat mengembangkan potensi dan kreativitas dirinya
sesuai dengan keahlian dan kajian ilmunya masing-masing (Desler, 2007). Berkaca dari penjelasan
di atas, tujuan dari penelitian ini ialah untuk mempersiapkan output mahasiswa yang siap dan
mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapatkannya pada pembelajaran di kampus
dan digunakan dalam lingkungannya agar terbentuk jiwa kemandirian mahasiswa dengan berbasis
pada kreativitas dan inovasi pendidikan kewarganegaraan.
Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, karena
permasalahan dalam penelitian ini berhubungan dengan manusia secara fundamental bergantung
pada pengamatan. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial
dari para partisipan (Creswell, 2016). Analisis penelitian ini dengan analisis kualitatif, yaitu
dengan mengkaji data, mengorganisasikan data, memilih data yang akan dikelola, mencari dan
menemukan data sehingga dapat berbentuk sebuah informasi (Moleong, 2017). Lokasi penelitian
di program studi PPKn STKIP Pasundan Cimahi. Sesuai dengan jenis penelitian, pengumpulan
data menggunakan langkah wawancara, observasi, dokumentasi, catatan lapangan sebagai
langkah penguat hasil penelitian (Creswell, 2015).
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian secara keseluruhan dapat digambarkan bahwa fungsi pendidikan
kewarganegaraan berperan dalam edupreneur mahasiswa. Fungsi pendidikan kewarganegaraan
dalam wujud edupreneur ialah sebagai praktik wirausaha. Upaya dalam memaksimalkan fungsi
pendidikan kewarganegaraan dalam mengatasi kendala yakni dengan meningkatkan kualitas
pembelajaran dalam melaksanakan edupreneur guna meningkatkan kesadaran berwirausaha
masyarakat.
Salah satu hasil penelitian bahwa upaya untuk memperkuat edupreneur melalui pendidikan
kewarganegaraan ialah dengan penanaman mental entrepeneur mahasiswa yang diinternalisasikan
dalam pendidikan yang sering disebut dengan edupreneurship. Edupreneurship bukan bertujuan
menjadikan mahasiswa sebagai pengusaha, tetapi lebih pada pembentukan karakter edupreneur
dalam bidang pendidikan (Prodi PGMI IPMAFA, 2016). Temuan peneliti menunjukkan bahwa
STKIP Pasundan merupakan salah satu pelaku pendidikan yang menintegrasikan nilai-nilai
edupreneur ke dalam perangkat pembelajaran yang diberikan nyawa dalam pelaksanaan
pembelajaran. STKIP Pasundan menerapkan nilai kewirausahaan ke dalam kegiatan
Laboratorium Demokrasi yang menjadi program terintegrasi dengan kurikulum pendidikan
kewarganegaraan (Anjani et al., 2014).
Nilai-nilai kewirausahaan yang dikembangkan Laboratorium Demokrasi STKIP
Pasundan dapat dilihat watak, jiwa, perilaku dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Tidak
hanya itu, tujuan dari dibentuknya Laboratorium Demokrasi ini juga selain mengembangkan
karakter kewarganegaraan mahasiswa juga untuk meningkatkan nilai pragmatik atau nilai
kewirausahaan mahasiswa, yaitu: memiliki perencanaan, ada prestasi yang dicapai, produktivitas,
memiliki kemampuan, memiliki kecakapan, kreativitas, inovatif, kualitas kerja, komitmen,
kerjasama, kesempatan, bekerja keras, serta memiliki keberanian dalam mengambil resiko (Kahne
et al., 2011). Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional telah menetapkan 17 nilai
kewirausahaan yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik termasuk di dalamnya
terdapat nilai mandiri, kreatif dan berani mengambil resiko (Basrowi, 2011). Sehingga pernyataan
ini sesuai dengan temuan penelitian yang disajikan pada gambar 2 sebagai berikut.
17
Meiwatizal Trihastuti, Yayuk Hidayah. Implementasi Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Edupreneur
Pada Mahasiswa
PKn
Nilai-nilai kewirausahaan
Berani
Mandiri Kreatif mengambil Kepemimp
resiko inan
18
Prosiding Seminar Nasional Kewarganegaraan ISSN 2715-467X
Vol 3, 22 Desember 2021, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta
Hal 15-22
19
Meiwatizal Trihastuti, Yayuk Hidayah. Implementasi Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Edupreneur
Pada Mahasiswa
dalam bekerja; dan 6) Participate, yaitu peluang yang dapat diraih oleh mahasiswa untuk
berpartisipasi dalam masyarakat dan memperoleh pengetahuan atas usahanya (Callahan et al.,
2014). Pendidikan kewarganegaraan sebagai salah pelaksana visi pendidikan nasional memuat
karakter mandiri dan bertanggung jawab (Winataputra & Budimansyah, 2012).
Hasil penelitian lain dapat digambarkan dengan poin-poin sebagai berikut: 1)
pembelajaran PKn di perguruan tinggi dimaksudkan untuk mencetak warga negara yang baik,
yang di dalamnya membelajarkan nilai-nilai tentang kesadaran berwirausaha bagi warga negara
agar mandiri; 2) pembelajaran yang dilaksanakan melalui materi PKn bersifat terbatas melalui
materi hak dan kewajiban warga negara, hak asasi manusia, demokrasi, konstitusi, dan negara
hukum; 3) program pembelajaran PKn sangat mendukung peningkatan kesadaran berwirausaha
mahasiswa di STKIP Pasundan Cimahi, ditunjang dengan program-program pendukung seperti
adanya laboratorium demokrasi.
Terlaksananya eduprener melalui pendidikan kewarganegaraan secara tidak langsung juga
membentuk civic enterpreneur yang dapat meningkatkan sumber daya mahasiswa. Hal ini telah
ditegaskan oleh Olalla & Castillo (2020) bahwa mengaudit atau menganalisis kebutuhan sumber
daya manusia yang dilakukan dalam suatu pendidikan merupakan langkah dengan tujuan untuk
mendiagnosis, menganalisis, memberikan solusi, serta untuk mengetahui fungsi elemen tertentu.
Menganalisis terhadap kebutuhan sumber daya manusia merupakan upaya dasar sebuah institusi
pendidikan untuk merancang masa depan pendidikan yang berkualitas. Hal ini melalui
penelitiannya dipercaya dapat mengetahui keterbatasan dan minat sumber daya manusia yang
berdampak pada jiwa enterpreneur.
Hasil penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan minat mahasiswa dalam
pembelajaran melalui kegiatan pengabdian. Civic enterpreneurship dilakukan dengan rancangan
strategi yang sudah melalui proses analisis dan survei terlebih dahulu oleh peneliti. Kegiatan ini
dilakukan berbasis digital dan online. Sesuai dengan urgensi penelitian bahwa hal ini perlu
dilakukan agar tetap menumbuhkembangkan jiwa civic enterpreneurship pada diri mahasiswa
STKIP Pasundan. Hasil penelitian juga menggambarkan bahwa salah satu langkah bentuk
pengabdian merupakan usaha peneliti dan program studi untuk berinteraksi langsung dengan
mahasiswa untuk menumbuhkan jiwa enterpreneur mahasiswa itu sendiri. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan menggunakan dan menanamkan konsep pemahaman awal tentang civic dan
entrerpreneurship yang dilengkapi tatacara pelaksanaan seminar serta dokumen yang diperlukan
dan yang akan digunakan dalam seminar.
Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa upaya peningkatan kesadaran
berwirausaha mahaiswa sejalan dengan visi misi kewirausahaan, yaitu tidak hanya menghasilkan
uang, tetapi juga dapat memudahkan cara hal-hal dilakukan dengan menyediakan produk dan
layanan yang memiliki nilai bagi pelanggan sambil mengambil semua risiko yang menghalangi.
Seseorang memiliki gagasan unik dan praktis dalam benaknya, serta dapat membangun usaha
bisnis untuk mengubah ide menjadi produk atau layanan yang dapat membantu banyak orang
dengan memudahkan cara kerja dilakukan sebelumnya. Van Draag dan Versloot (2007)
mengatakan bahwa kewirausahaan sering dikaitkan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi,
inovasi, pekerjaan dan kreasi usaha. Penelitian empiris juga mendukung hubungan positif antara
aktivitas kewirausahaan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Selanjutnya, dalam mencapai keberhasilan pelaksanakan edupreneur melalui PKn, pelaku
pendidikan perlu merancang strategi pembelajaran kreatif, yaitu salah satu strategi pembelajaran
yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa. Pembelajaran
kreatif sangat penting dalam rangka pembentukan generasi kreatif yang mampu menghasilkan
sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Edupreneur adalah pendidikan kewirausahaan
yang merupakan usaha untuk mendidik seseorang agar dapat menghasilkan suatu produk baik
barang maupun jasa yang bernilai jual dan bermanfaat bagi dirinya maupun bagi orang lain.
Edupreneur merupakan kegiatan pendidikan yang juga memuat nilai civic enterpreneur di dalamnya
dilakukan dengan menanamkan mental berwirausaha, maka sejalan dengan pernyataan Rostand
20
Prosiding Seminar Nasional Kewarganegaraan ISSN 2715-467X
Vol 3, 22 Desember 2021, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta
Hal 15-22
(Kahne et al., 2011) bahwa edupreneur merupakan proses dinamika orang untuk menciptakan
kekayaan inkremental yaitu kekayaan yang diciptakan oleh individu yang berani dalam
mengambil resiko.
Kesimpulan
Secara keseluruhan dapat digambarkan bahwa PKn berperan dalam edupreneur
mahasiswa. Fungsi PKn dalam wujud edupreneur ialah sebagai praktek wirausaha. Upaya dalam
memaksimalkan fungsi PKn dalam mengatasi kendala yakni dengan meningkatkan kualitas
pembelajaran dalam melaksanakan edupreneur guna meningkatkan kesadaran berwirausaha
masyarakat. Fungsi PKn selain untuk menghasilkan warga negara yang mengetahui hak dan
kewajibannya sebagai warga negara, juga secara skill menjadikan mahasiswa sebagai warga negara
yang mandiri dan memiliki kreativitas tinggi bernilai Pancasila dan kekeluargaan sesuai dengan
prinsip ekonomi dan UU. Laboratorium demokrasi merupakan salah satu sarana yang dijadikan
oleh STKIP Pasundan sebagai wadah dalam mengembangkan nilai kewirausahaan. Nilai ini
secara proses sudah terintegrasi dengan kurikulum yang di dalamnya termuat kegiatan
perencanaan, pengembangan, dan evaluasi kegiatan untuk menumbuhkan nilai dan kesadaran
berwirausaha mahasiswa.
Daftar Pustaka
Adnyana, I. G. L. A. (2016). Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan, Self Efficacy dan Locus of
Controll pada Niat Berwirausaha. Jurnal Managemen Unud, 5(2), 311–324.
Anjani, S. R., Budimansyah, D., & Wahab, A. A. (2014). Implementasi Pendidikan Demokrasi
melalui Pembelajaran PKn untuk Membentuk Warga Negara yang Bertanggung Jawab.
Jurnal Civicus, 14(2), 18–33.
Astameon, M. P. (2018). Entrepreneurship Dalam Perspektif Kondisi Bangsa Indonesia. Alfabeta.
Basrowi. (2011). Kewirausahaan untuk Perguruan Tinggi. Ghalia Indonesia.
Callahan, C., Saye, J., & Brush, T. (2014). Social studies teachers’ interactions with second
generation web-based educative curriculum. Journal of Social Studies Research, 3(2).
Creswell, J. W. (2015). Riset Perencanaan, dan evaluasi riset kualitatif dan kuantitatif pendidikan.
Pustaka Pelajar.
Creswell, J. W. (2016). Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif dan Campuran (4
ed.). Pustaka Pelajar.
Desler, G. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Index.
Fauzan. (2021). Kesiapan Perguruan Tinggi dalam Penerapan Kebijakan Merdeka Belajar Kampus
Merdeka. Berita Universitas Islam Negeri. https://fitk.uinjkt.ac.id/kesiapan-perguruan-
tinggi-dalam-penerapan-kebijakan-merdeka-belajar-kampus-merdeka/
Gauthier, T. (2020). Teaching Students About the World of Work: A Challenge to Postsecondary
Educators: A Book Review. The Journal of Competency-Based Education.
https://doi.org/10.1002/cbe2.1225
Jamaludin, U., Damanhuri, Setiawan, D., & Raharjo. (2017). Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Perguruan Tinggi. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Wilayah Indonesia Bagian
Barat.
Kahne, J., Ullman, J., & Middaug, E. (2011). Digital Opportunities for Civic Education. American
Enterprise Institute for Public Policy Research, 8(1–4).
Kasmir. (2011). Kewirausahaan. Rajawali Press.
Masitha, A., Zahiroh, N., & Fitriya, R. L. (2017). Edupreneur, berantas pengangguran terdidik.
In Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo.
21
Meiwatizal Trihastuti, Yayuk Hidayah. Implementasi Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Edupreneur
Pada Mahasiswa
22