Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

COC Ny. FB

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 327

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA NY. FB UMUR 29 TAHUN G3 P2 A0

DI UPTD PUSKESMAS AINIBA

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH

NAMA: SULIANI DANO

NIM: 161231032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2023/2024
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Continuity of Care berjudul:

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA NY. FB UMUR 29 TAHUN G3 P2 A0

DI UPTD PUSKESMAS AINIBA

Oleh :

NAMA : SULIANI DANO

NIM :161231032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Telah disetujui dan diperiksa oleh

Ungaran,

Penguji/Pembimbing Akademik

Ida Sofiyanti S.SiT., M. Keb

NIDN: 0602018501

2
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Continuity of Care berjudul :

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

PADA NY. FB UMUR 29 TAHUN G3 P2 A0

DI UPTD PUSKESMAS AINIBA

Oleh :

NAMA : SULIANI DANO

NIM :161231032

Telah dipertahankan didepan pembimbing Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Fakultas Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo

Pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji/Pembimbing Akademik

Ida Sofiyanti S.SiT., M. Keb


NIDN: 0602018501

Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Program Studi

3
PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Suliani Dano

Nim : 161231032

Program Studi : Pendidikan Profesi Bidan

Fakultas : Kesehatan

Dengan ini menyatakan :

1. Laporan Continuity of Care berjudul Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada


Ny. Fb Umur 29 Tahun G3 P2 A0 Di UPTD Puskesmas Ainiba adalah karya
ilmiah asli yang belum pernah diajukan dan mendapat untuk mendapatkan gelar
akademik apapun di perguruan tinggi manapun
2. Laporan Continuity of Care ini merupakan ide dan murni hasil karya saya
dengan dibantu dan dibimbing oelh pembimbing dan naras sumber
3. Laporan Continuity of Care ini tidak memuat karya atau pendapat orang lain
yang telah dipublikasi kecuali secara tertulis dicantumkan dalam naskah sebagi
acuan dengan menyebut nama pengarang dan judul asli dalam daftar Pustaka
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan say aini, saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yan sudah saya
peroleh dan sanksi lainnya sesuai norma yang berlaku di Universitas Ngudi
Waluyo
Ungaran,
Pembimbing Yang membuat pernyataan

Ida Sofiyanti S. SiT., M. Keb Suliani Dano


NIDN. 0602018501 NIM. 161231032

4
5
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
penyertaan-Nya, sehingga penyusunan Laporan CoC yang berjudul Asuhan Kebidanan
Komprehensif Pada Ny. Fb Umur 29 Tahun G3P2A0 Di UPTD Puskesmas Ainiba
dapat terselesaikan. Laporan Continuity of Care (CoC) ini merupakan salah satu syarat
untuk menyelesaikan Pendidikan Profesi Bidan di Universitas Ngudi Waluyo, Ungaran,
Jawa Tengah.

Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari
berbagi pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima
kasih kepada:

1. Bapak Eko Susilo, S. Kep., Ns., M. Kep. selaku Dekan Fakultas Kesehatan yang telah
membantu saya selama berkuliah.
2. Ibu Ida Sofiyanti, S. Si.T., M. Keb. selaku Ketua Program Studi dan Pembimbing
Akademik yang juga telah membantu saya selama berkuliah dam membimbing selama
proses penyusunan laporan COC.
3. Kepala UPTD Puskesmas Ainiba beserta seluruh staf yang telah memberikan ijin dan
mendampingi dalam melakukan Asuhan Komprehensif.
4. Group Together yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik secara material,
moral dan spiritual yang tiada henti.
5. Suami dan anak anak saya yang setia mensuport saya dalam menempuh pendidikan
Prodi Kebidanan
6. Teman seperjuangan Prodi Profesi Kebidanan, dan teman teman yang ada disekitar
saya yang telah memberi motivasi, menemani dan selalu memberikan semangat dalam
menyelesaikan laporan CoC.
Penulis menyadari bahwa laporan CoC ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan CoC ini.

Ungaran,

6
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

7
A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu negara. Tingginya

AKI dan AKB termasuk tantangan paling berat untuk mencapai Millenium

Development Goals (MDGs) tahun 2015. Agenda pembangunan berkelanjutan

yaitu Sustainable Development Goals (SDGs) yang telah disahkan pada September

2015 berisi 17 tujuan dan 169 target. Tujuan ketiga SDGs adalah menjamin

kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala

usia dengan salah satu target mengurangi AKI secara global sebanyak 70 per

100.000 Kelahiran Hidup tahun 2030 (WHO, 2017).

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat

keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu selama masa

kehamilan, persalinan, dan nifas. Secara umum terjadi penurunan kematian ibu

selama periode 1991-2020 dari 390 menjadi 189 per 100.000 kelahiran hidup.

Angka ini hampir mencapai target RPJMN 2024 sebesar 183 per 100.000 kelahiran

hidup. Walaupun terjadi kecenderungan penurunan angka kematian ibu, masih

diperlukan upaya dalam percepatan penurunan AKI untuk mencapai target SGDs

yaitu sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (Kemenkes RI,

2023).

Jumlah kematian ibu yang dihimpun dari pencatatan program Gizi dan

Kesehatan Ibu dan Anak di Kementerian Kesehatan cenderung meningkat setiap

tahunnya, tetapi menurun pada tahun 2022. Jumlah kematian pada tahun 2022

menunjukkan 3.572 kematian di Indonesia terjadi penurunan dibandingkan tahun

2021 sebesar 7.389 kematian ( Kemenkes RI,2023). Penyebab kematian ibu

terbanyak pada tahun 2022 adalah hipertensi dalam kehamilan sebanyak 801 kasus,

8
perdarahan sebanyak 741 kasus, jantung sebanyak 232 kasus, dan penyebab

lainlain sebanyak 1.504 kasus ( Kemenkes RI, 2023). Provinsi NTT pada tahun

2022 mengalami penurunan 10 kasus AKI dari 181 kasus pada tahun 2021 menjadi

171 kasus di tahun 2022 dan Kabupaten Belu AKI pada tahun 2022 sebanyak 6

kasus, sedangkan di UPTD Puskesmas Ainiba tidak ada kasus kematian ibu pada

tahu 2022.

Upaya percepatan penurunan AKI dilakukan dengan menjamin agar setiap

ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas, seperti pelayanan

kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di

fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi,

perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan pelayanan keluarga

berencana (KB) termasuk KB pasca persalinan (Kemenkes RI, 2023).

Selain pada masa kehamilan, upaya lain yang dilakukan untuk menurunkan

kematian ibu dan kematian bayi yaitu dengan mendorong agar setiap persalinan

ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten yaitu dokter spesialis kebidanan dan

kandungan (SpOG), dokter umum, bidan, dan perawat dilakukan di fasilitas

pelayanan kesehatan. Keberhasilan program ini diukur melalui indikator persentase

persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam rangka menjamin ibu bersalin

mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar, sejak tahun 2015 setiap ibu

bersalin diharapkan melakukan persalinan dengan ditolong oleh tenaga kesehatan

yang kompeten di fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu, Rencana Strategis

Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024 menetapkan persalinan ditolong tenaga

kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan (PF) sebagai salah satu indikator upaya

kesehatan keluarga, menggantikan indikator pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan/PN ( Kemenkes RI, 2023).

9
Persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan pada tahun 2022 di Indonesia

sebesar 87,9%. Angka ini menurun dibandingkan tahun 2021 sebesar 90,9% yang

mencapai target Renstra 2021. Namun demikian, pada tahun 2022 indikator ini

belum memenuhi target Renstra 2022 sebesar 91,0%. Cakupan persalinan di

faslilitas kesehatan pada provinsi NTT 66,9%, di Kabupaten Belu cakupan

persalinan di fasilitas kesehatan 80,8% dan di UPTD Puskesmas Ainiba 92%

Pelayanan kesehatan ibu nifas harus dilakukan minimal empat kali dengan

waktu kunjungan ibu dan bayi baru lahir bersamaan, yaitu pada enam jam sampai

dengan dua hari setelah persalinan, pada hari ketiga sampai dengan hari ke tujuh

setelah persalinan, pada hari ke delapan sampai dengan hari ke 28 setelah

persalinan, dan pada hari ke 29 sampai dengan 42 hari setelah persalinan. Ibu

bersalin yang telah melakukan kunjungan nifas sebanyak empat kali dapat dihitung

telah melakukan kunjungan nifas lengkap (KF lengkap). Cakupan kunjungan KF

lengkap di Indonesia pada tahun 2022 sebesar 80,9%, dimana provinsi dengan

cakupan tertinggi adalah Provinsi Jawa Barat sebesar 95,3%, Sulawesi Selatan

sebesar 94,5%, dan Banten sebesar 93,9%. Provinsi yang memiliki cakupan

terendah antara lain Nusa Tenggara Timur 55%, Papua 30,8% , dan Papua Barat

22,9% (Kemenkes RI, 2023). Cakupan kunjungan nifas lengkap di Kabupaten Belu

pada tahun 2022 76,9% dan cakupan UPTD Puskesmas Ainiba 88,9%.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya

Kesehatan Anak, dikatakan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,

tumbuh, dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi. Sejalan dengan hal tersebut, perlu dilakukan upaya kesehatan anak

dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara terpadu,

menyeluruh, dan berkesinambungan. Upaya ini dilaksanakan sejak janin dalam

10
kandungan hingga anak berusia 18 tahun. Salah satu tujuan upaya kesehatan anak

adalah menjamin kelangsungan dan kualitas hidup anak melalui upaya penurunan

angka kematian, perbaikan gizi, pemenuhan standar pelayanan minimal pada bayi

baru lahir, bayi, dan balita. Tren Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sudah

mengalami penurunan, namun masih memerlukan upaya percepatan dan upaya

untuk mempertahankan agar target 16/1000 kelahiran hidup dapat tercapai di akhir

tahun 2024. Sebagian besar kematian terjadi pada masa neonatal (0-28 hari)

sebanyak 18.281 kematian (75,5% kematian bayi usia 0-7 hari dan 24,5% kematian

bayi usia 8-28 hari). Sementara kematian pada masa post neonatal (29 hari-11

bulan) sebanyak 2.446 kematian, dan kematian pada usia 12-59 bulan sebanyak

720 kematian. Jumlah ini cukup jauh menurun dari jumlah kematian balita pada

tahun 2021 sebanyak 27.566 kematian. Kematian bayi di provinsi NTT mengalami

penurunan dari 955 kasus di tahun 2021 naik menjadi 873 kasus di tahun 2022

terjadi peningkatan 184 kasus kematian (Rakor Provinsi NTT). Sedangkan di

Kabupaten Belu Angka Kematian Bayi sebanyak 48 kasus pada tahun 2022 dan di

UPTD Puskesmas ada 2 kasus kematian bayi.

Menurut Profil Kesehatan Indonesia 2022, Keluarga Berencana selanjutnya

disingkat dengan KB, adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal

melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan

sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. KB

merupakan salah satu strategi untuk mendukung percepatan penurunan Angka

Kematian Ibu melalui: Mengatur waktu, jarak dan jumlah kehamilan; Mencegah

atau memperkecil kemungkinan seorang perempuan hamil mengalami komplikasi

yang membahayakan jiwa atau janin selama kehamilan, persalinan dan nifas;

11
Mencegah terjadinya kematian pada seorang perempuan yang mengalami

komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.

Peserta KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang saat ini sedang

menggunakan salah satu alat kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan. PUS peserta

KB terdiri dari peserta KB modern (mengunakan alat/obat/cara KB berupa steril

wanita (MOW), steril pria (MOP), IUD/AKDR). Implan/susuk, suntik, pil, kondom

dan Metode Amenore Laktasi (MAL) dan peserta KB tradisional (menggunakan

alat/obat/cara KB berupa pantang berkala, senggama terputus, dan alat/obat/cara

KB tradisional lainnya).

Menurut hasil pendataan keluarga tahun 2022 oleh BKKBN, menunjukkan

bahwa angka prevalensi PUS peserta KB di Indonesia pada tahun 2022 sebesar

59,9%. Berdasarkan distribusi provinsi, angka prevalensi pemakaian KB tertinggi

adalah Kalimantan Selatan (71,1%), Kepulauan Bangka Belitung (67,4%), dan

Bengkulu (66,8%), sedangkan terendah adalah Papua (10,9%), Papua Barat

(28,6%) dan Maluku (34,2%). Peserta KB di Kabupaten Belu pada tahun 2022

23,76% dan di UPTD Puskesmas Ainiba 29,53%.

Bidan memiliki tugas penting untuk meningkatkan pelayanan kesehatan

bagi maternal dan neonatal agar dapat mengurangi angka kematian ibu dan bayi

serta meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. Salah satu cara untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan adalah dengan asuhan komperehensif dari

kehamilan, persalinan, nifas serta bayi baru lahir dan pelayanan KB.

Continuity of care (COC) merupakan pemberian pelayanan

berkesinambungan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir serta

keluarga berencana yang dilakukan oleh bidan. Asuhan kebidanan

berkesinambungan bertujuan mengkaji sedini mungkin penyulit yang ditemukan

12
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayi secara menyeluruh dan

jangka panjang, berdampak terhadap menurunnya jumlah kasus komplikasi dan

kematian ibu hamil, bersalin, BBL nifas, dan neonatus (Sunarsih dan Pitriyani,

2020)

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Kebidanan secara komprehensif pada ibu Hamil, ibu

Bersalin, ibu Nifas, BBL, Neonatus, dan KB Ny. FB umur 29 tahun G3P2A0 di

UPTD Puskesmas Ainiba?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny. FB umur 29

tahun G3P2A0 di UPTD Puskesmas Ainiba yaitu pada kehamilan, persalinan, bayi

baru lahir, nifas, neonatus dan rencana pelayanan kontrasepsi dengan menggunakan

polapikir ilmiah melalui pendekatan manajemen menurut Varney.

2. Tujuan Khusus

Dalam memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif penulis mampu:

a. Memberikan asuhan kebidanan kehamilan pada pada Ny. FB umur 29 tahun di

UPTD Puskesmas Ainiba melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut

Varney.

b. Memberikan asuhan kebidanan persalinan pada pada ny. FB umur 29 tahun di

UPTD Puskesmas Ainiba melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut

Varney.

13
c. Memberikan asuhan kebidanan nifas pada PADA Ny. FB umur 29 tahun di

UPTD Puskesmas Ainiba melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut

Varney.

d. Memberikan asuhan kebidanan bayi baru lahir dan neonatus pada pada Ny. FB

umur 29 tahun di UPTD Puskesmas Ainiba melalui pendekatan manajemen

kebidanan menurut Varney.

e. Memberikan asuhan kebidanan kontrasepsi pada pada Ny. FB umur 29 tahun di

UPTD Puskesmas Ainiba melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut

Varney.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dengan pelaksanaan asuhan kebidanan secara komprehensif (Continuity of

Care), diharapkan ilmu kebidananyang berkembang sesuai dengan pendekatan

manajemen kebidanan dan evidence base dalam praktik kebidanan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Mendapat pengalaman serta dapat menerapkan apa yang telah didapat dari

perkuliahan dengan kasus nyata dalam melakukan asuhan kebidanan secara

komprehensif meliputi hamil, bersalin, nifas, BBL, Neonatus dan KB.

b. Bagi Pasien

Hasil asuhan kebidanan komprehensif ini dapat menambah pengetahuan

bagi klien dan keluarga serta dapat melaksanakan asuhan kebidanan secara

mandiri.

c. Bagi Lahan Praktik

14
Sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu pelayanan terutama

dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan secara komprehensif.

d. Bagi Institusi

 Dapat melakukan evaluasi terhadap pencapain keterampilan

mahasiswa selama praktik khususnya pada asuhan kebidanan secara

komprehensif meliputi hamil, bersalin, nifas, BBL, Neonatus dan

KB.

 Menjadi bahan untuk menambah wawasan atau referensi khususnya

meningkatkan pelayanan KIA secara menyeluruh sesuai dengan

program pemerintah yakni, melakukan upaya promotif dan preventif

bagi profesi kebidanan dalam penatalaksanaan asuhan kebidanan

komprehensif.

15
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori

1. Konsep Dasar Teori Continuity Of Care (COC)

Continuity of Care dalam kebidanan adalah serangkaian kegiatan

pelayanan yang berkelanjutan dan menyeluruh mulai dari kehamilan,

persalinan, nifas, pelayanan Bayi Baru Lahir (BBL) serta pelayanan

Keluarga Berencana (KB) yang menghubungkan kebutuhan kesehatan

perempuan dan keadaan pribadi setiap individu (Ningsih, 2017).

Continuity of Care adalah hal yang mendasar dalam model praktik

kebidanan untuk memberikan asuhan yang holistik, membangun

kemitraan yang berkelanjutan untuk memberi dukungan, dan membina

hubungan saling percaya antara bidan dengan klien (Astuti, 2017). COC

menekankan pada kondisi alamiah yaitu membantu perempuan agar

mampu melahirkan dengan intervensi minimal dan pemantauan fisik,

kesehatan psikologis, spiritual dan sosial perempuan dan keluarga.

Tujuan Continuity of Care yaitu untuk memantau kemajuan

kehamilan, memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi,

mengenal secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, mengurangi penggunaan intervensi pada

saat persalinan termasuk SC, meningkatkan jumlah persalinan normal

dibandingkan dengan perempuan yang merencanakan persalinan dengan

tindakan (Ningsih, 2017). Manfaat Continuity of Care adalah lebih kecil

16
kemungkinan untuk melahirkan secara SC, mengalami kelahiran

premature, mengurangi risiko kematian bayi baru lahir (Toronto, 2017).

Menurut Sandall, J. dalam Ningsih (2017) menyebutkan bahwa

Continuity Of Care memiliki tiga jenis pelayanan yaitu managemen,

informasi dan hubungan. Kesinambungan managemen melibatkan

komunikasi antar perempuan dan bidan. Kesinambungan informasi

menyangkut ketersediaan waktu yang relevan. Kedua hal tersebut

penting untuk mengatur dan memberikan pelayanan kebidanan.

Pemberian informasi kepada perempuan memungkinkan dan

memberdayakan mereka dalam melakukan perawatan untuk mereka

sendiri dan muncul sebagai dimensi secara terus menerus sebagai

informasi dan kemitraan. Perawatan berencana tidak hanya menopang

bidan dalam mengkoordinasikan layanan komprehensif mereka tetapi

juga menimbulkan rasa aman serta membuat keputusan bersama.

Tidak semua pasien dapat mengasumsikan keaktifan perannya

namun mereka dapat membuat akumulasi pengetahuan dari hubungan

yang berkesinambungan untuk bisa mengerti terhadap pelayanan yang

mereka terima (Haggerty, Freeman, & Beaulieu, 2013).

2. Konsep Dasar Kehamilan

a. Defenisi Kehamilan

Ibu hamil adalah seorang wanita yang sedang mengandung

yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan adalah

waktu transisi, yaitu masa antara kehidupan sebelum memiliki anak

yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah

anak itu lahir (Ratnawati, 2020).

17
Kehamilan merupakan penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi. Bila dihitung dari saat

fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung

dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender

internasional. Maka, dapat disimpulkan bahwa kehamilan

merupakan bertemunya sel telur dan sperma di dalam atau diluar

Rahim dan berakhir dengan keluarnya bayi dan plasenta melalui

jalan lahir (Yulaikhah, 2019).

b. Tanda dan gejala kehamilan

Tanda dan gejala kehamilan dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

1) Tanda Dugaan Hamil/Kehamilan Palsu

Pseudocyesis (kehamilan palsu) merupakan keyakinan

dimana seorang wanita merasakan dirinya sedang hamil namun

sebenarnya ia tidak hamil. Wanita yang mengalami

pseudocyesis akan merasakan sebagian besar atau bahkan semua

tanda-tanda dan gejala kehamilan. Meskipun penyebab pastinya

masih belum diketahui, dokter menduga bahwa faktor

psikologislah yang mungkin menjadi penyebab tubuh untuk

“berpikir bahwa ia hamil”.

Amenore (terlambat datang bulan), mual dan muntah,

pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam

lambung yang berlebih, ngidam, sinkope atau pingsan, terjadi

gangguan sirkulasi ke daerah kepala, payudara tegang, sering

miksi, obstipasi, epulis, pigmentasi kulit, varises atau

penampakan pembuluh darah.

18
2) Tanda Tidak Pasti Hamil

a) Rahim membesar sesuai dengan usia kehamilan

b) Pada pemeriksaan dalam meliputi :

i. Tanda Hegar : melunaknya segmen bawah uterus

ii. Tanda Chadwiks : warna selaput lendir vulva dan vagina

menjadi ungu

iii. Tanda Piscaseck : uterus membesar ke salah satu arah

sehingga menonjol jelas ke arah pembesaran tersebut

iv. Kontraksi Broxton Hicks : bila uterus dirangsang mudah

berkontraksi

v. Tanda Ballotement : terjadi pantulan saat uterus ditekuk

dengan jari

c) Perut membesar

d) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif

3) Tanda Pasti Hamil

a) Tes kehamilan medis menunjukkan bahwa ibu hamil. Tes ini

dilakukan dengan perangkat tes kehamilan di rumah atau di

laboratorium dengan urine atau darah ibu. (Sutanto &

Fitriana, 2019).

b) Gerakan janin dalam rahim : teraba gerakan janin, teraba

bagian-bagian janin.

c) Denyut jantung janin: didengar dengan stetoskop laenec, alat

kardiotokografi, alat doppler, USG. (Fatimah &

Nuryaningsih, 2017)

c. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Kehamilan

19
1) Perubahan Sistem Reproduksi

Menurut Sofian (2011:29); Prawirohardjo (2016:179) adalah:

a) Uterus

Untuk akomodasi pertumbuhan janin, ukuran rahim pada

kehamilan normal atau cukup bulan adalah 30 x 25 x 20 cm

dengan kapasitas lebih dari 4000 cc. Beratnyapun naik dari

30gram menjadi 1000gram pada akhir kehamilan (40

minggu).

b) Ovarium

Proses ovulasi terhenti, dan masih terdapat luteum graviditas

sampai terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih

pengeluaran esterogen dan prodesteron.

c) Vagina dan Vulva

Terjadi perubahan pada vagina dan vulva karena terjadi

hipervasikularisasi oleh hormon esterogen, sehingga pada

bagian tersebut terlihat merah kebiruan, kondisi ini disebut

dengan tanda Chadwick

2) Perubahan Sistem Pernapasan

Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak dan pendek napas.

Hal itu disebabkan oleh usus yang tertekan ke arah diafragma

akibat pembesaran rahim. Kapasitas vital paru sedikit meningkat

selama hamil. Seorang wanita hamil selalu bernapas lebih

dalam. Yang lebih menonjol adalah pernapasan dada (Thoracic

Breathing).

3) Perubahan Sistem Sirkulasi Darah

20
a) Volume Darah

Volume darah total dan volume darah plasma darah naik

pesat sejak akhir trimester pertama. Volume darah akan

bertambah banyak, kira-kira 25% dengan puncaknya pada

kehamilan 32 minggu, di ikuti pertambahan curah jantung

(cardiac output), yang meningkat sebanyak ± 30%. Akibat

hemodilusi yang mulai jelas kelihatan pada kehamilan 4

bulan, ibu yang menderita penyakit jantung dapat jatuh

dalam keadaan DekompensasiCordis.

b) Jantung

Pompa jantung mulai naik kira-kira 30% setelah kehamilan 3

bulan, dan menurun lagi pada minggu-minggu terakhir

kehamilan. Elektrokardiogram kadang kala memperlihatkan

deviasi aksis ke kiri.

c) Nadi dan Tekanan Darah

Tekanan darah arteri cenderung menurun, terutama selama

trimester kedua, kemudian akan naik lagi seperti pada

prahamil. Tekanan vena dalam batas-batas normal pada

ekstreimitas atas dan bawah, cenderung naik, nilai rata-rata

84 per menit.

d) Protein Darah

Jumlah protein (albumin) dan gamaglobulin menurun dala

triwulan pertama dan meningkat secara bertahap pada akhir

kehamilan.

4) Perubahan Sistem Urinaria

21
Pada bulan pertama kehamilan, kandung kemih tertekan oleh

utrus yang mulai membesar sehingga sering BAK. Keadaan ini

akan hilang seiring bertambahnya usia kehamilan, namun akan

muncul keluhan yang sama pada akhir kehamilan karena kepala

janin mulai turun kebawah pintu atas panggul sehingga menekan

kandung kemih.

5) Perubahan Sistem Pencernaan

Pada saluran gastrointestinal, hormone esterogen membuat

pengeluaran asam lambung meningkat, yang dapat

menyebabkan pengeluaran air liur yang berlebihan

(hipersalivasi), daerah lambung terasa panas, terjadi mual dan

sakit/pusing terutama pada pagi hari yang disebut hyperemesis

gravidarum. Pada trimester II dan III sering terjadi konstipasi

karena pengaruh hormon progesteron yang meningkat yang

menimbulkan gerakan usus berkurang sehingga makanan lebih

lama berada didalam lambung.

6) Perubahan Sistem Kardiovaskuler

a) Retensi cairan, bertambahnya beban volume dan curah

jantung.

b) Terjadi hemodilusi sehingga menyebabkan anemia relative,

haemoglobin turun sampai 10%.

c) Akibat pengaruh hormon, tahanan perifer vascular menurun.

d) Tekanan darah sistolik maupun distolik pada ibu hamil

trimester I turun 5 sampai 10 mmHg, hal ini kemungkinan

disebabkan karena terjadinya vasodilatasi perifer akibat

22
perubahan hormonal pada kehamilan. tekanan darah akan

kembali normal pada trimester III kehamilan

e) Curah jantung bertambah 30-50%, maksimal akhir trimester

I, menetap sampai akhir kehamilan.

f) Volume darah maternal keseluruhan bertambah sampai 50%.

g) Trimester kedua denyut jantung meningkat 10-15 kali per

menit dapat juga timbul palpitasi.

h) Volume plasma bertambah lebih cepat pada awal kehamilan,

kemudian bertambah secara perlahan sampai akhir

kehamilan.

7) Perubahan Intugument

Ibu hamil yang sering mengalami perubahan pada kulit yaitu

terjadi hiperpigmentasi atau warna kulit kelihatan lebih gelap.

Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan Melanosit

Stimulating Hormon (MSH). Hiperpigmentasi dapat terjadi pada

wajah, leher, payudara, perut, lipat paha, dan aksila.

Hiperpigmentasi pada wajah disebut cloasma gravidarum

biasanya timbul pada hidung, pipi dan dahi. Hiperpigmentasi

pada perut terjadi pada garis tengah berwarna hitam kebiruan

dari pusat kebawah sampai sympisis yang disebut linea nigra

8) Perubahan Metabolisme

Basal Metabolic Rate (BMR) meningkat sampai 15% sampai

20% pada akhir kehamilan, terjadi juga hiper trofittiroid

sehingga kelenjar tyroid terlihat jelas pada ibu hamil. BMR akan

kembali seperti sebelum hamil pada hari ke-5 atau ke-6 setelah

23
persalinan. Peningkatan BMR menunjukkan adanya peningkatan

kebutuhan oksigen. Seorang ibu hamil sering merasa haus terus,

nafsu makan bertambah dan sering buang air kecil dan kadang-

kadang mengalami glukosuria (ada glukosa pada urine) sehingga

menyerupai diabetes militus (DM)

9) Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Bentuk tubuh ibu hamil berubah secara bertahap menyesuaikan

penambahan berat badan ibu hamil dan semakin besarnya janin,

menyebabkan postur dan cara berjalan ibu hamil berubah. Postur

tubuh hiperlordosis dapat terjadi karena ibu hamil memakai alas

kaki terlalu tinggi sehingga memaksa tubuh untuk menyesuaikan

maka sebaiknya ibu hamil supaya memakai alas kaki yang tipis

dan tidak licin selain untuk kenyamanan juga mencegah terjadi

kecelakaan atau jatuh terpeleset. Peningkatan hormon seks

steroid yang bersirkulasi mengakibatkan terjadinya jaringan ikat

dan jaringan kolagen mengalami perlunakan dan elastisitas

berlebihan sehingga mobiditas sendi panggul mengalami

peningkatan dan relaksasi. Pada kehamilan trimester III otot

rektus abdominus memisah mengakibatkan isi perut menonjol di

garis tengah tubuh, umbilikalis menjadi lebih datar atau

menonjol. Setelah melahirkan tonus otot secara bertahap

kembali tetapi pemisahan otot rekti abdominalis tetap.

10) Perubahan Darah dan Pembekuan Darah

Volume darah pada ibu hamil meningkat sekitar 1.500 ml terdiri

dari 1.000 ml plasma dan sekitar 450 ml sel darah merah.

24
Peningkatan volume terjadi sekitar minggu ke-10 sampai ke-12.

Peningkatan volume darah ini sangat penting bagi pertahanan

tubuh untuk hipertrofi system vaskuler akibat pembesaran

uterus, hidrasi jaringan pada janin dan ibu saat ibu hamil berdiri

atau terlentang dan cadangan cairan untuk mengganti darah yang

hilang pada saat persalinan dan masa nifas. Vasodilatasi perifer

terjadi pada ibu hamil berguna untuk mempertahankan tekanan

darah supaya tetap normal meskipun volume darah pada ibu

hamil meningkat. Produksi sel darah merah meningkat selama

hamil, peningkatan sel darah merah tergantung pada jumlah zat

besi yang tersedia. Meskipun produksi sel darah merah

meningkat tetapi haemoglobin dan haematocrit menurun, hal ini

disebut anemia fisiologis. Ibu hamil trimester II mengalami

penurunan haemoglobin dan haemotokrit yang cepat karena

pada saat ini terjadi ekspansi volume darah yang cepat.

Penurunan Hb paling rendah pada kehamilan 20 minggu

kemudian meningkat sedikit sampai hamil cukup bulan. Ibu

hamil

11) Perubahan System Persyarafan

Perubahan persarafan pada ibu hamil belum banyak diketahui.

Gejala neurologis dan neuromuscular yang timbul pada ibu

hamil : Terjadi perubahan sensori tungkai bawah disebabkan

oleh kompresi saraf panggul dan statis vascular akibat

pembesaran uterus.

25
a) Posisi ibu hamil menjadi lordosis akibat pembesaran uterus,

terjadi tarikan saraf atau kompresi akar saraf dapat perasaan

nyeri.

b) Edema dapat melibatkan saraf perifer, dapat juga menekan

saraf median di bawah karpalis pergelangan tangan,

sehingga menimbulkan rasa terbakar atau rasa gatal dan

nyeri pada tangan menjalar ke siku, paling sering terasa pada

tangan yang dominan.

c) Posisi ibu hamil yang membungkuk menyebabkan terjadinya

tarikan pada segmen pleksus brakhialis sehingga timbul

akroestesia (rasa baal atau gatal di tangan).

d) Ibu hamil sering mengeluh mengalami kram otot hal ini

dapat disebabkan oleh suatu keadaan hipokalsemia.

e) Nyeri kepala pada ibu hamil dapat disebabkan oleh

vasomotor yang tidak stabil, hipotensi postural atau

hipoglikemia.

d. Perubahan Psikologis

Menurut Astuti, dkk (2017), perubahan psikologi pada hamil adalah:

1) Trimester I

Adaptasi yang harus dilakukan oleh ibu yaitu menerima

kenyataan bahwa dirinya sedang hamil. Tingkat penerimaan dari

ibu hamil akan tercermin dalam respon emosionalnya dan

kesiapan atau penyambutan kehamilannya. Berbagai respon

emosional pada trimester 1 yang dapat muncul berupa perasaan

ambifalen, kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi dan

26
kesedihan. Pada trimester 1 ini, akan muncul sejumlah

ketidaknyamanan, misalnya mual, kelelahan, perubahan nafsu

makan, emosional, dan cepat marah. Kemungkinan hal ini,

mencerminkan konflik atau depresi yang dialami selain

pengingat akan kehamilanya. Pada kehamilan trimester 1,

ekspresi seksual bersifat individual. Selain faktor fisik, emosi,

serta interaksi dan masalah disfungsi seksual dapat berperan

terhadap perbedaan perasaan yang muncul. Umumnya, rasa

keinginan seksual ibu akan menurun, jika ibu merasa mual, letih,

depresi, nyeri payudara, khawatir dan cemas.

2) Trimester II

Pada trimester 2 ini ibu akan merasa lebih baik dan sehat karena

terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan, misalnya mual dan

letih. Perubahan psikologis pada trimester kedua ini dapat dibagi

menjadi 2 tahap, yaitu sebelum adanya pergerakan janin yang

dirasakan ibu (prequickening) dan setelah adanya pergerakan

janin yang dirasakan oleh ibu (postquickening).

3) Trimester III

Pada kehamilan trimester ketiga, ibu akan lebih nyata

mempersiapkan diri untuk menyambut kelahiran anaknya.

Selama menjalani kehamilan trimester ini, ibu dan suaminya

sering kali berkomunikasi dengan janin yang berada dalam

kandunganya dengan cara mengelus perut dan berbicara

didepannya, walaupun yang dapat merasakan gerakan janin di

dalam perut hanyalah ibu hamil itu sendiri. Pada trimester ketiga

27
ini, libido cenderung menurun kembali yang disebabkan

munculnya kembali ketidaknyamanan fisiologis, serta bentuk

dan ukuran tubuh yang semakin membesar. Menjelang akhir

trimester 3, umumnya ibu hamil tidak sabar untuk menjalani

persalinan dengan perasaan yang bercampur antara sukacita dan

rasa takut

e. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

Menurut Prawirohardjo (2016), kebutuhan dasar ibu hamil sesuai

tahap perkembangan trimester I, II dan III adalah :

1) Gizi

Status gizi merupakan hal yang sangat penting diperhatikan pada

masa kehamilan,karena faktor gizi sangat berpengaruh terhadap

status kesehatan ibu selama hamil serta guna pertumbuhan dan

perkembangan janin.Pengaruh gizi pada kehamilan sangat

penting.Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai

dengan umur kehamilan. Kenaikan berat badan yang ideal ibu

hamil 7 kg (untuk ibu yang gemuk) dan 12,5 kg jika kenaikan

berat badan lebih dari normal, dapat menimbulkan komplikasi

keracunan kehamilan (pre-eklamsia), anak yang terlalu besar

sehingga menimbulkan kesulitan persalinan. Kebutuhan gizi

pada ibu hamil secara garis besar adalah sebagai berikut:

a) Asam folat

Menurut konsep evidence bahwa pemakaian asam folat pada

masa dan perikonsepsi menurunkan resiko kerusakan otak,

kelainan neural, spina bifida anensepalus, baik pada ibu

28
hamil yang normal maupun beresiko. Asam folat juga

berperan untuk membantu memproduksi sel darah merah.

Sintesis DNA pada janin dan pertumbuhan plasenta.

Pemberian multivitamin saja tidak terbukti efektif untuk

mencegah kelainan neural. Minimal pemberian suplemen

asam folat untuk preventif adalah 500 kilogram atau 0,5-0,8

mg, sedangkan untuk kelompok dengan faktor resiko adalah

4 mg/hari. Karena kekurangan asam folat dapat

menyebabkan anemia pada ibu dan cacat pada bayi yang

dilahirkan.

b) Energi

Diet pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi

proteinnya saja tetapi pada susunan gizi seimbang energi dan

juga protein. Hal ini juga efektif untuk menurunkan

kelahiran BBLR dan kematian perinatal. Kebutuhan energi

ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses tumbuh kembang

janin dan perubahan pada ibu.

c) Protein

Bagi ibu hamil protein sangat berguna untuk menambah

jaringan tubuh ibu. Seperti jaringan dalam payudara dan

rahim.Protein digunakan untuk pembuatan cairan ketuban.

Protein bagi ibu hamil diperoleh antara lain dari susu, telur,

dan keju sebagai sumber protein terlengkap.

d) Zat besi (Fe)

29
Setiap hari ibu hamil membutuhkan tambahan 700-800 mg

zat besi. Kebutuhan berzat tinggi ibu hamil lebih meningkat

pada kehamilan trimester II dan III.Zat besi bukan saja

penting untuk memelihara kehamilan. Ibu hamil yang

kekurangan zat besi dapat terganggu pada proses persalinan.

Mungkin terjadi perdarahan setelah persalinan.

e) Kalsium

Janin yang tumbuh harus banyak memerlukan banyak

kalsium untuk pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan

kalsium ibu hamil adalah 500 mg/hari.

f) Vitamin D

Vitamin D berkaitan dengan zat kapur. Vitamin ini dapat

memasuki tubuh bayi. Jika ibu hamil kekurangan vitamin D,

maka anak akan kekurangan zat kapur. Pembentukan gigi-

geliginya tidak normal. Lapisan luar gigi anak tampak buruk.

g) Yodium

Yodium mencegah gondongan dan masalah lain pada orang

dewasa. Kurangnya yodium pada wanita hamil dapat

menyebabkan janin menderita kretenisme. Sebuah

ketidakmampuan yang mempengaruhi pemikiran.

h) Vitamin A

Vitamin A mencegah rabun ayam, kebutaan dan membantu

tubuh melawan infeksi. Seorang wanita memerlukan banyak

vitamin A selama kehamilan dan menyusui.

30
i) Mineral Semua mineral dapat terpenuhi dengan makanan

seharihari yaitu buah-buahan, sayur-sayuran dan susu.

Hanya zat besi yang tidak dapat terpenuhi dengan makanan

sehari hari. Kebutuhan besi pada pertengahan kedua

kehamilan kira-kira 17 mg/hari.Untuk memenuhi kebutuhan

ini dibutuhkan suplemen besi 30 mg perhari, untuk

kehamilan kembar dan anemia dibutuhkan 60-100 mg/hari.

Proporsi kenaikan berat badan selama hamil adalah sebagai berikut :

a) Kenaikan berat badan trimester I lebih kurang dari 1 kg karena

berat badan ini hampir seluruhnya merupakan kenaikan berat

badan ibu.

b) Kenaikan berat badan trimester II adalah 3 kg atau 0,3

kg/minggu. Sebesar kenaikan 60 % kenaikan berat badan ini

karena pertumbuhan jaringan pada ibu.

c) Kenaikan berat badan trimester III adalah 6 kg atau 0,3-0,5

kg/minggu. Sebesr 60% kenaikan berat badan ini karena

pertumbuhan janin. Timbunan pada ibu lebih kurang 3 kg.

Penilaian status gizi ibu hamil di lihat dari :

a) Berat Badan/Body Mass Index (IMT)

Perhitungan IMT diperoleh dengan memperhitungkan berat

badan sebelum hamil dalam kilogram dibagi tinggi badan

dalam meter kuadrat. Indikator penilaian untuk IMT adalah

sebagai berikut :

Tabel 2.1 Indikator Penilaian IMT

31
Nilai IMT Kategori

Kurang dari 17 Sangat Kurus

17-18,4 Kurus Ringan

18,5 – 25 Normal

25,1 – 29,9 Gemuk

Lebih dari 30 Sangat Gemuk

Sumber: Pedoman Gizi Nasional, 2014

b) Lingkar Lengan Atas (LiLA)

Standar minimal untuk ukuran lingkar lengan atas pada

wanita dewasa atau usia reproduktif adalah 23,5 cm. Jika

ukuran LILA kurang dari 23,3 cm maka interpretasinya

adalah kurang energi kronis (KEK)

c) Kadar Haemoglobin

Nilai normal kadar hemoglobin pada ibu hamil 10,5-14,0 gr

%. Dikatakan tidak normal apabila kadar Hb kurang dari

10,5 gr%.

2) Personal Hygiene

Personal hygiene pada ibu hamil adalah kebersihan yang

dilakukan oleh ibu hamil untuk mengurangi kemungkinan

infeksi, pada badan yang kotor mengandung banyak kuman.

Kejadian infeksi genetalia disebabkan oleh perilaku hygiene

yang buruk, menyebabkan persalinan prematur, ketuban pecah

dini dan kematian neonates ( Linda, 2022).

Personal hygiene pada ibu hamil adalah kebersihan yang

dilakukan oleh ibu hamil untuk mengurangi kemungkinan

32
infeksi, karena badan yang kotor banyak mengandung

kuman-kuman. Kehamilan merupakan suatu proses kehidupan

seorang wanita, dimana dengan adanya proses ini terjadi

perubahan-perubahan yang meliputi perubahan fisik, mental,

psikologis dan sosial.

Kebutuhan fisik pada ibu hamil sangat diperlukan yaitu

meliputi oksigen, nutrisi, personal hygiene, pakaian,

eliminasi, seksual, mobilisasi dan body mekanik,

exercise/senam hamil dan istirahat/tidur. Upaya pencegahan

infeksi pada kehamilan harus dilakukan langkah dasar

dengan cara menjaga kebersihan diri yaitu tentang menjaga

kebersihan diri yaitu tentang menjaga kebersihan personal

hygiene atau kebersihan genetalia agar tidak menjadi

tempatmasuk utama bakteri dan kebersihan tubuh sangat

penting juga untuk mencegah terjadinya infeksi.

3) Istirahat

Dengan adanya perubahan fisik ibu hamil, salah satunya beban

berat pada perut sehingga terjadi perubahan sikap tubuh, tidak

jarang ibu akan mengalami kelelahan, oleh karena itu istirahat

dan tidur sangat penting untuk ibu hamil. Pada trimester akhir

kehamilan sering diiringi dengan bertambahnya ukuran janin,

sehingga terkadang ibu kesulitan untuk menentukan posisi yang

paling baik dan nyaman untuk tidur. Posisi tidur yang nyaman

dan dianjurkan pada ibu hamil adalah miring ke kiri, kaki lurus,

kaki kanan sedikit menekuk dan ganjal dengan menggunakan

33
bantal dan untuk mengurangi rasa nyeri pada perut, ganjal

dengan bantal pada perut bawah sebelah kiri.

4) Perawatan Gigi

Dibutuhkan dua kali pemeriksaan gigi selama kehamilan, yaitu

pada trimester pertama dan ketiga. Pada trimester pertama

terkait dengan hiperemesis dan ptialisme (produksi liur yang

berlebihan) sehingga kebersihan rongga mulut harus selalu

terjaga. Sementara itu, pada trimester ketiga, terkait dengan

adanya kebutuhan kalsium untuk pertumbuhan janin sehingga

perlu diketahui apakah terdapat pengaruh yang merugikan pada

gigi ibu hamil. Dianjurkan untuk selalu menyikat gigi setelah

makan karena ibu hamil sangat rentan terhadap terjadinya

carries dan gingivitis.

5) Perawatan Payudara

Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga

dapat segera berfungsi dengan baik. Pengurutan payudara untuk

mengeluarkan sekresi dan membuka duktus dan sinus laktiferus,

sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan benar karena

pengurutan yang salah dapat menimbulkan kontraksi pada rahim

sehingga terjadi kondisi seperti pada uji kesejahteraan janin

menggunakan uterotonika. Basuhan lembut setiap hari pada

areola dan puting susu akan dapat mengurangi retak dan lecet

pada area tersebut. Untuk sekresi yang mengering pada puting

susu, lakukan pembersihan dengan menggunakan campuran

34
gliserin dan alkohol. Karena payudara menegang, sensitif, dan

menjadi lebih berat, maka sebaiknya gunakan penopang

payudara yang sesuai brassiere.

6) Aktifitas

Senam hamil bertujuan mempersiapkan dan melatih otot-otot

sehingga dapat dimanfaatkan untuk berfungsi secara optimal

dalam persalinan normal. Senam hamil dimulai pada usia

kehamilan sekitar 24-28 minggu. Beberapa aktivitas yang

dianggap sebagai senam hamil. Yaitu jalan-jalan saat hamil

terutama pagi hari (Manuaba, 2012). Jangan melakukan

pekerjaan rumah tangga yang berat dan hindarkan kerja fisik

yang dapat menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Saifuddin,

2010).

f. Ketidaknyaman Pada Kehamilan

Dalam proses kehamilan terjadi perubahan system dalam tubuh ibu

yang membutuhkan adaptasi, baik fisik maupun psikologi meskipun

normal tapi perlu pencegahan dan perawatan

1) Ketidaknyamanan Trimester I

Tabel 2.2. Ketidaknyaman Trimester I

No Ketidak nyamanan Cara untuk mengatasi

1 Mual muntah a. Melakukan pengaturan

pola makan

b. Menghindari stress

c. Menghindari air jahe

35
d. Menghindari minum

kopi/alcohol

e. Mengkonsumsi vit.B6

1,5mg/hari

2 Hiper saliva a. Menyikat gigi

b. Berkumur

c. Menghisap permen yang

mengandung mint

3 Pusing dan mudah lelah a. Istirahat, tidur hindari

stress

b. Mengurangi aktivitas

c. Melakukan pemeriksaan

kadar zat besi

d. Mengajurkan ibu untuk

minum lebih banyak

4 Peningkatan frekwensi a. Latihan kegel

berkemih b. Menghindari

penggunaan pakaian

ketat

5 Konstipasi a. Konsumsi makanan

yang berserat

b. Therapi farmakolgi,

kolaborasi dengan

dokter

6 Heartburn a. Menghindari makan

36
tengah malam

b. Menghidari makan

dalam porsi besar

c. Posisi kepala lebih tinggi

pada saat terlentang

d. Mengunyah permen

karet

Sumber : Irianti, Bayu dkk (201, hal 56)

2) Ketidaknyamanan Trimester II

Tabel 2.3. Ketidaknyaman Trimester II

No Ketidak nyamanan Cara untuk mengatasi

1 Pusing dan mudah lelah a. Istirahat, tidur hindari

stress

b. Mengurangi aktivitas

c. Melakukan pemeriksaan

kadar zat besi

Mengajurkan ibu untuk

minum lebih banyak

2 Peningkatan frekwensi a. Latihan kegel

berkemih b. Menghindari

penggunaan pakaian

ketat

3 Nyeri perut bawah a. Menghindari berdiri

tiba-tiba dari posisi

37
berjongkok

b. Mengajarkan ibu posisi

yang baik

4 Nyeri Punggung a. Mengajurkan ibu untuk

melakuan exercise

b. Mengajurkan ibu untuk

berisitirahat

5 Flek kehitaman pada wajah a. Mengajurkan ibu

dan sikatri memakai lotion

b. Mengajurkan ibu untuk

memeaki bara ukuran

besar

c. Mengajurkan ibu

memakai pelembab kulit

6 Sekret vagina berlebihan a. Mengajurkan ibu untuk

mengganti celana dalam

jika lembab

b. Memperhatiakan

kebersihan genitalia

7 Konstipasi a. Konsumsi makanan

yang berserat

b. Therapi farmakolgi,

kolaborasi dengan

38
dokter

8 Penambahan Berat Badan a. Menyusun menu sesui

standar gizi untuk ibu

hamil

9 Perubahan psikologis a. Memberikan ketenangan

pada ibu dengan

memberikan informasi

yang dibutuhkan ibu

b. Memberikan motivasi

dan dukungan

c. Melibatkan keluarga dan

orang terdekat pada

setiap asuhan

Sumber : Irianti, Bayu dkk (201, hal 84)

3) Ketidaknyamanan Trimester III

Tabel 2.4. Ketidaknyaman Trimester III

No Ketidak nyamanan Cara untuk mengatasi

1 Peningkatan frekwensi a. Sarakan ibu hamil untuk

berkemih minum air yang banyak

pada siang hari

b. Sebelum tidur

kosongkan kandung

kemih.

39
c. Ibu hamil disarankan

tidak minum 2-3 jam

sebelum tidur

2 Pegal – pegal a. Lakukan olahraga

b. Senam hamil

c. Hindari

duduk/berdiri/jongkok

dalam waktu yang lama

3 Haemoroid n a. Hindari konstipasi

b. Makan makanan

berserat

c. Banyak minum air

d. BAB secara teratur

e. Bersihkan anus dengan

benar setelah BAB

4 Kram dan nyeri kaki a. Lemaskan kaki dengan

cara di pijat

b. Meningkatkan asupan

kalsium

c. Meningkatkan asupan

air

d. Senam ringan

e. Istirahat

5 Gangguan pernapasan a. Latihan pernapasan

lewat senam hamil

40
b. Tidur dengan bantal

tinggi

c. Konsultasi dokter

6 Oedema a. Istirahat dengan tubuh

miring ke kiri

b. Kaki ditinggikan bila

duduk

c. Meningkatkan asupan

protein

d. Minum air putih 7-8

gelas sehari untuk

meningkatkan diuresis

natural

Sumber : Irianti, Bayu dkk (201, hal 84)

g. Tanda Bahaya Kehamilan

Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan

adanya bahaya yang dapat terjadi selama masa kehamilan, yang

apabila tidak dilaporkan atau terdeteksi dini bisa menyebabkan

kematian pada ibu dan janin. Tanda bahaya kehamilan harus segera

ditangani dan dideteksi sejak dini karena setiap tanda bahaya

kehamilan bisa mengakibatkan komplikasi pada masa kehamilan

(Sumarni, Rahma, & Ikhsan, 2014). Tanda-tanda bahaya kehamilan

adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu dan bayi dalam keadaan

bahaya (Sutanto & Fitriana, 2019).

41
Tanda bahaya pada kehamilan menurut (Sutanto & Fitriana, 2019).

1) Hiper Emesis

2) Pre Eklamsi/Eklamsi

3) Bengkak pada wajah dan tangan

4) Bayi tidak bergerak

5) Perdarahan dari jalan lahir

6) Ketuban pecah sebelum waktu

Gambar 2.1 Tanda Bahaya Kehamilan

Sumber: Buku KIA 2023

h. Pelayanan Kesehatan Masa Hamil

Pelayanan Kesehatan Masa Hamil yang kemudian disebut pelayanan

antenatal (ANC) terpadu adalah setiap kegiatan dan/atau

serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak terjadinya masa konsepsi

hingga sebelum mulainya proses persalinan yang komprehensif dan

berkualitas. Pelayanan ini bertujuan untuk memenuhi hak setiap ibu

hamil untuk memperoleh pelayanan antenatal yang komprehensif

dan berkualitas sehingga ibu hamil dapat menjalani kehamilan dan

42
persalinan dengan pengalaman yang bersifat positif serta melahirkan

bayi yang sehat dan berkualitas.

1) Indikator kualitas pelayanan kehamilan

Menurut Permenkes no 21 tahun 2021 Indikator yang digunakan

untuk menggambarkan akses ibu hamil terhadap pelayanan masa

hamil adalah cakupan K1 (kunjungan pertama). Sedangkan

indikator untuk menggambarkan kualitas layanan adalah cakupan

K4-K6 (kunjungan ke-4 sampai ke-6) dan kunjungan selanjutnya

apabila diperlukan.

a) Trimester 1 minimal kunjungan 1x

b) Trimester 2 minimal kunjungan 2x

c) Trimester 3 minimal kunjungan 3x

2) Standar Pelayanan Minimal

Pelayanan antenatal sesuai dengan standar meliputi:

a) Pengukuran berat badan dan tinggi badan;

b) Pengukuran tekanan darah;

c) Pengukuran lingkar lengan atas (LiLA);

d) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);

e) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin;

f) Pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi;

g) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 (sembilan puluh)

tablet;

h) Tes laboratorium;

i) Tata laksana/penanganan kasus;

j) Temu wicara (konseling) dan penilaian kesehatan jiwa.

43
3. Konsep Dasar Persalinan

a. Defenisi

Persalinan merupakan proses pengeluaran bayi, plasenta dan

selaput ketuban dari rahim ibu. Persalinan normal terjadi pada usia

kehamilan 37-42 minggu yang berlangsung secara spontan dengan

presentasi belakan kepala dengan lama waktu lebih kurang 18 jam

dan tidak disertai komplikasi pada ibu dan anak (Dian P., dkk,

2023).

Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang

dimulai secara spontan beresiko rendah pada awal persalinan dan

tetap demikian selama proses persalinan, bayi dilahirkan spontan

dengan presentsi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37

sampai 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu dan bayi dalam

keadaan baik (Walyani dan Purwoastuti, 2016:15:4)

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi

(janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari Rahim melalui

jalan lahir atau jalan lain (Ilmiah, 2015:2)

b. Jenis Persalinan

Menurut (Walyani dan Purwoastuti,2016:15:6) jenis-jenis

persalinan terdiri dari :

1) Persalinan Spontan

Persalinan ini berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri

2) Persalinan Buatan

44
Persalinan ini dibantu dengan rangsangan agar ibu mendapatkan

kekuatan untuk proses persalinan

3) Persalinan Anjuran

Persalinan ini tidak memerlukan bantuan sehingga trauma yang

timbul sangat kecil bagi bayi, menjamin kualitas sumber daya

manusia

c. Teori terjadinya persalinan

Dalam (Ilmiah, 2015) Terjadinya persalinan disebabkan oleh

beberapa teori sebagai berikut:

1) Teori Penurunan Hormone 1-2 minggu sebelum persalinan di

mulai terjadi penurunan kadar hormone estrogen dan

progesterone. Progesterone bekerja sebagai penenang otot-otot

polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah

sehingga timbul his bila kadar progesterone menurun.

2) Teori Penuaan Plasenta Tuanya plasenta menyebabkan

menurunnya kadar estrogen dan progesterone yang

menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan

menimbulkan kontraksi rahim.

3) Teori Distensi Rahim Rahim yang menjadi besar dan meregang

menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu

sirkulasi uteri-plasenter

4) Teori Iritasi Mekanik Dibelakang servik terletak ganglion

servikal (fleksus frankenhauser) bila ganglion ini di geser dan di

tekan, akan timbul kontraksi uterus.

5) Induksi Partus Persalinan dapat ditimbulkan dengan jalan :

45
a) Ganggang laminaria : Beberapa laminara dimasukan ke

dalam servikalis dengan tujuan merangsangfleksus

frankenhauser.

b) Amniotomi : Pemecahan Ketuban.

c) Oksitosin drips : Pemberian oksitosin menurut tetesan

infuse.

d) Misoprostol : Cytotec/Gastru

d. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Terdapat lima faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan

dan kelahiran. Factor-faktor tersebut dikenal dengan lima P:

Passanger (Penumpang, yaitu janin dan plasenta), passageway (jalan

lahir), powers (kekuatan), position (posisi ibu). Dan psychologic

respons (respon psikologis). Menurut (Heni,EP.2020) Persalinan

dapat berjalan normal (Eutosia) apabila ketiga faktor fisik 3P dapat

bekerja sama dengan baik. Dengan faktor 3 P kemungkinan dapat

penyimpangan atau kelainan yang dapat mempengaruhi jalannya

persalinan, sehingga memerlukan intervensi persalinan untuk

mencapai kelahiran bayi yang baik dan ibu yang sehat, persalinan

yang memerlukan bantuan dari luar karena terjadi penyimpangan 3

P disebut Persalinan Distocia. Faktor – factor tersebut adalah :

1) Passage (jalan lahir)

Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri

dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat

agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada

rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal.

46
Passage terdiri atas:

a) Bagian keras tulang panggul terdiri dari:

Os. Coxae (Os.Illium,Os.Ischium),Os. Pubis, Os. Sacrum

dan Os. Coccygis

Gambar 2.2 Tulang Panggul

Sumber: Heni E.P, 2023

b) Bagian lunak otot, jaringan dan ligament terdiri dari

- Pintu Panggul:

Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh

promontorium, linea inominata dan pinggir atas

symphysis

Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina

ischiadica, disebut midlet

Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus

pubis, disebut outlet

Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada

antara inlet dan outlet

47
- Sumbu Panggul

Sumbu panggul adalah garis yang menghubungkan titik-

titik tengah ruang panggul yang melengkung ke depan

(sumbu Carus) terdiri dari

Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan

bagian atas symphisis dan promontorium

Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi

pinggir bawah symphysis

Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina

ischiadika kanan dan kiri

Bidang Hodge IV: sejajar Hodge I, II dan III setinggi os

coccyges

Gambar 2.3 Bidang Panggul

Sumber: Heni EP.2020

- Otot Dasar Panggul

48
Ligamentum Kardinale sinistrum dan dekstrum

(Mackendrot): Ligamen terpenting untuk mencegah

uterus tidak turun. Jaringan ikat tebal serviks dan puncak

vagina kearah lateral dinding pelvis.

Ligamentum Sacro - uterina sinistrum dan dekstrum:

Menahan uterus tidak banyak bergerak Melengkung dari

bagian belakang serviks kiri dan kanan melalui dinding

rektum kearah os sacrum kiri dan kanan.

Ligamentum Rotundum sinistrum dan dekstrum (Round

Ligament): Ligamen yang menahan uterus dalam posisi

antefleksi. Sudut fundus uterus kiri dan kanan ke

inguinal kiri dan kanan.

Ligamentum Latum sinistrum dan dekstrum (Broad

Ligament): Dari uterus kearah lateral.

Ligamentum infundibulo pelvikum: Menahan

tubafallopi. Dari infundibulum ke dinding pelvis.

c) Ukuran Panggul

- Ukuran Luar Panggul

Distansia spinarum: jarak antara kedua spina illiaka

anterior superior: 24 – 26 cm

Distansia cristarum: jarak antara kedua crista illiaka

kanan dan kiri : 28 – 30 cm

Konjugata externa (Boudeloque) 18 – 20 cm

Lingkaran Panggul 80-90 cm

49
Konjugata diagonalis (periksa dalam) 12,5 cm -

Distansia Tuberum (dipakai Oseander) 10,5 cm

- Ukuran Dalam Panggul

Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang

dibentuk oleh promontorium, linea inniminata, dan

pinggir atas simfisis pubis

konjugata vera : dengan periksa dalam diperoleh

konjugata diagonalis 10,5-11 cm

konjugata transversa 12-13 cm

konjugata obliqua 13 cm

konjugata obstetrica adalah jarak bagian tengah

simfisis ke promontorium

- Ukuran Tengah Panggul

bidang terluas ukurannya 13 x 12,5 cm

bidang tersempit ukurannya 11,5 x 11 cm

jarak antar spina ischiadica 11 cm

- Ukuran Pintu Bawah Panggul

ukuran anterio posterior 10-11 cm

ukuran melintang 10,5 cm

arcus pubis membentuk sudut 900 lebih, pada laki-laki

kurang dari 800

50
Inklinasi Pelvis (Miring panggul) adalah sudut yang

dibentuk dengan horizon bila wanita berdiri tegak

dengan inlet 55-60

d) Jenis Panggul

Gambar 2.4 Bentuk Panggul

Sumber: Heni EP, 2020

Berdasarkan pada ciri-ciri bentuk pintu atas panggul, ada 4

bentuk pokok jenis panggul:

- Ginekoid

- Android

- Antropoid

- Platipeloid

Passage atau jalan lahir tulang sangat menentukan proses

persalinan apakah dapat berlangsung melalui jalan biasa atau

melalui tindakan operasi dengan kekuatan dari luar.

Kelainan pada jalan lahir lunak dapat terjadi gangguan

pembukaan terutama:

a. Serviks

51
- Serviks kaku: terdapat pada primi tua primer atau

sekunder, serviks dengan banyak caat perlukaan atau

sikatrik

- Serviks gantung: ostium uteri eksternum terbuka lebar,

namun ostium uteri internum tidak terbuka, ostium uteri

internum terbuka, namun ostium uteri eksternum tidak

terbuka

- Edema serviks: terutama karena kesempitan panggul,

serviks terjepit antara kepala dan jalan lahir sehingga

terjadi gangguan sirkulasi darah dan cairan yang

menimbulkan edema serviks

b. Vagina

Kelainan vagina yang dapat mengganggu perjalanan

Persalinan:

- Vagina septum: trans vaginal septum vagina,

longitudinal septum vagina

- Tumor pada vagina

c. Hymen

Kelainan pada himen imperforata, atau himen elastik pada

perineum terjadi kekakuan sehingga memerlukan episiotomi

yang luas.

2) Power/kekuatan (his)

His atau kontraksi adalah keadaan otot polos yang berada di

dinding rahim mengembang dan menguncup, keadaan ini terjadi

52
diluar kemauan. His merupakan faktor yang utama dalam

kehamilan dan persalinan karena berguna untuk:

a) Membantu peregangan uterus menyesuaikan diri dengan

kebutuhan tempat isi uterus, yaitu anak, air ketuban dan

placenta

b) Mengadakan pembukaan jalan lahir

c) Mendesak dan mendorong anak agar turun ke dasar panggul

dan selanjutnya dikeluarkan dengan jalan kelahiran

His dibagi beberapa macam fase dalam persalinan, yaitu:

a) Fase Increment, Adalah his mulai timbul perlahan-lahan

menjadi kuat dan mencapai puncak kekuatannya

b) Fase Acme, Adalah sampai pada puncak kekuatannya

c) Fase Decrement, Adalah kekuatan menurun perlahan-lahan

kembali kepada keadaan seperti waktu kontraksi belum

timbul.

Akibat his terhadap ibu:

a) Akibat terhadap pembuluh syaraf yaitu kontraksi otot-otot

dinding uterus, maka pembuluh darah akan terjepit dan

tertekan sehingga akan timbul nyeri.

b) Akibat terhadap pembuluh darah yaitu dengan adanya

c) kontraksi otot-otot dinding uterus, maka pembuluh darah

53
kurang lancar, sehingga jantung dan pembuluh arteri bekerja

lebih keras, ditandai dengan adanya kenaikan detik nadi dan

tekanan darah ibu.

Akibat his terhadap anak:

a) Oleh karena peredaran darah dan adanya kontraksi, janin

terjepit dan tertekan

b) Oleh karena adanya kontraksi uterus mengembang dan

menguncup

Peran his dalam persalinan

a) His Pendahuluan

His datang beberapa kali sebelum persalinan benar-benar

dimulai, merupakan pendahuluan saja bagi permulaan

persalinan. His ini sifatnya tidak kuat, tidak teratur dan

datang kemudian hilang lagi. Kalau tidak cepat hilang, jarak

antara ke-2 his cukup panjang

b) Pembukaan

His ini timbul pada persalinan yang benar-benar akan

dimulai. Sifat his lebih kuat daripada his pendahuluan, lebih

teratur, makin lama makin kuat

c) His Pengeluaran

His ini timbul setelah ada pembukaan lengkap yang berperan

mengeluarkan anak dari jalan kelahiran. Sifat lebih kuat,

lebih cepat, datangnya lebih lama serta mempengaruhi otot-

54
otot dinding perut yang besar. His ini menyebabkan perasaan

yang lebih nyeri karena kuatnya dan desakan kepada anak

menjadi lebih kuat disertai timbulnya perasaan mengejan,

dengan demikian anak lebih mudah terdorong dan keluar dari

jalan lahir.

d) His Pelepasan Uri

Setelah anak lahir, dinding uterus tidak berkontraksi, seolah-

olah beristirahat karena telah bekerja keras selama kala

pengeluaran. Tetapi tidak lama kemudian his timbul lagi

karena masih ada isi uterus belum dikeluarkan. Kontraksi

otot-otot dinding rahim terdesak placenta yang menempel di

dinding rahim, akibat placenta terlepas dengan bantuan

mengejan atau sedikit tekanan uterus dan luar maka placenta

akan dilahirkan.

e) His Pengiring

Setelah placenta lepas, maka terjadi luka besar placenta di

dinding uterus. Luka ini akan mengakibatkan pembuluh

darah pecah sehingga terjadi perdarahan. Untuk mengatasi

terjadinya perdarahan yang banyak maka otot-otot dinding

uterus berkontraksi tapi agar pembuluh-pembuluh darah

terjepit sehingga tidak banyak mengeluarkan darah

Kelainan his yang sering mengganggu proses persalinan adalah:

a) Hipotonik/Inertia Uteri

55
adalah his yang terlalu lemah. His yang sifatnya lemah, pendek

dan jarang dari his yang normal yang terbagi menjadi:

- Inertia uteri primer: apabila sejak semula kekuatannya

sudah lemah.

- Inertia uteri sekunder: his pernah cukup kuat tapi

kemudian melemah Dapat ditegakkan dengan melakukan

evaluasi pada pembukaan, bagian terendah terdapat

kaput dan mungkin ketuban telah pecah.

His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu

maupun janin sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk

penderita ke rumah sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis.

b) Tetani Uteri

adalah his yang timbul terus menerus tanpa ada jarak antara

suatu his dengan yang lain. Persalinan Presipitatus merupakan

persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibat

mungkin fatal:

- Terjadi persalinan tidak pada tempatnya

- Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan

dalam persalinan

- Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan

perdarahan, inversio uteri

- Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai

kematian janin dalam rahim.

c) Hipertonik

d) Atonia Uteri

56
e) Inkoordinasi Otot Rahim

Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan

sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan

pembukaan atau pengeluaran janin dari dalam rahim. Penyebab

inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah:

- Faktor usia penderita relatif tua

- Pimpinan persalinan

- Karena induksi persalinan dengan oksitosin

- Rasa takut dan cemas

3) Passenger (bayi dan placenta)

a) Janin

Selama janin dan placenta berada dalam rahim belum tentu

pertumbuhannya normal, adanya kelainan genetik dan

kebiasaan ibu yang buruk dapat menjadikan

pertumbuhannya tidak normal antara lain:

- Kelainan bentuk dan besar janin: anensefalus,

hidrosefalus, janin makrosomia

- Kelainan pada letak kepala: presentasi puncak,

presentasi muka, presentasi dahi dan kelainan oksiput

- Kelainan letak janin: letak sungsang, letak lintang, letak

mengolak, presentasi rangkap (kepala tangan, kepala

kaki, kepala tali pusat)

Kepala janin (bayi) merupakan bagian penting dalam proses

persalinan dan memiliki ciri sebagai berikut:

57
- Bentuk kepala oval, sehingga setelah bagian besarnya

lahir, maka bagian lainnya lebih mudah lahir

- Persendian kepala terbentuk kogel, sehingga dapat

digerakkan ke segala arah dan memberikan kemungkinan

untuk melakukan putaran paksi dalam

- Letak persendian kepala sedikit kebelakang, sehingga

kepala melakukan fleksi untuk putaran paksi dalam

Kepala janin dan ukuranya:

Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala

janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan

persalinan:

- Tulang Tenggkorak (cranium):

Os. Frontalis

Os. parietalis

Os. Temporalis

Os. Occipitalis

- Sutura

Sutura Frontalis

Sutura Parietalis

Sutura Coronalis

Sutura Occipitalis

- Ubun-ubun (fontenella)

Fontanella Mayor/Bregma

58
Fontanella Minor

Gambar 2.5 Tengkorak Bayi

Sumber: Heni E.P, 2023

Ukuran Kepala Bayi:

Gambar 2.6 Ukuran Kepala Bayi

Sumber: Heni E.P, 2023

Diameter

- Diameter Occipito frontalis 12 cm

- Diameter Mento Occipitalis 13,5 cm

- Diameter Sub Occipito Bregmatika 9,5 cm

- Diameter Biparietalis 9,25 cm

59
- Diameter Ditemporalis 8 cm

Ukuran Cirkumferensial (Keliling)

- Cirkumferensial fronto occipitalis 34 cm

- Cirkumferensia mento occipitalis 35 cm

- Cirkumferensia sub occipito bregmatika 32 cm

Postur tubuh janin dalam rahim:

- Sikap (Habitus)

Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan

sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya.

Janin umumnya dalam sikap fleksi, di mana kepala,

tulang punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, serta

lengan bersilang di dada

- Letak janin

Letak janin adalah bagaimana sumbu panjang janin

berada terhadap sumbu ibu, misalnya letak lintang di

mana sumbu janin sejajar dengan dengan sumbu panjang

ibu; ini bisa letak kepala, atau letak sungsang

- Presentasi

Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin

yang ada di bagian bawah rahim yang dapat dijumpai

pada palpasi atau pemeriksaan dalam. Misalnya

presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu,

dan lain-lain

60
Posisi Posisi merupakan indicator untuk menetapkan arahbagian

terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri, depan atau belakang

terhadap sumbu ibu (maternal pelvis). Misalnya pada letak belakang

kepala (LBK) ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, UUK kanan

belakang

b) Placenta

Placenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap

sebagai penumpang atau pasenger yang menyertai janin

namun placenta jarang menghambat pada persalinan normal

c) Air Ketuban

4) Psikologi

Banyaknya wanita normal bisa merasakan kegairahan dan

kegembiraan disaat merasa kesakitan awal menjelang kelahiran

bayinya. Perasaan positif ini berupa kelegaan hati, seolah-olah

pada saat itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati”

yaitu munculnya rasa bangga bias melahirkan atau memproduksi

anaknya. Khususnya rasa lega itu berlangsung bila

kehamilannya mengalami perpanjangan waktu. Mereka seolah-

olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula

dianggap sebagai suatu “keadaan yang belum pasti “sekarang

menjadi hal yang nyata

Psikologis meliputi:

- Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan

intelektual

61
- Pengalaman bayi sebelumnya

- Kebiasaan adat

- Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu

Sikap negatif terhadap peralinan dipengaruhi oleh:

- Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan

- Persalinan sebagai ancaman pada self-image

- Medikasi persalinan

- Nyeri persalinan dan kelahiran

5) Penolong

Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan

menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin.

Dalam hal ini proses tergantung dari kemampuan skill dan

kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan

e. Tahapan Persalinan

asuhan kebidanan pada persalinan normal menurut

(Yulizawati,2019) tahapan persalinan dibagi menjadi 4 yaitu:

1) Persalinan kala 1

a) Uterus

Saat mulai persalinan, jaringan dari miometrium

berkontraksi dan berelaksasi seperti otot pada umumnya.

Pada saat otot retraksi, ia tidak akan kembali ke ukuran

semula tapi berubah ke ukuran yang lebih pendek secara

progresif. Dengan perubahan bentuk otot uterus pada proses

kontraksi, relaksasi, dan retraksi maka kavum uterus lama

62
kelamaan menjadi semakin mengecil. Proses ini merupakan

salah satu faktor yang menyebabkan janin turun ke pelviks.

Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus melebar sampai

ke bawah abdomen dengan dominasi tarikan ke arah fundus

(fundal dominan). Kontraksi uterus berakhir dengan masa

yang terpanjang dan sangat kuat pada fundus

(Yulizawati,2019).

b) Serviks

Menurut (Yulizawati,2019) sebelum onset persalinan,

serviks mempersiapkan kelahiran dengan berubah menjadi

lembut. Saat persalinan mendekat, serviks mulai menipis dan

membuka.

- Penipisan serviks (effacement)

Berhubungan dengan kemajuan pemendekan dan

penipisan serviks. Seiring dengan bertambah efektifnya

kontraksi, serviks mengalami perubahan bentuk menjadi

lebih tipis. Dengan dimulainya persalinan, panjang

serviks berkurang secara teratur sampai menjadi sangat

pendek (hanya beberapa mm). Serviks yang sangat tipis

ini deisebut dengan “menipis penuh”

- Dilatasi

Proses ini merupakan kelanjutan dari effacement. Setelah

serviks dalam kondisi menipis penuh, maka tahap

berikutnya adalah pembukaan. Serviks membuka

disebabkan daya tarikan otot uterus ke atas secara terus -

63
menerus saat uterus berkontraksi. Dilatasi dan diameter

serviks dapat diketahui melalui pemeriksaan intravagina.

Berdasarkan diameter pembukaan serviks, proses ini

terbagi dalam 2 fase, yaitu:

 Fase Laten

Berlangsung selama kurang lebih 8 jam.

Pembukaan terjadi sangat lambat sampai

mencapai diameter 3 cm.

 Fase Aktif

Dibagi dalam 3 fase yaitu

Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam

pembukaan 3 cm kini menjadi 4 cm.

Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam

pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4

cm menjadi 9 cm.

Fase deselerasi. Pembukaan melambat

kembali, dalam 2 jam pembukaan dari 9 cm

menjadi lengkap (10 cm). Pembukaan

lengkap berarti bibir serviks dalam keadaan

tak teraba dan diameter lubang serviks adalah

10 cm.

Fase di atas dijumpai pada primigravida. Pada

multigravida tahapannya sama namun waktunya

lebih cepat untuk setiap fasenya. Kala I selesai

64
apabila pembukaan serviks telah lengkap. Pada

primigravida berlangsung kira-kira 13 jam,

sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam.

Mekanisme membukanya serviks berbeda antara

primigravida dan multigravida. Pada primigravida

ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu

sehingga serviks akan mendatar dan menipis,

kemudian ostium uteri eksternum membuka. Namun

pada multigravida, ostium uteri internum dan

eksternum serta penipisan dan pendataran serviks

terjadi dalam waktu yang sama.

2) Persalinan kala 2

Kala 2 disebut juga tahap pengeluaran bayi, atau persalinan.

Pada tahapan ini dimulai dari pembukaan serviks sudah lengkap

atau 10 cm dan berlanjut dengan lahirnya bayi (Karisa

Yudanti,2019).

Beberapa tanda-tanda persalinan yang dirasakan oleh ibu hamil

antara lain:

a) Ibu hamil merasakan ingin meneran yang terjadi

bersamaan dengan terjadinya kontraksi. Pada fase ini,

kepala janin sudah turun, masuk ke ruang panggul,

sehingga terjadi tekanan pada otot-otot di dasar

panggul yang secara refleks menimbulkan rasa ingin

meneran atau mengejan.

65
b) Peningkatan tekanan pada rektum dan vagina. Pada

tahap ini, seorang ibu hamil akan merasakan seperti

ingin mengeluarkan air besar, karena terdapat

tekanan pada rektum.

c) Perineum terlihat menonjol.

d) Vulva vagina dan shincter ani (anus) terlihat terbuka.

e) Jumlah pengeluaran air ketuban mengalami

peningkatan.

Mekanisme persalinan persalinan normal (Karisa

Yudanti, 2019):

a) Turunnya kepala dibagi dalam beberapa fase sebagai

berikut.

- Masuknya kepala janin dalam PAP

- Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada

primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan

tetapi pada multipara biasanya terjadi pada

permulaan persalinan.

- Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan

sutura sagitalis melintang menyesuaikan dengan

letak punggung (Contoh: apabila dalam palpasi

didapatkan punggung kiri maka sutura sagitalis akan

teraba melintang kekiri/ posisi jam 3 atau sebaliknya

apabila punggung kanan maka sutura sagitalis

66
melintang ke kanan/posisi jam 9) dan pada saat itu

kepala dalam posisi fleksi ringan.

- Jika sutura sagitalis dalam diameter anteroposterior

dari PAP maka masuknya kepala akan menjadi sulit

karena menempati ukuran yang terkecil dari PAP

- Jika sutura sagitalis pada posisi di tengah-tengah

jalan lahir yaitu tepat di antara symphysis dan

promontorium, maka dikatakan dalam posisi

”synclitismus” pada posisi synclitismus os parietale

depan dan belakang sama tingginya.

- Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati

symphisis atau agak ke belakang mendekati

promontorium, maka yang kita hadapi adalah posisi

”asynclitismus”

- Acynclitismus posterior adalah posisi sutura

sagitalis mendekati symphisis dan os parietale

belakang lebih rendah dari os parietale depan.

- Acynclitismus anterior adalah posisi sutura sagitalis

mendekati promontorium sehingga os parietale

depan lebih rendah dari os parietale belakang

- Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi

asynclitismus posterior ringan. Pada saat kepala

janin masuk PAP akan terfiksasi yang disebut

dengan engagement.

b) Majunya kepala

67
- Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah

kepala masuk ke dalam rongga panggul dan

biasanya baru mulai pada kala II

- Pada multi gravida majunya kepala dan masuknya

kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan.

- Majunya kepala bersamaan dengan gerakan-gerakan

yang lain yaitu: fleksi, putaran paksi dalam, dan

ekstensi

- Majunya kepala disebabkan karena: tekanan cairan

intrauterine, tekanan langsung oleh fundus uteri oleh

bokong dan kekuatan mengejan

Melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk rahim

c) Fleksi

- Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan

ukuran yang paling kecil yaitu dengan diameter

suboccipito bregmatikus (9,5 cm) menggantikan

suboccipito frontalis (11 cm)

- Fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan

sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir PAP,

cervix, dinding panggul atau dasar panggul

- Akibat adanya dorongan di atas kepala janin

menjadi fleksi karena momement yang

menimbulkan fleksi lebih besar daripada moment

yang menimbulkan defleksi

68
- Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam

posisi fleksi maksimal. Kepala turun menemui

diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke

bawah depan.

- Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan

tekanan intra uterin yang disebabkan oleh his yang

berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi yang

disebut sebagai putaran paksi dalam.

d) Putaran paksi dalam

- Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian

depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah

dari bagian depan memutar ke depan ke bawah

symphisis.

- Pada presentasi belakang kepala bagian terendah

adalah daerah ubun-ubun kecil dan bagian ini akan

memutar ke depan ke bawah symphisis.

- Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk

kelahiran kepala, karena putaran paksi merupakan

suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala

dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang

tengah dan pintu bawah panggul.

- Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan

majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala

sampai di Hodge III, kadang-kadang baru terjadi

setelah kepala sampai di dasar panggul.

69
- Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam:

Pada letak fleksi, bagian kepala merupakan

bagian terendah dari kepala

Bagian terendah dari kepala mencari tahanan

yang paling sedikit terdapat sebelah depan atas

dimana terdapat hiatus genitalis antara muskulus

levator ani kiri dan kanan

Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah

diameter anteroposterior.

e) Ekstensi

- Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala

sampai di dasar panggul, terjadilah ekstensi atau

defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena

sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul

mengarah ke depan di atas, sehingga kepala harus

mengadakan ekstensi untuk dapat melewati pintu

bawah panggul.

- Dalam rotasi UUK akan berputar ke arah depan,

sehingga di dasar panggul UUK berada di bawah

simfisis, dengan suboksiput sebagai hipomoklion

kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat

dilahirkan.

- Pada saat ada his vulva akan lebih membuka dan

kepala janin makin tampak. Perineum menjadi

70
makin lebar dan tipis, anus membuka dinding

rektum.

- Dengan kekuatan his dan kekuatan mengejan,

maka berturut-turut tampak bregmatikus, dahi,

muka, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.

- Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan

rotasi, yang disebut putaran paksi luar.

f) Ekstensi

- Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala

sampai di dasar panggul, terjadilah ekstensi atau

defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena

sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul

mengarah ke depan di atas, sehingga kepala harus

mengadakan ekstensi untuk dapat melewati pintu

bawah panggul

- Jika tidak terjadi ekstensi maka kepala akan

tertekan pada perineum dan menembusnya

- Kepala bekerja dengan 2 kekuatan yaitu satu

mendesak ke bawah dan satunya lagi menolak ke

atas karena adanya tahanan dasar panggul

- Setelah subocciput tertahan di pinggir bawah

symphysis, maka yang dapat maju adalah bagian

yang berhadapan dengan subocciput

g) Putaran paksi luar

71
- Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum

putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan

kedudukan kepala dengan punggung janin.

- Bahu melintasi PAP dalam posisi miring.

- Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan

diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya hingga

di dasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan

bahu akan berada dalam posisi depan belakang.

- Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dulu

baru kemudian bahu belakang, kemudian bayi lahir

seluruhnya.

Gambar 2.7 Mekanisme Gerkan Kepala Bayi Pada

Persalinan Normal

Sumber: Jurnal Bidan Diah, 2012

3) Persalinan Kala 3

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir

dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban, berlangsung tidak

lebih dari 30 menit dan disebut dengan kala uri atau kala

pengeluaran plasenta (Karisa Yudanti, 2019).

72
Keuntungan manajemen aktif kala III ( Yulizawati, 2019)

adalah:

- Persalinan kala tiga lebih singkat.

- Mengurangi jumlah kehilangan darah.

- Mengurangi kejadian retensio plasenta

Tanda-tanda Klinik dari Pelepasan Plasenta.

- Semburan darah

- Pemanjatan tali pusat

- Perubahan dalam posisi uterus: uterus naik di dalam

abdomen

Langkah – Langkah manajemen aktif kala III :

a) Pemberian suntikan oksitosin. Pemberian suntikan

oksitosindilakukan dalam 1 menit pertama setelah bayi

lahir. Namun perlu diperhatikan dalam pemberian

suntikan oksitosin adalah memastikan tidak ada bayi lain

(undiagnosed twin) di dalam uterus. karena Oksitosin

dapat menyebabkan uterus berkontraksi yang dapat

menurunkan pasokan oksigen pada bayi. Suntikan

oksitosin dengan dosis 10 unit diberikan secara

intramuskuler (IM) pada sepertiga bagian atas paha

bagian luar (aspektus lateralis). Tujuan pemberian

suntikan oksitosin dapat menyebabkan uterus

berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga dapat

membantu pelepasan plasenta dan mengurangi

kehilangan darah.

73
b) Penegangan tali pusat terkendali. Klem pada tali pusat

diletakkan sekitar 5-10 cm dari vulva dikarenakan

dengan memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan

mencegah evulsi tali pusat. Meletakkan satu tangan di

atas simpisispubis dan tangan yang satu memegang klem

di dekat vulva. Tujuannya agar bisa merasakan uterus

berkontraksi saat plasenta lepas. Segera setelah tanda-

tanda pelepasan plasenta terlihat dan uterus mulai

berkontraksi tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan

tangan yang lain (pada dinding abdomen) menekan

uterus ke arah lumbal dan kepala ibu (dorso-kranial).

Lakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya

inversio uteri. Lahirkan plasenta dengan peregangan

yang lembut mengikuti kurva alamiah panggul (posterior

kemudian anterior).Ketika plasenta tampak di introitus

vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat pusat ke

atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya.

Putar plasenta secara lembut hingga selaput ketuban

terpilin menjadi satu.

c) Masase fundus uteri. Masase fundus uteri segera setelah

plasenta lahir, lakukan masase fundus uteri dengan

tangan kiri sedangkan tangan kanan memastikan bahwa

kotiledon dan selaput plasenta dalam keadaan lengkap.

Periksa sisi maternal dan fetal. Periksa kembali uterus

setelah satu hingga dua menit untuk memastikan uterus

74
berkontraksi. Evaluasi kontraksi uterus setiap 15 menit

selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30

menit selama satu jam kedua pasca persalinan

Gambar 2.8 Pelepasan placenta secara

fisiologis

Sumber: Karisa Yudanti, 2019

4) Persalinan Kala 4

Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam

setelah itu paling kritis karena proses perdarahan yang

berlangsung Masa 1 jam setelah plasenta lahir Pemantauan

setiap 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta dan

setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan, jika kondisi

ibu tidak stabil, perlu dipantau lebih sering ( Karisa Yudanti,

2019).

Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada masa ini,

Observasi yang dilakukan:

- Tingkat kesadaran penderita.

- Pemeriksaan tanda vital.

- Kontraksi uterus.

75
- Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak

melebihi 400- 500cc.

7 langkah pemantauan yang dilakukan kala IV:

a) Kontraksi rahim Kontraksi dapat diketahui dengan

palpasi. Setelah plasenta lahir dilakukan pemijatan

uterus untuk merangsang uterus berkontraksi. Dalam

evaluasi uterus yang perlu dilakukan adalah

mengobservasi kontraksi dan konsistensi uterus.

Kontraksi uterus yang normal adalah pada perabaan

fundus uteri akan teraba keras. Jika tidak terjadi

kontraksi dalam waktu 15 menit setelah dilakukan

pemijatan uterus akan terjadi atonia uteri.

b) Perdarahan Perdarahan: ada/tidak, banyak/biasa

c) Kandung kencing Kandung kencing: harus kosong, kalau

penuh ibu diminta untuk kencing dan kalau tidak bisa

lakukan kateterisasi. Kandung kemih yang penuh

mendorong uterus keatas dan menghalangi uterus

berkontraksi sepenuhnya

d) Luka-luka: jahitannya baik/tidak, ada perdarahan/tidak

Evaluasi laserasi dan perdarahan aktif pada perineum

dan vagina. Nilai perluasan laserasi perineum. Derajat

laserasi perineum terbagi atas :

- Derajat I meliputi mokosa vagina, fourchette

posterior dan kulit perineum. Pada derajat I ini tidak

76
perlu dilakukan penjahitan, kecuali jika terjadi

perdarahan.

- Derajat II meliputi mokosa vagina, fourchette

posterior, kulit perineum dan otot perineum. Pada

derajat II dilakukan penjahitan dengan teknik jelujur

- Derajat III meliputi mokosa vagina, fourchette

posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot

spingter ani external

- Derajat IV derajat III ditambah dinding rectum

anterior

- Pada derajat III dan IV segera lakukan rujukan

karena laserasi ini memerlukan teknik dan prosedur

khusus.

f. Tanda Persalinan

Menurut (Diana F, 2015) tanda persalinan sebagai berikut:

1) Kontraksi (His)

Ibu terasa kenceng-kenceng sering, teratur dengan nyeri

dijalarkan dari pinggang ke paha. Hal ini disebabkan karena

pengaruh hormon oksitosin yang secara fisiologis membantu

dalam proses pengeluaran janin. Ada 2 macam kontraksi yang

pertama kontraksi palsu (Braxton hicks) dan kontraksi yang

sebenarnya. Pada kontraksi palsu berlangsung sebentar, tidak

terlalu sering dan tidak teratur, semakin lama tidak ada

peningkatan kekuatan kontraksi. Sedangkan kontraksi yang

sebenarnya bila ibu hamil merasakan kenceng-kenceng makin

77
sering, waktunya semakin lama, dan makin kuat terasa, diserta

mulas atau nyeri seperti kram perut. Perut bumil juga terasa

kencang. Kontraksi bersifat fundal recumbent/nyeri yang

dirasakan terjadi pada bagian atas atau bagian tengah perut atas

atau puncak kehamilan (fundus), pinggang dan panggul serta

perut bagian bawah. Tidak semua ibu hamil mengalami

kontraksi (His) palsu. Kontraksi ini merupakan hal normal

untuk mempersiapkan rahim untuk bersiap mengadapi

persalinan.

2) Pembukaan serviks, dimana primigravida >1,8cm dan

multigravida 2,2cm Biasanya pada bumil dengan kehamilan

pertama, terjadinya pembukaan ini disertai nyeri perut.

Sedangkan pada kehamilan anak kedua dan selanjutnya,

pembukaan biasanya tanpa diiringi nyeri. Rasa nyeri terjadi

karena adanya tekanan panggul saat kepala janin turun ke area

tulang panggul sebagai akibat melunaknya rahim. Untuk

memastikan telah terjadi pembukaan, tenaga medis biasanya

akan melakukan pemeriksaan dalam (vaginal toucher)

3) Pecahnya ketuban dan keluarnya bloody show.

Dalam bahasa medis disebut bloody show karena lendir ini

bercampur darah. Itu terjadi karena pada saat menjelang

persalinan terjadi pelunakan, pelebaran, dan penipisan mulut

rahim. Bloody show seperti lendir yang kental dan bercampur

darah. Menjelang persalinan terlihat lendir bercampur darah

yang ada di leher rahim akan keluar sebagai akibat terpisahnya

78
membran selaput yang menegelilingi janin dan cairan ketuban

mulai memisah dari dinding rahim.

g. Perubahan Fisiologis Pada Ibu dalam Masa Persalinan

1) Kala 1

a) Uterus

Menurut Sulistyawati A (2010) dan Johariyah (2012) dalam

(Nurul JW,2017) mengungkapkan bahwa serangkaian proses

persalinan yang normal dapat menimbulkan adanya adaptasi

fisiologi pada ibu bersalin. Adapun adaptasi atau perubahan

fisiologi ibu bersalin tersebut adalah sebagai berikut

Saat mulai persalinan, jaringan dari myometrium

berkontraksi dan berelaksasi seperti otot pada umumnya.

Pada saat otot retraksi, ia tidak akan kembali ke ukuran

semula tapi berubah ke ukuran yang lebih pendek secara

progresif. Proses ini merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan janin turun ke pelvic

Gambar 2.9 Perubahan otot uterus pada saat

persalinan

Sumber: Garrey Matthew, M., Govan, A.D.T.,174

79
Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus melebar sampai

ke bawah abdomen dengan dominasi tarikan ke arah fundus

(fundal dominan). Kontraksi uterus berakhir dengan masa

yang terpanjang dan sangat kuat pada fundus. Dan berikut

adalah perubahan kapasitas uterus saat persalinan.

Gambar 2.10 Perubahan kapasitas uterus

Sumber: Garrey Matthew, M., Govan, A.D.T.,174

b) Serviks

Serviks mempersiapkan kelahiran dengan berubah menjadi

lembut. Saat persalinan mendekat, serviks mulai menipis dan

membuka.

- Penipisan serviks (effacement)

Berhubungan dengan kemajuan pemendekan dan

penipisan serviks. Seiring dengan bertambah efektifnya

kontraksi, serviks mengalami perubahan bentuk menjadi

lebih tipis. Hal ini disebabkan oleh kontraksi uterus yang

bersifat fundal dominan sehingga seolah-olah serviks

tertarik ke atas dan lama kelamaan menjadi tipis

80
Gambar 2.11 Proses penipisan serviks

Sumber: Garrey Matthew, M., Govan, A.D.T.,174

- Dilatasi

Proses ini merupakan kelanjutan dari effacement. Setelah

serviks dalam kondisi menipis penuh, maka tahap

berikutnya adalah pembukaan. Serviks membuka

disebabkan daya tarikan otot uterus ke atas secara terus-

menerus saat uterus berkontraksi.

Berdasarkan diameter pembukaan serviks, proses ini

terbagi menjadi 2 fase, yaitu:

 Fase laten

Berlangsung selama kurang lebih 8 jam.

Pembukaan terjadi sangat lambat sampai

mencapai diameter 3 cm.

 Fase aktif

Dibagi dalam 3 fase.

Fase akselarasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3

cm kini menjadi 4 cm

81
Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam

pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm

menjadi 9 cm

Fase deselarasi: pembukaan melambat kembali,

dalam 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi

lengkap (10cm).

Mekanisme membukanya seviks berbeda antara

primigravida dan multigravida. Pada

primigravida ostium uteri internum akan

membuka lebih dahulu sehingga serviks akan

mendatar dan menipis, kemudia ostium uteri

eksternum membuka. Namun pada multigravida,

ostium uteri internum dan eksternum serta

penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam

waktu yang sama

Gambar 2.12 Proses dilatasi

Sumber:Garrem Matthew,M.,Govan,A.D.T.,174

c) Ketuban

Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan

hampir atau sudah lengkap. Tidak jarang ketuban harus

82
dipecahkan ketika pembukaan sudah lengkap. Bila ketuban

telah pecah sebelum pembukaan 5cm, disebut Ketuban

Pecah Dini (KPD).

d) Tekanan Darah

1) Tekanan darah akan meningkat selama kontrkasi, disertai

peningkatan sistol rata-rata 15-20 mmHg dan diastole

rata-rata 5-10 mmHg.

2) Pada waktu-waktu tertentu di antara kontraksi, tekanan

darah kembali ke tingkat sebelum persalinan. Untuk

memastikan tekanan darah yang sebenarnya, pastikan

untuk melakukan cek tekanan darah selama interval

kontraksi.

3) Dengan mengubah posisi pasien dari telenteang ke posisi

miring, perubahan tekanan darah selama persalinan dapat

dihindari.

4) Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semakin

meningkatkan tekanan darah.

5) Apabila pasien merasa sangat takut atau khawatir,

pertimbangkan kemungkinan bahwa rasa takutnya

menyebabkan peningkatan tekanan darah (bukan pre-

eklampsia).

e) Metabolisme

1) Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob

maupun anaerob meningkat dengan kecepatan tetap.

83
Peningkatan ini terutama diakibatkan oleh kecemasan

dan aktivitas otot rangka.

2) Peningkatan aktivitas metabolic dari peningkatan suhu

tubuh, denyut nadi, pernapasan, curah jantung, dan

cairan yang hilang.

f) Suhu

1) Suhu tubuh meningkat selama persalinan, tertinggi

selama dan segera setelah melahirkan.

2) Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5-10C dianggap

normal, nilai tersebut mencerminkan peningkatan

metabolisme persalinan.

3) Peningkatan suhu tubuh sedikit adalah normal dalam

persalinan, namun bila persalinan berlangsung lebih lama

peningkatan suhu tubuh dapat mengindikasikan

dehidrasi, sehingga parameter lain harus di cek. Begitu

pula pada kasus ketuban pecah dini, peningkatan suhu

dapat mengindikasikan infeksi dan tidak dapat dianggap

normal dalam keadaan ini.

g) Detak Jantung

1) Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai

peningkatan selama fase peningkatan, penurunan selama

titik puncak sampai frekuensi yang lebih rendah daripada

frekuensi diantara kontraksi, dan peningkatan selama

fase penurunan hingga mencapai frekuensi lazim

diantara kontraksi.

84
2) Penurunan yang mencolok selama puncak kontraksi

uterus tidak terjadi jika wanita berada pada posisi miring

bukan telentang.

3) Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih

tinggi di banding selama periode menjelang persalinan.

Hal ini mencerminkan peningkatan metabolisme yang

terjadi selama persalinan.

4) Sedikit peningkatan denyut jantung dianggap normal,

maka diperlukan pengecekan parameter lain untuk

menyingkirkan kemungkinan proses infeksi.

h) Pernapasan

1) Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan dianggap

normal selama persalinan, hal tersebut mencerminkan

peningkatan metabolisme. Meskipun sulit untuk

memperoleh temuan yang akurat mengenai frekuensi

pernapasan, karena snagat dipengaruhi oleh rasa senang,

nyeri, rasa takut, dan pengggunan teknik pernapasan.

2) Hiperventilasi yang memanjang adalah temuan abnormal

dan dapat menyebabkan alkalosis. Amati pernapasan

pasien dan bantu ia mengendalikannya untuk

menghindari hiperventilasi berkelanjutan, yang ditandai

oleh rasa kesemutan pada ekstremitas dan perasaan

pusing.

i) Renal

85
1) Poliuri sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat

diakibatkan karena peningkatan lebih lanjut curah

jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan

laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal. Poliuri

menjadi kurang jelas pada kondisi telentang karena

posisi ini membuat aliran urin berkurang selama

kehamilan.

2) Kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap 2 jam)

untuk mengetahui adanya distensi, juga harus

dikosongkan untuk mencegah obstruksi persalinan akibat

kandung kemih yang penuh. Yang akan mencegah

penurunan bagian presentasi janin, dan trauma pada

kandung kemih akibat penekanan yang lama, yang akan

menyebabkan

j) Gastro instetinal

1) Motilitas dan absorbsi lambung terhadap makanan padat

jauh berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh

penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung selama

persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan lambat

sehingga waktu pengosongan lambung menjadi lebih

lama.

2) Lambung yang penuh dapat menimbulkan

ketidaknyamanan selama masa transisi. Oleh karena itu,

pasien dianjurkan untuk tidak makan dalam porsi besar

atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum ketika

86
keinginan timbul guna mempertahankan energi dan

hidrasi.

3) Mual dan muntah umum terjadi selama fase transisi yang

menandai akhir fase pertama persalinan. Pemebrian obat-

obatan oral tidak efektif selama persalinan. Perubahan

saluran cerna kemungkinan timbul sebagai respon

terhadap salah satu kombinsi antara faktorfaktor seperti

kontraksi uuerus, nyeri, rasa takut, khwatir, obat atau

komplikasi.

k) Hematologi

1) Haemoglobin meningkat rata-rata 1,2 mg% selama

persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan

pada hari pertama pascapersalinan jika tidak ada

kehilangan darah yang abnormal.

2) Selama persalinan, waktu koagulasi darah berkurang dan

terdapat peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut.

Perubahan ini menurunkan resiko perdarahan

pascapersalinan pada pasien normal.

3) Hitung sel darah putih secara progresif meningkat

selama kala I sebesar kurang lebih 5 ribu/ul hinggaa

jumlah rata-rata 15ribu/ul pada saat pembukaan lengkap,

tidak ada peningkatan lebih lanjut setelah ini.

Peningkatan hitung sel darah putih tidak selalu

mengindikasikan proses infeksi ketika jumlah ini

87
dicapai. Apabila jumlahnya jauh di atas nilai ini, cek

parameter lain untuk mengetahui adanya proses infeksi.

4) Gula darah menurun selama proses persalinan, dan

menurun drastis pada persalinan yang alami dan sulit.

Hal tersebut kemungknan besar terjadi akibat

peningkatan aktivitas otot uterus dan rangka.

Penggunaan uji laboratorium untuk menapis seorang

pasien terhadap kemungkinan diabetes selama masa

persalinan akan menghasilkan data yang tidak akurat dan

tidak dapat dipercaya. (Sulistiyowati, 2012 dalam Nurul

JW, 2019)

2) Kala 2

Menurut Damayanti (2014) Perubahan fisiologis pada kala II

adalah sebagai berikut:

a) Serviks

Serviks akan mengalami pembukaan yang biasanya

didahului oleh pendataran serviks yaitu pemendekan dari

kanalis servikalis, yang semula berupa sebuah saluran yang

panjangnya 1-2 cm, menjadi suatu lubang saja dengan

pinggir yang tipis. Lalu akan terjadi pembersaran ostium

eksternum yang tadinya berupa suatu lubang dengan

beberapa milimeter menjadi lubang yang dapat dilalui anak,

kira-kira 10 cm. Pada pembukaan lengkap tidak teraba bibir

portio, segmen bawah rahim, serviks dan vagina telah

merupakan satu saluran.

88
b) Uterus

Saat ada his, uterus teraba sangat keras karena seluruh

ototnya berkontraksi. Proses ini akan efektif hanya jika his

bersifat fundal dominan, yaitu kontraksi didominasi oleh otot

fundus yang menarik otot bawah rahim keatas sehinga akan

menyebabkan pembukaan serviks dan dorongan janin ke

bawah secara alami.

c) Vagina

Sejak kehamilan vagina mengalami perubahan-perubahan

sedemikian rupa, sehingga dapat dilalui bayi. Setelah

ketuban pecah, segala perubahan, terutama pada dasar

panggul diregang menjadi saluran dengan dinding-dinding

yang tipis oleh bagian depan anak. Waktu kepala sampai di

vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas.

d) Pergeseran organ dasar panggul

Tekanan pada otot dasar panggul oleh kepala janin akan

menyebabkan pasien ingin meneran, serta diikuti dengan

perenium yang menonjol dan menjadi lebar dengan anus

membuka. Labia mulai membuka dan tak lama kemudiaan

kepala janin tampak pada vulva saat ada his

e) Ekspulsi janin

Dengan his serta kekuatan meneran maksimal, kepala janin

dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis, kemudian

dahi, muka, dan dagu melewati perenium. Setelah istirhatat

sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan

89
anggota tubuh bayi. Pada primigravida, kala II berlangsung

kira-kira satu setengah jam sedangkan pada multigravida

setengah jam

f) Sistem kardiovaskuler

1) Kontraksi menurunkan aliran darah meuju uterus

sehingga jumlah darah dalam sirkulasi ibu meningkat

2) Resistensi perifer meningkat sehingga tekanan darah

meningkat

3) Saat mengejan, cardiac output meningkat 40-50%

4) Tekanan darah sistolik meningkat rata-rata 15mmHg saat

kontraksi. Upaya meneran juga akan memengaruhi

tekanan darah, dapat meningkatkan dan kemudian

menurun kemudian akhirnya kembali lagi sedikit di atas

normal. Rata-rata normal peningkatan tekanan darah

selama kala II adalah 10 mmHg.

5) Janin normalnya dapat beradaptasi tanpa masalah

6) Oksigen yang menurun selama kontraksi menyebabkan

hipoksia tetapi dengan kadar yang masih adekuat tidak

menimbulkan masalah serius

g) Pernapasan

1) Respon terhadap perubahan sistem kardiovaskuler :

konsumsi oksigen meningkat

2) Percepatan pematangan surfaktan (fetus labor speed

maturation of surfactant): penekanan pada dada selama

90
proses persalinan membersihkan paru-paru janin dari

cairan yang berlebihan

h) Suhu

1) Aktivitas otot yang meningkat menyebabkan sedikit

kenaikan suhu

2) Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat proses

persalinan dan segera setelahnya, peningkatan suhu

normal adalah 0,5-10C.

3) Keseimbangan cairan : kehilangan cairan meningkat oleh

karena meningkatnya kecepatan dan kedalaman respirasi

yang menyebabkan restriksi cairan

i) Urinaria

Penekanan kepala janin menyebabkan tonus vesical kandung

kencing menurun

j) Muskuloskletal

1) Hormon relaxin menyebabkan pelunakan kartilago di

antara tulang

2) Fleksibilitas pubis meningkat

3) Nyeri punggung

4) Tekanan kontraksi mendorong janin sehingga terjadi

flexi maksimal

k) Saluran cerna

1) Praktis inaktif selama persalinan

2) Proses pencernaan dan pengosongan lambung

memanjang

91
3) Penurunan motilitas lumbung dan absorbsi yang hebat

berlanjut sampai pada kala II. Biasanya mual dan muntah

pada saat transisi akan mereda selama kala II persalinan,

tetapi bisa terus ada pada beberapa pasien. Bila terjadi

muntah, normalnya hanya sesekali. Muntah yang konstan

dan menetap selama persalinan merupakan hal yang

abnormal dan mungkin merupakan indikasi dari

komplikasi obstetric, seperti ruptur uterus atau toksemia

l) System saraf

Kontraksi menyebabkan penekanan pada kepala janin,

sehingga denyut jantung janin menurun.

m) Metabolisme

Peningkatan metabolisme terus berlanjut hingga kala II

persalinan. Upaya meneran pasien menambah aktivita otot-

otot rangka sehingga meningkatkan metabolisme

n) Denyut nadi

Frekuensi denyut nadi bervariasi tiap kali pasien meneran.

Secara keseluruhan frekuensi nadi meningkat selama kala II

disertai takikardi yang nyata ketika mencapai puncak

menjelang kelahiran bayi.

3) Kala 3

Menurut Sondakh J S (2013) menjelaskan bahwa ada tiga

perubahan utama yang terjadi pada saat proses persalinan kala

III, yaitu:

a) Perubahan bentuk uterus

92
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai

berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh, dan tinggi

fundus biasanya terletak dibwah pusat. Setelah uterus

berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus

berbentuk segetiga atau berbentuk menyerupai buah pir atau

alpukat, dan fundus berada diatas pusat (sering kali

mengarah ke sisi kanan).

b) Tali pusat memanjang

Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda

Ahfeld).

c) Semburan darah mendadak dan singkat

Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu

mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi.

Apabila kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam

ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam

plasenta melebihi kapasitas tampungnya, maka darah akan

tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.

4) Kala 4

Dua jam pertama setelah persalinan merupakan saat yang paling

kritis bagi pasien dan bayinya. Tubuh pasien melakukan adaptasi

yang luar biasa setelah kelahiran bayinya agar kondisi tubuh

kembali stabil, sedangkan bayi melakukan adaptasi terhadap

perubahan lingkungan hidupnya di luar uterus. Menurut

Sondakh J S (2013) menjelaskan bahwa ada tiga perubahan

utama yang terjadi pada saat proses persalinan kala IV, yaitu:

93
a) Tanda vital

Dalam dua jam pertama setelah persalinan, tekanan darah,

nadi, dan pernapasan akan berangusr kembali normal. Suhu

pasien biasanya akan mengalami sedikit peningkatan, tapi

masih dibawah 380C, hal ini disebabkan oleh kurangnya

cairan dan kelelahan. Jika intake cairan baik, maka suhu

akan berangsur normal kembali setelah dua jam. Kadang

dijumpai pasien pasca persalinan mengalami gemetar, hal ini

normal sepanjang suhu kurang dari 38oC dan tidak dijumpai

tanda-tanda infeksi lain. Gemetar terjadi karena hilangnya

ketegangan dan sejumlah energi selama melahirkan dan

merupakan respon fisiologis terhadap penurunan volume

intrabdominal serta pergeseran hematologik.

b) Saluran cerna

Selama dua jam pascapersalinan kadang dijumpai pasien

merasa mual sampai muntah, atasi hal ini dengan posisi

tubuh yang memungkinkan dapat mencegah terjadinya

aspirasi corpus aleanum ke saluran pernapasan dengan

setengah duduk atau duduk di tempat tidur. Perasaan haus

pasti dirasakan pasien, oleh karena itu hidrasi sangat penting

diberikan untuk mencegah dehidrasi.

c) Saluran perkemihan

Selama 2-4 jam pascapersalinan kandung kemih masih

dalam keadaan hipotonik akibat adanya alostaksis, sehingga

sering dijumpai kandung kemih dalam keadaan penuh dan

94
mengalami pembesaran. Hal ini disebabkan oleh tekanan

pada kandung kemih dan uretra selama persalinan. Kondisi

ini dapat minimalisir dengan selalu mengusahakan kandung

kemih sebaiknya tetap kosong guna mencegah uterus

berubah posisi dan terjadi atoni. Uterus yang berkontraksi

dengan buruk meningkatkan perdarahan dan nyeri

d) Sistem kardiovaskuler

Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk

menampung aliran darah yang meningkat yang diperlukan

oleh plasenta dan pembuluh darah uterus. Penarikan kembali

estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat

sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi

normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah

kelahiran bayi. Pada persalinan per vagina kehilangan darah

sekitar 200-500 ml sedangkan pada persalinan SC

pengeluaran dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume

darah dan kadar Hematokrit. Setelah persalinan, shunt akan

hilang dengan tiba-tiba.

e) Serviks

Perubahan pada serviks terjadi segera setelah bayi lahir,

bentuk serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini

disebabkan oleh korpus uterus yang dapat mengadakan

kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga

seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks

berbentuk semacam cincin. Serviks berwarna merah

95
kehitaman karena penuh dengan pembuluh darah.

Konsistensi lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau

perlukaan kecil. Karena robekan kecil terjadi selama

berdilatasi, maka serviks tidak akan pernah kembali lagi ke

keadaan seperti sebelum hamil. Muara serviks yang

berdilatasi sampai 10cm sewaktu persalinan akan menututp

secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir tangan bisa

masuk ke dalam rongga rahim, setelah dua jam hanya dapat

dimasuki dua atau tiga jari

f) Perineum

Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena

sebelunya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju.

g) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan

yang sangat besar selama proses melahirkan, dan dalam

beberapa hari pertama sesudah proses tersebut kedua organ

ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan

vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam

vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali,

seperti labia menjadi lebih menonjol.

h) Pengeluaran ASI

Dengan menurunnya hormon estrogen, progesterone, dan

Human Placenta Lacctogen Hormon setelah plasenta lahir

prolactin dapat berfungsi mebentuk ASI dan

mengeluarkannya ke dalam alveoli bahkan sampai ductus

96
kelenjar ASI. Isapan langsung pada puting susu ibu

menyebabkan reflex yang dapat mengeluarkan oksitosin dari

hipofisis sehingga mioepitel yang terdapat di sekitar alveoli

dan ductus kelenjar ASI berkontraksi dan mngeluarkan ASI

ke dalam sinus yang disebut “let down reflex”.

h. Perubahan Psikologis Pada Ibu dalam Masa Persalinan

Tidak perlu diragukan lagi bahwa sikap wanita terhadap kehamilan

dan persalinannya memengarhi kelancaran persalinan. Fenomena

perubahan psikologis yang menyertai proses persalinan

bermacammacam. Adapun menurut Macfarlane A (1980) dan Dixon

L, et al (2013) yakni:

1) Perubahan psikologis kala 1

Pada setiap tahap persalinan, pasien akan mengalami perubahan

psikologis dan perilaku yang cukup spesifik sebagai respon dari

apa yang ia rasakan dari proses persalinannya.

a) Fase laten

Pada awal persalinan, kadang pasien belum cukup yakin

bahwa ia akan benar-benar melahirkan meskipun tanda

persalinan sudah cukup jelas. Pada tahap ini penting bagi

orang terdekat dan bidan untuk meyakinkan dan memberikan

support mental terhadap kemajuan perkembangan

persalinan. Seiring denga kemajuan proses persalinan dan

intensitas rasa sakit akibat his yang menngkat, pasien akan

mulai merasakan putus asa dan lelah. Ia akan selalu

menanyakan apakah ini sudah hampir berakhir? Pasien akan

97
senang setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam (vaginal

toucher) dan berharap bahwa hasil pemeriksaan

mengindikasikan bahwa proses persalinan akan segera

berakhir

b) Fase aktif

Memasuki kala I fase aktif, sebagaian besar pasien akan

mengalami penurunan stamina dan sudah tidak mampu lagi

untuk turun dari tempat tidur, terutama pada primipara. Pada

fase ini pasien sangat tidak suka jika diajak bicara atau diberi

nasehat mengenai apa yang seharusnya ia lakukan. Ia lebih

fokuss untuk berjuang mengendalikan rasa sakit dan

keinginan untuk meneran. Jika ia tidak dapat mengendalikan

rasa sakit dengan pengaturan nafas dengan benar. Maka ia

akan mulai menangis atau bahkan berteriak-teriak dan

mungkin akan meluapkan kemarahan pada suami atau orang

terdekatnya. Perhatian terhadap orang-orang disekitarnya

akan sangat sedikit berpengaruh, sehingga jika ada keluarga

atau teman yang datang untuk memberikan dukungan

mental, sama sekali tidak akan bermanfaat dan mungkin

justru akan sangat mengganggunya. Kondisi ruangan yang

tenang dan tidak banyak orang akan sedikit mengurangi

perasaan kesalnya. Hal yang paling tepat untuk dilakukan

adalah membiarkan pasien mengatasi keadaannya sendiri

namun tidak meninggalkannya. Pada beberapa kasus akan

98
sangat membantu jika suami berada di sisinya sambil

membisikkan doa di telinganya.

2) Perubahan psikologis kala 2

Menurut Sondakh (2013) mengungkapkan bahwa perubahan

emosional atau psikologi dari ibu bersalin pada kala II ini

semakin terlihat, diantaranya yaitu.

- Emotional distress

- Nyeri menurunkan kemampuan mengendalikan emosi,

dan cepat marah

- Lemah

- Takut

- Kultur (respon terhadap nyeri, posisi, pilihan kerabat

yang mendampingi, perbedaan kultur juga harus

diperhatikan)

3) Perubahan psikologis kala 3 dan 4

Sesaat setelah bayi lahir hingga 2 jam persalinan, perubahan –

perubahan psikologis ibu juga masih sangat terlihat karena

kehadiran buah hati baru dalam hidupnya. Adapun perubahan

psikologis ibu bersalin yang tampak pada kala III dan IV ini

adalah sebagai berikut.

- Bahagia Karena saat – saat yang telah lama di tunggu

akhirnya datang juga yaitu kelahiran bayinya dan ia

merasa bahagia karena merasa sudah menjadi wanita

yang sempurna (bisa melahirkan, memberikanan anak

99
untuk suami dan memberikan anggota keluarga yang

baru), bahagia karena bisa melihat anaknya.

- Cemas dan Takut Cemas dan takut kalau terjadi bahaya

atas dirinya saat persalinan karena persalinan di anggap

sebagai suatu keadaan antara hidup dan mati

- Cemas dan takut karena pengalaman yang lalu.

- Takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya

i. Asuhan Persalinan Normal

1) Pengertian

Asuhan persalinan normal adalah acuan bagi setiap Bidan atau

pun mahasiswakebidanan dalam melakukan praktik dalam

menolong persalinan. Untuk saat ini, terdapat 60 langkah asuhan

persalinan normal yang harus diikuti demi menjaga keselamatan

ibu dan bayi, juga untuk penolong tersendiri.

2) Tujuan

Menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan

yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui upaya yang terintegrasi

dan lengkap tapi dengan intervensi seminimal mungkin agar

prinsip keamanan dan kualitas dapat terjaga dengan optimal.

Tabel 2.2 Asuhan Persalinan Normal

60 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL

MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA 2

1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.

 Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

 Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada

100
rektum dan/atau vaginanya.

 Perineum menonjol.

 Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.

MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERTAMA

2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat obatan

esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana

komplikasi segera pada ibu dan bayi baru lahir.

Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi siapkan:

 Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat

 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal

bahu bayi)

 Alat penghisap lender

 Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari

tubuh bayi

Untuk ibu

 Menggelar kain di perut bawah ibu

 Menyiapkan oxitosin 10 unit

 Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set

3. Pakai celemek plastic atau dari bahan yang tidak tembus

cairan

4. Melepas dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci

tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian

keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang

bersih dan kering

101
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan

untuk priksa dalam

6. Masukkan oksitosin kedalam tabung suntik (gunakan tangan

yang menggunakan sarung tangan DTT atau steril dan

pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)

MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN JANIN

BAIK

7. Membersihkan vulva dan pirenium, menyekanya dengan

hati-hati dari anterior(depan) ke posterior(belakang)

menggunakan kasa atau kapas yang dibasahi air DTT

 Jika introitus vagina, pirenium atau anus

terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama

dari arah depan ke belakang

 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi)

dalam wadah yang tersedia

 Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi,

lepaskan dan rendam sarungtangan tersebut dalam

larutan klorin 0,5% (langkah #9. Pakai sarung

tangan DTT/ steril untuk melaksanakan langkah

lanjutan

8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan

lengkap

 Bila slaput ketuban masih utuh saat pembukaan

sudah lengkap maka lakukan amniotomi

9. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih

102
memakai sarung tangan kedalam larutan clorin 0,5%, lepas

sarung tangan dalam keadaan terbalik, dan rendam dalam

clorin 0,5% selama 10 menit) cucu tangan setelah sarung

tangan dilepaskan

10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus

mereda (delaksasi) untuk memastikan DJJ masih dalam batas

normal (120-160 x/menit)

 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak

normal

 Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan DJJ,

semua temuan pemeriksaan dan asuhan yang

diberikan dama partograph

MENYIAP IBU DAN KELUAR GA UNTUK MEMBANTU

PROSES MENERAN

11. Beritahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi

yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

 Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin

meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan

kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman

penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan

semua temuan yang ada

 Jelaskan pada anggota keluaga tentang peran

mereka untuk mendukung dan memberi semangat

103
pada ibu dan meneran secara benar

12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika

ada rasa ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada

kondisi itu ibu diposisikan setengah duduk atau posisi lain

yang di inginkan dan pastikan ibu merasa nyaman

13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu ingin meneran

atau timbul kontraksi yang kuat

 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan

efektif

 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan

perbaiki cara meneran apabila cara tidak sesuai

 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai

pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang

dalam waktu yang lama)

 Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi

 Anjurkan keluarga member dukungan dan

semangat untuk ibu

 Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)

 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai

 Segara rujuk jika bayi belum atau tidak akan lahir

segera lahir setelah pembukaan lengkap dan

pimpin meneran ≥120 menit (dua jam) pada primi

grapida atau ≥ 60 menit (I jam) pada multigravida

14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil

posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan

104
untuk meneran adalam selang waktu 60 menit

PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI

15 Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut

bawah ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan

diameter 5-6 cm

16 Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas

bokong ibu

17 Buka tutup partus set dan priksa kembali kelengkapan

peralatan dan bahan

18 Pakai sarung tangan DTT / steril pada kedua tangan

PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI

LAHIR KEPALA

19 Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm

membuka vulva maka lindungi pirenium dengan satu tangan

yang dilapisi dengan kain bersih dan kering, tangan yang lain

menahan belakang kepala untuk mempertahankan posisi

defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu

meneran secara efektif atau bernafas cepat dan dangkal

20 Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil

tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi) segera lanjutkan

proses kelahiran bayi

Perhatikan:

 Jika tali pusat melilit secara longgar, lepaskal lilitan

lewat bagian atas kepala bayi

 Jika tali pusat melilit secra kuat, klem tali pusat di dua

105
tempat dan potong tali pusat di antara dua klem tersebut

21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang

berlangsung secara spontan

LAHIR BAHU

22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara

biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.

Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal

hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan

kemudian gerakkan kearah atas dan distal untuk melahirkan

bahu belakang

LAHIR BADAN DAN TUNGKAI

23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menolong

kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan

memegang lengan dan siku sebelah atas

24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas

berlanjut ke punggung, bokong tungkai dan kaki. Pegang

kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kedua kaki dan

pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi

dan jari-jari lainya pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari

telunjuk)

ASUHAN BAYI BARU LAHIR

25. Menilai bayi dengan cepat:

 Apakah bayi cukup bulan?

106
 Apakah bayi menangis kuat dan/bernapas tanpa

kesulitan

 Apakah bayi bergerak dengan aktif?

Bila salah satu jawaban “ya” lanjtkan dengan Langkah

resusitasi pada bay baru lahir

26. Keringkan tubuh bayi

Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian

tubuh lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan

verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/ kain yang

kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman di perut

bagian bawah ibu

27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi

yang lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda

(gamelli)

28. Beritahu ibu bahwa dia akan di suntik oksitosin agar uterus

berkontraksi dengan baik.

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin

10 unit (intramuscular) di 1/3 distal lateral paha (lakukan

aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).

30. Setelah dua menit sejak bayi lahir (cukup bulan), pegang tali

pusat dengan satu tangan pada skitar 5 cm dari pusar bayi,

kemudian jari telunjuk dan jari tengah tangan lain menjepit

tali pusat dan geser hingga 3 cm proksimal dari pusar bayi.

Klem tali pusat pada titik tersebut kemudian tahan klem ini

pada posisinya, gunakan jari telunjuk dan tengah tangan lain

107
untuk mendorong isi tali pusat kea rah ibu (sekitar 5 cm ) dan

klem tali pusat pada skitar 2 cm distal dari klem pertama.

31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat

 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah di

jepit (lindungi perut bayi), dan lakukan

pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.

 Ikat tali pusat dengan benang DTT/ steril pada satu

sisi kemudian lingkarkan lagi benang tersebut dan

ikat tali pusat dengan simpul kunci pada sisi

lainnya

 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang

telah disediakan

32. Letakkan bayi dengan tengkurap di dada ibu untuk kontak

kulit ibu dan bayi. Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi

menempel di dada ibunya. Usahan kepala bayi berada

diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting

susu atau aerola mamae ibu.

 Selimuti ibu-bayi dengan kain kering dan hangat,

pasang topi di kepala bayi

 Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di

dada ibu paling sedikit 1 jam

 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan

inisiasi menyusui dini dalam waktu 30-60 menit.

Menyusui untuk pertama kali akan berlangsung

sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu

108
payudara

 Biarkan bayi barada di dada ibu selama 1 jam

walaupun bayi sudah berhasil menyusu

MANAJEMEN AKTIF KALA 3

PEREGANGAN TALI PUSAT TERKENDALI

33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari pulva

34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu ( di

atas simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain

memegang klem untuk menegangkan tali pusat

35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kea rah

bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kea rah

belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk

mencegah invesio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-

40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga

timbul kontraksi brtrikutnya dan ulangi kembali prosedur di

atas.

 Jika uterus tidak segara berkontraksi, minta ibu,

suami atau keluarga untuk melakukan stimulatisi

putting susu.

MENGELUARKAN PLASENTA

36. Bila pada penekanan bagin bawah dinding depan uterus

kearah dorsal ternyata di ikuti dengan pergeseran tali pusat

kearah distal maka lanjutkan dorongan kea rah cranial

109
hingga placenta dapat dilahirkan

 Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya di

regangkan (jangan ditarik secara kuat terutama bila

uterus tidak berkontraksi) sesuai dengan sumbu

jalan lahir (ke arah bawah-sejajar lantai-atas)

 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klim

hingga bejarak 5-10 cm dari vulva dan lahirkan

placenta

 Jika placenta tidak lapas dalam 15 menit

menegangkan tali pusat

1) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit

2) Lakukan kateterisasi (gunakan teknik

aseptik) jika kandung kemih penuh

3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

4) Ulangi tekanan dorsa-kranial dan

penegangan tali pusat 15 menit berikutnya

5) Jika placenta tidak lahir dalam 30 menit

sejak bayi lahir atau terjadi perdarahan

maka segera lakukan tindakan manual

placenta

37. Saat placenta muncul di introitus vagina lahirkan placenta

dengan kedua tangan. Pegang dan putar placenta hingga

selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan

placenta pada wadah yang telah disediakan

 Jika slaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT

110
atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa slaput

kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem ovum

DTT/steril untuk mengeluarkan slaput yang tertinggal

MASASE UTERUS

38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan

masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan

melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

MENILAI PERDARAHAN

39. Periksa kedua sisi placenta (maternal-fetal) pastikan placenta

lahir lengkap. Masukkan placenta ke dalam kantung plastic

atau tempat khusus

40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan pirenium.

Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan

menimbulkan perdarahan. Bila ada robekan yang

menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan

ASUHAN PASCA PERSALINAN

41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdaarahan pervaginam

42. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke

dalam larutan klorin 0,5% bersihkan noda darah dan cairan

tubuh, lepaskan secara terbalik dan rendam sarung tangan

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci tangan

dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan tangan

111
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering

EVALUASI

43. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik serta kandung

kemih kosong

44. Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan

menilai kontraksi

45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

46. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik

47. Pantau kedaan bayi dan pastikan bayi bernafas dengan baik

(40-60 kali/ menit)

 Jika bayi sulit bernafas, merintah, atau retraksi,

diresusitasi dan segara merujuk ke rumah sakit.

 Jika nafas bayi terlalu cepat atau sesak nafas,

segera rujuk ke RS rujukan.

 Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat.

Lakukan kembali kontak kulit ibu-bayi dan

hangatkan ibu-bayi satu selimut

KEBERSIHAN DAN KEAMANAN

48. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit) cuci dan bilas

peralatan setelah di dekontaminasi

49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah

yang sesuai

50. Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan

112
menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lender dan

darah di ranjang atau sekitar ibu berbaring. Bantu ibu

memakai pakaian yang bersih dan kering.

51. Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI.

Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan

makanan yang di ingikan.

52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%

53. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit.

54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang

bersih dan kering.

55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan

pemeriksaan fisik bayi

56. Dalam 1 jam pertama, beri salep/tetes mata profilaksis

infeksi, vitamin k1 1 mg I.M di paha kiri bawah lateral,

pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pernafasan bayi (normal

40-60 kali /menit) dan temperature tubuh (normal 36,5-37,5

derajat celcius) setiap15 menit.

57. Setelah 1 jam pemberian vit K1 berikan suntik imunisasi

hepatitis-B dipaha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di

dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waaktu dapat di susukan.

58. Lepaskan sarung tangan dengan keadaan terbalik dan

113
rendambdalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan

kering

DOKUMENTASI

60. Partograf

j. Kebutuhan Pada Ibu Bersalin

Kebutuhan fisiologis ibu bersalin merupakan suatu kebutuhan dasar

pada ibu bersalin yang harus dipenuhi agar proses persalinan dapat

berjalan dengan lancar dan fisiologis. Kebutuhan dasar ibu bersalin

yang harus diperhatikan bidan untuk dipenuhi yaitu: kebutuhan

nutrisi, kebutuhan eliminasi, kebutuhan istirahat dan tidur,

kebutuhan personal hygiene, kebutuhan mobilisasi dan kebutuhan

pengaturan posisi (Rohmawati et al., 2022).

Menurut JNPK-KR (2017) kebutuhan dasar ibu bersalin yaitu:

1) Dukungan emosional, dukungan dari suami, orang tua dan

kerabat yang disukai ibu sangat diperlukan dalam

mengurangi rasa tegang dan membantu kelancaran proses

persalinan dan kelahiran bayi. Penolong persalinan juga

dapat memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan

anggota keluarga dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan

proses persalinan dan kelahiran bayinya.

2) Kebutuhan makanan dan cairan, selama persalinan anjurkan

ibu sesering mungkin minum dan makanan ringan

114
3) Kebutuhan eliminasi, kandung kencing harus dikosongkan

setiap dua jam atau lebih sering jika kandung kemih ibu

terasa penuh selama proses persalinan. Kandung kemih yang

penuh akan menghambat penurunan bagian terbawah janin.

4) Mengatur posisi, peranan bidan adalah mendukung ibu

dalam pemilihan posisi apapun, menyarankan alternatif

hanya apabila tindakan ibu tidak efektif atau membahayakan

bagi diri sendiri maupun bagi bayinya.

5) Peran pendamping, kehadiran suami atau orang terdekat ibu

untuk memberikan dukungan pada ibu sehingga ibu merasa

lebih tenang dan proses persalinannya dapat berjalan dengan

lancar.

6) Pengurangan rasa nyeri, mengurangi rasa nyeri bisa

dilakukan dengan pijatan. Pijatan dapat dilakukan pada

lumbosakralis dengan arahan melingkar.

Dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh

Z.Fathony, Mirawati, Nuru R., A.Rahma (2022) mencatat

kebutuhan pada masa persalinan sebagai berikut:

1) Kebutuhan nutrisi selama persalinan, dari beberapa hasil

penelitian sebenarnya tidak ada pembatasan. Anjurkan ibu

untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air)

selama persalinan dan proses kelahiran bayi. Sebagian ibu

masih ingin makan selama fase laten persalinan tetapi

setelah memasuki fase aktif, mereka hanyaingin

115
mengkonsumsi cairan saja. Anjurkan agar anggota keluarga

sesering mungkin menawarkan minum dan makanan ringan

selama proses persalinan. Menurut Ross-Davie et al (2012),

pemberian makanan dan minuman bisa memberi

kenyamanan. Aturan pembatasan makanan dapat

meningkatkan perasaan dari ketakutan (Varney, 2004).

2) Kebutuhan eliminasi, kandung kemih harus dikosongkan

setiap 2 jam selama proses persalinan demikian pula dengan

jumlah dan waktu berkemih juga harus dicatat. Periksa

kandung kemih sebelum memeriksa denyut jantung janin

(JNPKKR, 2017).

3) Kebutuhan istirahat dan tidur yang bisa dipenuhi adalah saat

tidak ada kontraksi,bidan dapat memberikan kesempatan

pada ibu untuk mencoba relaks tanpa adanya tekanan

emosional dan fisik. Ibu juga bisa melakukan hal

menyenangkan yang lain untuk melepas lelah, atau apabila

memungkinkan ibu dapat tidur. Pada kala II,sebaiknya ibu

diusahakan untuk tidak mengantuk. Setelah proses

persalinan selesai (pada kala IV), sambil melakukan

observasi, bidan dapat mengizinkan ibu untuk tidur apabila

sangat kelelahan. Istirahat yang cukup setelah proses

persalinan dapat membantu ibu untuk memulihkan fungsi

alat-alat reproduksi dan meminimalisasi trauma pada saat

persalinan (Varney, 2004).

116
4) Kebutuhan personal hygiene, dapat dilakukan bidan antara

lain: membersihkan daerah genetalia (vulva-vagina, anus),

dan memfasilitasi ibu mandi untuk menjaga kebersihan

badan. Tidak ada pelarangan mandi bagi ibu yang sedang

dalam proses persalinan. Sebagian budaya malah

mengharuskan ibu untuk mandi untuk mensucikan badan,

karena proses melahirkan merupakan suatu proses yang suci

dan mengandung makna spiritual yang dalam. Secara ilmiah,

selain dapat membersihkan seluruh bagian tubuh, mandi juga

dapat meningkatkan sirkulasi darah, sehingga meningkatkan

rasa nyaman ibu, serta mengurangi rasa sakit. Selama proses

persalinan jika kondisi ibu masih memungkinkan ibu dapat

diijinkan mandi di kamar mandi dengan pengawasan dari

bidan atau keluarga (Varney, 2004).

5) Kebutuhan mobilisasi dan kebutuhan pengaturan posisi, ibu

bisa berganti posisi selama persalinan, namun tidak

berbaring terlentang selama lebih dari 10 menit. Mobilisasi

ini dapat membantu turunnya kepala bayi dan

memperpendek waktu persalinan (JNPK-KR, 2017).

k. Partograf

1) Pengertian

Yayu Putri ( 2018) mencatat bahwa Pada persalinan spontan

di seluruh dunia, terdapat setidaknya 8 juta orang mengalami

morbiditas serius dan 50 juta lebih mengalami komplikasi ringan.

Dimana penyebab umumnya antara lain ialah persalinan macet. Hal

117
ini dapat dideteksi dengan menggunakan partograf dan membuat

keputusan klinik sebagai upaya pengenalan adanya gangguan

persalinan sehingga dapat memberikan tindakan.

Partograf adalah catatan grafis kemajuan persalinan yang

relevan tentang kesejahteraan ibu dan janin. Yang Memiliki garis

tindakan dan garis peringatan untuk dimulainya intervensi tambahan

oleh bidan ataupun dokter SpOG untuk kemajuan persalinan dalam

mencegah gangguan persalinan, yang merupakan penyebab utama

ibu dan bayi kematian, terutama di negara berkembang (Ayenew &

Zewdu, 2020).

2) Tujuan penggunaan partogtaf

a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan

menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

b) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,

kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan

medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,

membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang

diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada

status atau rekam medic ibu bersalin dan bayi baru lahir.

c) Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograph

akan membantu penolong persalinan untuk Mencatat

kemajuan persalinan, Mencatat kondisi ibu dan janinnya,

mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan

kelahiran, Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara

dini mengidentifikasi adanya penyulit, Menggunakan

118
informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik

yang sesuai dan tepat waktu (Marmi, 2012).

3) Tehnik pengisian partograf

Teknik partograf yang digunakan sekarang merujuk pada labor

care guideline (LCG) dari WHO, yang merupakan

pengembangan dari partograf lama atau modified WHO

partograph. LCG terdiri dari tujuh bagian, yaitu informasi saat

penerimaan pasien, supportive care, kondisi janin saat

persalinan, kondisi ibu selama persalinan, proses persalinan,

pengobatan, dan perencanaan (dr.Alicia P, 2023). LCG masih

memiliki grafis kemajuan persalinan yang sama dengan modified

WHO partograph sebelumnya, di mana terdapat grafis kemajuan

dilatasi serviks dan presentasi janin terhadap waktu. Pada grafis,

dicatat juga parameter penting secara reguler, untuk menilai

kesehatan ibu dan janin selama persalinan normal /pervaginam.

a) Persiapan

Pasien dijelaskan terlebih dahulu mengenai pencatatan yang

akan dilakukan dan data-data apa saja yang akan diambil

untuk dicatat. Penjelasan ini termasuk dalam informed

consent.

b) Peralatan

Dalam pencatatan partograf dibutuhkan lembaran partograf

dan alat tulis

Gambar 2.13 Partograf

119
Sumber: Dokumentasi pribadi (2024)

c) Rincian yang harus di isi pada partograph (dr. Alicia P,

2023):

- Informasi persalinan awal

- Supportive care

- Informasi janin/bayi

- Informasi ibu

- Proses persalinan

- Pengobatan

- Perencanaan atau shared decision making

d) Bagan 1: informasi persalinan awal

Bagian ini berisikan informasi ibu secara terperinci, yaitu

nama, usia, usia kehamilan, hasil pemeriksaan

120
laboratorium, dan tinggi fundus. Nama ibu diisi

menggunakan nama lengkap sesuai pada rekam medis.

Informasi lain terdiri dari (dr. Alicia P, 2023):

- Jumlah paritas ibu: gunakan kode P untuk mencatat

jumlah paritas ibu

- Onset persalinan: diisi dengan spontan atau

- Tanggal dan waktu terjadinya ruptur membran (pecah

ketuban)

- Status kesehatan serta faktor risiko yang dimiliki, seperti

kronik hipertensi, preeklampsia, kehamilan tua, dan

kelahiran preterm

Jika sudah memasuki fase aktif, tenaga kesehatan harus

langsung melanjutkan pencatatan pada bagian ke-2 hingga

ke-7

e) Bagan 2: informasi janin (dr. Alicia P, 2023)

- Denyut jantung janin dicatat setiap 30 menit

- Kondisi ketuban: utuh, pecah, jenih meconial atau

berdarah

U: Ketuban utuh (belum pecah)

J: Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

M: Ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur mekonium

D: Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

darah

121
K: Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban

("kering").

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu

menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat

mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali

tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika

ada tanda-tanda gawat janin

(denyutjantung janin< 100 atau >180 kali per menit), ibu

segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai. Tetapi

jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke

tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri

dan bayi barulahir (“BAHAN AJAR Praktik Klinik

Kebidanan II,” 2015)

- Penyusupan/ Molase di isi setiap 4 jam:

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa

jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian

keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup

atau tumpang tindih, menunjukkan kemungkinan adanya

disproporsi tulang panggul (CPD).

Lambing yang digunakan pada penyusupan:

0: tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan

mudah dapat di palpasi

1: tulang-tulang kepala janin hanya salingbersentuhan

2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih,

tapi masih dapat dipisahkan

122
3: tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak

dapat dipisahkan (“BAHAN AJAR Praktik Klinik

Kebidanan II,” 2015).

f) Bagan 3: proses persalinan

- Dilatasi serviks, pantau setiap 4 jam

Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada

partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda

"X" harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur

besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan-

temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama

kali selama fase aktif persalinan di garis waspada.

Hubungkan tanda "X" dari setiap pemeriksaan dengan

garis utuh (tidak terputus) (“BAHAN AJAR Praktik

Klinik Kebidanan II,” 2015).

- Penurunan kepala, pantau setiap 4 jam

Tulisan "Turunnya kepala" dan garis tidak putus dari 0-5,

tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan

serviks. Berikan tanda "O” yang ditulis pada garis waktu

yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan

palpasi kepala bisa dipalpasi 4/5, tuliskan tanda "O" di

garis angka 4. Hubungkan tanda “O” dari setiap

pemeriksaan dengan garis tidak terputus (“BAHAN

AJAR Praktik Klinik Kebidanan II,” 2015).

- Garis waspada

123
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm

dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap

diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per

jam.Pencatatan selama fase aktif persalinan harus

dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks

mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan

kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan

adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang,

macet, dll). Pertimbangkan pula adanya tindakan

intervensi yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan

ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau

puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan

kegawat daruratan obstetri. Garis bertindak tertera sejajar

dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4

jalur ke sisi kanan Ibu harus tiba di tempat rujukan

sebelum garis bertindak terlampaui (“BAHAN AJAR

Praktik Klinik Kebidanan II,” 2015)

- Jam dan waktu

Waktu mulainya fase aktif Persalinan Di bagian bawah

partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera

kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak

menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif

persalinan Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya

fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu

aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak

124
menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua

kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya

atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam

fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di

garis waspada. Kemudian catatkan waktu aktual

pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai

contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukkan ibu

mengalami pembukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan

tanda "X" di garis waspada yang sesuai dengan angka 6

yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu

yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya (kotak ketiga

dari kiri) (JNPK– KR, 2019)

g) Bagan 4: proses persalinan

- Frekuensi kontraksi his, pantau setiap 30 menit kala 1

dan 15 menit pada kala 2

- Durasi kontraksi his, pantau setiap 30 menit kala 1 dan

15 menit pada kala 2

- Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan

kontraksi yang lamanya 20-40detik.

- Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi

yang lamanya lebih dari 40detik (JNPK– KR, 2019: 70)

Beri titik – titik di kotak yang sesuai

untuk menyatakan kontraksi yang

lamanya kurang dari 20 detik

125
Beri garis – garis di kotak yang sesuai

untuk

menyatakankontraksiyanglamanya20–

40detik

Isi penuh kotak yang sesuai untuk

menyatakan kontraksi yang lamanya

lebih dari 40 detik

Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak

dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" di sebelah luar

kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu

kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah

kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam

satuan detik. Nyatakan lamanya kontraksi dengan beri

titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan

kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik.

h) Bagan 5: Obat-obatan

Bagian ini mencatat pemberian obat-obatan selama

persalinan, baik saat kala 1 maupun kala 2. Obat dicatat

nama, dosis, dan waktu pemberian, misalnya

oksitosin 0,5-1 mU/menit, diulang 1 jam. Jika ibu

dipasang infus, dicatat nama dan dosis cairan yang

digunakan. Pemberian cairan infus tidak disarankan

126
untuk ibu berisiko persalinan rendah, karena lebih

dianjurkan untuk minum cairan peroral. Pemasangan

infus hanya jika ada indikasi sesuai kondisi pasien.

Pencatatan bertujuan untuk memastikan kelangsungan

perawatan dengan meminimalisasi kesalahan

i) Bagan 6: pemantauan kondisi ibu

Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan

dengan kesehatan dan kenyamanan ibu.

- Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh Angka di

sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi

dan tekanan darah ibu. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30

menit selama fase aktif persalinan. (lebih sering jika

dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada kolom

waktu yang sesuai. Nilai dan catat tekanan darah ibu

setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering

jika dianggap akanadanya penyulit). Beri tanda panah

pada partograf pada kolom waktu yang sesuai. Nilai dan

catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat,

atau dianggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat

temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.

- Volume urin, protein atauaseton Ukur dan catat jumlah

produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu

berkemih). Jikamemungkinkan setiap kali ibu berkemih,

lakukan pemeriksaan adanya ase¬ton atau protein dalam

urin

127
j) Lembar belakang partograph

Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk

mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan

dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan

sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi

baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai

Catatan Persalinan.Nilai dan catatkan asuhan yang

diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama

persalinan kala empat untuk memungkinkan penolong

persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat

keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi ini sangat

penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pada

pemantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan

pasca persalinan). Cara pengisian catatan persalinan

berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada

akhir setiap pemeriksaan, lembar belakang partograf ini

diisi setelah seluruh proses persalinan selesai.

a) Data dasar atau informasi Umum

Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat

persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan

merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat

merujuk. Isi data pada masing-masing tempat yang

telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda

pada kotak di samping jawaban yang sesuai.

b) Kala 1

128
Kala I terdiri dari pertanyaan – pertanyaan tentang

partograf saat melewati garis waspada, masalah-

masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan

hasil penatalaksanaan tersebut.

c) Kala 2

Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping

persalinan, gawat janin, distosia bahu,

penatalaksanaan dan hasilnya

d) Kala 3

Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian

oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, pemijatan

fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir >

30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan,

masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya, isi

jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda

pada kotak di samping jawaban yang sesuai.

e) Bayi baru lahir

Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat

dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi

bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta,

penatalaksanaan terpilih dan hasilnya.Isi jawaban

pada tempat yang disediakan serta beri tanda ada

kotak di samping jawaban yang sesuai

f) Kala 4

129
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu,

tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih dan

35 perdarahan.Pemantauan pada kala IV ini sangat

penting terutama untuk menilai apakah terdapat

risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan.

Pengisian pemantauan kala IV dilakukan setiap 15

menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, dan

setiap 30 menit pada satu jamberikutnya (“BAHAN

AJAR Praktik Klinik Kebidanan II,” 2015)

l. Tanda Bahaya Pada Persalinan

Tanda bahaya pada persalinan perlu diperhatikan pada saat

memberi asuhan sehingga tepat dalam memberikan tindakan

kegawat daruratan. Untuk mengetahui kapan terjadiya persalinan

patalogis maka perlu mengenal tanda bahaya pada saat persalinan.

Berikut adalah tanda bahaya menurut Heni EP (2021)

 Kala 1:

- Perdarahan pervaginam.

- Riwayat bedah sesar.

- Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37

minggu).

- Ketuban pecah disertai dengan meconeum yang kental.

- Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam).

- Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia

kehamilan kurang dari 37 minggu).

130
- Icterus

- Anemia berat.

- Tanda atau gejala infeksi.

- Pre-eklamsia/hipertensi dalam kehamilan.

- Tinggi fundus 40 cm/lebih.

- Gawat janin

- Primipara dalam fase aktif kala I persalinan dan kepala janin

masih 5/5

- Presentasi bukan belakang kepala.

- Presentasi ganda (majemuk).

- Kehamilan ganda/gemelli

- Tali pusat menumbung.

- Perdarahan

- Shock.

 Kala 2:

- Distosia karena kelainan his (power): inersia uteri, tetani

uteri

- Distosia karena kelainan jalan lahir (passage): kelainan

panggul, CPD, kelainan jalan lahir lunak

- Distosia karena kelainan janina (passenger): kelainan

letak, kembar, bayi besar dan tali pusat menumbung

 Kala 3:

- Retensio Placenta

- Atonia uteri

 Kala 4:

131
- Perdarahan

Gambar 2.14 Tanda bahaya pada ibu bersalin

Sumber: Buku KIA, 2023

4. Konsep Dasar Bayi Baru Lahi

a. Defenisi

Bayi baru lahir atau neonatus adalah masa kehidupan (0–28

hari), dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di

dalam rahim menuju luar rahim dan terjadi pematangan organ

hampir pada semua sistem. Bayi hingga umur kurang satu bulan

merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan

kesehatan paling tinggi dan berbagai masalah kesehatan bisa

muncul, sehingga tanpa penanganan yang tepat bisa berakibat fatal

(Kemenkes RI, 2020).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam

presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat

(Jamil et al., 2017).

132
Bayi baru lahir adalah individu yang baru saja mengalami

proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan

intrauterine ke kehidupan ektrauterin. Selain itu bayi baru lahir

adalah individu yang sedang bertumbuh. Sembiring (2017).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia

kehamilan 37-42 minggu, dengan berat badan antara 2500-4000

gram, dan tidak memiliki kelainan kongenital mayor" (Kliegman et

al., 2020).

b. Ciri bayi baru lahir

1) Berat Badan 2500-4000 gram "Berat badan normal bayi baru

lahir berkisar antara 2500-4000 gram" (Cunningham et al.,

2022).

2) Panjang Badan 48-53 cm "Panjang badan bayi baru lahir normal

adalah 48-53 cm" (Berghella et al., 2022).

3) Lingkar Kepala 33-35 cm "Lingkar kepala bayi baru lahir

normal berkisar 33-35 cm" (Kliegman et al., 2020).

4) Kulit Kemerahan dan Berkilau "Kulit bayi baru lahir normal

berwarna kemerahan, berkilau, dan tidak kering" (Cunningham

et al., 2022).

5) Refleks Bayi "Bayi baru lahir normal memiliki beberapa refleks

seperti mengisap, mencari, dan menggenggam" (Berghella et al.,

2022). Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis

dan spontan tanpa disadari pada bayi normal, refleks pada bayi

antara lain Tonik neek refleks, yaitu gerakan spontan otot kuduk

pada bayi normal, bila ditengkurapkan akan secara spontan

133
memiringkan kepalanya, Rooting refleks yaitu bila jarinya

menyentuh daerah sekitar mulut bayi maka ia akan membuka

mulutnya dan memiringkan kepalanya ke arah datangnya jari ,

Grasping refleks yaitu bila jari kita menyentuh telapak tangan

bayi maka jari-jarinya akan langsung menggenggam sangat kuat,

Moro refleks yaitu reflek yang timbul diluar tubuhnya pada

orang yang mendekapnya, Stapping refleks yaitu reflek kaki

secara spontan apabila bayi diangkat tegak dan kakinya satu

persatu disentuhkan pada satu dasar maka bayi seolah- olah

berjalan, Sucking refleks (menghisap) yaitu areola putting susu

tertekan gusi bayi, lidah, dan langis-langit sehingga sinus

laktiferus tertekan dan memancarkan ASI, Swallowing refleks

(menelan) dimana ASI dimulut bayi mendesak otot didaerah

mulut dan faring sehingga mengaktifkan refleks menelan dan

mendorong ASI ke dalam lambung

c. Prinsip Asuhan Bayi Baru Lahir

Saat bayi baru lahir maka kita melakukan prinsip asuhan sebagai

berikut:

1) Pencegahan infeksi

2) Penilaian segera setelah lahir

3) Pencegahan kehilangan panas

4) Asuhan tali pusat

5) Inisiasi menyusui dini

134
6) Manajemen laktasi

7) Pencegahan infeksi mata

8) Pemberian vit K1

9) Pemberian imunisasi

10) Pemeriksaan BBL

d. Perawatan Bayi Baru Lahir Normal

1) Mempertahankan Suhu Tubuh "Bayi baru lahir harus

dikeringkan dan diselimuti untuk mempertahankan suhu tubuh

normal 36,5-37,5°C" (Kliegman et al., 2020).

2) Inisiasi Menyusu Dini "Inisiasi menyusu dini dalam 1 jam

pertama setelah lahir dianjurkan untuk mendukung pemberian

ASI eksklusif" (Cunningham et al., 2022).

3) Perawatan Tali Pusat "Tali pusat harus dijaga dalam kondisi

bersih dan kering untuk mencegah infeksi" (Berghella et al.,

2022).

4) Skrining Bayi Baru Lahir "Skrining seperti tes pendengaran,

skrining metabolik, dan pemeriksaan lain sesuai kebijakan

setempat harus dilakukan" (Kliegman et al., 2020).

e. Suhu tubuh bayi

1) Klasifikasi

Menurut (Kemenkes RI, 2019) dan (Santoso, 2016) suhu tubuh

dapat diklasifikasi menjadi:

- Hipotermia: suhu tubuh < 36, 5° C

135
- Normal: suhu tubuh 36,5° C – 37,5°C

- Febris: suhu tubuh 37,6°C - 40° C

- Hipertermi: >40°C

2) Faktor yang memproduksi panas

Panas meningkat dikarenakan metabolisme meningkat,

penurunan panas atau panas yang dihasilkan sedikit diakibatkan

oleh laju metabolisme yang menurun (Novieastari et al., 2020).

Faktor yang mempengaruhi produksi panas:

- Metabolisme basal menyumbang panas yang dihasilkan oleh

tubuh saat istirahat total. Tingkat metabolisme basal (BMR)

tergantung pada luas permukaan tubuh. Hormon tiroid juga

memengaruhi BMR, dengan meningkatkan pemecahan glukosa

dan lemak tubuh, hormon tiroid dapat meningkatkan reaksi

kimia đi hampir semua sel tubuh. BMR dapat meningkat 100%

di atas normal ketika sejumlah besar hormon tiroid disekresikan,

tidak adanya hormon tiroid dapat menurunkan BMR hingga

setengahnya dan menyebabkan penurunan produksi panas.

Hormon testosteron pada pria meningkatkan BMR. Pria

memiliki BMR lebih tinggi daripada wanita (Novieastari et al.,

2020).

- Gerakan volunter seperti aktivitas otot selama latihan

membutuhkan energi meningkat selama aktivitas, kadang-kala

menyebabkan produksi panas meningkat hingga 50 kali dari

normal (Novieastari et al., 2020)

136
- Menggigil adalah respon tubuh tak sadar terhadap perbedaan

suhu dalam tubuh. Gerakan otot rangka selama menggigil

membutuhkan energi yang signifikan. Menggigil terkadang

meningkatkan produksi panas empat hingga lima kali lebih

besar dari biasanya. Panas yang dihasilkan membantu

menyamakan suhu tubuh, sehingga menggigil berhenti.

Mengigil benar-benar menguras sumber energi pasien dan dapat

mengakibatkan kerusakan fisiologis lebih lanjut (Novieastari et

al., 2020).

- Mekanisme produksi panas tidak menggigil/non shivering

thermogenesis terjadi terutama pada neonatus. Neonatus tidak

dapat menggigil, terbatasnya jaringan coklat pembuluh darah

pada saat lahir, dimetabolisme untuk produksi panas

(Novieastari et al., 2020).

3) Mekanismes kehilangan panas pada bayi baru lahir:

Bayi baru lahir berisiko mengalami kehilangan panas tubuh

yang berlebihan melalui beberapa mekanisme, antara lain:

- Konduksi "Kehilangan panas melalui konduksi terjadi ketika

bayi bersentuhan langsung dengan permukaan yang lebih dingin

dari suhu tubuhnya" (Kliegman et al., 2020).

- Konveksi "Konveksi adalah perpindahan panas dari bayi ke

lingkungan sekitar yang lebih dingin melalui aliran udara"

(Cunningham et al., 2022).

137
- Radiasi "Radiasi merupakan perpindahan panas melalui

pancaran dari tubuh bayi ke benda-benda di sekitarnya yang

memiliki suhu lebih rendah" (Berghella et al., 2022).

- Evaporasi "Evaporasi terjadi ketika cairan pada kulit bayi

menguap, seperti ketika bayi dikeringkan setelah lahir atau

ketika bayi berkeringat" (Kliegman et al., 2020).

Kehilangan panas yang berlebihan dapat menyebabkan

hipotermi pada bayi baru lahir, yang dapat meningkatkan risiko

komplikasi seperti hipoglikemia, gangguan pernapasan, dan

masalah kardiovaskular. Oleh karena itu, penting untuk

melakukan tindakan pencegahan kehilangan panas yang

berlebihan pada bayi baru lahir, seperti mengeringkan dan

menyelimuti bayi segera setelah lahir, serta mempertahankan

suhu lingkungan yang hangat.

4) Faktor yang mempengaruhi penurunan suhu tubuh bayi:

- Lingkungan: Suhu lingkungan saat bayi di dalam rahim ibu

bersuhu rata-rata 37 0C, kemudian saat bayi lahir masuk ke

dalam lingkungan suhu ruangan persalinan yaitu 25 0C hal ini

menyebakan bayi mengalami penurunan atau kehilangan panas

akibat perbedaan suhu di dalam rahim dan di luar rahim

(Setyorini & Satino, 2015).

- Berat badan: Berat badan bayi juga mempengaruhi kehilangan

panas pada bayi, dimana luas permukaan tubuh relatif lebih

besar dibandingkan dengan berat badan bayi, kulit yang tipis

dan sedikitnya lemak coklat mempengaruhi terjadinya

138
ketidakstabilan suhu (Jamil et al., 2017). Bayi yang mempunyai

berat badan lahir rendah yaitu < 2500gr lebih rentan terkena

hipotermi daripada bayi baru lahir dengan berat badan 2500

gram – 4000 gram (Jamil, et.al 2020)

- Umur kehamilan: Bayi dengan umur kehamilan kurang dari 37

minggu (dihitung dari hari pertama, haid terakhir), yang disebut

juga preterm, dimana bayi lahir tidak cukup bulan mengalami

kehilangan panas badan lebih cepat daripada bayi lahir dengan

umur kehamilan aterm (37–42 minggu) (Jamil et al., 2017).

- Asuhan petugas kesehatan: Asuhan pada bayi baru lahir yang

tidak tepat dapat menyebabkan bayi mengalami kehilangan

panas seperti tidak menyelimuti bayi segera setelah lahir, tidak

melakukan tindakan inisiasi menyusui dini minimal selama satu

jam setelah lahir, menimbang dan memandikan bayi segera

setelah lahir. Bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas

tubuhnya, oleh karena itu sebelum melakukan penimbangan,

terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih

dan kering

f. Inisiasi Menyusui Dini

a) Defenisi

Proses memberikan kesempatan kepada bayi untuk menyusu

sendiri segera setelah lahir, paling lambat dalam 1 jam pertama

kelahiran. IMD merupakan kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi

yang baru lahir (WHO,2018)

139
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) didefinisikan sebagai proses

membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah dilahirkan dan

disusui selama satu jam atau lebih (Murtiani N, 2021)

Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan

menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah

lahir, dikenal pula dengan istilah the breast crawl atau merangkak

mencari payudara

Namun, ada kalanya beberapa prosedur, seperti operasi

sectio caesar di luar rencana atau komplikasi saat persalinan,

membuat proses ini tidak dapat dijalankan. Meski demikian, penting

bagi ibu untuk menekankan keinginannya melakukan inisiasi

menyusui dini, jika memang masih memungkinkan.

Pada akhirnya, inisiasi menyusui dini dapat berhasil

diterapkan jika ibu yang menjalani proses persalinan telah siap

secara fisik dan mental. Proses ini juga hanya akan berhasil jika

sang ibu percaya diri dan didukung penuh oleh semua pihak di

sekitarnya, terutama rumah sakit, dokter yang membantu proses

persalinan, dan keluarga

b) Manfaat IMD

- Mempercepat keluarnya ASI

- Meningkatkan hubungan batin/kasih sayang ibu dan bayi

- Meningkatkan keberhasilan menyusui jangka Panjang

- Menurunkan risiko perdarahan pascapersalinan pada ibu

- Meningkatkan daya tahan tubuh bayi

- Menurunkan risiko hipoglikemia pada bayi

140
c) Proses IMD

- Segera setelah bayi lahir, bayi diletakkan diatas perut ibu

- Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya,

kecuali kedua tangannya.

- Tali pusat dipotong lalu diikat. Verniks (zat lemak putih)

yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan

karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

- Tanpa dibedong bayi langsung ditengkurapkan di dada atau

perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi

diselimuti bersama- sama.

- Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat

merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak

memaksakan bayi ke puting susu.

- Bantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi

sebelum menyusu (pre-feeding) yang dapat berlangsung

beberapa menit atau satu jam bahkan lebih, diantaranya:

- Memasukan tangan kemulut, gerakan mengisap, atau

mengeluarkan suara.

- Bergerak ke arah payudara.

- Daerah areola biasanya yang menjadi sasaran.

- Menyentuh puting susu dengan tangannya.

- Menemukan puting susu, reflek mencari puting (rooting)

melekat dengan mulut terbuka lebar.

141
Gambar 2.2 Proses Inisiasi Menyusu Dini
Sumber: Murtiani N, 2021

g. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir

1) Kunjungan bayi baru lahir

Kunjungan Bayi Baru Lahir Kunjungan bayi baru lahir

merupakan kunjungan tenaga kesehatan ke rumah ibu dan bayi

dalam minggu pertama setelah kelahiran untuk memantau

kesehatan ibu dan bayi (WHO,2015)

Dalam Permenkes no 21 tahaun 2021 Pelayanan neonatal

esensial dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali kunjungan, yang

meliputi:

- 1 kali pada umur 6-48 jam; (KN 1)

- 1 kali pada umur 3-7 hari (KN 2);

- 1 kali pada umur 8-28 hari. (KN 3)

Pelayanan kesehatan bayi baru lahir dimulai segera setelah

bayi lahir sampai 28 hari. Pelayanan pasca persalinan pada bayi

baru lahir dimulai sejak usia 6 jam sampai 28 hari. Pelayanan

neonatal esensial yang dilakukan setelah lahir 6 (enam) jam

sampai 28 (dua puluh delapan) hari meliputi:

- Menjaga bayi tetap hangat;

- Pemeriksaan neonatus menggunakan Manajemen Terpadu

Bayi Muda (MTBM);

142
- Bimbingan pemberian ASI dan memantau kecukupan ASI;

- perawatan metode Kangguru (PMK);

- Pemantauan peertumbuhan neonatus;

- Masalah yang paling sering dijumpai pada neonatus

2) Perawatan bayi baru lahir

Perawatan Bayi Baru Lahir Perawatan bayi baru lahir adalah

serangkaian tindakan untuk memastikan kesehatan dan

keselamatan bayi sejak lahir sampai usia 28 hari. Ini mencakup

perawatan menyeluruh baik fisik maupun psikologis (Unicef,

2022). "Periode neonatal merupakan masa kritis bagi kehidupan

seorang bayi. Perawatan yang optimal selama periode ini sangat

penting untuk mencegah komplikasi dan kematian." (WHO,

2022)

a) Segera setelah bayi lahir (0 – 6 jam)

- Menjaga bayi tetap hangat, dengan cara keringkan bayi

secara seksama, lakukan imd, selimuti bayi dengan

selimut bersih, kering dan hangat, tutupi kepala bayi,

anjurkan ibu memeluk dan memberikan asi, jangan segera

menimbang atau memandikan bayi, tempatkan bayi di

lingkungan yang hangat.

- Inisiasi menyusu dini

- Pemotongan dan perawatan tali pusat, cara merawat tali

pusat bayi sesudah melakukan dengan benar, jika punting

tali pusat kotor bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan

sabun dan keringkan dengan menggunakan kain bersih.

143
- Pemberian suntikan vitamin KI 1 mg intramuscular di

paha kiri anterolateral setelah inisiasi menyusu dini.

- Pemberian salep mata antibiotik, berikan sebelum 12 jam

setelah persalinan.

- Pemberian imunisasi hepatitis B, imunisasi HB0

dilakukan boleh dilakukan pada 0-7 hari usia bayi.

- Pemeriksaan fisik bayi baru lahir

- Pemantauan tanda bahaya

- Pemberian tanda identitas diri.

- Skrining SHK

b) Kunjungan Neonatal 1 (6 – 48 jam)

Pelayaanan yang diberikan:

- Pemeriksaan menyusu

- Menjaga bayi tetap hangat;

- Perawatan tali pusat;

- Pemeriksaan bayi baru lahir;

- Perawatan dengan metode kanguru pada bayi berat lahir

rendah

c) Kunjungan Neonatal 2 (3-7 hari)

- Pemeriksaan menyusu

- Perawatan tali pusat;

- Pemeriksaan bayi baru lahir;

- Observasi tanda bahaya

- Indentifikasi icterus

d) Kunjungan Neonatal 3 (8-28hari)

144
- Pemeriksaan menyusu

- Perawatan tali pusat;

- Pemeriksaan bayi baru lahir;

- Observasi tanda bahaya

- Identifikasi icterus

h. Skrining Bayi Baru lahir

Skrining pada Bayi Baru Lahir Skrining pada bayi baru lahir penting

dilakukan untuk mendeteksi secara dini adanya kelainan atau

penyakit tertentu yang dapat berdampak buruk jika tidak ditangani

dengan tepat. Beberapa skrining yang direkomendasikan:

1) Skrining Hipotiroidisme Kongenital "Pemeriksaan skrining

hipotiroidisme kongenital harus dilakukan pada semua bayi

dalam 48 jam setelah lahir untuk mencegah keterbelakangan

mental." (Kemenkes RI, 2020)

Secara garis besar dibedakan tiga tahapan utama yang sama

pentingnya dalam pelaksanaan skrining yaitu:

- Praskrining: Sebelum tes laboratorium diperlukan

sosialisasi, advokasi dan edukasi termasuk pelatihan.

- Skrining: Proses skrining, bagaimana prosedur yang

benar, sensitivitas dan spesifisitas, validitas, pemantapan

mutu (eksternal/internal)

- Pasca skrining: Tindak lanjut hasil tes, pemanggilan

kembali bayi untuk tes konfirmasi, dilanjutkan diagnosis

dan tatalaksana pada kasus hasil tinggi HK

Proses skrining:

145
a. Persiapan (Permenkes no 78 tahun 2014):

- Persiapan bayi dan orang tua:

Penjelasan kepada orangtua tentang skrining pada bayi

baru lahir dengan pengambilan tetes darah tumit bayi dan

keuntungan skrining ini bagi masa depan bayi akan

mendorong orangtua untuk mau melakukan skrining bagi

bayinya. Persetujuan tindakan (informed consent):

persetujuan tindakan medis lain pada saat bayi masuk ke

ruang perawatan bayi. Penolakan tindakan (dissent

consent/refusal consent): Bila tindakan pengambilan darah

pada BBL ditolak, maka orangtua harus menandatangani

formulir penolakan. Hal ini dilakukan agar jika di

kemudian hari didapati bayi yang bersangkutan menderita

HK, orangtua tidak akan menuntut atau menyalahkan

tenaga kesehatan dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan

- Persiapan Alat: sarung tangan steril, lancet, kotak limbah

tajam (safety box), kertas saring, kapas, alcohol swab,

kasa steril, rak pengering.

- Persiapan petugas: alat pelindumg diri

b. Pengambilan specimen:

Prosedur pengambilan spesimen darah melalui tahapan

berikut (Permenkes no 78 tahun 2014):

- Cuci tangan menggunakan sabun dengan air bersih

mengalir dan pakailah sarung tangan

146
- Hangatkan tumit bayi yang akan ditusuk dengan cara: -

Menggosok-gosok dengan jari, menempelkan handuk

hangat (perhatikan suhu yang tepat, menempelkan

penghangat elektrik, dihangatkan dengan penghangat

bayi/baby warmer/lampu pemancar panas/radiant warmer.

• Supaya aliran darah lebih lancar, posisikan kaki lebih

rendah dari kepala bayi

- Agar bayi lebih tenang, pengambilan spesimen dilakukan

sambil disusui ibunya atau dengan perlekatan kulit bayi

dengan kulit ibu (skin to skin contact)

- Tentukan lokasi penusukan yaitu bagian lateral tumit kiri

atau kanan sesuai daerah berwarna merah,

Gambar 2.3 penusukan pengambilan specimen


Sumber: Permenkes 78, 2014

147
- Bersihkan daerah yang akan ditusuk dengan antiseptik

kapas alkohol 70%, biarkan kering

- Tusuk tumit dengan lanset steril sekali pakai dengan

ukuran kedalaman 2 mm.

- Gunakan lanset dengan ujung berbentuk pisau (blade tip

lancet)

- Setelah tumit ditusuk, usap tetes darah pertama dengan

kain kasa steril

- Kemudian lakukan pijatan lembut sehingga terbentuk tetes

darah yang cukup besar. Hindarkan gerakan memeras

karena akan mengakibatkan hemolisis atau darah

tercampur cairan jaringan.

- Selanjutnya teteskan darah ke tengah bulatan kertas saring

sampai bulatan terisi penuh dan tembus kedua sisi.

Hindarkan tetesan darah yang berlapis-lapis (layering).

Ulangi meneteskan darah ke atas bulatan lain. Bila darah

tidak cukup, lakukan tusukan di tempat terpisah dengan

menggunakan lanset baru.

- Agar bisa diperiksa, dibutuhkan sedikitnya satu bulatan

penuh spesimen darah kertas saring.

- Sesudah bulatan kertas saring terisi penuh, tekan bekas

tusukan dengan kasa/kapas steril sambil mengangkat tumit

bayi sampai berada diatas kepala bayi. Bekas tusukan

diberi plester ataupun pembalut hanya jika diperlukan

148
Bila terjadi kesalahan pengambilan spesimen, maka harus

dilakukan pengambilan spesimen ulangan (resample)

sebelum dikirim ke laboratorium SHK

c. Tata laksana specimen (Permenkes no 78 tahun 2014):

1) Metode Pengeringan Spesimen Proses setelah

mendapatkan spesimen:

- Segera letakkan di rak pengering dengan posisi

horisontal atau diletakkan di atas permukaan datar yang

kering dan tidak menyerap (non absorbent)

- Biarkan spesimen mengering (warna darah merah

gelap)

- Sebaiknya biarkan spesimen di atas rak pengering

sebelum dikirim ke laboratorium

- Jangan menyimpan spesimen di dalam laci dan kena

panas atau sinar matahari langsung atau dikeringkan

dengan pengering

- Jangan meletakkan pengering berdekatan dengan

bahanbahan yang mengeluarkan uap seperti cat,

aerosol, dan insektisida

2) Pengiriman/transportasi

- Setelah kering spesimen siap dikirim. Ketika spesimen

akan dikirim, masukkan ke dalam kantong plastik zip

lock. Satu lembar kertas saring dimasukkan ke dalam

satu plastik Dapat juga dengan menyusun kertas saring

secara berselang–seling untuk menghindari agar bercak

149
darah tidak saling bersinggungan, atau taruh kertas

diantara bercak darah.

- Masukkan ke dalam amplop dan sertakan daftar

spesimen yang dikirim.

- Amplop berisi spesimen dimasukkan ke dalam kantong

plastik agar tidak tertembus cairan/kontaminan

sepanjang perjalanan.

- Pengiriman dapat dilakukan oleh petugas pengumpul

spesimen atau langsung dikirim melalui layanan jasa

pengiriman yang tersedia.

- Spesimen dikirimkan ke laboratorium SHK yang telah

ditunjuk oleh kementerian kesehatan.

- Pengiriman tidak boleh lebih dari 7 (tujuh) hari sejak

spesimen diambil. Perjalanan pengiriman tidak boleh

lebih dari 3 hari.

d. Skrining BBL dengan kondisi khusus

Dalam pelaksanaan SHK pada keadaan yang dimasukkan

dalam kategori khusus yaitu bayi-bayi yang mempunyai

resiko mengalami HK transien. Bayi-bayi tersebut ialah

bayi prematur (umur kehamilan kurang dari 37 minggu),

bayi berat lahir rendah dan bayi berat lahir sangat rendah.

Juga termasuk bayi sakit yang dirawat di NICU, bayi

kembar terutama yang mempunyai jenis kelamin yang

sama. Pada bayi-bayi tersebut pengambilan spesiemen

dilakukan 2 atau 3 kali tergantung umur kehamilan dan

150
berat ringannya penyakit. Spesimen pertama dengan cara

rutin (pengambilan spesimen rutin) atau pada saat

pengambilan darah untuk maksud lain.

2) Skrining Gangguan Pendengaran "Skrining pendengaran pada

bayi baru lahir penting untuk deteksi dini gangguan

pendengaran sehingga intervensi dapat dilakukan sedini

mungkin." (WHO, 2021)

3) Skrining Katarak Kongenital "Skrining katarak kongenital

disarankan dalam 4-6 minggu setelah lahir untuk mencegah

kebutaan." (Salim et al, 2022)

4) Skrining Penyakit Jantung Bawaan Kritis "Tes oksimetri nadi

pada bayi baru lahir dapat mendeteksi penyakit jantung bawaan

kritis sebelum terjadi komplikasi serius." (Kemper et al, 2021)

"Skrining bayi baru lahir harus dilaksanakan secara komprehensif,

terkoordinasi, dengan pemantauan dan tindak lanjut yang memadai."

(Wilson et al, 2023

i. Tanda bahaya bayi baru lahir

Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir menurut beberapa literatur

yang perlu diwaspadai pada bayi baru lahir antara lain:

1) Kesulitan bernapas "Napas cepat (>60x/menit), tarikan

dinding dada bagian bawah ke dalam, merintih saat bernapas

merupakan tanda gangguan pernapasan yang membutuhkan

penanganan segera." (WHO, 2022)

151
2) Tidak dapat menghisap/menyusu "Bayi yang tidak dapat

menghisap atau menolak menyusu dapat mengindikasikan

masalah kesehatan yang serius." (Edmond et al, 2008)

3) Letargi/tidak sadar "Bayi yang mengalami penurunan

kesadaran, tidak responsif terhadap rangsangan merupakan

tanda bahaya yang mengkhawatirkan." (Baqui et al, 2009)

4) Perut membengkak "Perut bayi yang membengkak dapat

mengindikasikan adanya masalah pada saluran pencernaan."

(Park et al, 2018)

5) Demam/menggigil "Suhu tubuh bayi >38°C atau <35,5°C

merupakan tanda bahaya yang memerlukan penanganan

dengan cepat." (Gizaw et al, 2017)

6) Terdapat nanah pada mata/tali pusat "Keluarnya cairan

nanah dari mata atau tali pusat bayi dapat mengindikasikan

infeksi berat." (Karumbi et al, 2013)

Gambar 2. 4 Tanda bahaya pada bayi baru lahir

152
Sumber: Buku KIA, 2023

Penanganan Tanda Bahaya:

"Jika ditemukan tanda bahaya pada bayi baru lahir, segera

bawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan

yang tepat dan cepat guna mencegah komplikasi lebih

lanjut." (Kemenkes RI, 2020)

5. Konsep Dasar Nifas

a. Defenisi

Masa nifas (postpartum) adalah masa di mulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti

sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari

(Yuliana dan Hakim, 2020).

"Masa nifas (puerperium) adalah periode setelah kelahiran plasenta

dan selesainya proses pengeluaran yang dimulai setelah persalinan

selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu" (Cunningham et al.,

2022).

Masa nifas merupakan periode yang akan dilalui oleh ibu setelah

masa persalinan, yang dimulai dari setelah kelahiran bayi dan plasenta,

yakni setelah berakhirnya kala IV dalam persalinan dan berakhir sampai

dengan 6 minggu (42 hari) yang ditandai dengan berhentinya

perdarahan (Azizah, 2019)

b. Kebijakan Tehnik Masa Nifas

1) Menurut Walyani & Purwoastuti (2017) Kebijakan Teknik Masa

Nifas yaitu:

153
a) Kunjungan pertama 6-8 jam setelah persalinan. Asuhan yang di

berikan :

- Mencegah perdarahan masa nifas akibat Antonia uteri

- Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan

rujuk jika perdarahan berlanjut.

- Memberi konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga mengenai cara mencegah perdarahan masa nifas

akibat antonia uteri

- Pemberian ASI pada awal menjadi ibu

- Mengajarkan ibu untuk mempererat hubungan antara ibu

dan bayi baru lahir

- Menjaga bayi teteap sehat dengan mencegah hipotermi

- Petugas kesehatan yang menolong persalinan harus

mendampingi ibu dan bayi setelah lahir selama 2 jam

pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi

dalam keadaan stabil.

b) Kunjungan kedua 6 hari setelah persalinan. Asuhan yang di

berikan :

- Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada

perdarahan abnormal, tidak ada bau

- Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau kelainan

pasca melahirkan.

- Memastikan agar ibu mendapatkan cukup makanan,

cairan, dan istrirahat.

154
- Memastikan ibu menyususi dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda penyulit.

- Memberi konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi,

perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan

perawatan bayi sehari-hari.

c) kunjungan ketiga 2 minggu setelah persalinan. Asuhan yang di

berikan :

- Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada

perdarahan abnormal, tidak ada bau.

- Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau kelainan

pasca melahirkan.

- Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan

istirahat.

- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada

tanda-tanda penyulit.

d) Kunjungan keempat 6 minggu setelah persalinan

- Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang

dialami atau bayinya

- Memberi konseling keluarga berencana (KB) secara dini

2) Beberapa kebijakan dan teknik perawatan masa nifas

berdasarkan sumber terbaru:

- Perawatan Luka Operasi "Perawatan luka operasi

pascasectio caesarea harus dilakukan dengan menjaga

155
luka tetap bersih dan kering, serta mengobservasi tanda-

tanda infeksi seperti kemerahan, bengkak, atau nanah"

(Cunningham et al., 2022).

- Mobilisasi Dini "Mobilisasi dini dalam 24 jam

pascapersalinan direkomendasikan, disertai latihan

pernapasan dalam dan batuk efektif untuk mencegah

komplikasi paru" (Berghella et al., 2022).

- Manajemen Laktasi "Inisiasi menyusu dini dan

pemberian ASI eksklusif harus difasilitasi, serta

dilakukan edukasi tentang perawatan payudara dan

teknik menyusui yang benar" (Cunningham et al., 2022).

- Pencegahan Tromboemboli "Terapi antikoagulan

profilaksis seperti heparin dosis rendah dan penggunaan

stoking pencegah tromboemboli direkomendasikan untuk

semua ibu pascasectio caesarea" (Silver & Landon,

2021).

- Perawatan Kandung Kemih "Ibu perlu diingatkan untuk

mengosongkan kandung kemih secara teratur, dan jika

terjadi retensi urin, maka pemasangan kateter urin

diperlukan" (Berghella et al., 2022).

- Nutrisi dan Cairan "Asupan nutrisi yang cukup dan

konsumsi cairan yang adekuat harus diperhatikan untuk

mendukung proses penyembuhan dan produksi ASI"

(Cunningham et al., 2022).

156
- Dukungan Psikologis "Skrining dan dukungan psikologis

rutin diperlukan untuk mendeteksi dan menangani

gangguan mood seperti depresi pascapersalinan" (Silver

& Landon, 2021).

c. Tahapan masa nifas

1) Masa Nifas Dini (1-7 hari pasca persalinan) Pada masa ini,

terjadi perubahan besar pada organ reproduksi ibu seperti:

- Pengeluaran lokia rubra (lokia berwarna merah pekat

karena darah segar)

- Kontraksi uterus yang kuat untuk membantu proses

involusi

- Pengeluaran sisa-sisa plasenta dari kavum uteri

- Perubahan hormon yang drastis seperti penurunan

hormon estrogen dan progesteron

2) Masa Nifas Lanjut (8-42 hari pasca persalinan) Pada masa ini,

terjadi pemulihan secara bertahap, antara lain:

- Pengeluaran lokia serosa (lokia berwarna merah

muda/kekuningan)

- Uterus mulai mengecil dan kembali ke bentuk normal

- Terjadi peningkatan produksi ASI

- Risiko perdarahan dan infeksi menurun

157
3) Masa Nifas Akhir/Remote (>42 hari pasca persalinan) Pada

tahap ini, organ reproduksi ibu sudah kembali seperti sebelum

hamil, mencakup:

- Pengeluaran lokia alba (lokia berwarna putih/tidak ada

darah)

- Uterus telah kembali pada ukuran normal di rongga

panggul

- Luka jahitan telah sembuh sempurna

- Ibu siap untuk menjalani kehamilan berikutnya

4) Perubahan Pada Masa Nifas

a) Perubahan Fisik "Perubahan fisik pada masa nifas meliputi

proses involusi uteri, pengeluaran lochea, pemulihan luka

jahitan, dan perubahan hormonal" (Berghella et al., 2022).

- Proses involusi uteri:

Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta

lahir seluas 12x5 cm, permukan kasar, tempat

pembuluh darah besar bermuara. Pada pembuluh

darah terjadi pembentukan trombosis, di samping

pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot

rahim. Bekas luka implantasi dengan cepat

mengecil, pada minggu ke 2 sebesar 6-8 cm dan

pada akhir masa nifas sebesar 2 cm. Lapisan

endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan

nekrosis bersama dengan lokia. Luka bekas

158
implantasi plasenta akan sembuh karena

pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi

luka dan lapisan basalis endometrium. Luka sembuh

sempurna pada 6-8 minggu postpartum.

Bagan 2. 5 Tabel Involusi Uteri

Involusi Uteri Tinggi Fundus Berat Uterus

Uteri

Bayi baru lahir Setinggi pusat 1000gr

Akhir kala III 2 jari bawah

pusat

1 minggu post Pertengahan 500 gr

partum antara pusat dan

ssimpisis

2 minggu post Diatas simphisis 350 gr

partum

6 minggu Tak teraba 60 gr

Sumber: Sulistyawati Ari, 2015. Buku Ajar Asuhan

Kebidanan pada Ibu Nifas, Yogyakarta, halaman 74

Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan

dalam proses involusi, disebut dengan subinvolusi.

Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi dan

tertinggalnya sisa plasenta/perdarahan lanjut

(postpartum haemorrhage)

- Pengeluaran lochea

159
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa

nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan

desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea

mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat

organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi

asam yang ada pada vagina normal. Lochea

mempunyai bau amis/anyir seperti darah menstruasi

meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya

berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea yang

berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.

Lochea mempunyai perubahan karena proses

involusi. Proses keluarnya darah nifas atau lochea

terdiri atas empat tahap:

Lochea Rubra (hari ke-1 hingga ke-3 pasca

persalinan) "Lochea rubra adalah lokia berwarna

merah tua yang terdiri dari darah segar dan sisa

jaringan plasenta yang terkelupas" (Cunningham et

al., 2022).

Lochea Sanguinolenta (hari ke-4 hingga ke-7)

"Lochea sanguinolenta merupakan campuran darah

dan lendir serviks berwarna merah muda" (Berghella

et al., 2022).

Lochea Serosa (hari ke-8 hingga ke-14) "Lochea

serosa berwarna kuning atau kecokelatan,

160
mengandung serum, sel darah putih, dan sisa

jaringan desidua" (Prawirohardjo, 2014).

Lochea Alba (setelah 2 minggu pasca persalinan)

"Lochea alba hanya mengandung sel-sel epitel dan

bakteri vagina, berwarna putih atau kekuningan

pucat" (Cunningham et al., 2022

Durasi dan jumlah pengeluaran lochea dapat

bervariasi pada setiap wanita. Perubahan warna dan

bau yang tidak normal dapat mengindikasikan

adanya infeksi yang perlu diwaspadai

- Perubahan serviks:

Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan

uterus. Warna serviks adalah merah kehitam-

hitaman karena penuh pembuluh darah.

Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat

laserasi/perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang

terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali

pada keadaan sebelum hamil. Muara serviks yang

berdilatasi 10 cm dalam waktu persalinan, menutup

secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan 14 masih

bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat

dimasuki 2-3 jari, pada minggu ke-6 postpartum

serviks menutup.

- Perubahan vulva/ vagina:

161
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta

peregangan yang sangat besar selama proses

persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam

6-8 minggu postpartum. Penurunan hormon estrogen

pada masa postpartum berperan dalam penipisan

mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan

terlihat kembali pada sekitar minggu keempat.

- Perubahan perineum

Setelah persalinan, perineum menjadi kendur karena

teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak

maju. Pulihnya tonus otot perineum terjadi sekitar 5-

6 minggu postpartum. Latihan senam nifas baik

untuk mempertahankan elastisitas otot perineum dan

organ-organ reproduksi lainnya. Luka episiotomi

akan sembuh dalam 7 hari postpartum. Bila terjadi

infeksi, luka episiotomi akan terasa nyeri, panas,

merah, dan bengkak.

b) Perubahan Psikologis "Perubahan psikologis seperti

postpartum blues, depresi pasca persalinan, dan baby blues

dapat dialami ibu pada masa nifas" (Silver & Landon, 2021).

Di bagi dalam beberapa fase yaitu :

- Fase Taking In

Perhatian ibu terhadap kebutuhan dirinya, fase ini

berlangsung selama 1 – 2 hari. Yaitu Ibu memperhatikan

bayinya tetapi tidak menginginkan kontak dengan

162
bayinya. Ibu hanya memerlukan informasi tentang

bayinya dan Ibu memerlukan makanan yang adekuat serta

istirahat / tidur.

- Fase Taking Hold

Fase mencari pegangan, berlangsung ± 10 hari. Ibu

berusaha mandiri dan berinisiatif. Perhatian terhadap

kemampuan diri untuk mengatasi fungsi tubuhnya seperti

kelancaran BAB, BAK, duduk, jalan dan lain sebagainya.

Ibu ingin belajar tentang perawatan diri dan bayinya dan

timbul rasa kurang percaya diri.

- Fase Letting Go

Ibu merasakan bahwa bayinya terpisah darinya. Ibu

mendapatkan peran dan tanggung jawab baru. Terjadi

peningkatan kemandirian diri dalam merawat diri dan

bayinya. Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga

dan bayinya (Anik,2015).

Masa nifas merupakan periode penting bagi pemulihan fisik

dan psikologis ibu setelahmelahirkan. Berbagai perubahan

psikologis dapat terjadi pada masa ini, antara lain:

- Postpartum Blues "Postpartum blues atau baby blues

adalah gangguan mood ringan yang dialami 50-80% ibu

setelah melahirkan, ditandai dengan mudah tersinggung,

mudah menangis, cemas, dan gangguan pola tidur"

(Cunningham et al., 2022).

163
- Depresi Pascapersalinan "Sekitar 10-15% ibu mengalami

depresi pascapersalinan, ditandai dengan kesedihan

berkepanjangan, kehilangan minat, gangguan makan dan

tidur, serta perasaan tidak mampu merawat bayi"

(Berghella et al., 2022).

- Gangguan Stres Pascatrauma "Sekitar 3-6% ibu dapat

mengalami gangguan stres pascatrauma setelah

melahirkan, dengan gejala seperti kilas balik traumatis,

mimpi buruk, dan menghindari hal yang mengingatkan

pada persalinan" (Silver & Landon, 2021).

- Psikosis Pascapersalinan "Meskipun jarang, sekitar 1-2

per 1000 ibu dapat mengalami psikosis pascapersalinan,

berupa gangguan realita, delusi, halusinasi, dan perilaku

aneh" (Cunningham et al., 2022

5) Perawatan masa nifas

a) Perawatan Luka dan Pencegahan Infeksi "Perawatan luka

operasi, menjaga kebersihan daerah kemaluan, dan

pemberian antibiotik profilaksis diperlukan untuk mencegah

infeksi pada masa nifas" (Cunningham et al., 2022).

b) Manajemen Laktasi "Membantu ibu dalam menyusui,

perawatan payudara, serta edukasi tentang manajemen

laktasi merupakan bagian penting dari perawatan nifas"

(Berghella et al., 2022).

c) Dukungan Nutrisi dan Aktivitas "Memastikan asupan nutrisi

yang cukup, mobilisasi dini, dan aktivitas fisik yang sesuai

164
dianjurkan untuk membantu pemulihan ibu" (Silver &

Landon, 2021).

d) Dukungan Psikologis "Dukungan psikologis, konseling, dan

deteksi dini gangguan mood seperti depresi pasca persalinan

penting dilakukan pada masa nifas" (Cunningham et al.,

2022)

e) Pelayanan masa nifas

6) Pelayanan yang diberikan meliputi menilai kondisi ibu nifas

secara umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, lochea dan

perdarahan, kondisi jalan lahir dan tanda infeksi, kontraksi

rahim dan tinggi fundus uteri, payudara dan anjuran pemberian

ASI Eksklusif, pemberian kapsul vitamin A, pelayanan

kontrasepsi pasca persalinan, konseling serta tatalaksana pada

ibu nifas sakit atau komplikasi (Kemenkes, 2020). Untuk

menilai status ibu dan bayi baru lahir serta mencegah terjadinya

masalah maka dilakukan Kunjungan nifas d minimal 4 kali

(Wahyuningsih, 2018). Menurut Permenkes no 21 tahun 2021

Pelayanan pesehatan bagi ibu setelah melahirkan meliputi:

- 1 kali pada periode 6 jam sampai dengan hari

pascapersalinan;

- 1 kali pada periode 3 hari sampai dengan 7 hari

pascapersalinan;

- 1 kali pada periode 8 hari sampai dengan 28 hari

pascapersalinan;

165
- 1 kali pada periode 29 hari sampai dengan 42 hari

pascapersalinan

Penyulit pada masa postpartum adalah keadaan yang merupakan

penyimpangan atau permasalahan-permasalahn yang ditemukan pada

masa nifas dan menyusui berupa penyakit atau keadaan abnormalitas

yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh adanya kehamilan

(Wahyuningsih, 2018). Salah satu komplikasi yang terjadi pada masa

nifas yaitu infeksi luka opererasi SC. Menurut Aditya (2018) bahwa

Infeksi luka operasi merupakan keadaan terbukanya sebagian atau

seluruh lapisan insisi abdomen. Kejadian infeksi luka operasi pada

umumnya disebabkan oleh bakteri atau kuman yang mampu

berinteraksi pada luka operasi yang ada di kulit sehingga penting

melakukan perawatan luka yang benar (Anggraeni et al, 2019).

6. Konsep Dasar Pelayanan KB

a. Defenisi

Keluarga berencana adalah merupakan tindakan yang membantu

pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak

diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu

saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta

menentukan jumlah anak dalam keluarga (kemnekes RI, 2021)

Keluarga Berencana (KB) didefinisikan sebagai upaya untuk

mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, serta

mengatur kehamilan melalui promosi dan perlindungan hak

reproduksi (BKKBN,2020)

166
KB merupakan program nasional yang bertujuan untuk

membantu pasangan suami istri dalam mengatur jumlah dan jarak

kelahiran anak dengan cara menggunakan alat/cara kontrasepsi."

(Kemenkes RI, 2022)

Keluarga Berencana (KB) adalah merupakan salah satu usaha

untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat

perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran

KB merupakan tindakan membantu individu atau pasangan

suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval

diantara kelahiran. KB adalah proses yang disadari oleh pasangan

untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran.

Menurut WHO, "Keluarga berencana memungkinkan individu dan

pasangan untuk mengantisipasi dan mengatur jumlah, jarak, dan

waktu kelahiran anak-anak mereka, serta untuk memilih metode KB

yang terbaik sesuai dengan keadaan mereka." (WHO, 2023).

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra

berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah

pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang

mengakibatkan kehamilan. Maksud dari konsepsi adalah

menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya

pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan

maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yan membutuhkan kontrasepsi

adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-

duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki

167
kehamilan. Kontrasepsi adalah usaha - usaha untuk mencegah

terjadinya kehamilan, usaha itu dapat bersifat sementara dapat bersifat

permanen. Adapun akseptor KB menurut sasarannya, meliputi: fase

menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan dan mengakhiri

kesuburan.

b. Tujuan Keluarga Berencana

Dikutip dari tujuan program keluarga berencana (BKKBN,2019):

1) Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak

2) Menurunkan angka kematian ibu dan bayi

3) Menghindari kehamilan berisiko tinggi

4) Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB

5) Mendukung pembangunan berkelanjutan

c. Manfaat Keluarga Berencana

1) Menjarangkan kehamilan dan persalinan

2) Meningkatkan kesehatan ibu dan anak

3) Menekan laju pertumbuhan penduduk

4) Meningkatkan kesejahteraan keluarga

5) Mencegah kehamilan tidak diinginkan dan aborsi tidak aman

"KB membantu menurunkan angka kematian ibu dan anak dengan

mencegah kehamilan berisiko, membantu menjarangkan kehamilan,

dan meningkatkan perawatan prenatal/postnatal." (USAID, 2022)

d. Akseptor Keluarga Berencana

168
1) Akseptor Aktif Akseptor aktif adalah kseptor yang ada pada saat

ini menggunakan salah satu cara / alat kontrasepsi untuk

menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.

2) Akseptor aktif kembali Akseptor aktif kembali adalah pasangan

usia subur yang telah menggunakan kontrasepsi selama 3 (tiga)

bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan, dan kembali

menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama

maupun berganti cara setelah berhenti / istirahat kurang lebih 3

(tiga) bulan berturut– turut dan bukan karena hamil.

3) Akseptor KB Baru Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru

pertama kali menggunakan alat / obat kontrasepsi atau pasangan

usia subur yang kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah

melahirkan atau abortus.

4) Akseptor KB dini Akseptor KB dini merupakan para ibu yang

menerima salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 2 minggu

setelah melahirkan atau abortus.

5) Akseptor KB langsung Akseptor KB langsung merupakan para istri

yang memakai salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 40 hari

setelah melahirkan atau abortus.

6) Akseptor KB dropout Akseptor KB dropout adalah akseptor yang

menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan

e. Syarat kontrasepsi

1) aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.

2) Efek samping yang merugikan tidak ada.

3) Kerjanya dapat diatur menurut keinginan.

169
4) Tidak mengganggu hubungan persetubuhan

5) Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol ketat selama

pemakaian.

6) Cara penggunaannya sederhana

7) Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas.

8) Dapat diterima oleh pasangan suami istri.

f. Jenis-jenis metode kontrasepsi

1) Metode kontrasepsi jangka panjang:

a) Kontrasepsi Implan (Susuk) "Implan adalah kontrasepsi

hormonal yang efektif untuk 3-5 tahun, dengan efikasi tinggi

mencapai 99%." (Kemenkes RI, 2020)

b) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD) "IUD terdiri dari

IUD hormonal dan non-hormonal, dapat digunakan selama 5-

10 tahun tergantung jenisnya dengan efikasi 99%." (Abirami et

al, 2021

c) "Metode kontrasepsi mantap/sterilisasi merupakan metode

permanen dengan memotong atau mengikat saluran telur

(tubektomi) atau vasektomi pada pria dengan tingkat kegagalan

<1%." (RI-PLAN, 2022)

2) Metode kontrasepsi jangka pendek:

a) Kontrasepsi Oral (Pil) "Pil KB kombinasi (progestin-estrogen)

dan pil progestin saja memiliki efektivitas 91-99% jika

digunakan dengan benar." (WHO, 2022)

170
b) Suntikan "Terdapat dua jenis suntik KB yaitu suntik 1 bulan

dan 3 bulan dengan tingkat kegagalan 3-6 per 100 perempuan

per tahun." (Berers, 2022)

c) Kondom "Kondom merupakan barrier method dengan tingkat

kegagalan 2-12% bergantung pada penggunaan yang benar."

(CDC, 2023)

3) Metode alamiah:

a) Metode Amenore Laktasi (MAL) "MAL dengan pemberian

ASI eksklusif dapat digunakan sebagai kontrasepsi untuk 6

bulan pertama pascapersalinan." (Kemenkes RI, 2017)

b) Metode kalender bergantung pada menghitung masa subur dan

tidak subur berdasarkan siklus menstruasi dengan tingkat

kegagalan 9-20%." (Planned Parenthood, 2022)

g. Efektivitas dan cara kerja kontrasepsi

1) Tubektomi (Medis Operasi Wanita)

Defenisi:

Prosedur bedah sukarela untuk menghentikan kesuburan secara

permanen pada perempuan yang tidak ingin anak lagi.

Cara kerja:

Mengoklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau memasang

cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum

Keuntungan dan keterbatasan:

Keuntungan:

171
- Sangat efektif, klien tidak perlu khawatir menjadi hamil atau

khawatir mengenai kontrasepsi lagi (0,5 kehamilan per 100

perempuan dalam tahun pertama pemakaian)

- Segera efektif dan bersifat permanen

- Tidak mempengaruhi produksi ASI

- Tidak mengganggu sanggama

- Tidak memiliki efek samping dalam jangka Panjang

- Klien tidak perlu melakukan atau mengingat apapun setelah

prosedur dilakukan

- Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual

Keterbatasan:

- Kesuburan tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan

operasi rekanalisasi

- Rasa sakit dalam jangka pendek setelah tindakan

- Harus dilakukan oleh dokter yang terlatih (untuk laparoskopi

dilakukan oleh Dokter Spesialis Obstetri Ginekologi)

- Risiko pembedahan bertambah jika menggunakan anestesi

umum

- Meningkatkan risiko kehamilan ektopik

- Tidak melindungi klien dari IMS dan HIV/AIDS

Kriteria kelayakan:

Yang boleh menjalani tubektomi, antara lain:

- Perempuan berusia > 22 tahun hingga < 45 tahun

172
- Perempuan yang sudah memiliki minimal 2 anak, usia anak

terkecil minimal diatas 2 tahun

- Perempuan yang pada kehamilannya akan menimbulkan

risiko kesehatan serius

- Perempuan yang paham dan secara sukarela setuju dengan

prosedur ini

- Pasca Persalinan/ pasca keguguran

Yang sebaiknya tidak menjalani tubektomi, antara lain:

- Perempuan dengan perdarahan pervaginam yang belum

terjelaskan

- Perempuan dengan infeksi sistemik atau pelvik yang akut

- Perempuan yang kurang pasti mengenai keinginan untuk

fertilitas di masa depan

- Perempuan yang belum memberikan persetujuan medis

2) Vasektomi (Medis Operasi Pria)

Definisi

Prosedur bedah sukarela yang memiliki risiko rendah untuk

menghentikan kesuburan secara permanen pada pria yang tidak

ingin anak lagi. Vasektomi dilakukan dengan memotong dan

mengikat vas (ductus) deferens tanpa menggunakan pisau bedah,

dengan tujuan memutuskan aliran sperma dari testis sehingga

terjadi azoospermia. Cara Kerja:

Mengikat dan memotong setiap saluran vas deferens sehingga

sperma tidak bercampur dengan semen. Semen dikeluarkan, tetapi

tidak dapat menyebabkan kehamilan

173
Keuntungan dan Keterbatasan Keuntungan:

- Aman, dan nyaman

- Sangat efektif dengan sekali tindakan

- Permanen

- Pria mengambil tanggung jawab untuk kontrasepsi,

mengambil alih beban pada perempuan

- Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual

Keterbatasan:

- Tidak segera efektif (WHO menyarankan kontrasepsi

tambahan selama 3 bulan setelah tindakan, kurang lebih 20

kali ejakulasi)

- Komplikasi minor seperti infeksi, perdarahan, nyeri pasca

operasi. Teknik tanpa pisau merupakan pilihan mengurangi

perdarahan dan nyeri dibandingkan teknik inisiasi

- Harus dilakukan oleh dokter umum terlatih atau Dokter

Spesialis Bedah dan Dokter Spesialis Urologi

Kriteria Kelayakan Medis:

Dengan konseling dan informed consent yang tepat, semua pria

dapat menjalani vasektomi secara aman, termasuk pria dengan

kriteria berikut:

- Sudah memiliki jumlah anak > 2

- Sudah memiliki jumlah anak ≤2, usia anak terkecil minimal

diatas 2 tahun

- Mempunyai istri usia reproduksi

- Menderita penyakit anemia sel sabit (sickle cell anemia)

174
- Berisiko tinggi terinfeksi HIV atau IMS lainnya

- Terinfeksi HIV, sedang dalam pengobatan antiretroviral atau

tidak

3) Metode Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan suatu metode

kontrasepsi yang dipasang dalam rahim untuk mencegah terjadinya

pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Jenis AKDR ada 2

yaitu AKDR Cu (non hormonal) dan AKDR LNG (hormonal).

a) AKDR Cu (Copper)

Defenisi

AKDR Copper (AKDR Cu) adalah suatu rangka plastik yang

lentur dan kecil dengan lengan atau kawat Copper (tembaga) di

sekitarnya. Terdapat 2 jenis AKDR Cu yaitu AKDR Cu T-380A

dan AKDR Nova T-380. AKDR-Cu ini paling banyak beredar di

Indonesia karena termasuk dalam program KB pemerintah

Cara Kerja

Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke saluran telur

karena tembaga pada AKDR menyebabkan reaksi inflamasi steril

yang toksik terhadap sperma. Memiliki efektivitas tinggi berkisar

0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1

kegagalan dalam 125-170 kehamilan). AKDR Cu juga sangat

efektif dan bersifat reversibel. AKDR Cu dapat dipakai oleh

perempuan selama usia reproduksi, termasuk remaja.

Keuntungan

- Efektif segera setelah pemasangan

175
- Metode KB berjangka panjang

- Tidak mempengaruhi hubungan seksual

- Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

- Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

(apabila tidak terjadi infeksi)

- Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah

haid terakhir)

- Kesuburan segera kembali setelah AKDR dilepas

Keterbatasan

- Pemasangannya dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih

karena membutuhkan prosedur medis termasuk pemeriksaan

dalam

- Tidak ada perlindungan terhadap Infeksi Menular Seksual

(IMS)/HIV

- Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau

perempuan yang sering berganti pasangan

- Pasangan mungkin merasakan benang ketika bersanggama

- Klien tidak bisa melepas AKDR sendiri

- AKDR mungkin keluar dari uterus tanpa diketahui

- Klien perlu memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke

waktu. Pada saat melakukannya, klien harus memasukkan

jarinya ke vagina yang seringkali membuat rasa tidak nyaman

Kriteria Kelayakan

- Telah atau belum memiliki anak

176
- Perempuan usia reproduksi, termasuk perempuan yang berusia

lebih dari 40 tahun

- Baru saja mengalami keguguran (jika tidak ada infeksi)

- Sedang menyusui

- Melakukan pekerjaan fisik yang berat

- Pernah mengalami kehamilan ektopik

- Pernah mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP)

- Menderita infeksi vagina

- Menderita anemia

- Menderita penyakit klinis HIV ringan atau tanpa gejala baik

sedang atau tidak dalam terapi antiretroviral

Tidak Layak

- Antara 48 jam hingga 4 minggu setelah melahirkan

- Antara 48 jam dan 4 minggu pasca persalinan

- Penyakit trofoblas gestasional nonkanker (jinak)

- Menderita kanker ovarium

- Memiliki risiko individual sangat tinggi untuk IMS pada saat

pemasangan

- Mengidap penyakit klinis HIV berat atau lanjut

- Menderita systemic lupus erythematosus dengan

trombositopenia bera

b) AKDR LNG

Defenisi

177
AKDR Levonorgestrel (LNG) adalah suatu alat berbahan plastik

berbentuk T yang secara terus-menerus melepaskan sejumlah

kecil hormon progestin (levonorgestrel) setiap hari.

Cara Kerja

Menghambat sperma membuahi sel telur telur.

Keuntungan

- Mencegah Kehamilan dengan sangat efektif Kurang dari 1

kehamilan per 100 perempuan yang menggunakan AKDRLNG

selama tahun pertama (2 per 1.000 perempuan)

- Berjangka Panjang

- Studi menunjukkan bahwa AKDR Mirena efektif hingga 7

tahun, namun ijin edar berlaku untuk 5 tahun penggunaan.

- Tidak mempengaruhi hubungan seksual

- Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

- Kesuburan segera kembali setelah AKDR dilepas

- Mengurangi nyeri haid

- Mengurangi jumlah darah haid sehingga dapat mencegah

anemia defisiensi besi

- Sebagai pengobatan alternatif pengganti operasi pada

perdarahan uterus disfungsional dan adenomiosis

Keterbatasan

- Pemasangan dan pencabutan dilakukan oleh tenaga kesehatan

yang terlatih secara khusus memasangnya pada uterus.

- Harganya relatif mahal

Kriteria Kelayakan

178
- Telah atau belum memiliki anak

- Perempuan usia reproduksi, termasuk perempuan yang berusia

lebih dari 40 tahun

- Baru saja mengalami keguguran (jika tidak ada infeksi)

- Sedang menyusui

- Melakukan pekerjaan fisik yang berat

- Pernah mengalami kehamilan ektopik

- Pernah mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP)

- Menderita infeksi vagina

- Menderita anemia

- Menderita penyakit klinis HIV ringan atau tanpa gejala baik

sedang atau tidak dalam terapi antiretroviral

Tidak Layak

- Antara 48 jam hingga 4 minggu setelah melahirkan

- Penggumpalan daerah vena dalam di kaki atau paru akut

- Menderita kanker payudara lebih dari 5 tahun yang lalu, dan

tidak muncul Kembali

- Sirosis berat atau tumor hepar berat

- Penyakit trofoblas gestasional nonkanker (jinak)

- Menderita kanker ovarium

- Memiliki risiko individual sangat tinggi untuk IMS pada saat

pemasangan

- Menderita dan HIV berat atau lanjut

179
- Penderita systemic lupus erythematosus dengan antibodi

antifosfolipid positif (atau tidak diketahui), dan tidak dalam

terapi imunosupresif.

4) Metode Alat Kontrasepsi Bawah Kulit

Defenisi

Implan adalah batang plastik berukuran kecil yang lentur, seukuran

batang korek api, yang melepaskan hormon progestin yang

menyerupai hormon progesterone alami di tubuh perempuan.

Implan dipasang di bawah kulit lengan kiri sebelah atas bagian

dalam. Jenis implan ada 2 yaitu:

a. Implan Dua Batang: terdiri dari 2 batang implan mengandung

hormon levonorgestrel. Efektif hingga 4 tahun penggunaan (studi

terkini menunjukkan bahwa jenis ini memiliki efektivitas tinggi

hingga 5 tahun)

b. Implan Satu Batang: terdiri dari 1 batang implan mengandung

hormon etonogestrel, efektif hingga 3 tahun penggunaan (studi

terkini menunjukkan bahwa jenis ini memiliki efektivitas tinggi

hingga 5 tahun)

Cara Kerja

Cara kerjanya yaitu dengan mencegah pelepasan telur dari ovarium

(menekan ovulasi) dan mengentalkan lendir serviks (menghambat

bertemunya sperma dan telur). Efektivitasnya yaitu kurang dari 1

kehamilan per 100 perempuan yang menggunakan implan pada

tahun pertama (1 per 1.000 perempuan). Risiko Kecil kehamilan

masih berlanjut setelah tahun pertama pemakaian.

180
Keuntungan

- Klien tidak perlu melakukan apapun setelah implan terpasang

- Mencegah kehamilan dengan sangat efektif - Merupakan

metode kontrasepsi jangka panjang untuk 3-5 tahun, tergantung

jenis implant

- Tidak mengganggu hubungan seksual

- Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

- Kesuburan dapat kembali dengan segera setelah implan dilepas

- Mengurangi nyeri haid

- Mengurangi jumlah darah haid sehingga dapat mencegah

anemia defisiensi besi

Keterbatasan

- Tidak ada perlindungan terhadap Infeksi Menular Seksual

(IMS)

- Membutuhkan tenaga kesehatan terlatih secara khusus untuk

memasang dan melepas.

- Klien tidak dapat memulai maupun melepas implan secara

mandiri

Kriteria Kelayakan

- Telah atau belum memiliki anak

- Perempuan usia reproduksi, termasuk perempuan yang berusia

lebih dari 40 tahun

- Baru saja mengalami keguguran atau kehamilan ektopik

- Merokok, tanpa bergantung pada usia perempuan maupun

jumlah rokok yang dihisap

181
- Sedang menyusui

- Menderita anemia atau riwayat anemia

- Menderita varises vena

- Terkena HIV, sedang atau tidak dalam terapi antiretroviral

Tidak Layak

- Penggumpalan darah akut pada vena dalam di kaki atau paru

- Perdarahan vaginal yang tidak dapat dijelaskan sebelum

evaluasi terhadap kemungkinan kondisi serius yang mendasari

- Menderita kanker payudara lebih dari 5 tahun yang lalu dan

tidak sembuh

- Sirosis hati atau tumor hati berat

- Systemic lupus erythematosus dengan antibodi antifosfolipid

positif (atau tidak diketahui), dan tidak dalam terapi

imunosupresif

5) Metode Suntikan

a) Metode Suntikan Kombinasi

Defenisi

Kontrasepsi Suntik Kombinasi (KSK) yang mengandung 2 hormon

yaitu progestin dan estrogen seperti hormon progesterone dan

estrogen alami pada tubuh perempuan

Cara Kerja

- Mencegah pelepasan sel telur dari ovarium (menekan ovulasi)

- Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi

sperma terganggu

182
- Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implementasi

terganggu

- Menghambat transportasi gamet oleh tuba

Keuntungan

- Tidak perlu pemakaian setiap hari

- Dapat dihentikan kapan saja

- Tidak berpengaruh pada hubungan seksual

- Baik untuk menjarangkan kehamilan

Keterbatasan

- Harus kembali ke tenaga kesehatan untuk disuntik tepat waktu

- Efektivitas sangat tergantung pada ketepatan waktu klien

kembali. Risiko kehamilan meningkat saat klien terlambat

suntik ulang atau melewatkan suatu suntikan

- Kemungkinan keterlambatan pemulihan kesuburan setelah

penghentian pemakaian

Kriteria Kelayakan

Hampir semua perempuan dapat menggunakan KSK secara

aman dan efktif, termasuk perempuan yang:

- Telah atau belum memiliki anak

- Perempuan usia reproduksi, termasuk perempuan yang berusia

lebih dari 40 tahun

- Baru saja mengalami abortus atau keguguran

- Merokok berapapun jumlah batang rokok yang dihisap per hari

dan berumur kurang dari 35 tahun

183
- Merokok kurang dari 15 batang per hari dan berumur lebih dari

35 tahun

- Menderita anemia atau riwayat anemia

- Menderita varises vena

- Terkena HIV, sedang atau tidak sedang dalam terapi

antiretroviral

Tidak Layak

- Tidak menyusui dan melahirkan kurang dari 3 minggu, tanpa

risiko tambahan terbentuknya penggumapalan darah di vena

dalam (TVD - Trombosis Vena Dalam)

- Tidak menyusui dan melahirkan antara 3 dan 6 minggu pasca

persalinan dengan risiko tambahan yang memungkinkan

terbentuknya TVD

- Sedang menyusui antara 6 minggu hingga 6 bulan setelah

melahirkan

- Usia 35 tahun atau lebih dan merokok lebih dari 15 batang per

hari

- Hipertensi (tekanan sistolik antara 140 sampai 159 mmHg atau

tekanan distolik antara 90 dan 99 mmHg)

- Hipertensi terkontrol, yang memungkinkan untuk evaluasi

lanjutan

- Riwayat hipertensi, dimana tekanan darah tidak dapat diukur

(termasuk hipertensi terkait kehamilan)

- Penyakit infeksi atau tumor berat

- Usia 35 tahun atau lebih dengan sakit kepala migrain tanpa aura

184
- Usia kurang dari 35 tahun dengan sakit kepala migrain yang

telah muncul atau memberat saat memakai KSK

- Menderita kanker payudara lebih dari 5 tahun yang lalu, dan

tidak muncul Kembali

- Diabetes selama lebih dari 20 tahun atau mengalami kerusakan

pembuluh darah arteri, penglihatan, ginjal, atau sistem saraf

karena diabetes

- Faktor risiko multiple untuk penyakit kardiovaskular arteri

seperti usia tua, merokok, diabetes, dan hipertensi

- Sedang dalam terapi lamotrigine. KSK dapat mengurangi

efektivitas lamotrigin

b) Metode Suntikan Progestin

Defenisi

Kontrasepsi suntik yang mengandung progestin saja seperti

hormon progesteron alami dalam tubuh perempuan. Terdapat 2

jenis KSP yaitu: Depot Medroxyprogesterone Acetate (DMPA)

disebut juga Depo-Provera, KSP paling banyak digunakan

merupakan suntikan intramuskular. Versi subkutan pada sistem

suntik uniject dalam prefilled dosis tunggal syringe hipodermik

sebagai depo subQ provera 104 suntikan dan Norethisterone

Enanthate (NET-EN) suntikan intramuskular.

Cara kerja dan efektivitas:

- Mencegah pelepasan telur dari ovarium (menekan ovulasi)

- Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan

kemampuan penetrasi sperma

185
- Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi

Keuntungan

- Suntikan setiap 2-3 bulan

- Tidak perlu penggunaan setiap hari

- Tidak mengganggu hubungan seksual

- Dapat digunakan oleh perempuan menyusui dimulai 6 bulan

setelah melahirkan karena tidak mengganggu produksi ASI

- Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai

premenopause

- Membantu mencegah: kanker endometrium, mioma uterl

- Mengurangi krisis sel sabit pada perempuan dengan anemia

sel sabit dan gejala endometriosis (nyeri panggul, haid yang

tidak teratur)

- Mungkin membantu mencegah Penyakit Radang Panggul

(PRP) simptomatis, anemia defisiensi besi

- Mengurangi nyeri haid

- Mengurangi jumlah darah haid

- Mengurangi kejadian karsinoma payudara

- Tidak mengandung estrogen yang dapat berdampak pada

klien dengan penyakit jantung dan pembekuan darah

Keterbatasan

- Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan

kesehatan untuk suntikan ulang

- Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan

berikutnya

186
- Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian

pemakaian, rata-rata 4 bulan

- Pada pemakaian jangka panjang dapat sedikit menurunkan

densitas (kepadatan) tulang

- Terjadi perubahan pola haid, umumnya metroragia atau

spotting

- Terjadi penambahan berat badan

- Tidak mencegah IMS dan HIV/AIDS

Kriteria Kelayakan

- Telah atau belum memiliki anak

- Menikah atau tidak menikah

- Semua usia, termasuk perempuan yang berusia lebih dari 40

tahun

- Baru saja mengalami keguguran

- Merokok tanpa melihat usia perempuan maupun jumlah

rokok yang dihisap

- Sedang menyusui, mulai segera pada 6 minggu pasca

melahirkan

- Terkena HIV, sedang atau tidak sedang dalam terapi

antiretroviral

Tidak Layak

- Hamil atau diduga hamil, karena berisiko menimbulkan

kecacatan pada janin 7 per 100.000 kelahiran

- Klien yang tidak dapat menerima gangguan haid terutama

amenorrhea

187
- Menyusui dan melahirkan kurang dari 6 minggu sejak

melahirkan (pertimabngkan risiko kehamilan selanjutnya dan

kemungkinan terbatasnya akses lanjutan untuk mendapatkan

suntik)

- Hipertensi (tekanan sistolik 160 mmHg atau tekanan

diastolik 100 mmHg atau lebih)

- Mengalami penggumpalan darah akut pada vena dalam di

kaki atau paru

- Riwayat penyakit jantung atau sedang menderita penyakit

jantung terkait obstruksi atau penyempitan pembuluh darah

(penyakit jantung iskemik)

- Riwayat stroke

- Memiliki faktor risiko multiple untuk penyakit

kardiovaskular dari seperti diabetes dan hipertensi

- Mengalami perdarahan vaginal yang tidak diketahui sebelum

evaluasi kemungkinan kondisi medis serius yang mendasari

- Menderita kanker payudara lebih dari 5 tahun yang lalu, dan

tidak kambuh

- Diabetes selama lebih dari 20 tahun atau mengalami

kerusakan pembuluh darah arteri, penglihatan, ginjal, atau

sistem saraf karena diabetes

- Menderita sirosis hati atau tumor hati

- Menderita systemic lupus erythematosus (SLE) dengan

antibodi antifosfolipid positif (atau tidak diketahui) dan tidak

dalam terapi imunosupersif, atau trombositpenia berat.

188
i. Metode Pil

Defenisi

Metode keluarga berencana sementara yang mengendalikan

pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa

tambahan makanan ataupun minuman apapun lainnya. MAL dapat

dipakai sebagai kontrasepsi apabila: ibu belum menstruasi bulanan,

bayi disusui secara eksklusif dan sering disusui lebih dari 8 kali

sehari, siang dan malam, bayi berusia kurang dari 6 bulan

Cara Kerja

Mekanisme kerja utama dengan cara mencegah pelepasan

telur dari ovarium (ovulasi). Sering menyusui secara sementara

mencegah pelepasan hormon alami yang dapat menyebabkan

ovulasi

Keuntungan

- Tidak membutuhkan biaya apapun

- Efektivitas tinggi

- Segera efektif

- Tidak mengganggu hubungan seksual

- Tidak ada efek samping secara sistematik

- Tidak perlu obat atau alat

- Bayi mendapat kekebalan pasi

- Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh

kembang bayi yang optimal

- Mengurangi perdarahan pasca persalinan

- Meningkatkan hubungan psikologi ibu dan bayi

189
- Bagi bayi, MAL dapat menjadi imunisasi pasif dan

perlindungan terhadap berbagai penyakit infeksi lainnya.

Keterbatasan

- Sangat tergantung pada motivasi klien dalam memberikan ASI

eksklusif kepada bayi

- Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera

menyusui dalam 30 menit pasca persalinan

- Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi social

- Efektif hanya sampai dengan 6 bulan

Kriteria Kelayakan Semua perempuan menyusui dapat secara

aman menggunakan MAL

Tidak Layak

- Terinfeksi HIV

- Menggunakan obat-obat tertentu selama menyusui (termasuk

obat yang mengubah suasana hati, reserpin, ergotamin, anti-

metabolit, siklosporin, kortikosteroid dosis tinggi, bromokriptin,

obat-obat radioaktif, lithium, dan antikoagulan tertentu)

- Bayi baru lahir memiliki kondisi yang membuatnya sulit untuk

menyusui (termasuk masa kehamilan yang pendek atau prematur

dan membutuhkan perawatan neonatus insentif, tidak mampu

mencerna makanan secara normal, atau memiliki deformitas pada

mulut, rahang, atas palatum)

ii. Metode Masa Subur

Defenisi

190
Seorang perempuan mengetahui kapan periode masa suburnya dari

waktu mulai dan berakhirnya siklus haid. Pasangan secara sukarela

menghindari sanggama pada masa subur perempuan, Jenis metode

masa subur:

a) Metode Kalender

Mencatat hari dari siklus haid untuk mengidentifikasi kapan mulai

dan berakhirnya masa subur. Pantau jumlah hari dari 6 siklus haid

sambil menahan sanggama atau menggunakan kontrasepsi

tambahan, lalu hitunglah periode subur dengan melihat data atau

hasil perhitungan di bawah ini.

- Dari rata-rata hari siklus terpanjang dan dikurangi 18, maka

inilah hari subur terakhir dalam satu siklus haid.

- Dari rata-rata siklus terpendek, kemudian dikurangi 11, maka

inilah hari subur pertama (awal) dari siklus haid.

- Periode subur dihitung dari subur awal hingga subur akhir

(misalnya hari ke-8 sampai 19 siklus haid) sehingga diperlukan

abstinensia atau hari pantang sanggama atau menggunakan

kontrasepsi tambahan selama 12 hari dalam 1 siklus menstruasi

yang sedang berlangsung.

b) Bergantung dari pengamatan tanda kesuburan:

- Sekresi serviks: ketika seorang perempuan mengamati atau

merasakan ada sekresi serviks berupa lendir, kemungkinan klien

subur. Klien mungkin hanya merasa vaginanya sedikit basah.

- Suhu tubuh basal: suhu tubuh istirahat seorang perempuan

sedikit meningkat setelah melepaskan sel telur (ovulasi). Dia

191
cenderung tidak akan hamil dari 3 hari sejak peningkatan suhu

tubuh ini sampai mulainya haid bulan berikutnya. Suhu klien

tetap dalam kondisi tinggi hingga permulaan haid bulan

berikutnya. Aturan perubahan suhu/temperatur:

● Ukurlah suhu pada jam yang sama setiap pagi hari, kemudian

catat pada grafik.

● Gunakan grafik nilai suhu dalam 10 hari pertama siklus haid

(suhu puncak harian “normal dan rendah”) dalam pola tertentu

. ● Abaikan suhu yang tingginya abnormal (demam atau

gangguan lain)

● Tariklah sebuah garis 0,05 hingga 0,1 celcius melalui yang

tertinggi dari semua nilai suhu dalam 10 pertama ini (garis

pelindung/ garis suhu)

● Masa pantang sanggama dimulai dari kenaikan suhu berturut-

turut.

● Bila periode tidak subur telah terlewati, klien boleh untuk

tidak meneruskan pengukuran suhu tubuh dan melakukan

sanggama hingga akhir siklus haid dan kemudian kembali

mencatat grafik suhu basal siklus berikutnya.

Cara Kerja

Menghindari hubungan seksual pada masa subur

Keuntungan

- Tidak mengeluarkan biaya

- Tidak ada risiko kesehatan yang berhubungan dengan

kontrasepsi

192
- Tidak ada efek samping sistemik

- Meningkatkan keterlibatan suami dalam K

Keterbatasan

- Keefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan

- Membutuhkan pelatihan (butuh pelatih, bukan tenaga medis)

- Perlu pencatatan setiap hari

- Perlu pantang selama masa subur

- Infeksi vagina membuat lendir serviks sulit dinilai

- Perlu termometer khusus (skala sensitif)

- Tidak melindungi dari IMS dan HIV/AIDS

Kriteria Kelayakan

Semua perempuan dapat menggunakan metode berbasis kalender

dan berbasis gejala. Tidak ada kondisi medis yang menghalangi

penggunaan metode ini, namun beberapa kondisi dapat membuat

metode ini lebih sulit untuk digunakan secara efektif.

Tidak Layak

- Baru saja melahirkan atau sedang menyusui (Tunda hingga

klien mendapat minimal 3 siklus menstruasi dan siklusnya

teratur lagi. Untuk beberapa bulan setelah siklus yang teratur

kembali, gunakan dengan perhatian.)

- Baru saja mengalami keguguran (Tunda hingga permulaan

menstruasi bulan berikutnya)

- Perdarahan vagina yang tidak teratur (Tunda hingga siklusnya

menjadi lebih teratur)

193
- Baru saja melahirkan atau sedang menyusui (tunda hingga

sekresi normal kembali biasanya minimal 6 bulan pasca

melahirkan untuk perempuan menyusui dan minimal 4 minggu

pasca persalinan untuk perempuan yang tidak menyusui. Untuk

beberapa bulan setelah siklus kembali teratur, gunakan dengan

hati-hati)

- Kondisi akut yang meningkatkan suhu tubuh (untuk metode

basal dan simptotermal)

- Menstruasi yang tidak teratur

B. Standar Asuhan Kebidanan

1. Pengertian

Berikut ini adalah pengertian standar asuhan kebidanan menurut

beberapa sumber terpercaya beserta kutipannya:

a) Menurut International Confederation of Midwives (ICM): "Standar

asuhan kebidanan adalah deskripsi tentang asuhan kebidanan yang

dibutuhkan untuk mencapai tingkat perawatan yang diinginkan

berdasarkan bukti terbaik yang tersedia." (ICM, 2014)

b) Menurut World Health Organization (WHO): "Standar asuhan

kebidanan adalah pernyataan eksplisit tentang tingkat kinerja yang

diharapkan, maksimum atau minimum yang pantas, untuk dicapai

dalam praktik klinis." (WHO, 2016)

c) Menurut buku "Asuhan Kebidanan: Filosofi, Konsep, dan Proses

Keperawatan" oleh Donna C. Hall: "Standar asuhan kebidanan

adalah pedoman yang menggambarkan asuhan yang aman dan

194
sesuai untuk wanita dan bayi baru lahir dalam situasi normal, serta

kriteria untuk merujuk ke perawatan lain." (Hall, 2020)

d) Asuhan kebidanan adalah rangkaian kegiatan yang didasarkan pada

proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh

bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya

berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan (Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 320 Tahun 2020 Tentang Standar Profesi

Bidan, 2020)

e) Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: "Standar

asuhan kebidanan adalah panduan praktik klinis yang disusun secara

sistematis dalam bentuk pernyataan-pernyataan untuk membantu

bidan dalam mengambil keputusan tentang asuhan yang sesuai

dalam penerapan asuhan kebidanan." (Kemenkes RI, 2021)

Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa standar asuhan

kebidanan adalah pedoman atau panduan yang menjelaskan tingkat dan

kualitas asuhan yang seharusnya diberikan kepada ibu dan bayi dalam

praktik kebidanan, berdasarkan bukti dan praktik terbaik yang tersedia.

2. Klasifikasi Asuhan Kebidanan

a) International Confederation of Midwives (2014). Philosophy and

Model of Midwifery Care. Dalam publikasi ini, ICM

mengklasifikasikan standar asuhan kebidanan ke dalam 6 kategori:

- Asuhan Kebidanan Antenatal

- Asuhan Persalinan

- Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir

195
- Asuhan Postnatal

- Situasi Khusus dalam Kehamilan, Persalinan, dan Masa

Nifas

- Promosi Kesehatan

b) World Health Organization (2016). Standards for Improving Quality

of Maternal and Newborn Care in Health Facilities.

WHO mengklasifikasikan 8 domain standar asuhan:

- Bukti kebijakan dan praktik rutin

- Sistem informasi Kesehatan

- Sumber daya manusia

- Fisik sumber daya

- Penggunaan data

- Informed consent dan respons terhadap kekerasan

- Audits/tinjauan kematian

- Transfer dan sistem rujukan

c) Hall, D.C. (2020). "Asuhan Kebidanan: Filosofi, Konsep, dan

Proses Keperawatan." Dalam buku. ini, klasifikasi asuhan meliputi:

- Standar asuhan kebidanan konsep dan filosofi

- Standar asuhan antenatal

- Standar asuhan intranatal

- Standar asuhan bayi baru lahir

- Standar asuhan ibu nifas

196
d) JNPK-KR (2012). "Asuhan Kebidanan Kehamilan, Persalinan,

Nifas dan Bayi Baru Lahir." Dari JNPK-KR, standar dibagi dalam:

- Standar asuhan kehamilan

- Standar asuhan persalinan

- Standar asuhan nifas

- Standar asuhan bayi baru lahir

Dari beberapa literatur di atas, umumnya klasifikasi standar asuhan

kebidanan dibagi berdasarkan tahapan siklus kehidupan ibu dan bayi

(antenatal, intranatal, postnatal, neonatal) serta aspek-aspek pendukung

seperti sistem informasi, manajemen sumber daya, dll.

3. Manajemen Asuhan Kebidanan

a) Pengertian

Manajemen asuhan kebidanan adalah pendekatan yang digunakan

bidan dalam memberikan asuhan kebidanan mulai dari pengkajian,

perumusan diagnosis kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi

dan pencatatan asuhan kebidanan (Kepmenkes RI No. 320 Tahun 2020

Tentang Standar Profesi Bidan).

b) Langkah-langkah dalam manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang

digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan agar

asuhan tersebut bisa diberikan dengan efisien dan efektif (Varney et al.,

197
2019). Menurut Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan (JNPK-KR,

2018), langkah-langkah dalam manajemen kebidanan terdiri dari:

1) Pengumpulan data "Pengumpulan data merupakan langkah pertama

dalam manajemen asuhan kebidanan yang dilakukan secara

sistematis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang." (JNPK-KR, 2018)

2) Interpretasi data "Interpretasi data merupakan langkah untuk

menegakkan diagnosis atau masalah kebidanan berdasarkan data

yang dikumpulkan." (JNPK-KR, 2018)

3) Identifikasi diagnosa/masalah potensial "Identifikasi diagnosis atau

masalah potensial merupakan langkah ketiga dalam manajemen

asuhan kebidanan." (JNPK-KR, 2018)

4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera "Mengidentifikasi

perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien." (JNPK-KR, 2018)

5) Merencanakan asuhan kebidanan "Merencanakan asuhan kebidanan

merupakan langkah kelima yang merupakan kelanjutan manajemen

terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi." (JNPK-

KR, 2018)

6) Melaksanakan asuhan kebidanan "Melaksanakan asuhan kebidanan

merupakan langkah keenam dalam manajemen asuhan kebidanan

sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat." (JNPK-KR, 2018)

198
7) Evaluasi "Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen

asuhan kebidanan untuk mengetahui keefektifan asuhan yang telah

diberikan." (JNPK-KR, 2018)

Selain itu, buku Varney's Midwifery (Varney et al., 2019) juga

menjabarkan langkah-langkah manajemen kebidanan yang serupa.

c) Konsep dasar manajemen kebidanan pada masa:

1) Kehamilan

Menurut Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan (JNPK-KR,

2020), langkah-langkah manajemen kebidanan pada kehamilan

terdiri dari:

- Pengkajian "Pengkajian data subjektif dan objektif untuk

menilai kemungkinan kehamilan dilakukan secara

lengkap." (JNPK-KR, 2020)

- Merumuskan Diagnosis/Masalah Kebidanan "Bidan

menganalisis data yang diperoleh untuk menegakkan

diagnosa dan masalah kebidanan yang terjadi pada ibu

hamil." (JNPK-KR, 2020)

- Merumuskan Masalah Potensial "Bidan mengidentifikasi

masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah

diidentifikasi." (JNPK-KR, 2020)

- Melakukan Tindakan Segera/Kolaborasi "Bidan

melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga

kesehatan lain berdasarkan kondisi klien." (JNPK-KR,

2020)

199
- Merencanakan Asuhan Kebidanan "Merencanakan asuhan

kebidanan yang komprehensif yang meliputi apa yang

akan dilakukan dan evaluasi." (JNPK-KR, 2020)

- Melaksanakan Asuhan Kebidanan "Bidan melaksanakan

asuhan kebidanan sesuai dengan rencana asuhan." (JNPK-

KR, 2020)

- Mengevaluasi Asuhan Kebidanan "Bidan mengevaluasi

masalah yang ada dan segera merevisi asuhan yang

diberikan jika diperlukan." (JNPK-KR, 2020)

Selain itu, buku Varney's Midwifery (Varney et al., 2019) juga

menjabarkan langkah-langkah serupa dalam manajemen asuhan

kebidanan pada kehamilan. Beberapa literatur lain seperti dari WHO

(2016) dan ICM (2017) juga menekankan pentingnya pendekatan

manajemen asuhan kebidanan yang berbasis bukti dan berpusat pada

pasien dalam penanganan kehamilan.

2) Persalinan

Menurut Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan (JNPK-KR,

2018), langkah-langkah manajemen kebidanan pada persalinan

terdiri dari:

200
- Pengkajian Data "Pengkajian data subyektif dan obyektif

dilakukan secara lengkap untuk menilai kemungkinan

adanya persalinan." (JNPK-KR, 2018)

- Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual "Mengidentifikasi

diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi

yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan."

(JNPK-KR, 2018)

- Merumuskan Masalah Potensial "Mengidentifikasi

masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan

rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasi." (JNPK-KR, 2018)

- Melakukan Tindakan Segera/Kolaborasi "Melakukan

kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan

kondisi klien." (JNPK-KR, 2018)

- Merencanakan Asuhan Kebidanan "Merencanakan asuhan

kebidanan yang komprehensif, efektif, efisien dan aman."

(JNPK-KR, 2018)

- Melaksanakan Asuhan Kebidanan "Melaksanakan asuhan

kebidanan sesuai dengan rencana yang telah dibuat."

(JNPK-KR, 2018)

- Mengevaluasi Asuhan Kebidanan "Mengevaluasi

keefektifan asuhan yang telah diberikan dan merevisi

asuhan tersebut jika diperlukan." (JNPK-KR, 2018)

Selain itu, buku pedoman terbaru dari WHO (2018) dan ICM (2019)

juga memberikan rekomendasi tentang penerapan manajemen

201
kebidanan pada persalinan normal maupun dengan komplikasi.

Misalnya, WHO (2018) menekankan perlunya bidan untuk

"melakukan

penilaian berkelanjutan terhadap kondisi ibu dan janin, serta

kemajuan

persalinan untuk deteksi dini komplikasi."

Sedangkan ICM (2019) menyebutkan bidan harus "mengikuti

prinsip

prinsip asuhan persalinan bersih dan aman, serta melakukan

kemitraan

dengan ibu dalam pengambilan keputusan."

Sumber-sumber terbaru ini dapat dijadikan referensi dalam

penerapan

langkah-langkah manajemen kebidanan pada kasus persalinan

dengan

mempertimbangkan bukti terkini dan rekomendasi dari organisasi

profesi.

3) Bayi Baru Lahir

Menurut Buku Ajar Asuhan Bayi Baru Lahir (JNPK-KR, 2021),

langkah-langkah manajemen kebidanan pada bayi baru lahir

terdiri dari:

- Pengkajian Data "Pengkajian data dilakukan secara

lengkap, akurat, dan logis untuk mendapatkan data

subyektif dan obyektif pada bayi baru lahir." (JNPK-KR,

2021)

202
- Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual

"Merumuskan diagnosa kebidanan dan masalah aktual

pada bayi baru lahir berdasarkan analisis data yang

diperoleh." (JNPK-KR, 2021)

- Merumuskan Masalah Potensial "Mengidentifikasi

masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan masalah

dan diagnosa yang sudah teridentifikasi." (JNPK-KR,

2021)

- Melakukan Tindakan Segera/Kolaborasi "Melakukan

kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan

kondisi bayi baru lahir." (JNPK-KR, 2021)

- Merencanakan Asuhan Kebidanan "Merencanakan asuhan

kebidanan yang komprehensif, efektif, efisien dan aman

bagi bayi baru lahir." (JNPK-KR, 2021)

- Melaksanakan Asuhan Kebidanan

"Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana

yang telah dibuat." (JNPK-KR, 2021)

- Mengevaluasi Asuhan Kebidanan "Mengevaluasi

keefektifan asuhan yang telah diberikan dan merevisi

asuhan tersebut jika diperlukan." (JNPK-KR, 2021)

Pedoman terbaru dari WHO (2022) juga menekankan pentingnya

"asuhan berkelanjutan yang berkualitas bagi bayi baru lahir,

termasuk

pemantauan kondisi bayi, pemberian ASI, perawatan tali pusat, dan

203
deteksi dini komplikasi. "Selain itu, American Academy of

Pediatrics

(2021) merekomendasikan "penilaian menyeluruh pada bayi baru

lahir

dalam 24 jam pertama, meliputi pemeriksaan fisik, skrining, dan

pemberian vitamin K serta salep mata." Sumber-sumber terbaru ini

dapat dijadikan referensi dalam penerapan langkah-langkah

manajemen

kebidanan pada kasus bayi baru lahir dengan mempertimbangkan

bukti

dan rekomendasi terkini.

4) Nifas

Menurut Buku Ajar Asuhan Masa Nifas (JNPK-KR, 2019),

langkah-langkah manajemen kebidanan pada masa nifas adalah:

- Pengkajian Data "Pengkajian data subyektif dan obyektif

dilakukan secara lengkap untuk menilai kondisi ibu nifas."

(JNPK-KR, 2019)

- Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual "Merumuskan

diagnosa kebidanan dan masalah aktual pada ibu nifas

berdasarkan analisis data yang diperoleh." (JNPK-KR,

2019)

- Merumuskan Masalah Potensial

"Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain

berdasarkan masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasi." (JNPK-KR, 2019)

204
- Melakukan Tindakan Segera/Kolaborasi "Melakukan

kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan

kondisi ibu nifas." (JNPK-KR, 2019)

- Merencanakan Asuhan Kebidanan "Merencanakan asuhan

kebidanan yang komprehensif, efektif, efisien dan aman

bagi ibu nifas." (JNPK-KR, 2019)

- Melaksanakan Asuhan Kebidanan "Melaksanakan asuhan

kebidanan sesuai dengan rencana yang telah dibuat."

(JNPK-KR, 2019)

- Mengevaluasi Asuhan Kebidanan

"Mengevaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan

dan merevisi asuhan tersebut jika diperlukan." (JNPK-KR,

2019)

Pedoman dari WHO (2022) juga menyoroti perlunya "perawatan

berkelanjutan selama periode pasca persalinan untuk memastikan

pemulihan ibu dan deteksi dini komplikasi."

Selain itu, menurut American College of Obstetricians and

Gynecologists (ACOG, 2018), "evaluasi komprehensif pada

kunjungan

nifas penting dilakukan, termasuk skrining kesehatan mental,

edukasi

nutrisi dan kontrasepsi."

Sumber-sumber terbaru ini dapat dijadikan referensi bagi bidan

dalam

menerapkan langkah-langkah manajemen kebidanan pada masa nifas

205
dengan mempertimbangkan rekomendasi dan bukti terkini.

5) KB

Menurut buku pedoman "Pelatihan Klinik Asuhan Kebidanan

Keluarga Berencana" dari Kementerian Kesehatan RI (2020),

langkah-langkah manajemen kebidanan pada pelayanan KB adalah:

- Pengkajian Data "Pengkajian data dilakukan secara lengkap

meliputi data subyektif dan obyektif untuk mengetahui

kebutuhan klien akan penggunaan KB." (Kemenkes RI,

2020)

- Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual "Merumuskan

diagnosa kebidanan dan masalah aktual terkait kebutuhan

KB klien berdasarkan analisis data." (Kemenkes RI, 2020)

- Merumuskan Masalah Potensial "Mengidentifikasi masalah

atau diagnosa potensial lain terkait penggunaan KB."

(Kemenkes RI, 2020)

- Melakukan Tindakan Segera/Kolaborasi "Melakukan

kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain jika diperlukan

terkait penanganan kebutuhan KB klien." (Kemenkes RI,

2020)

- Merencanakan Asuhan Kebidanan

"Merencanakan asuhan kebidanan meliputi konseling KB,

pemilihan metode KB, persiapan alat dan bahan, serta tindak

lanjut." (Kemenkes RI, 2020)

206
- Melaksanakan Asuhan Kebidanan "Melaksanakan rencana

asuhan kebidanan sesuai dengan metode KB yang dipilih

klien." (Kemenkes RI, 2020)

- Mengevaluasi Asuhan Kebidanan "Mengevaluasi

keberhasilan penggunaan metode KB dan memberikan

asuhan lanjutan jika diperlukan." (Kemenkes RI, 2020)

Panduan dari WHO (2022) juga menyebutkan bahwa "asuhan

kebidanan pada keluarga berencana harus memastikan pemilihan

metode KB secara sukarela, aman, dan efektif bagi setiap klien."

Selain itu, menurut Planned Parenthood (2021), "konseling KB yang

berkualitas sangat penting untuk membantu klien memahami opsi,

keuntungan, dan risiko dari setiap metode KB."

Sumber-sumber terbaru ini dapat dijadikan referensi bagi bidan dalam

memberikan asuhan kebidanan pada pelayanan keluarga berencana dengan

mengikuti standar dan rekomendasi terkini

C. Kewenangan Bidan

1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan yang

mengatur lebih rinci mengenai perizinan, kewenangan, dan tanggung

jawab bidan dalam menjalankan praktik kebidanan dengan

kewenangan memberikan asuhan kebidanan pada masa sebelum

hamil, kehamilan normal, masa persalinan dan menolong persalinan

normal, masa nifas, Melakukan pertolongan pertama

kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin, nifas dan rujukan , melakukan

deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa kehamilan,

207
persalianan, pascapersalinan, nifas serta asuhan pasca keguguran dan

dilanjutkan dengan rujukan.

2. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28

Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan,

kewenangan bidan meliputi:

a. Pelayanan kesehatan ibu "Bidan memiliki kewenangan

memberikan pelayanan kesehatan ibu berupa asuhan pada

masa sebelum hamil, kehamilan, persalinan, masa nifas,

kontrasepsi serta kesehatan reproduksi perempuan." (Pasal 19

ayat 10

b. Pelayanan kesehatan anak "Bidan memiliki kewenangan

memberikan pelayanan kesehatan anak berupa asuhan bayi

baru lahir, bayi, anak balita, serta anak prasekolah." (Pasal 19

ayat 2)

c. Pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana

"Bidan memiliki kewenangan memberikan pelayanan

kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana."

(Pasal 19 ayat 3)

d. Kewenangan lain "Bidan juga berwenang untuk melakukan

pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), melakukan

episiotomi, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), serta tindakan

pelayanan kebidanan lainnya sesuai kewenangan." (Pasal 19

ayat 4)

208
D. Kerangka Pikir/Kerangka Pemecahan Masalah

Ibu Hamil TM 1(0-12 mgg): 1x - Pengkajian - Kesehatan ibu


10-16 TM 2(13-27mgg): 1x - Perumusan hamil
mingggu TM 3 (28-40mgg: 2x diagnose/masalah - Kesehatan
kebidanan janin
- Perencanaan
- Implentasi +
penatalaksaan kasus
- Evaluasi
- Laporan Pelaksanaan
Asuhan Kebidanan

- Pengkajian
- Perumusan
Normal:
Ibu diagnose/masalah - Kesehatan ibu
kebidanan APN 60
bersalin melahirkan
- Perencanaan Langkah
dan BBL - Kesehatan bayi
- Implentasi + baru lahir
penatalaksaan kasus Patalogi:
- Evaluasi Rujuk
- Laporan Pelaksanaan
Asuhan Kebidanan

- Pengkajian - KF1/KN 1 (6-48


- Perumusan jam): 1x
diagnose/masalah - KF2/KN 2 (3-7 jam): - Kesehatan ibu
kebidanan 1x melahirkan
Ibu Nifas - Perencanaan - KF2/KN 3 (7hari-28 - Kesehatan bayi
- Implentasi + hari: 1x baru lahir
penatalaksaan kasus - KF 3 (29-42 hari): 1x
- Evaluasi
- Laporan Pelaksanaan
Asuhan Kebidanan

- Pengkajian 209
- Perumusan
diagnose/masalah
Layanan
kebidanan - Kesehatan Ibu
KB
- Perencanaan
E. Kerangka Konsep

Input Proses Output

- Pengkajian - Kesehatan ibu hamil:


Ibu Hamil Hasil pemeriksaan
- Perumusan
10-16 minggg normal ibu mendapatkan
diagnose/masalah
kebidanan pelayanan sesuai dengan
- Perencanaan standar 10T
- Implentasi + - Kesehatan janin: janin
penatalaksaan kasus sehat dan bertumbuh
- Evaluasi sesuai umur kehamila
- Laporan Pelaksanaan
Asuhan Kebidanan

- Pengkajian - Kesehatan ibu


- Perumusan melahirkan: Standar
Ibu bersalin diagnose/masalah APN, MAK III,
dan BBL kebidanan Observasi 2 jam PP
- Perencanaan - Kesehatan bayi baru
- Implentasi + lahir: Pemeriksaan fisik,
penatalaksaan kasus Salep mata, Inj. Vit K.
- Evaluasi imunisasi HB 0
- Laporan Pelaksanaan
Asuhan Kebidanan

- Pengkajian Kesehatan ibu


- Perumusan melahirkan dan neonates
diagnose/masalah terpantau melalui:
kebidanan - KF1/KN 1 (6-48 jam): 1x
Ibu Nifas/ - Perencanaan - KF2/KN 2 (3-7 jam): 1x
Neontaus - Implentasi + - KF2/KN 3 (7hari-28 hari:
210 kasus
penatalaksaan 1x
- Evaluasi - KF 3 (29-42 hari): 1x
- Laporan Pelaksanaan
Asuhan Kebidanan
BAB III

METODE LAPORAN KASUS

A. Jenis Laporan Kasus

Metode yang digunakan dalam asuhan komprehensif pada ibu hamil,

bersalin, bayi baru lahir, nifas dan pelayanan KB ini adalah metode penelitian

observasional deskriptif dan jenis penelitian yang digunakan adalah studi

penelaahan kasus (Case Study), yakni dengan cara meneliti suatu permasalahan

yang berhubungan dengan kasus itu sendiri, faktor-faktor yang memengaruhi,

kejadian-kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan kasus maupun tindakan

dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan dengan pendekatan studi kasus asuhan

kebidanan secara komprehensif (Continuity of Care) menggunakan manajemen

kebidanan Varney dan catatan perkembangan menggunakan SOAP.

Studi kasus adalah metode yang digunakan untuk memahami suatu individu

secara lebih mendalam dan dipraktekkan secara integratif dan komprehensif agar

diperoleh pemahaman yang mendalam beserta masalah tentang individu tersebut

dengan tujuan masalah tersebut dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan

211
diri yang baik. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat mengumpulkan dan

mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai individu yang diteliti.

Pendekatan studi kasus ini memiliki ciri-ciri antara lain mengumpulkan data

dengan lengkap, bersifat rahasia, terus- menerus, diperoleh dari berbagai pihak dan

dilakukan secara ilmiah (Susilo Raharjo & Gudnanto, 2021).

B. Lokasi dan Waktu

1. Lokasi

Pemberian asuhan kebidanan berkesinambungan secara komprehensif

akan dilaksanakan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Ainiba

2. Waktu

Pemberian asuhan kebidanan berkesinambungan secara

komprehensif saat perencanaan dan pemberian asuhan kebidanan

secara mandiri dilakukan mulai bulan November 2023 – Mei 2024

C. Subjek dan Laporan Kasus

Subyek kasus dalam laporan tugas akhir ini adalah Ibu FB Usia 29

tahun dengan usia kehamilan 9 minggu 3 hari (G3 P2 A0) . Tergolong

kehamilan resiko rendah yaitu dengan skor 2 menurut skrinning yang telah

dilakukan menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR). Subyek

kasus akan diberikan pelayanan komprehensif mulai dari periode

kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan neonatus serta pelayanan

kontrasepsi.

D. Instrumen Laporan Kasus

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk

mempermudah seseorang melakukan tugas dan mencapai tujuan secara

212
efektif dan efisien (Arikunto, 2019). Instrumen yang digunakan dalam

studi kasus ini adalah pedoman observasi (lembar observasi, partograf,

dll), wawancara (format pengkajian), dan peralatan pemeriksaan fisik

(tensimeter, Hb Sahli, lanec, pengukur LILA, pengukur TFU, reflek

hammer, timbangan dan meteran), partus set dan ceklist tindakan

E. Tehnik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Wawancara, yaitu melakukan pengumpulan data dengan melakukan

wawancara langsung kepada orang tua atau keluarga klien (Utami dkk,

2022). wawancara pada studi kasus ini dilakukan pada Ibu untuk

mendapatkan informasiyang dibutuhkan dalam proses asuhan kebidanan

secara komprehensif.

a) Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap klien

yang dikelola atau diamati perilaku dan kebiasaan klien (Utami dkk, 2022).

Observasi pada studi kasus ini dilakukan selama mahasiswa melakukan

asuhan kebidanan sejak kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, masa nifas,

neonatus sampai kontrasepsi dengan mengamati prilaku dan kebiasaan

klien.

b) Perlakuan/Implementasi, yaitu dengan melakukan pemeriksaan fisik yang

meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang dilakukan untuk

memperoleh data sesuai dengan asuhan yang dilakukan (Utami dkk, 2022).

Perlakuan/implementasi dilakukan untuk memperoleh data secara langsung

kepada klien dengan melakukan pemerisaan fisik maupun pemeriksaan

laboratorium sederhana yang akan dilakukan 3 kali pemeriksaan ANC, 1

kali pemeriksaan INC, 1 kali pemeriksaan BBL, 3 kali pemeriksan neonatus

213
dam 3 kali pemeriksaan PNC serta kontrasepsi.

2. Data Sekunder

Data yang didapat dari dokumentasiatau catatan medik pihak terkait yang

menunjang untuk pengumpulan data seperti dokumentasi kunjungan Ibu ke

PuskesmasPolindes

BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

1. Nama Lokasi Penelitian : UPTD Puskesmas Ainiba

2. Nama pemilik : Pemerintah Daerah Kab. Belu

3. Alamat : Dusun Ainiba, Desa Fatuketi

4. No Perijinan :

5. Sumber daya manusia :

a. Dokter : 2 orang

b. Perawat : 9 orang

c. Bidan : 4 orang

d. Apoteker : 1 orang

e. Analis : 1 orang

f. Sanitarian : 2 orang

214
g. Tenaga Promkes : 2 orang

h. Tenaga Epidemiologi: 1 orang

i. Tenaga Gizi : 2 orang

j. Asisten apoteker : 1 orang

k. Petugas RM : 1 orang

l. Sopir : 1 orang

m. Tenaga kebersihan : 1 orang

6. Sarana dan prasarana yang dimiliki :

Gedung permanen dengan jumlah 17 ruangan terdiri dari :

a. Loket

b. IGD

c. Ruang Bersalin

d. Ruang Nifas

e. Ruang Bayi

f. Ruang Jaga

g. Apotik

h. Poli Umum

i. Ruang Konseling

j. Poli KIA

k. Poli MTBS

l. Poli Gigi

m. Ruang administrasi

n. Ruang kepala puskesmas

o. Ruang KTU dan Bendahara

215
p. Dapur

q. Ruang cuci

7. Jenis layanan yang bisa didapatkan:

a. UKM esensial

b. UKM Pengembangan

c. UKP

8. Waktu pelayanan:

a. Poliklinik: Senin – Kamis

Jam : 07.30 – 12 wita

b. Poliklinik: Jumat – Sabtu

Jam : 07.30 – 10.30 wita

c. IGD dan ruang bersalin: setiap hari

B. Tinjauan Kasus Asuhan Kebidanan

Asuhan Kebidanan Kehamilan

Kunjungan 1

Tanggal Pengkajian : 11 September 2023

Jam : 08.00 WIB

Tempat : UPTD Puskesmas Ainiba

Nama Pengkaji : Suliani Dano

1. Pengkajian

a. Identitas

Nama Ibu : FB Nama Suami : EL

Umur : 29 tahun Umur : 30 tahun

216
Agama : Katholik Agama : Katholik

Suku : Tetun Suku : Tetun

Pendidikan : SD Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Irt Pekerjaan : Swasta

Alamat: Dusun Obokin

b. Data Subyektif (Anamnese)

1) Alasan kunjungan: ibu ingin melakukan pemeriksaan kehamilan

2) Keluhan utama: ibu tidak haid ± 2 bln, mual muntah dan pusing

3) Riwayat Kesehatan

a) Dahulu:

Ibu mengatakan dahulu tidak menderita penyakit menular seperti

hepatitis, TBC, malaria, HIV/AIDS, dan penyakit menurun

seperti jantung, asma, hipertensi, dan diabetes mellitus (DM).

b) Sekarang:

Ibu mengatakan sekarang tidak menderita penyakit menular

seperti hepatitis, TBC, malaria, HIV/AIDS, dan penyakit

menurun seperti jantung, asma, hipertensi, dan diabetes mellitus

(DM) serta kelainan bawaan.

c) Keluarga:

Ibu mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit

menurun, menular dan menahun seperti asma, jantung, DM,

hipertensi, hepatitis, HIV/AIDS dan kelainan bawaan serta

riwayat kembar.

4) Riwayat Pernikahan

217
Ibu mengatakan menikah sah. Usia ibu saat menikah 19 tahun, suami

20 tahun, lamanya ± 8 tahun. Hubungan ibu dan suami baik, ibu

tinggal serumah dengan suami.

5) Riwayat Imunisasi TT

Ibu mengatakan sudah mendapatkan suntikan TT sebanyak 5 kali

6) Riwayat Kontrasepsi

Sebelum hamil ini ibu mengikuti KB metode suntikan 3 bulan

selama 3 tahun

7) Riwayat Obstetri

a) Menstruasi

Menarche : 13 tahun

Siklus : 28 hari

Lama : 6-7 hari

Jumlah : 2-3x/hari ganti pembalut

Bau : darah

Warna : Merah darah

Konsistensi : Cair

Desminorhoe : Tidak ada

Flour Albus : Kadang-kadang

b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

N Tahun Tempat Masa Jenis Penolong Penyulit Anak Nifas

o Gestasi Persalinan
JK BB PB LH/

LM

1 2015 Puskem 40 mgg spontan bidan - P 2700 48 LH Nor


as
mal

218
2 2019 Puskes 39 mgg spontan bidan - P 2900 49 LH Nor
mas LH
mal
3 Ini

c) Kehamilan saat ini

GPA : G 3 P2 A0

HPHT : 07 – 07 – 2023

HPL :14 – 04 – 2024

Keluhan : mual muntah dan pusing

8) Riwayat Psikososial

 Ibu mengatakan suami dan keluarga senang dengan

kehamilan ibu saat ini.

 Ibu mengatakan suami adalah kepala keluarga dan

pengambil keputusan dalam rumah tangga.

 Ibu mengatakan ibu dan keluarga taat dalam beribadah.

 Ibu mengatakan ibu dan keluarga memiliki hubungan baik

dengan masyarakat sekitar.

 Ibu mengatakan tinggal bersama suami

 Ibu mengatakan tidak memiliki hewan peliharaan jenis

apapun

9) Aktifitas Sehari-hari

Nutrisi - Pola makan ( frekuensi) : 3 kali sehari

- Jenis makanan yang konsumsi : nasi, lauk pauk,

sayur

- Jenis makanan yang tidak di sukai : Tidak ada

219
- Perubahan porsi makan: Porsi makan lebih banyak

Eliminasi BAB - Frekuensi : ± 1 kali sehari

-Konsistensi : lembek

BAK - Frekuensi : 3-4 kali sehari

-warna :kekuningan jernih

Pola Istirahat Tidur malam : 6-7 jam

dan Tidur Tidur Siang : 1 jam

Masalah : Tidak ada masalah

Aktifitas menyapu, mengepel, mencuci, berdagang, dll

Sehari-hari

10) Pola seksual

Frekuensi : 1x seminggu

Keluhan : Tidak ada

11) Kebiasaan yang mengganggu Kesehatan

Minuman Keras : Tidak ada

Merokok : Tidak ada

Obat-obatan/jamu : Tidak ada

c. Data Obyektif ( Pemeriksaan Fisik )

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis

c) Keadaan Emosional: Stabil

220
d) Tanda Vital

Tekanan Darah :110/77 mmHg, MAP : 88 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Pernafasan : 23 x/menit

Suhu : 36,5oC

e) TB : 155,3 cm

f) BB : 39,5 kg

g) Lila : 23 cm

h) IMT : 16,25 (kurus)

2) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala

Rambut : tampak kuat, tebal, lurus

Mata : konjungtiva merah. Sklera tidak anemi

Muka : tidak ada cloasma

Hidung : tidak ada pengeluaran secret dan polip Pengeluaran

Telinga : simetris, tidak ada serumen dan sekret

Mulut/ gigi: tidak ada stomatititis stomatitis dan caries

b) Leher

Kelenjar Tiroid: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Getah Bening: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Vena Jugularis: tidak ada pembesaran vena jugularis

c) Dada

Payudara : simetris

Putting Susu : menonjol

Areola : hiperpigmentasi

221
Pengeluaran : tidak ada sekret

Benjolan : tidak ada benjolan

Kebersihan : bersih tidak ada iritasi

d) Perut

Bekas luka operasi: tidak bekas luka operasi

Bentuk perut : membesar sesuai usia kehamilan,

Kontraksi : tidak ada kontraksi

Palpasi

 Leopold I : balotment +

 Leopold II : -

 Leopold III: -

 Leopold IV: -

e) Ekstermitas

Varices : tidak ada varices

Oedema : tidak ada oedema

Reflek Patella : +/+

f) Genitalia

Pemeriksaan Genetalia Eksternal

Labia Mayora : tidak ada kelainan

Labia Minora : tidak ada kelainan

Urifisium uretra : tidak ada kelainan

Vulva : tidak ada kelainan

Varices : tidak ada

Pengeluaran : tidak ada sekret

Bau : khas

222
Kelenjar bartholin : tidak ada pembesaran

3) Pemeriksaan Penunjang

HCG : positif

HB : 11,8%

Goldar : -

DDR : negatif

Sifilis : negatif

HBSAg: negatif

HIV : negatif

2. Interpretasi Data

a. Diagnosa :

Ny. FB umur 29 tahun G3 P2 A0 hamil 9 minggu 4 hari, baltment +

b. Data Dasar :

Data Subyektif :

Ny. Fb umur 29 tahun, merasa hamil anak ke 3 tidak haid ± 2bulan

mengeluh mual muntah dan pusing, haid terakhir: 07-07-2023

Data Obyektif :

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis

c) Keadaan Emosional: Stabil

d) Tanda Vital

Tekanan Darah :110/77 mmHg, MAP: 88 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Pernafasan : 23 x/menit

Suhu : 36,5oC

223
e) TB : 155,3 cm

f) BB : 39,5 kg

g) Lila : 23 cm

h) IMT : 16,25 (kurus)

i) Pemeriksaan Penunjang

 HCG : positif

 HB : 11,8%

 Goldar :-

 DDR : negatif

 Sifilis : negatif

 HBSAg : negatif

 HIV : negatif

c. Masalah :

Ibu merasa tidak nyaman dengan mual, muntah serta pusing yang

dialami

d. Kebutuhan :

- KIE mual muntah merupakan gejala fisiolgis

- Therapi farmakologi: kolaborasi dokter

- Therapi non farmakologi: akupresure pada titik neiguan

3. Identifikasi Diagnosa dan Diagnos Potensial

Hiper Emesis Gravidaruma

4. Identifikasi Tindakan Segera, Kolaborasi dan Rujukan

Tidak ada

5. Rencana

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan

224
b. Jelaskan kepada ibu mengenai keluhan yang dialami

c. Kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan farmakologi

d. Jelaskan kepada ibu tanda bahaya kehamilan

e. Anjurkan ibu konsumsi makanan bergizi seimbang dengan

pola asedikit tapi sering

f. Berikan therapi non farmakologi tehnik akupresure untuk

mengurangi mual dan muntah

g. Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG

h. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang

6. Pelaksanaan

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu, bahwa ibu dan

janin saat ini dalam keadaan baik TD: 110/77 mmHg, N:

80x/menit, P: 23 x/menit, S: 36,5oC, janin masih baltment.

Hasil pemeriksaan penunjang dalam batas normal. Ibu

mengerti saat ini ibu dan janinnya dalam keadaan baik

dengan usia kehamilan 9 minggu 3 hari.

b. Menjelaskan kepada ibu mengenai keluhan yang dialami

bahwa mual muntah adalah hal yang normal.

c. Kolaborasi dengan dokter untuk therapi non farmakologi

d. Memberitahu ibu cara mengurangi mual muntah adalah

ketika bangun pagi duduk sejenak di tempat tidur kemudia

minum teh atau air hangat hangat dan makan biscuit yang

kering setelah itu perlahan turun adari tempat tidur dan

melakukan aktifitas ringan

225
e. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya kehamilan

yaitu oedema pada wajah, kaki dan tangan, sakit kepala

yang hebat, penglihatan kabur, mual muntah yang hebat,

janin jarang bergerak, keluar darah dan cairan dari jalan

lahir. Anjurkan ibu untuk segera menghubungi petugas

kesehatan apabila mengalami salah satu tanda bahaya

tersebut. .

f. Menganjurkan ibu untuk mengatur pola makan sedikit tapi

sering.

g. Memberikan terapi akupresure mengurangi mual muntah

pada ibu menurut (Sari dan Hindratni, 2022) :

 Terletak pada titik neiguan

Stimulasi titik Neiguan ini dilakukan pada posisi telapak

tangan menghadap ke atas lemaskan bahu dan tarik

nafas panjang. Titik ini berada pada garis tengah lengan

bawah, dua ibu jari menuju siku dari lipatan pergelangan

tangan. Titik ini berlokasi diantara tendon yaitu tlexor

carpi radialis dan otot palmaris longus, kira-kira 3 jari

diatas lipatan tangan. Usap melingkar titik tekan dengan

kuat namun lembut. Mual yang dirasakan mungkin akan

berkurang, dengan waktu kurang lebih 3-5 menit.

 Ketuk kedua pergelangan tangan di titik tekanannya

dengan lembut. Mengetuk pergelangan tangan beberapa

kali secara cepat dan sambil tarik nafas panjang.

226
Lakukan gerakan ini sampai sekiranya merasa lebih

nyaman.

h. Menganjutkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG

i. Mengajurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan

atau jika ada keluhan yang berat

7. Evaluasi

a. Ibu merasa sehat dan senang dengan hasil pemeriksaannya.

b. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

c. Ibu mendapatkan pengobatan:

 Antasida 3x1, dikunyah 1 jam sebelum makan/jika mual

 Vitamin B6 1x1

d. Ibu mengerti dan akan memperhatikan keadaannya

e. Ibu mengerti dan bersedia untuk mengkonsumsinya sesuai

aturan yang diberikan.

f. Ibu mengerti dan mau melakukannya.

g. Ibu mau melakaukan pemeriksaan USG

h. Ibu bersedia untuk kunjungan ulang.

Kunjungan 2

Tanggal Pengkajian : 11 Oktober 2023

Jam : 09.00 WIB

Tempat : UPTD Puskesmas Ainiba

Nama Pengkaji : Suliani Dano

1. Data Subyektif

227
Ibu mengatakan tidak ada keluhan

2. Data Obyektif

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Keadaan emosional : Stabil

d. BB : 40 kg, Lila :23 cm

e. Tanda-tanda Vital

 Tekanan Darah : 120/85 mmHg, MAP: 97 mmHg

 Nadi : 84x/menit

 Pernafasan : 20x/menit

 Suhu : 36,2oC

f. Palpasi

 Leopold I : Baltmen +

 Leopold II :-

 Leopold III :-

 Leopold IV :-

g. Auskultasi DJJ :-

h. Perkusi : Refleks patella: +/+

i. Laboratorium :

 HB : 12gr%

 DDR : negatif

3. Analisa Data

Ny. FB umur 29 tahun G3 P2 A0 Hamil 13 minggu 5 hari Janin,

Baltemen + dengan KEK

4. Penatalaksanaan

228
a. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan BB: 40kg, Lila: 23 cm.

Tanda-tanda vital: T 120/85 mmHg, N 84x/mnt, P 20x/mnt, S

36,2oC

Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal, keadaan ibu dan

janin baik

Evaluasi: ibu mengerti keadaan ibu dan tahu jika kondisi ibu saat ini

KEK

b. Menjelaskan pada ibu pola makan bagi ibu hamil (St.Mutiatu R1,

dkk, 2023):

 Asupan: kebutuhan asupan energi, protein, lemak, dan

karbohidrat seperti nasi/ jagung, sayuran, daging, ikan, telur,

buah dan susu

 Frekwensi: semakin sering ibu mengkosumsi makanan

protein hewani, nabati, karbohidrat akan menghindarkan ibu

dari resiko KEK

Evaluasi: ibu mengerti penjelasan yang diberikan

c. Menjelaskan pada ibu bahaya mungkin terjadi pada ibu hamil dan

janin jika kondisi KEK dibiarkan (D.Hernuyanto dkk, 2022) :

 Berat Badan Lahir Rendah

 Stunting

 Anemia pada ibu hamil

Evaluasi: ibu mengerti penjelasan yang diberikan

d. Kolaborasi dengan tenaga gizi puskemas untuk penanganan ibu

hamil dengan KEK


229
Evaluasi: ibu mendapatkan konseling gizi dan biscuit fortifikasi

sebagai PMT.

e. Kolaborasi dokter pemberian vitamin

SF 30tab 1x1

Vit. Becomp 1x1

Kunjungan 3

Tanggal Pengkajian : 08 November 2023

Jam : 09.00 WIB

Tempat : UPTD Puskesmas Ainiba

Nama Pengkaji : Suliani Dano

1. Data Subyektif

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

2. Data Obyektif

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Keadaan emosional : Stabil

d. BB : 40,3 kg, Lila :23,2 cm

e. Tanda-tanda Vital

 Tekanan Darah : 113/70 mmHg, MAP: 84 mmHg

 Nadi : 84x/menit

 Pernafasan : 20x/menit

 Suhu : 36,2oC

f. Palpasi

230
 Leopold I : antara simphisis pusat, baltment +

 Leopold II :-

 Leopold III :-

 Leopold IV :-

g. Auskultasi DJJ :-

h. Perkusi : Refleks patella : +/+

i. Laboratorium :

 HB : 12gr%

 DDR : negatif

3. Analisa Data

Ny. FB umur 29 tahun G3 P2 A0 Hamil 17 minggu 6 hari, Baltemen

+ dengan KEK

4. Penatalaksanaan

a. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan BB: 40,3kg, Lila: 23,2 cm.

Tanda-tanda vital: T 120/85 mmHg, N 84x/mnt, P 20x/mnt, S

36,2oC

Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal, keadaan ibu dan

janin baik

Evaluasi: ibu mengerti keadaan ibu dan tahu jika kondisi ibu saat ini

KEK

b. Menjelaskan pada ibu pola makan bagi ibu hamil (St.Mutiatu R1,

dkk, 2023):

231
 Asupan: kebutuhan asupan energi, protein, lemak, dan

karbohidrat seperti nasi/ jagung, sayuran, daging, ikan, telur,

buah dan susu

 Frekwensi: semakin sering ibu mengkosumsi makanan

protein hewani, nabati, karbohidrat akan menghindarkan ibu

dari resiko KEK

Evaluasi: ibu mengerti penjelasan yang diberikan

c. Menjelaskan pada ibu bahaya mungkin terjadi pada ibu hamil dan

janin jika kondisi KEK dibiarkan ( D.Hernuyanto dkk, 2022) :

 Berat Badan Lahir Rendah

 Stunting

 Anemia pada ibu hamil

Evaluasi: ibu mengerti penjelasan yang diberikan

d. Kolaborasi dengan tenaga gizi puskemas untuk penanganan ibu

hamil dengan KEK

Evaluasi: ibu mendapatkan konseling gizi dan biscuit fortifikasi

sebagai PMT.

e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin

SF 30 tablet 1x1

Vitamin B Compleks 1x1

Kunjungan 4

Tanggal Pengkajian : 04 Desember 2023

Jam : 09.00 WIB

232
Tempat : UPTD Puskesmas Ainiba

Nama Pengkaji : Suliani Dano

1. Data Subyektif

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

2. Data Obyektif

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Keadaan emosional : Stabil

d. BB : 42.5 kg, Lila :23,5 cm

e. Tanda-tanda Vital

 Tekanan Darah : 118/75 mmHg, MAP: 89 mmHg

 Nadi : 80x/menit

 Pernafasan :18/menit

 Suhu : 36,6oC

f. Palpasi

 TFU : 16 cm

 Leopold I : 3 jari bawah pusat, Balt +

 Leopold II :-

 Leopold III :-

 Leopold IV :-

g. Auskultasi DJJ : 138x/menit

h. Perkusi : Refleks patella: +/+

i. Laboratorium :

 HB : 11,8gr%

233
 DDR : negatif

3. Analisa Data

Ny. FB umur 29 tahun G3 P2 A0 Hamil 21 minggu 4 hari, Baltemen

4. Penatalaksanaan

a. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan BB: 42,5kg, Lila: 23,5 cm.

Tanda-tanda vital: T 118/75 mmHg, N 80x/mnt, P 18x/mnt, S

36,6oC

Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal, keadaan ibu dan

janin baik

Evaluasi : ibu mengerti penjelasan yang diberikan

b. Menjelaskan pada ibu tanda bahaya kehamilan yaitu, penglihatan

kabur, gerakan janin tidak terasa, kejang, demam tinggi, bengkak

pada wajah, kaki dan tangan, perdarahan pervaginam, sakit kepala

yang hebat, keluar cairan pervaginam, serta nyeri perut yang hebat.

Evaluasi: Ibu mengerti dan akan memperhatikan tanda-tanda

tersebut.

c. Mengajarkan ibu tentang perawatan payudara (breast care) seperti

menjaga kebersihan payudara, bersihkan payudara dengan air

hangat atau baby oil pada puting susu, melakukan pemijatan

payudara dengan gerakan memutar dari bagian payudara atas

memutar hingga ke bawah lakukan pada kedua payudara.

Evaluasi: Ibu dapat melakukan seperti yang diajarkan oleh bidan.

234
d. Kolaborasi therapi dengan dokter

SF 1x1

B comp 1x1

Kalk 1x1

e. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang bulan depan

Evaluasi: ibu mau mengikuti anjuran yang diberikan

Kunjungan 5

Tanggal Pengkajian : 08 Januari 2024

Jam : 09.00 WIB

Tempat : UPTD Puskesmas Ainiba

Nama Pengkaji : Suliani Dano

1. Data Subyektif

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

2. Data Obyektif

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Keadaan emosional : Stabil

d. BB : 44.3 kg, Lila :23,5 cm IMT : 14,3

e. Tanda-tanda Vital

 Tekanan Darah : 115/70 mmHg, MAP : 85 mmHg

 Nadi : 82x/menit

 Pernafasan :20/menit

 Suhu : 36,6oC

235
f. Palpasi

 TFU : 21cm

 Leopold I : 1 jr atas pusat teraba bagian bulat,besar,

lunak, tidak melenting ( bokong janin)

 Leopold II : sebelah kanan perut ibu teraba bagian keras

memanjang seperti papan (pungung janin), sebelah kiri

teraba bagian kecil-kecil janin (ekstremitas janin) (puka)

 Leopold III : teraba bagian bulat, besar, keras, melenting

( kepala janin)

 Leopold IV : konvergen

g. Auskultasi DJJ : 138x/menit

h. Perkusi : Refleks patella : +/+

i. Laboratorium :

 HB : tidak dilakukan

 DDR : tidak dilakukan

3. Analisa Data

Ny. FB umur 29 tahun G3 P2 A0 Hamil 26 minggu 3 hari dengan

Kurus

4. Penatalaksanaan

a. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan BB: 44,3kg, Lila: 23,5 cm,

IMT 14,3. Tanda-tanda vital: T 115/70 mmHg, N 80x/mnt, P

18x/mnt, S 36,6oC, MAP: 85 mmHg. Keadaan ibu, status gizi ibu

kurus dan janin baik

Evaluasi: ibu mengerti penjelasan yang diberikan

236
b. Menjelaskan pada ibu tanda bahaya kehamilan yaitu, penglihatan

kabur, gerakan janin tidak terasa, kejang, demam tinggi, bengkak

pada wajah, kaki dan tangan, perdarahan pervaginam, sakit kepala

yang hebat, keluar cairan pervaginam, serta nyeri perut yang hebat.

Evaluasi : Ibu mengerti dan akan memperhatikan tanda-tanda

tersebut.

c. Mengajarkan ibu tentang perawatan payudara (breast care) seperti

menjaga kebersihan payudara, bersihkan payudara dengan air

hangat atau baby oil pada puting susu, melakukan pemijatan

payudara dengan gerakan memutar dari bagian payudara atas

memutar hingga ke bawah lakukan pada kedua payudara.

Evaluasi: Ibu dapat melakukan seperti yang diajarkan oleh bidan.

d. Menjelaskan pada ibu pola makan bagi ibu hamil (St.Mutiatu R1,

dkk, 2023):

 Asupan: kebutuhan asupan energi, protein, lemak, dan

karbohidrat seperti nasi/ jagung, sayuran, daging, ikan, telur,

buah dan susu

 Frekwensi: semakin sering ibu mengkosumsi makanan

protein hewani, nabati, karbohidrat akan menghindarkan ibu

dari resiko KEK

Evaluasi: ibu mengerti penjelasan yang diberikan

e. Menjelaskan pada ibu bahaya mungkin terjadi pada ibu hamil dan

janin jika kondisi KEK dibiarkan (D. Hernuyanto dkk, 2022):

237
 Berat Badan Lahir Rendah

 Stunting

 Anemia pada ibu hamil

Evaluasi: ibu mengerti penjelasan yang diberikan

f. Kolaborasi dengan tenaga gizi puskemas untuk penanganan ibu

hamil dengan KEK

Evaluasi: ibu mendapatkan konseling gizi dan biscuit fortifikasi

sebagai PMT.

g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin

SF 30 tablet 1x1

Vitamin B Compleks 1x1

Kunjugan 6

Tanggal Pengkajian : 07 Februari 2024

Jam : 09.00 WIB

Tempat : UPTD Puskesmas Ainiba

Nama Pengkaji : Suliani Dano

1. Data Subyektif

Ibu mengatakan batuk pilek

2. Data Obyektif

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Compos mentis

c. Keadaan emosional : Stabil

238
d. BB : 45,8 kg, Lila :23,7 cm IMT: 14,7

e. Tanda-tanda Vital

 Tekanan Darah : 106/70 mmHg, MAP: 82 mmHg

 Nadi : 80x/menit

 Pernafasan :18/menit

 Suhu : 36,4oC

f. Palpasi

 TFU : 28cm TBJ: 28-12 x 155 = 2480gr

 Leopold I : 3 jr atas pusat teraba bagian bulat, besar,

lunak, tidak melenting (bokong janin)

 Leopold II : sebelah kanan perut ibu teraba bagian keras

memanjang seperti papan (pungung janin), sebelah kiri

teraba bagian kecil-kecil janin (ekstremitas janin) (puka)

 Leopold III : teraba bagian bulat, besar, keras, melenting

(kepala janin)

 Leopold IV : konvergen

g. Auskultasi DJJ : 142x/menit

h. Perkusi : Refleks patella: +/+

i. Laboratorium :

 HB : 11 gram

 DDR : negatif

3. Analisa Data

Ny. FB umur 29 tahun G3 P2 A0 Hamil 30 minggu 5 hari dengan

Kurus

239
4. Penatalaksanaan

a. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan BB: 44,3kg, Lila: 23,5 cm,

IMT 14,3. Tanda-tanda vital: T 115/70 mmHg, N 80x/mnt, P

18x/mnt, S 36,6oC, MAP: 85 mmHg. Pemeriksaan laboratorium

dalam batas normal, keadaan ibu, status gizi ibu kurus dan janin

baik

Evaluasi: ibu mengerti penjelasan yang diberikan

b. Menjelaskan pada ibu untuk minum air hangat unutk memberikan

rasa nyaman pada tenggorokan

c. Menjelaskan pada ibu pola makan bagi ibu hamil (St.Mutiatu R1,

dkk, 2023):

 Asupan: kebutuhan asupan energi, protein, lemak, dan

karbohidrat seperti nasi/ jagung, sayuran, daging, ikan, telur,

buah dan susu

 Frekwensi: semakin sering ibu mengkosumsi makanan

protein hewani, nabati, karbohidrat akan menghindarkan ibu

dari resiko KEK

Evaluasi: ibu mengerti penjelasan yang diberikan

d. Menjelaskan pada ibu bahaya mungkin terjadi pada ibu hamil dan

janin jika kondisi KEK dibiarkan (D. Hernuyanto dkk, 2022):

 Berat Badan Lahir Rendah

 Stunting

 Anemia pada ibu hamil

Evaluasi: ibu mengerti penjelasan yang diberikan

240
e. Kolaborasi dengan tenaga gizi puskemas untuk penanganan ibu

hamil dengan KEK

Evaluasi: ibu mendapatkan konseling gizi dan biscuit fortifikasi

sebagai PMT.

f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin

SF 30 tablet 1x1

Vitamin B Compleks 1x1

Kalk 1x1

Kunjungan 7

Tanggal Pengkajian : 06 Maret 2024

Jam : 09.00 WIB

Tempat : UPTD Puskesmas Ainiba

Nama Pengkaji : Suliani Dano

1. Data Subyektif

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

2. Data Obyektif

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Keadaan emosional : Stabil

d. BB : 46,5 kg, Lila :23,5 cm IMT : 15

e. Tanda-tanda Vital

 Tekanan Darah : 113/76 mmHg, MAP : 88 mmHg

 Nadi : 88x/menit

241
 Pernafasan :18/menit

 Suhu : 36,6oC

f. Palpasi

 TFU : 30 cm TBJ: 2790 gram

 Leopold I : 3 jr atas pusat teraba bagian bulat, besar,

lunak, tidak melenting (bokong janin)

 Leopold II : sebelah kanan perut ibu teraba bagian keras

memanjang seperti papan (pungung janin), sebelah kiri

teraba bagian kecil-kecil janin (ekstremitas janin) (puka)

 Leopold III : teraba bagian bulat, besar, keras, melenting

( kepala janin)

 Leopold IV : konvergen

g. Auskultasi DJJ : 142x/menit

h. Perkusi : Refleks patella: +/+

i. Laboratorium :

 HB : 12 gr%

 DDR : negatif

3. Analisa Data

Ny. FB umur 29 tahun G3 P2 A0 Hamil 35 minggu dengan Kurus

4. Penatalaksanaan

a. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan BB: 46,5 kg, Lila: 23,5 cm,

IMT 15 Tanda-tanda vital: T 113/76 mmHg, N 86x/mnt, P 18x/mnt,

S 36,6oC, MAP: 88 mmHg. Pemeriksaan laboratorium dalam batas

normal, keadaan ibu, status gizi ibu kurus dan janin baik

242
Evaluasi: ibu mengerti penjelasan yang diberikan

b. Menjelaskan pada ibu tanda persalinan: perut mulas makin lama

makin sering, keluar darah lender dari jalan lahir.

Evaluasi: ibu mngerti karena ini bukan persalinan pertama

c. Menjelaskan persiapan persalinan sesuai program P4K yaitu:

kendaraan, tempat persalinan, penolong persalinan, donor darah,

dana, perlengkapan persalinan, pendamping dan rencana KB

Evaluasi : ibu mngerti penjelasan yang diberikan

d. Menjelaskan tanda bahaya persalinan yaitu: perdarahan, ketuban

berwarna hijau dan bau, ibu tidak kuat mengejan, tali pusat atau

tangan keluar duluan, ibu kejang.

Evaluasi: ibu mengerti penjelasan yang diberikan

e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin

SF 30 tablet 1x1

Vitamin B Compleks 1x1

Asuhan Kebidanan Persalinan

Tanggal Pengkajian : 05 April 2024

Jam : 07.50 wita

Tempat : UPTD Puskesmas Ainiba

Nama Pengkaji : Suliani Dano

1. Pengkajian

Identitas

Nama Ibu : FB Nama Suami : EL

243
Umur : 29 tahun Umur : 30 tahun

Agama : Katholik Agama : Katholik

Suku : Tetun Suku : Tetun

Pendidikan : SD Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Irt Pekerjaan : Swasta

Alamat: Dusun Obokin

KALA I
a. Data Subyektif
Ibu mengatakan perut kenceng-kenceng dan ada keluar lendir darah dari

jalan lahir

b. Data Obyektif

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Keadaan emosional : Stabil

Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Nadi : 82x/menit

Pernafasan : 21 x/menit

Suhu : 36,5oC

Pemeriksaan Fisik

Abdomen: Simetris, tidak ada bekas luka operasi, kandung kemih kosong.

244
Leopold I TFU 29 cm, pada fundus teraba bulat, lunak dan tidak melenting.

Leopold II pada bagian kanan perut ibu teraba bagian panjang dan keras

seperti papan dan dibagian kiri teraba bagian kecil janin.

Leopold III pada segmen bawah rahim, teraba bagian keras, bulat dan

melenting. Bagian ini sudah tidak dapat di goyangkan.

Leopold IV bagian terendah janin sudah masuk ke dalam PAP (Divergent).

DJJ terdengar jelas, teratur, frekuensi 136x/menit. HIS frekuensi 3x10’

durasi 40” intensitas kuat. TBJ (30-11) x 155 = 2.945 gram.

Genetalia: Ada pengeluaran cairan atau lendir darah, tidak ada varises, dan

tidak ada kelainan.

Pemeriksaan Dalam :

Vagina: Vulva/uretra tidak ada kelainan, tampak pengeluaran lendir dan

darah, tidak ada luka parut dari vagina, portio tipis lunak,

pembukaan 5 cm, efficement 50%, ketuban (+), Hodge III, tidak

teraba bagian kecil janin dan tidak teraba tali pusat menumbung.

Anus: Tidak ada hemoroid, tidak ada pengeluaran feses dari lubang anus.

Ekstremitas: Simetris, tidak ada varices, dan tidak ada oedema.

c. Analisa Data

Ny. FB umur 29 tahun G3 P2 A0 hamil 38 minggu 5 hari Janin Tunggal

Hidup Intra Uteri Punggung Kanan Presentasi Kepala Inpartu Kala I Fase

Aktif

d. Penatalaksanaan

1. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan dan kondisi ibu

serta janinnya dalam keadaan normal dan baik-baik saja, yaitu

245
pembukaan 5 cm, kepala janin berada di bawah DJJ (+) 136x/menit

dan ketuban masih utuh. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan dan

kondisinya serta janinnya.

2. Memfasilitasi informent consent untuk tindakan pertolongan

persalinan normal. Ibu dan suami menyetujui dan sudah dilakukan

tanda tangan pada informent consent.

3. Menganjurkan keluarga untuk mendampingi ibu pada saat persalinan

serta memberikan dukungan suport mental kepada ibu. ibu telah

didampingi oleh suaminya.

4. Memberikan KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) tentang:

a) Posisi: Menganjurkan ibu untuk miring kiri agar mempercepat

penurunan kepala.

b) Mobilisasi: Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan untuk

membantu kontraksi agar adekuat.

c) Cairan dan nutrisi: menganjurkan ibu untuk makan ataupun

meminum minuman yang manis-manis seperti teh atau susu

apabila tidak ada kontraksi untuk memberikan tenaga pada saat

persalinan tiba.

d) Support mental: memberikan ibu semangat dan dukungan untuk

menghadapi proses persalinannya.

e) Pengurangan rasa nyeri: mengajarkan ibu teknik relaksasi yaitu

dengan cara menarik nafas panjang lewat hidung dan membuang

lewat mulut saat kontraksi. KIE (Komunikasi Informasi Edukasi)

telah diberikan dan ibu tampak mengikuti KIE (Komunikasi

Informasi Edukasi) yang diberikan.

246
f) Mengajarkan ibu cara meneran yang baik dan benar pada proses

persalinan nantinya yaitu cara menarik nafas panjang saat his tiba,

kerahkan tenaga meneran bukan ditenggorokan melainkan diperut

seperti orang BAB (Buang Air Besar) keras, dagu diletakkan

didada seperti melihat kearah perut. Kedua tangan diletakkan

dipaha dan mata jangan menutup terpejam.

g) Menyiapkan partus set dan heating set dan APD (Alat Pelindung

Diri).

- Partus set: 1 gunting tali pusat,2 klem,1/3 koher, spuit 3cc yang

sudah di isi dengan oksitosin, kassa steril, 1 tali steril untuk

mengikat tali pusat, hanscoon steril.

- Heating set: 1 pinset serugis, 1 pinset anatomi, nalpuder, jarum

dan benangnya, kassa steril dan gunting.

- Alat perlindungan diri (APD): celemek, sepatu booth, masker,

kacamata, partus set, heating set, dan APD (Alat Pelindung

Diri) telah disiapkan.

- Menyiapkan perlengkapan ibu dan bayi seperti pakaian ibu,

pakaian bayi, kain bersih dan lain-lain. Perlengkpan telah

disiapkan.

h) Memantau kemajuan persalinan. Pemantauan telah dilakukan.

i) Melakukan evaluasi setiap 4 jam kemudian atau jika ada indikasi.

Tabel Evaluasi Kemajuan Persalinan

No Jam His DJJ Suhu Nadi TD VT Ket

1 08:00 4 x/10 136 36,5oC 82 120/70 8 cm Ketuban: Utuh


menit x/menit x/menit mmHg
lamanya 45 Portio: tipis

247
detik lunak

2 08:30 5 x/10 145 - 88 - -


menit x/menit x/menit
lamanya 45
detik

3 09:00 5 x/10 140 - 80


menit x/menit x/menit
lamanya 45
detik

4 09:30 5 x/10 138 - 88 - -


menit x/menit x/menit
lamanya 45
detik

5 10.00 5 x/10 138 - 88 - -


menit x/menit x/menit
lamanya 45
detik

5 10:35 5 x/10 140 - 80 120/90 10cm Ketuban pecah


menit x/menit x/menit x/menit warna jernih,
lamanya 45 molase (0),
detik portio lunak
tipis

KALA II Tanggal: 05 April 2024 Pukul: 10.35 WITA

a. Data Subyektif
Ibu mengatakan perut mules-mules semakin kencang dan terasa seperti
ingin BAB.

b. Data Obyektif
Anus tampak membuka, dan perineum tampak menonjol.

Vt :Vulva/vagina tidak ada kelainan, tampak ada pengeluaran lendir darah

dan air – air, tidak ada luka parut pada vagina, porsio tidak teraba,

pembukaan 10 cm, effacement 100%, ketuban (-) warna jernih, hodge III,

tidak teraba bagian kecil dan tidak ada tali pusat menumbung. DJJ 142

248
x/menit, irama teratur.His 5x dalam 10 menit lamanya 45 detik.

c. Analisa Data

Ny. FB umur 29 tahun G3 P2 A0 hamil 38 minggu 5 hari Janin Tunggal

Hidup Intra Uteri Punggung Kanan Presentasi Kepala Inpartu Kala II

d. Penatalaksanaan

1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa saat ini pembukaan

telah lengkap dan ibu akan dipimpin meneran oleh bidan dan akan

dilakukan asuhan persalinan secara normal. Ibu mengatakan bahwa ada

rasa ingin meneran seperti BAB.

2. Mendekatan alat untuk melakukan pertolongan persalinan pervaginam.

Alat telah siap.

3. Menghadirkan pendamping persalinan agar ibu merasa lebih nyaman dan

tenang. Suami telah mendampingi dan ibu merasa nyaman.

4. Membantu ibu dalam memilih posisi persalinan yang nyaman. Ibu telah

memilih posisi yang nyaman (dorsal recumbent).

5. Mengajarkan ibu cara meneran dengan baik dan benar seperti batuk-

batuk. Ibu dapat melakukan meneran dengan benar.

6. Melakukan pertolongan persalinan secara normal dengan langkah 60

APN dan pimpin ibu meneran pada saat kepala sudah tampak 5-6 cm di

depan vulva. Pukul 02.10 bayi lahir hidup jenis kelamin laki-laki.

7. Melakukan asuhan bayi baru lahir, dengan melakukan penilaian sepintas.

Kulit merah, bayi menangis kuat dan gerakan aktif.

8. Melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat, jepit tali pusat dengan

klem kira-kira 2-3 cm dari pusar bayi dan klem tali pusat sekitar 2 cm

249
dari klem pertama. Tali pusat telah di gunting diantara 2 klem dan dan di

ikat dengan benang DTT/Steril.

9. Mengeringkan tubuh bayi dengan mengganti handuk basah dengan

handuk yang kering, bayi telah dikeringkan mulai dari muka, kepala dan

bagian tubuh lainnya (kecuali telapak tangan) tanpa membersihkan

verniks.

10. Melakukan IMD selama 1 jam. Bayi telah diletakkan di atas dada ibu

dengan posisi tengkurap dan posisi kepala bayi berada diantara payudara

ibu dengan posisi lebih rendah dari puting susu ibu.

11. Melakukan persiapan kala III untuk melahirkan plasenta. Plasenta belum

lahir.

12. Melakukan evaluasi TFU, perdarahan dan kandung kemih.

KALA III Tanggal: 05 April 2024 Pukul: 10. 55 WITA

a. Data Subyektif
Ibu mengatakan lega dan bahagia telah melahirkan anaknya dengan
selamat dan masih merasakan mules pada perutnya
b. Data Obyektif
Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Emosional : Stabil

Kandung Kemih : Kosong

TFU : Setinggi pusat

Palpasi Abdomen : Janin Tunggal, terdapat tanda-tanda pelepasan


plasenta, uterus berbentuk globuler, tali pusat memanjang dan keluar
semburan darah, kontraksi uterus baikPlasenta belum lahir

c. Analisa Data
250
Ny. FB umur 29 tahun P3 A0 inpartu kala III

d. Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan bayi dalam keadaan baik,
kontraksi baik dan plasenta belum lahir. Ibu mengerti.
2. Melakukan palpasi pada perut ibu untuk memastikan tidak ada janin ke
dua. Palpasi telah dilakukan dan tidak ada janin ke dua.
3. Menyuntikkan okitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha luar. Tindakan
telah dilakukan.
4. Melakukan klem tali pusat sekitar 5-10 cm di depan vulva. Melakukan
PTT, perhatikan tanda-tanda pelepasan plasenta seperti tali pusat
memanjang, semburan darah tiba-tiba, uterus tampak globuler.
Melahirkan plasenta, tangan kanan memegang tali pusat tangan kiri
dorsol cranial setelah plasenta tampak di depan vulva putar searah jarum
jam dan tangkap. Plasenta lahir jam 11:00 wita dan ibu masih merasa
mules
5. Melakukan massase uterus selama 15 detik dengan gerakan memutar
searah jarum jam. Massase telah dilakukan selama 15 detik.
6. Melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta dan robekan jalan lahir.
Kotiledon lengkap dan selaput ketuban utuh dan tidak terdapat robekan
pada jalan lahir.
7. Memantau keadaan umum, TTV ibu, TFU, kontraksi, kandung kemih
dan perdarahan

KALA IV Tangga: 05 April 2024 Pukul: 11.00 wita

a. Data Subyektif
Ibu mengatakan lega telah melewati masa persalinan dengan selamat dan
mengatakan perut masih terasa mules-mules.
b. Data Obyektif
Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Keadaan emosional : Stabil

251
Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 110/90 mmHg

Nadi : 81 x/menit

Pernafasan : 23 x/menit

Suhu : 36,3oC

Keadaan Kandung Kemih : Kosong

TFU : 2 jari dibawah pusat

Kontraksi Uterus : Baik, teraba keras

Perdarahan : 100 cc

Laserasi : Tidak ada robekan

c. Analisa Data
Ny. FB umur 29 tahun P3 A0 inpartu kala IV

d. Penatalaksaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, bahwa
keadaan ibu dan bayi saat ini dalam keadaan baik, TD: 110/90 mmHg,
N: 81x/menit, P: 23x/menit, T: 36,3oC, kontraksi uterus baik tidak
terdapat robekan pada jalan lahir. Ibu dan keluarga mengatakan merasa
senang bahwa saat ini keadaan ibu dan bayi dalam keadaan baik.
2. Mengajarkan ibu cara massase uterus dengan gerakan memutar searah
jarum selama 15 detik. Ibu dapat melakukan massase uterus sendiri.
3. Melakukan pemeriksaan keadaan umum ibu dan keadaan bayi.
Keadaan umum ibu dan bayi baik.
4. Melakukan asuhan kebersihan dan keamanan. Ibu telah di bersihkan
dari paparan darah dan cairan ketuban dengan menggunakan air DTT,
ranjang telah dibersihkan dengan larutan klorin 0,5% dan dibilas
dengan air DTT dan pakaian ibu telah di ganti dengan yang kering dan
bersih.

252
5. Menganjurkan suami untuk memberikan ibu makan dan minum sesuai
keinginan ibu. Suami telah memberikan makanan yang dinginkan oleh
ibu.
6. Merendam semua peralatan bekas pakai dalam lartan klorin 0,5% intuk
di dekontaminasi selama 10 menit. Alat telah di cuci dan dibilas setelah
di dekontaminasi.
7. Melepaskan sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
secara terbalik selama 10 menit, kemudian bersihkan diri. Kedua
tangan telah dicuci dengan sabun dan air mengalir dan dikeringkan
dengan handuk bersih dan kering.
8. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini. Ibu telah melakukan
mobilisasi dini dengan berjalan ke kamar mandi sendiri.
9. Memberikan obat sesuai dengan syarat di BPM, yaitu tablet Fe dan vit
A. Ibu mengatakan akan meminum obat setelah makan.
10. Melakukan observasi TTV, TFU, kontraksi, kandung kemih dan
perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam
kedua ke dalam partograf. Hasil observasi pada partograf telah
dilakukan dan terlampir.
Observasi 2 Jam Post Partum pada Ny. N

Jam Waktu TD N Suhu TFU Kontra Kandung Darah


Ke ksi Kemih yg
Uterus keluar

1 10.00 110/90 81 36,3o 2 jari b/ Baik Kosong 50 cc


C pusat

10.15 100/80 80 2 jari b/ Baik Kosong 35 cc


pusat

10.30 110/80 80 2 jari b/ Baik Kosong 30 cc


pusat

10.45 120/70 82 2 jari b/ Baik Kosong 30 cc


pusat

253
2 11.15 120/70 78 36,4o 2 jari b/ Baik Kosong 25 cc
C pusat

11.45 110/70 80 2 jari b/ Baik Kosong 20 cc


pusat

Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Tanggal Pengkajian : 05 April 2024

Jam : 14.15 wita

Tempat : UPTD Puskesmas Ainiba

Nama Pengkaji : Suliani Dano

1. Pengkajian

a. Data Subyektif

1) Identitas

a) Bayi

Nama : by.By.
ny Ny. FB

Umur : 0 hari

Tanggal lahir/jam : 05 April 2024 jam 11.30 wita

Cara lahir : Spontan

Berat badan : 2800gr

Panjang lahir : 48 cm

b) Orang Tua

Nama Ibu : FB Nama Suami : EL

Umur : 29 tahun Umur : 30 tahun

Agama : Katholik Agama : Katholik

254
Suku : Tetun Suku : Tetun

Pendidikan : SD Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Irt Pekerjaan : Swasta

Alamat: Dusun Obokin

2) Anamnese:

ibu mengatakan bayi lahir dengan selamat pada tanggal 05-04-2024

sore, secara normal di UPTD Puskesmas Ainiba, Ketika bayi lahir

diletakan di dada ibu bayi sering menangis karena basah

a) Riwayat Penyakit Kehamilan

Perdarahan : Tidak

Pre eklampsi : Tidak

Eklampsi : Tidak

TB : Tidak

Hepatitis : Tidak

Sifilis : Tidak

b) Kebiasaan Waktu Hamil

Perdarahan : Tidak

Pre eklampsi : Tidak

Eklampsi : Tidak

TB : Ya, sedang dalam pengobatan OAT

Hepatitis : Tidak

Sifilis : Tidak

c) Kebiasaan waktu hamil

Makanan : Makan 3x/sehari,

255
Obat-obatan : Sesuai resep dokter

Rokok : Tidak

d) Riwayat Kehamilan

ANC : 8 Kali

TT : 1 Kali

FE : .90 Tablet

Penyakit penyerta : TB

Gizi ibu saat hamil : Ibu Lila 23, 8 cm, HB 11,3 gr/dl

Pemeriksaan Lab : :

 HBSAg : Negatif

 HIV : Negatif

 Sifilis : Negatif

 Protein Urin : Negatif

 HB : 11,3%

e) Riwayat Persalinan Sekarang

Jenis persalinan : Sectio Caesar

Penolong : Dokter

Lama Persalinan :

 Kala 1 : -

 Kala 2 : -

Ketuban Pecah : -

 Warna : -

 Jumlah : -

Komplikasi : -

Keadaan bayi : Hidup dan sehat

256
f) Resusitasi :-

g) Pengisapan Lendir :-

h) Ambu :-

i) Massage jantung :-

b. Data Obyektif

1) Keadaan umum ; Baik

2) Kesadaran : Compos Mentis

3) Tanda Vital :

Suhu : 36, 8° C

DJA : 130x/menit

Pernapasan : 42x/menit

4) Antropometri :

Berat badan : 2800gram

Panjang badan : 48 cm

Lingkar Kepala : 31 cm

Lingkar Dada : 33 cm

Lingkar Perut : 32 cm

1) Pemeriksaan Fisik:

Kepala : Tidak ada caput succadenum dan tidak ada

cephal hematoma

Ubun-ubun : Tidak cekung dan belum menutup

Muka : Tidak mongoloid, simetris, tidak tampak

Downsindrom

Mata : Tidak icterus, tidak ada sekret

257
Telinga : Simetris tidak ada papiloma

Hidung ; Tidak ada polip

Mulut : Tidak ada labiopalatoskizis,

labiogenatoskizis,

palatoskizis

Leher : Tidak ada pembesaran

Dada : Tidak ada retraksi dinding dada

Tali pusat : basah, tidak berdarah

Punggung : Tidak ada spina bifida

Genitalia : Testis turun masuk ke skrotum

Anus : ada lubang

Ekstermitas : bergerak aktif tidak ada kelainan

2) Refleks :

Refleks Moro : positif kuat

Refleks Rooting : positif kuat

Refleks Graph : positif kuat

Refleks Sucking : positif kuat

Refleks Tonic Neck: positif kuat

3) Eliminasi :

BAB : 1x

BAK : 4x

2. Interpretasi Data

a. Diagnosa : By. Ny. FB umur 0 hari, Neonatus Cukup

Bulan Sesuai Masa Kehamilan

b. Data Dasar :

258
1. Data Subyektif: ibu mengatakan bayi lahir dengan selamat pada

tanggal 05-04-2024 sore, secara normal di UPTD Puskesmas Ainiba,

Ketika bayi lahir diletakan di dada ibu bayi sering menangis karena

basah

2. Data Obyektif:

a) Keadaan umum ; Baik

b) Kesadaran : Compos Mentis

c) Tanda Vital :

Suhu : 36, 8° C

DJA : 130x/menit

Pernapasan : 42x/menit

d) Antropometri :

Berat badan : 2800gram

Panjang badan : 48 cm

Lingkar Kepala : 31 cm

Lingkar Dada : 33 cm

Lingkar Perut : 32 cm

e) Pemeriksaan Fisik:

Kepala : Tidak ada caput succadenum dan tidak ada

cephal hematoma

Ubun-ubun : Tidak cekung dan belum menutup

Muka : Tidak mongoloid, simetris, tidak tampak

Downsindrom

Mata : Tidak icterus, tidak ada sekret

Telinga : Simetris tidak ada papiloma

259
Hidung ; Tidak ada polip

Mulut : Tidak ada labiopalatoskizis,

labiogenatoskizis,

palatoskizis

Leher : Tidak ada pembesaran

Dada : Tidak ada retraksi dinding dada

Tali pusat : basah, tidak berdarah

Punggung : Tidak ada spina bifida

Genitalia : Testis turun masuk ke testis

Anus : ada lubang

Ekstermitas : bergerak aktif tidak ada kelainan

f) Refleks :

Refleks Moro : positif kuat

Refleks Rooting : positif kuat

Refleks Graph : positif kuat

Refleks Sucking : positif kuat

Refleks Tonic Neck: positif kuat

g) Eliminasi :

BAB : 3x

BAK : 4x

c. Masalah : tidak ada

d. Kebutuhan : perawatn bayi baru lahir normal

3. Indentifikasi Masalah dan Diagnosa Potensial

a. Diagnosa Potensial: Tidak ada

b. Masalah Potensial : Tidak ada

260
c. Kebutuhan : Tidak Ada

4. Identifikasi Tindakan Segera

Tidak ada

5. Rencana

a. Jelaskan hasil pemeriksaan bayi kepada ibu dan keluarga

b. Layani pemberian salep mata

c. Layani pemberian suntikan vitamin K

d. Layani pemberian imunisasi HB 0

e. Observasi tanda vital

f. Jelaskan tanda bahaya pada bayi

g. Jelaskan ibu untuk menjaga kehangatan bayi

h. Jelaskan perawatan tali pusat

6. Pelaksanaan

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa

jenis kelamin bayi laki-laki, berat badan 3300 gram, panjang

badan 50 cm, tidak ditemukan cacat pada bayi dan keadaan bayi

saat ini baik. Ibu dan keluarga mengerti dan senang telah

mengetahui keadaan bayinya sehat.

b. Mengoleskan salep mata tetrasiklin 1%. Salep mata telah

diberikan di mata bayi kiri kanan yaitu dari arah luar ke dalam.

c. Memberi suntikan Vit. K 1 pada bayi. Vit K telah disuntikkan

dengan dosis 1 mg secara IM 1/3 paha kiri sebelah luar.

d. Memberikan imunisasi Hb0 pada bayi. Hb0 telah disuntikkan

dengan dosis 0,5 ml secara IM I 1/3 paha kanan sebelah luar.

261
e. Mengobservasi tanda-tanda vital bayi, hasil observasi yaitu T :

36,7oC, RR : 42x/menit. N : 138x/menit, bayi aktif dan tangisan

kuat.

f. Memberitahu ibu tanda bahaya bayi baru lahir :

1) Pernafasan sulit atau kurang dari 40 kali per menit atau lebih

dari 60 kali per menit.

2) Suhu tubuh terlalu panas (>38oC) atau terlalu dingin (<36oC).

3) Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau

pucat, memar.

4) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk,

berdarah.

g. Jika bayi memperlihatkan tanda-tanda bahaya segera bawa bayi ke

petugas kesehatan. Ibu mengerti dan akan mengatakan akan

membawa bayi kebidan atau ke fasilitas terdekat bila bayi

memperlihatkan tanda-tanda bahaya.

h. Mengajarkan ibu cara menjaga kehangatan bayi dengan cara

dibedong atau di selimuti dengan kain kering, Ibu mengerti dan

telah melakukan anjuran yang diberikan oleh bidan.

i. Memberitahu ibu tentang perawatan tali pusat yakni jaga tali pusat

tetap kering jangan biarkan tali pusat basah atau lembab karena

dapat menyebabkan infeksi, bungkus tali pusat dengan kasa

kering. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

j. Mengantur kunjungan ulang 6 hari lagi. Ibu bersedia untuk

melakukan kunjungan ulang

7. Evaluasi

262
a. Ibu tampak bahagia setelah menerima informasi tentang bayinya

b. Bayi sudah di suntik vitamin K

c. Bayi sudah di imunisasi HB0

d. Tali pusat tidak berdarah, tidak ada tanda infeksi

e. Bayi sudah BAB/BAK

f. Ibu mengerti penjelasan tentang ASI yang diberikan dan mau

merelaktasi

g. Ibu sudah mengerti posisi dan perlekatan dan pada saat

menyusui posisi dan perlekatan bayi sudah baik

h. Ibu mengerti tanda-tanda bahaya pada bayi dan akan segera ke

fasilitas Kesehatan jika ada tanda bahaya pada bayi

Kunjungan 2 (KN 2 hari 3-7)

Tanggal Pengkajian : 08 April 2024

Jam : 09.00 wita

Tempat : rumah ibu

Nama Pengkaji : Suliani Dano

1. Data Subyektif:

ibu mengatakan melahirkan bayinya tanggal 05 April 2024 jenis

kelamin laki-laki berat badan 2800gram dan panjang badan 49 cm, bayi

menyusu kuat, BAK7-8x/hari, BAB 4x/hari, bayi tidak mencret dan

panas

2. Data Obyektif:

a) Pemeriksaan Umum :

Keadaan umum : Bayi tampak sehat

Kesadaran : Compos mentis

263
b) Pemeriksaan Fisik :

Inspeksi :

 Mata : simetris, sklera tidak icterus, konjutiva tidak

Anemis, bersih

 Mulut : tidak stomatitis, lidah bersih

 Abdomen : tidak ada benjolan, tali pusat sudah jatuh

tidak ada tanda infeksi

 Ekstermitas : semua jari lengkap

 Bayi tidak icterus

Pengukuran :

 Berat Badan : 2900 gram

 Panjang Badan: 48 cm

c) Tanda vital :

 Suhu : 36,8° C

 Pernapasan : 42x/mnt

 Denyut jantung: 128x/mnt

3. Analisa Data:

By. Ny. FB umur 3 hari neonatus cukup bulan normal

4. Penata laksanaan:

a) Memberitahukan pada ibu bahwa keadaan bayi sehat dan normal

serta sehat

Eavluasi : ibu merasa bahagia

b) Memastikan bayi hanya diberikan ASI saja sampai umur 6 bulan

Evaluasi : ibu hanya memberikan ASI saja sampai bayi

264
c) Menjelaskan pada ibu untuk tetap memantau tanda bahaya pada bayi

jika terjadi segera membawa bayi ke fasilitas Kesehatan

Evaluasi : ibu mengerti penjelasan yan diberikan dan akan

memperhatikan tanda bahaya pada bayi

d) Menjelaskan pada ibu untuk Imunisasi tepat waktu sesuai jadwal

sangat penting untuk melindungi bayi dari penyakit yang dapat

dicegah dengan vaksin (Kemenkes RI, 2020).

Evaluasi : ibu mengerti penjelasan yang diberikan

e) Kebersihan dan perawatan kulit Menjaga kebersihan bayi dengan

memandikan secara rutin, mengganti popok, dan merawat kulit

dapat mencegah infeksi dan ruam popok (Setyawati et al., 2021)

Evaluasi : ibu mengerti penjelasan yang dilakukan

Kunjungan 3 (KN 2 hari 8-28)

Tanggal Pengkajian : 25 April 2024

Jam : 09.00 wita

Tempat : rumah ibu

Nama Pengkaji : Suliani Dano

1) Data Subyektif :

Ibu mengatakan bayi sehat, minum ASI kuat, bab dan bak lancar,

tanda bahaya tidak ada

2) Data Obyektif :

d) Pemeriksaan Umum :

Keadaan umum : Bayi tampak sehat

Kesadaran : Compos mentis

e) Pemeriksaan Fisik :

265
Inspeksi :

 Mata : simetris, sklera tidak icterus, konjutiva tidak

Anemis, bersih

 Mulut : tidak stomatitis, lidah bersih

 Abdomen : tidak ada benjolan, tidak kembung

Pengukuran :

 Berat Badan : 3400gram

 Panjang Badan: 48 cm

f) Tanda vital :

 Suhu : 36,8° C

 Pernapasan : 46x/mnt

 Denyut jantung: 136x/mnt

3) Analisa Data :

By. Ny FB umur 20 hari neonatus normal

4) Penatalaksanaan :

a) Memberitahu ibu hasil bayi pemeriksaan dalam batas normal

Evaluasi: ibu merasa senang karena bayinya sehat dan normal

b) Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI saja sampai usia 6

bulan

Evaluasi: ibu bersedia untuk tetap konsisten memberikan ASI saja

sampai dengan usia bayi 6 bulan

c) Mengingatkan ibu untuk membawa bayinya ke puskesmas tanggal

24 setiap bulannya untuk mendapatkan imunisasi

Evaluasi: Ibu akan membawa bayinya setiap tanggal 24 dalam

bulan untuk diimunisasai

266
d) KIE ibu untuk menjaga kebersihan dan kehangatan bayi

Evaluasi: ibu mengerti penjelasan yang diberikan

Asuhan Kebidanan Nifas

Tanggal Pengkajian : 05 April 2024

Jam : 14.00 wita

Tempat : UPTD Puskesmas Ainiba

Nama Pengkaji : Suliani Dano

1. Pengkajian

a. Data Subyektif

1) Identitas

Nama Ibu : FB Nama Suami : EL

Umur : 29 tahun Umur : 30 tahun

Agama : Katholik Agama : Katholik

Suku : Tetun Suku : Tetun

Pendidikan : SD Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Irt Pekerjaan : Swasta

Alamat: Dusun Obokin

267
2) Anamnese

a) Keluhan utama :

Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules dan sudah ada

pengeluaran ASI

Ibu mengatakan sudah BAK (pukul 13.05 wita)

b) Riwayat menstruasi :

Menarche : 13 tahun

Siklus : 28 hari

Lama : 6-7 hari

Jumlah : 2-3x/hari ganti pembalut

Bau : darah

Warna : Merah darah

Konsistensi : Cair

Desminorhoe : Tidak ada

Flour Albus : Kadang-kadang Riwayat pernikahan

c) Riwayat kesehatan yang lalu : ibu mengatakan tidak pernah

menderita penyakit menular, penyakit menurun

d) Riwayat kesehatan sekarang : ibu mengatakan sedang

menderita penyakit TB dan sedang menjalani pengobatan

paket OAT sampai dengan 3 minggu 2 hari.

e) Riwayat kesehatan keluarga : ibu mengatakan dalam

keluarga tidak ada yang pernah dan sedang menderita

penyakit menurun dan menular.

f) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Hami Persalinan Nifas

268
l Ke

Tgl Umur Jenis Penolon Komplikas J BB Laktas Komplikas

lahi Kehamila Persalina g i K i i

r n n Ibu Bayi

1 2015 40 mgg Spontan bidan - - P 280 ASI -


0

2 2019 39 mgg Spontan bidan - - P 290 ASI -


0

3 ini

g) Riwayat KB dan rencana KB sekarang

No Jenis Mulai Memakai Berhenti/ Ganti Cara

kontrasepsi Tanggal Oleh Tempat Keluhan Tanggal Oleh Tempat Alasan

1 Suntik 2015 bidan posyand Tdk haid sendi

u ri

2 Implant 2019 bidan puskesm Tidak bidan

as haid

3) Pola Kebiasaan sehari -hari

a) Pola Nutrisi

b) Makan Minum

Frekuensi : 2-3 kali sehari 8-9 gelas sehari

Macam : Nasi, sayur, Air putih

lauk pauk

Jumlah : sedang sedang

Keluhan : tidak ada tidak ada

c) Pola Eminasi

BAK BAB

269
Frekuensi : 7-8 kali 1 kali

Warna : kuning jernih kuning coklat

Bau : khas khas

Konsistensi : cair lembek

Jumlah : normal normal

d) Pola Aktifitas

Kegiatan sehari-hari : masak, nyuci, beberes

rumah Istirahat/tidur : siang 2-3 jam

malam 7-8 jam

Seksualitas : frekuensi 1

kali Keluhan tidak ada

e) Personal Hygiene :

Kebiasaan mandi : 2 kali/hari

Kebiasaan membersihkan alat kelamin : 5-6 kali

sehari Kebiasaan mengganti pakaian dalam : 3-4 kali

sehari Jenis pakaian dalam yang digunakan normal

b. Data Obyektif

Data Umum

Keadaan : Baik

Kesadaran : Composmentis

Emosional : Stabil

270
TTV

Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

Pernafasan : 20x/menit

Suhu : 36,6oC

Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : Besih, tidak ada ketombe dan tidak rontok

b. Muka : Tidak ada oedema, bentuk simetris

c. Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis

d. Hidung : Tidak ada polip, tidak ada secret

e. Mulut : Bibir Lembab, lidah bersih, gigi tidak ada caries

f. Telinga : Simetris, tidak ada kelainan

g. Leher : Tidak ada pembengkakan limfe, tiroid dan vena

jugularis

h. Payudara

Bentuk : Simetris

Benjolan : Tidak ada

Colostrum : +/+

Putting : Menonjol

Aerola : Hyperpigmentasi

i. Abdomen

271
TFU : 2 jari di bawah pusat

Kontraksi : Baik

Konsistensi uterus : Keras

Kandung kemih : Tidak teraba

j. Genetalia

Lochea : Rubra

Perineum : Tidak ada laserasi

k. Ekstremitas Atas/Bawah

Oedema : Tidak ada

Warna : Kemerahan

Trombofeblitis: Tidak ada

2. Interpretasi Data

a) Diagnosa

Ny. FB Umur 29 Tahun P3A0 Post Partum 6 Jam

b) Data Dasar

Data Subyektif:

Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules dan sudah ada

pengeluaran ASI

Ibu mengatakan sudah BAK (pukul 13.05 wita)

Data Obyektif

Data Umum

272
Keadaan : Baik

Kesadaran : Composmentis

Emosional : Stabil

TTV

Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

Pernafasan : 20x/menit

Suhu : 36,6oC

Pemeriksaan Fisik

1) Kepala : Besih, tidak ada ketombe dan tidak rontok

2) Muka : Tidak ada oedema, bentuk simetris

3) Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak

anemis

4) Hidung : Tidak ada polip, tidak ada secret

5) Mulut : Bibir Lembab, lidah bersih, gigi tidak ada

caries

6) Telinga : Simetris, tidak ada kelainan

7) Leher

Limfatik : Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe

Tyroid : Tidak ada pembesaran tyroid

273
Vena jugularis: Tidak ada pembengkakan vena

jugularis

8) Payudara

Bentuk : Simetris

Benjolan : Tidak ada

Colostrum : +/+

Putting : Menonjol

Aerola : Hyperpigmentasi

9) Abdomen

TFU : 2 jari di bawah pusat

Kontraksi : Baik

Konsistensi uterus : Keras

Kandung kemih : Tidak teraba

10) Genetalia

Lochea : Rubra

Perineum : Tidak ada laserasi

11) Ekstremitas Atas/Bawah

Oedema : Tidak ada

Warna : Kemerahan

274
Trombofeblitis : Tidak ada

c) Masalah :

Tidak ada

d) Kebutuhan :

Perawatan masa nifas

3. Identifikasi Masalah Potensial

Tidak ada data penunjang

4. Identifikasi Kebutuhan Segera

Tida ada

5. Rencana

a. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu

b. Jelaskan ibu tentang kontraksi uterus

c. Anjurkan ibu untuk istirahat

d. Jelaskan ibu untuk mengkonsumsi makanan bergizi

e. Jelaskan tanda bahaya masa nifas

6. Pelaksanaan

a. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan nifas ibu

saat ini baik. TD : 110/80 mmHg, N : 84x/menit, RR : 20x/menit, T :

36,6oC. TFU 2 jari bawah pusat, lochea rubra, perdarahan normal.

Ibu mengerti dan mengatakan ibu sudah merasa sehat dan

mengatakan ingin pulang kerumah.

275
b. Memberitahu ibu bahwa mules adalah hal yang fisiologis yaitu

proses dari uterus untuk kembali normal. Ibu mengerti dan

mengatakan masih merasakan rasa mules.

c. Menganjurkan ibu untuk mengatur pola istirahat yang cukup sesuai

dengan kebutuhan ibu, misalnya seperti ibu bisa tidur apabila

bayinya sedang tidur, ibu mengerti dan mengatakan akan mengatur

waktu istirahat ibu dan waktu dengan bayi.

d. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dengan

makan minimal 3 x sehari, perbanyak lauk, sayuran hijau dan buah,

penuhi kebutuhan cairan dengan minum air putih minimal 3 liter

dalam sehari, minum susu. Tidak ada pantangan dalam makanan

agar nifas ibu sehat, produksi ASI baik. Ibu mengerti dan

mengatakan akan berusaha untuk makan sesuai anjuran yang

diberikan.

e. Mengajarkan ibu tentang personal hygiene yaitu agar membersihkan

alat genetalianya dengan air bersih dari arah depan ke belakang,

ganti pembalut dan ganti celana dalam agar tidak lembab. Ibu

mengerti dan mengatakan akan melakukannya setiap hari.

f. Memberitahu ibu tentang bahaya tanda nifas yaitu sakit kepala

hebat, pandangan berkunang-kunang, demam, putting lecet/bengkak

dan merah, perdarahan dari jalan lahir. Bila ada tanda tersebut maka

ibu segera ke pelayanan kesehatan terdekat. Ibu mengerti dan

mengatakan saat ini tidak mengalaminya.

7. Evaluasi

276
a. Ibu sangat Bahagia mendengar hasil pemeriksaan normal

b. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan

c. Ibu mau beristirahat pada saat bayi tidur

d. Ibu mau mengkonsumsi makanan bergizi

e. Ibu sudah paham cara menjaga personal hygiene

f. Ibu mengerti tanda bahaya nifas

Kunjungan 2 (KF 2, hari 3-7 hari)

Tanggal Pengkajian : 09 April 2024

Jam : 09.00 WIB

Tempat : Rumah

Nama Pengkaji : Suliani Dano

1. Data Subyektif

Ibu mengatakan ini hari keempat setelah persalinan Ibu mengatakan saat

ini tidak ada keluhan

2. Data Obyektif

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Keadaan emosional : Stabil

Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

277
Pernafasan : 21x/menit

Suhu : 36,2oC

Kandung kemih : Kosong

TFU : Pertengahan pusat simfisis

Lochea : Sanguinolenta

Perdarahan : Normal

BAK / BAB : BAK ±4 kali sehari warna kuning jernih, BAB

±1 kali sehari konsistensi lembek

3. Analisa Data

Ny. FB umur 29 tahun P3A0 Post Partum hari ke-4

4. Penatalaksanaan

1) Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa saat ini ibu dalam kondisi

baik. TD: 120/80 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 21 x/menit, T: 36,2oC.

Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya

2) Menganjurkan ibu untuk menjaga pola istirahat yang cukup, minimal

tidur siang ±1 jam, tidur malam ±8 jam atau ketika bayi tidur. Ibu

mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang diberikan

3) Mengingatkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi. Banyak

mengkonsumsi sayur, ikan, nasi, dan susu untuk pemenuhan gizi

selama menyusui. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya

278
4) Menganjurkan ibu untuk terus memberikan ASI setiap 2 jam sekali

paling sedikit 12 kali sehari. dan ekslusif sampai usia bayi 6 bulan.

Ibu bersedia melakukannya.

5) Memberitahu ibu tentang Breast Care (perawatan payudara) yaitu

membersihkan daerah puting susu dengan baby oil agar tidak terjadi

sumbatan yang mengakibatkan payudara bengkak dan prosuksi ASI

berkurang. Memijat payudara dengan gerakan memutar searah

jarum jam agar produksi asi banyak. Ibu mengerti dan mampu

mempraktekkannya.

6) Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene, mengganti

celana dalam ketika basah dan sering mengganti pembalut. Ibu

mengerti dan bersedia melakukannya.

7) Mengingatkan kembali kepada ibu tentang bahaya masa nifas, yaitu

sakit kepala hebat, pandangan berkunang-kunang, demam, putting

lecet/bengkak dan merah, perdarahan dari jalan lahir. Bila ada tanda

tersebut maka ibu segera ke pelayanan kesehatan terdekat. Ibu

mengerti dan mengatakan saat ini tidak mengalami tanda-tanda

tersebut.

8) Mengatakan kepada ibu bahwa akan dilakukan kunjungan kembali

28 hari lagi atau jika ada keluhan. Ibu mengatakan bersedia untuk di

lakukan kunjungan ulang dan diperiksa kembali.

Kunjungan 3 (KF 3, hari 8-28 hari)

Tanggal Pengkajian : 15 April 2024

Jam : 09.00 WIB

Tempat : Rumah

279
Nama Pengkaji : Suliani Dano

Tanggal Pengkajian: 15 April 2024

Jam : 09.00 WIB

Tempat : Rumah

Nama Pengkaji : Suliani Dano

1. Data Subyektif :

Ibu mengatakan luka operasi masih terasa nyeri jika bergerak

berlebihan, ibu mnyusui bayinya setiap bayi mau minum.

Pengeluaran pervaginam berwarna putih dan sedikit

2. Data Obyektif :

a) Pemeriksaan Umum:

Keadaan umum : baik

Kesadaran : compos mentis

Tanda vital

 Tekanan darah : 110/76 mmnHg

 Suhu : 36,7°C

 Nadi : 87x/menit

 Pernapasan : 18x/menit

b) Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Wajah : Normal tidak ada oedema

280
Mata : Simetris, sklera putih, conjunctiva

mera

Leher : Nromal tidak ada pembesaran

kelenjar

Dada : Payudara simetris, Putting

menonjol, ASI +/+

Perut : Tidak ada bekas luka

Anus : Tidak ada haemoroid

Ektermita : Simetris, tidak oedema

Palpasi

FUT : 2 jari atas pusat

Kontraksi : Baik

c) Data Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium: tidak dilakukan

3. Analisa Data :

Ny. FB umur 29 tahun nifas hari ke 10

4. Penata laksanaan :

a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dalam batas normal:

tekanan darah : 110/76 mmnHg, suhu: 36,7°C, Nadi: 87x/menit,

281
pernapasan: 18x/menit, ASI +/+, fundus uteri 1 jari atas simphisi

kontraksi +, lochea alba

b) Menjelaskan pada ibu bahwa proses penyembuhan luka operasi

SC berjalan dengan baik jika tidak ada komplikasi, sebagian luka

sudah mulai menutup dan tidak ada tanda-tanda infeksi."

(Hariyanti et al., 2022)

c) Menjelaskan perawatan masa nifas:

 Istirahat yang cukup "Ibu nifas sebaiknya beristirahat yang

cukup untuk memulihkan tenaga setelah proses persalinan,

baik istirahat tidur maupun berbaring untuk meluangkan

waktu bagi tubuh agar dapat pulih kembali." (Oktarina, 2022)

 Nutrisi seimbang "Makanan bergizi seimbang dengan porsi

yang cukup diperlukan untuk mempercepat proses pemulihan,

meningkatkan produksi ASI, dan memenuhi kebutuhan

nutrisi ibu dan bayi." (Kemenkes RI, 2021)

 Perawatan payudara "Perawatan payudara meliputi

membersihkan puting dan areola, mengompresi payudara

dengan air hangat sebelum menyusui, dan menggunakan bra

yang menyokong payudara dengan baik." (Kemenkes RI,

2021)

 Dukungan psikologis "Dukungan emosional dan psikologis

dari keluarga sangat penting untuk mencegah terjadinya

depresi postpartum dan meningkatkan kepercayaan diri ibu

282
dalam merawat bayinya." (Oktarina, 2022)

 Kunjungan rutin ke fasilitas kesehatan juga penting untuk

memantau kondisi ibu dan bayi selama masa nifas. Segera

konsultasikan ke tenaga kesehatan jika ada keluhan atau

komplikasi.

d) Menilai tehnik ibu menyusui bayi

Evaluasi: ibu menyusi memakai masker dan posisi serta

perlekatan bayi sesuai dengan tehnik yang diajarkan

e) Menganjurkan ibu untuk beristirahat Ketika bayinya tidur akan

kebutuhan istirahat ibu tecukupi

Evaluasi: ibu mengerti dan beristirahat Ketika bayi tidur

Kunjungan 4 (KF 4, hari 29-32 hari)

Tanggal Pengkajian: 06 Mei 2024

Jam : 09.00 WIB

Tempat : Rumah

Nama Pengkaji : Suliani Dano

1. Data Subyektif:

Ibu mengatakan tidak ada keluhan, ibu masih konsisten menyusui

bayi, pengeluaran pervaginam sudah tidak ada lagi.

2. Data Obyektif

a) Pemeriksaan Umum:

Keadaan umum : baik

283
Kesadaran : compos mentis

Tanda vital

 Tekanan darah : 110/76 mmnHg

 Suhu : 36,7°C

 Nadi : 87x/menit

 Pernapasan : 18x/menit

b) Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Wajah : normal tidak ada oedema

Mata : simetris, sklera putih dan conjungtiva merah

Leher : normal tidak ada pembesaran kelenjar

Dada : payudara simetris, putting menonjol, ASI +/+

Perut : sudah kering dan tidak ada tanda infeksi

Genitalia : normal, tdk ada pengeluaran

Anus : bersih tidak ada haemoroid

Ekstermitas: simetris, tidak ada oedema

Palpasi

Fundus uteri : tidak teraba

c) Data Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium: tidak dilakukan

284
3. Analisa Data

Ny. FB umur 29 tahun nifas hari ke 31

4. Penatalaksanaan

a) Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan dalam batas normal

Evaluasi: ibu merasa senang dengan hasil pemeriksaan

b) Menanyakan kepada ibu, apakah ibu merasakan adanya penyulit-

penyulit yang dialami ibu pada masa nifas infeksi pada masa nifas,

bendungan asi, dan gangguan psikologis masa nifas

Evaluasi : Ibu mengatakan selama masa nifas, ibu tidak merasakan

c) Memberitahu ibu untuk mengkomsumsi makanan yang bergizi,

seperti sayur-sayuran, buah-buahan, makanan yang mengandung

banyak protein seperti telur

Evaluasi: Ibu telah mengkonsumsi makanan yang bergizi

d) Menganjurkan ibu untuk membawa anak nya setiap ada posyandu

Evaluasi: Ibu bersedia membawa anaknya setiap ada posyandu

e) Menjelaskan pada ibu Penggunaan kontrasepsi pasca persalinan atau

Post-Partum Contraception (PPC) penting untuk mencegah

kehamilan yang tidak diinginkan dan memberikan jarak kelahiran

yang optimal. Terdapat beberapa metode kontrasepsi yang dapat

digunakan pasca persalinan, seperti

 Metode Amenore Laktasi (MAL)

 Kontrasepsi Hormonal (pil, suntik, implant)

285
 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

 Metode Kalender

 Metode Barier (kondom)

Evaluasi: ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan ibu

merencanakan untuk mengikuti KB implant

Asuhan Kebidanan KB

Tanggal Pengkajian : 22 Mei 2024

Jam : 10.00 wita

Tempat : UPTD Puskesmas Ainiba

Nama Pengkaji : Suliani Dano

1. Pengkajian

a. Data Subyektif

1) Identitas

Nama Ibu : FB Nama Suami : EL

Umur : 29 tahun Umur : 30 tahun

Agama : Katholik Agama : Katholik

Suku : Tetun Suku : Tetun

Pendidikan : SD Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Irt Pekerjaan : Swasta

Alamat: Dusun Obokin

2) Anamnese

286
a) Alasan datang : ibu ingin mengikuti program KB metode

implant

b) Keluhan utama : tidak ada

c) Riwayat menstruasi :

Menarche umur : 13 tahun

Siklus : 28 hari

Keluhan : tidak ada

d) Riwayat pernikahan

Usia menikah pertama kali : 22 th

Status pernikahan : sah

Pernikahan ke :1

Lama pernikahan :10 tahun

e) Riwayat Persalinan :

Tanggal persalinan : 05 April 2024

Jenis persalinan : spontan

Apakah sedang menyusui: iya

f) Riwayat KB 2 tahun terakhir :

Metode yang digunakan : implant

g) Riwayat Penyakit : tidak pernah menderita penyakit

menular maupun menurun

h) Riwayat Kesehatan Yang Lalu: tidak pernah menderita

penyakit menular maupun menurun

i) Riwayat Sosial :

 Merokok : ibu tidak merokok

287
 Alkohol : ibu tidak mengkonsumsi alkohol

 Narkoba : ibu tidak mengkonsumsi narkoba

j) Riwayat Ginekologi :

 Tumor : tidak ada

 IMS : tidak ada

 Perdarahan : tidak ada

a. Data Obyektif

1) Pemeriksaan Umum :

 Keadaan umum : baik

 Kesadaran : compos mentis

2) Tanda Vital :

 Suhu : 36,7°C

 Nadi : 80x/mnt

 Tensi : 110/90 mmHg

 Pernapasan : 18x/mnt

3) Pemeriksaan Fisik :

 Berat Badan : 46x/mnt

 Tinggi Badan : 155 cm

4) Pemeriksaan Kasus Obstetri:

 Abdomen : normal, ada bekas operasi SC

horisontal

Pembesaran : tidak ada

 Vulva/Vagina : normal

Varises : tidak ada

Kemerahan : tidak

288
Tanda Infeksi : tidak ada

Pengeluaran : tidak ada

5) Pemeriksaan Penunjang :

Laboratorium : tidak ada

2. Interpretasi Data

a) Diagnosa : Ny. FB umur 29 tahun, P3 A0 dengan

metode kontrasepsi implant

b) Data Dasar :

1) Pemeriksaan Umum :

 Keadaan umum : baik

 Kesadaran : compos mentis

2) Tanda Vital :

 Suhu : 36, 8° C

 Nadi : 80x/menit

 Tensi : 109/73 mmHg

 Pernapasan : 16x/ mnt

3) Pemeriksaan Fisik :

 Berat Badan : 52 kg

 Tinggi Badan : 159 cm

4) Pemeriksaan Kasus Obstetri:

 Abdomen : normal, ada bekas operasi SC

horisontal

Pembesaran : tidak ada

 Vulva/Vagina : normal

289
Varises : tidak ada

Kemerahan : tidak

Tanda Infeksi : tidak ada

Pengeluaran : tidak ada

5) Pemeriksaan Penunjang :

Laboratorium : tidak dilakukan

c) Masalah : tidak ada

d) Kebutuhan : pasang implant

3. Identifikasi Masalah Potensial : Tidak ada

4. Identifikasi Kebutuhan Segera : Tidak ada

5. Rencana :

a. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan

b. Jelaskan pada ibu pelayanan KB bagi ibu menyusui

c. Jelaskan pada ibu metode implant

d. Lakukan penapisan implant

e. Pemasangan impant

6. Pelaksanaan

a. Menjelaskan pada ibu bahwa hasil pemeriksaan ibu dalam batas

normal

b. Menjelaskan pada ibu pelayanan KB bagi ibu menyusui Kutipan dari

Buku Saku Pelayanan Kontrasepsi (2021) oleh BKKBN: "Ibu

menyusui dapat menggunakan semua metode kontrasepsi, kecuali

290
kontrasepsi oral kombinasi (pil KB kombinasi). Pilihan metode

kontrasepsi yang sesuai untuk ibu menyusui adalah Metode Amenore

Laktasi (MAL), Kontrasepsi Hormonal Progestin (pil, suntik,

implant), AKDR, dan metode barier (kondom)." Pemilihan metode

KB bagi ibu menyusui perlu mempertimbangkan faktor-faktor seperti

usia bayi, pola menyusui, kondisi kesehatan ibu, dan preferensi ibu.

Konseling dan edukasi tentang KB bagi ibu menyusui sangat penting

untuk membantu ibu memilih metode yang tepat.

Kutipan dari Pedoman Pelayanan Kontrasepsi Pasca

Persalinan (2020) oleh BKKBN "Pelayanan KB pasca persalinan

bagi ibu menyusui merupakan bagian penting dari program

Keluarga Berencana untuk mencegah kehamilan yang tidak

diinginkan dan memberikan jarak kelahiran yang optimal, sehingga

dapat meningkatkan kesehatan ibu dan bayi." Dengan pelayanan

KB yang tepat bagi ibu menyusui, diharapkan dapat membantu ibu

dalam mengatur jarak kelahiran, mencegah kehamilan yang tidak

diinginkan, serta menjaga kesehatan ibu dan bayi

c. Menjelaskan metode implant: Metode kontrasepsi implant merupakan

salah satu metode kontrasepsi hormonal jangka panjang yang efektif

dan reversibel. Implant terdiri dari kapsul-kapsul kecil yang

dimasukkan di bawah kulit lengan atas, yang melepaskan hormon

progestin secara perlahan untuk mencegah kehamilan. Dikutipan dari

Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi (2017) oleh BKKBN:

"Kontrasepsi implant merupakan salah satu metode kontrasepsi yang

291
sangat efektif, dengan tingkat kegagalan yang sangat rendah (0,05

kehamilan per 100 perempuan dalam satu tahun). Efektivitas

kontrasepsi implant dapat bertahan selama 3-5 tahun, tergantung

pada jenis implant yang digunakan." Keunggulan metode kontrasepsi

implant antara lain: Efektivitas tinggi dalam mencegah kehamilan,

lama pemakaian (3-5 tahun), tidak mengganggu hubungan seksua

dan reversibilitas tinggi setelah pelepasan implant. Berdasarkan

Pedoman Pelayanan Kontrasepsi (2019) oleh Kementerian Kesehatan

RI: "Kontrasepsi implant merupakan pilihan metode kontrasepsi

jangka panjang yang aman, efektif, dan reversibel. Implant dapat

digunakan oleh semua perempuan usia reproduksi, termasuk ibu

menyusui dan wanita dengan riwayat penyakit tertentu." Metode

kontrasepsi lainnya, implant juga memiliki efek samping potensial

seperti perdarahan tidak teratur, sakit kepala, dan peningkatan atau

penurunan berat badan. Konseling dan pemantauan oleh tenaga

kesehatan penting untuk memastikan keamanan dan kenyamanan

penggunaan implant. Dengan efektivitas dan keamanan yang tinggi,

metode kontrasepsi implant menjadi pilihan yang baik bagi pasangan

yang ingin menunda atau membatasi kehamilan untuk jangka waktu

tertentu.

d. Melakukan penapisan implant (Pedoman Pelayanan Kontrasepsi,

2019):

1) Anamnesis atau wawancara:

 Menggali riwayat kesehatan, riwayat kehamilan

292
dan persalinan, serta riwayat penggunaan

kontrasepsi sebelumnya.

 Menanyakan keluhan atau masalah kesehatan

yang dialami.

2) Pemeriksaan fisik

 Mengukur tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,

dan pernafasan).

 Melakukan pemeriksaan payudara dan abdomen

3) Pemeriksaaan Kelayakan Medis (Modul pelatihan

pelayanan kontrasepsi bagi dokter dan bidan, 2021)

Yang layak menggunakan Implan aman dan efektif bagi hampir

semua perempuan dengan kriteria berikut:

 Telah atau belum memiliki anak

 Perempuan usia reproduksi, termasuk perempuan yang

berusia lebih dari 40 tahun

 Baru saja mengalami keguguran atau kehamilan ektopik

 Merokok, tanpa bergantung pada usia perempuan

maupun jumlah rokok yang dihisap

 Sedang menyusui

 Menderita anemia atau riwayat anemia

 Menderita varises vena

293
 Terkena HIV, sedang atau tidak dalam terapi

antiretroviral

Yang tidak layak menggunakan Implan sebaiknya tidak

digunakan oleh perempuan dengan kriteria sebagai berikut:

 Penggumpalan darah akut pada vena dalam di kaki atau

paru

 Perdarahan vaginal yang tidak dapat dijelaskan sebelum

evaluasi terhadap kemungkinan kondisi serius yang

mendasari

 Menderita kanker payudara lebih dari 5 tahun yang lalu

dan tidak sembuh

 Sirosis hati atau tumor hati berat

 Systemic lupus erythematosus dengan antibodi

antifosfolipid positif (atau tidak diketahui), dan tidak

dalam terapi imunosupresi

a) Melakukan pemasangan implant:

1) Ibu tanda tangan inform consent

2) Persiapan:

 Peralatan yang diperlukan untuk setiap pemasangan adalah

sebagai berikut:

- Meja periksa untuk tempat tidur klien

- Penyangga lengan atau meja samping

294
- Sabun untuk mencuci lengan

- Spidol untuk menggambar pola

- Pola terbuat dari plastik (template) untuk menandai posisi

kapsul dalam bentuk seperti kipas

- Dua batang implan dalam satu kemasan steril - Larutan

antiseptik

- Anestesi lokal (konsentrasi 1% tanpa epinefrin)

 Alat dan bahan yang diperlukan untuk pemasangan batang

implan meliputi:

- Kain penutup operasi steril (bersih) yang kering

- Dua mangkok steril atau DTT (satu untuk larutan

antiseptik, satu tempat air mendidih atau steril yang berisi

kapas bulat untuk membersihkan bedak pada sarung

tangan)

- Sepasang sarung tangan steril/DTT

- Tabung suntik (3 cc) dan jarum suntik dengan panjang 2,5

- 4 cm (nomor 22): 1 buah

- Trokar yang mempunyai tanda untuk pemasangan implan

2 batang dengan pendorongnya

- Skalpel (pisau bedah) nomor 11

- Forsep jaringan (tambahan)

- Band aid (Tensoplast) atau kasa steril dengan plester

295
- Kasa dan kasa pembalut (verban)

- Epinefrin untuk syok anafilaktik (harus selalu tersedia

untuk keadaan darurat)

3) Prosedur Pemasangan:

 Langkah 1. Periksa untuk memastikan klien sudah mencuci

seluruh lengan dengan sabun dan air serta membilasnya.

Pastikan tidak terdapat sisa sabun

 Langkah 2. Bantu klien berbaring di meja periksa. Lengan

harus disangga dengan baik dan dapat digerakkan lurus atau

sedikit bengkok dengan posisi yang memudahkan untuk

pemasangan dan nyaman untuk klien.

 Langkah 3. Petugas mencuci tangan dan memakai sarung

tangan dekatkan alat

 Langkah 4. Letakkan kain bersih yang kering di bawah

lengan klien.

 Langkah 5. Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm

di atas lipatan siku, gunakan pola (template) dan spidol untuk

menandai tempat insisi yang akan dibuat dan pada setiap

ujung atas batang implan

 Langkah 6. Usap tempat insisi dengan larutan antiseptik

sebanyak dua kali. Bila memakai iodofor (misalnya Betadine)

biarkan kering kurang lebih 2 menit sebelum memulai

tindakan. Iodofor memerlukan waktu 2 menit untuk

296
melepaskan Iodin bebas. Hapus antiseptik yang berlebihan

hanya bila tanda yang sudah dibuat tidak terlihat.

 Langkah 7. Bila ada, gunakan kain penutup (doek) yang

mempunyai lubang untuk menutupi lengan.)

 Langkah 8. Pemeberian anasthesi local

 Langkah 9. Pemasangan implant 2 kapsul

 Langkah 10. Setelah pemasangan implant

 Langkah 11. Setelah pemasangan, periksa perdarahan dan

tutup luka insisi dengan band aid.

 Langkah 12. Membereskan alat dan petugas cuci tangan

 Langkah 13. Buat catatan pada rekam medik tempat

pemasangan batang implan dan kejadian tidak umum yang

mungkin terjadi selama pemasangan

 Langkah 14. Beri petunjuk untuk perawatan luka insisi

setelah pemasangan dan buat jadwal kunjungan ulang kalau

diperlukan.

 Langkah 15. Observasi ibu sekitar 15 sampai 20 menit,

periksa lagi apakah ada perdarahan dari luka insisi dan

tanyakan apa yang dirasakan

1. Evaluasi

a) Ibu senang dengan hasil pemeriksaan yang normal

b) Ibu mengerti penjelasan yang diberikan tentang metode

297
kontrasepsi yang cocok umtuk ibu menyusui

c) Ibu paham metode implant dan merasa lebih yakin untuk

menggunakan implant

d) Ibu layak untuk mengikuti metode implant

e) Implant sudah terpasang

f) Ibu akan Kembali 3 hari lagi, jika ada keluhan sebelum 3 hari

ibu akan Kembali.

C. Pembahasan

Pada study kasus continue of care (COC) ini membahas tentang kesenjangan

antara teori dengan hasil dari asuhan kebidanan komperhensif yang telah

penulis lakukan mulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, neonatus,

nifas dan pelayanan kontrasepsi pada Ny. FB di UPTD Puskesmas Ainiba

kontak pertama dimulai sejak 08 September 2023 yaitu sejak masa kehamilan

09 minggu dengan pembahasan meliputi:

1) Asuhan Kebidanan Kehamilan

Antenatal care atau pelayanan antenatal merupakan pemeriksaan

kehamilan yang dilakukan secara berkala untuk memastikan kesehatan ibu

dan janin, serta mendeteksi dini adanya risiko atau komplikasi selama

kehamilan. Pada kontak pertama dengan tenaga kesehatan, pelayanan

antenatal yang diberikan meliputi: Pemeriksaan Awal: anamnesis lengkap

(riwayat kesehatan, riwayat kehamilan/persalinan sebelumnya, dan

keluhan). Hari pertama haid terakhir sangat penting ditanyakan untuk

mengetahui lebih pasti usia kehamilan ibu dan taksiran persalinan. Maka

298
dapat dijabarkan tafsiran tanggal persalinan memakai rumus Neagle yaitu

hari +7, bulan -3, dan tahun +1 (Irmawati, 2017). Pada kasus Ny. FB

mengatakan hari pertama haid terakhir pada tanggal 09 Juli 2023, dan

diperkirakan tafsiran persalinan pada tanggal 14 April 2024 Sehingga tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, karena Ny.FB dapat

memberikan keterangan yang jelas mengenai hari pertama haid terakhir

sehingga memudahkan untuk memperkirakan tafsiran persalinan.

pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu hamil saat kontak pertama

dengan tenaga kesehatan, lengkap dengan kutipan dari sumber terbaru.

Standar pelayanan ANC berdasarkan Permenkes 21 tahun 2021

meliputi: Pengukuran berat badan dan tinggi badan; Pengukuran berat

badan merupakan salah satu komponen penting dalam menilai status gizi

seseorang. Pengukuran Tinggi Badan:Pengukuran tinggi badan juga penting

dalam menilai status gizi seseorang. Tinggi badan dapat digunakan untuk

menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT), yang merupakan indikator untuk

menentukan status gizi. Dari hasil pengukuran BB Ny. FB selama

kehamilan mengalami kenaikan BB 10 kg dengan IMT 19.

Pedoman Nasional Pangan Bayi dan Anak (2018) dari Kementerian

Kesehatan RI juga menyebutkan: "Kenaikan berat badan selama kehamilan

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berat badan sebelum hamil, status

gizi ibu, usia kehamilan, dan jumlah janin yang dikandung. Untuk

kehamilan tunggal, kenaikan berat badan normal berkisar antara 10-16 kg."

Sehingga tidak terdapat kesenjangan teori dan kasus yang terjadi.

Pengukuran tekanan darah; Pengukuran Tekanan Darah pada Ibu Hamil:

Pengukuran tekanan darah merupakan salah satu pemeriksaan rutin yang

299
penting dilakukan pada setiap kunjungan antenatal ibu hamil. Hal ini

bertujuan untuk mendeteksi dini adanya hipertensi atau preeklampsia yang

dapat membahayakan kehamilan. Tekanan darah normal pada ibu hamil

adalah <140/90 mmHg.

Pemeriksaan tekanan darah rutin sangat penting untuk mendeteksi

hipertensi gestasional dan mengendalikan hipertensi dalam kehamilan

(Swagati, 2023). Dalam kunjungan Ny. FB dari triwulan 1 sampai triwulan

3 hasil penukuran darah tidak mencapai 140/90mmHg sehingga tida

terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. Pengukuran lingkar lengan atas

(LiLA); Pengukuran LiLA merupakan salah satu metode skrining untuk

mendeteksi risiko kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil. Pengukuran

LiLA dilakukan dengan mengukur lingkar lengan atas bagian tengah

menggunakan pita LiLA. Jika ukuran LILA kurang dari 23,5 cm maka

interpretasinya adalah kurang Energi Kronis (KEK) (Jenni Mandang, 2016).

Berdasarkan kunjungan Ny. FB pada kunjungan 1 dan kunjungan 5,

hasil pengukuran lila ibu hamil dibawah 23,5cm namun setelah diintervensi

lila ibu hamil mengalami perubahan pada kunjungan 6 dan kunjungan ke 7

yaitu > 23,5 cm. sehingga tidak terdapat kesejangan kasus dan teori .

Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri); Kutipan dari Pedoman

Pelayanan Antenatal Terpadu Edisi Kedua (2010) Kementerian Kesehatan

RI: "Pengukuran tinggi fundus uteri perlu dilakukan pada setiap kunjungan

antenatal untuk memantau pertumbuhan janin, menentukan usia kehamilan,

dan mendeteksi adanya kelainan letak janin atau kemungkinan kehamilan

ganda."Pengukuran tinggi fundus uteri secara rutin dan tepat sangat penting

dalam pemantauan kehamilan, sehingga jika ditemukan kelainan, dapat

300
dilakukan penanganan atau rujukan yang tepat untuk memastikan kesehatan

ibu dan janin. Metode Pengukuran Pengukuran TFU dilakukan dengan

menggunakan pita pengukur atau menggunakan telapak tangan (jari-jari

tangan direntangkan). Pita ukur harus diletakkan dari tulang kemaluan

(simfisis pubis) hingga bagian atas perut (fundus uteri). Dari hasil

kunjungan Ny. FB pengukuran TFU sudah sesuai TFU dengan usia

kehamilan sehingga tidak terjadi kesenjangan.

Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin; Presentasi janin

mengacu pada bagian tubuh janin yang terletak di bagian bawah rahim dan

merupakan faktor penting dalam keberhasilan persalinan.. Deteksi dini

presentasi janin yang tidak normal sangat penting untuk menghindari

komplikasi selama persalinan.. Menurut penelitian terbaru, ultrasonografi

telah menjadi metode standar untuk menentukan presentasi janin secara

akurat (Weldner, 2021). Selain itu, palpasi abdominal juga dapat digunakan

untuk memperkirakan presentasi janin, terutama di daerah dengan sumber

daya terbatas (Hofmeyr & Hodnett, 2013). Pada Ny. FB sejak kunjungan 1

sampai kunjungan 8 tidak ditemui kelainan letak, presentase janin sesuai

dengan penelitian, presentasi kepala terjadi pada sekitar 95-97% kehamilan

cukup bulan (Cunningham et al., 2014; Nghia et al., 2020) sehingga tidak

didapat kesenjangan antara kasus dan teori.

Pada penentuan Denyut jantung janin (DJJ) merupakan indikator utama

kesehatan janin selama kehamilan dan persalinan. Denyut jantung janin

yang normal berada dalam rentang 110-160 kali per menit (bpm) (ACOG,

2020). Metode yang digunakan antara lain: Kardiotokografi (CTG) CTG

adalah metode standar untuk memantau DJJ dan aktivitas kontraksi rahim

301
secara bersamaan. CTG menggunakan dua transduser, satu untuk mengukur

DJJ dan satu lagi untuk memantau kontraksi rahim (Reinhard et al., 2022),

Doppler Gelombang Kontinu Penggunaan Doppler gelombang kontinu

adalah metode non-invasif untuk mendeteksi DJJ dengan menggunakan

efek Doppler. Ini sering digunakan di fasilitas dengan sumber daya terbatas

(Reinhard et al., 2022) dan Fetoskop Pinard Fetoskop Pinard adalah alat

sederhana berupa stetoskop yang didesain khusus untuk mendengarkan DJJ.

Meskipun kurang akurat dibandingkan metode lain, fetoskop Pinard masih

digunakan di beberapa daerah dengan sumber daya terbatas (Hofmeyr &

Hodnett, 2013). Pada kasus Ny. FB selama kunjungan dilakukan penentuan

denyut jantung janin dengan menggunakan metode Doppler Gelombang

Kontinu dan hasil nya berkisaran pada nilai normal sehingga tidak terjadi

kesenjangan antara teori dan kasus.

Pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi; Pada saat kontak

pertama, ibu hamil diskrining status imunisai TT-nya. Pemberian imunisasi

TT pada ibu hamil sesuai dengan status imunisasi ibu saat ini imunisasi TT

dikatakan lengkap apabila sudah mendapatkan 5 kali suntikan dalam jangka

waktu yang telah ditentukan (Naomy Marie, 2016). Berdasarkan hasil

anmnesa diketahui Ny. FB telah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 4 kali

suntikan yang terakhir dilakukan pada tahun 2023. sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dengan kasus.

Pemberian tablet tambah darah minimal 90 (sembilan puluh) tablet Jadi,

tujuan utama pemberian tablet tambah darah adalah untuk mencegah dan

mengatasi anemia defisiensi zat besi pada ibu hamil, dengan dosis yang

direkomendasikan berkisar antara 30-120 mg zat besi elemental per hari,

302
tergantung pada risiko anemia ibu. Menurut panduan terbaru dari

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2022), dosis suplemen zat besi yang

direkomendasikan selama kehamilan adalah: ntuk ibu hamil dengan risiko

anemia rendah: 30-60 mg zat besi elemental per hari, untuk ibu hamil

dengan risiko anemia tinggi (misalnya, anemia sebelumnya, kehamilan

multipel, jarak kehamilan dekat): 60-120 mg zat besi elemental per hari.

Pada kasus Ny. FB sejak kunjungan pertama sudah mendapatkan tablet

tambah darah sampai dengan kunjungan ke 8, sehingga tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan kasus dan ini dibuktikan dengan HB Ny. FB >

11gr/dl.

Tes laboratorium; pemeriksaan penunjang pada ibu hamil yang

dilakukan di puskesmas adalah: pemeriksaan golongan darah, HB, Triple

eliminasi (Sifilis, HBSag, HIV) dan DDR pada daerah endemis malaria.

Pada kasus Ny, FB semua pemeriksaan laboratorium dilakukan

Tata laksana/penanganan kasus; Setiap kelainan yang ditemukan pada

ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga

kesehatan. Kasus Ny. FB pada kunjungan 1 ditemukan keluhan mual

muntah berasal dari perubahan hormonal, faktor psikologis, genetik, nutrisi,

dan metabolik. Perubahan hormonal Peningkatan kadar hormon

kehamilan, seperti human chorionic gonadotropin (hCG) dan estrogen,

dapat menyebabkan mual dan muntah pada awal kehamilan (Lacroix et al.,

2021). Faktor psikologis Stres, kecemasan, dan perubahan suasana hati

dapat memperburuk gejala mual dan muntah selama kehamilan (Jarvis &

Nelson-Piercy, 2022). Faktor genetik Wanita dengan riwayat keluarga mual

dan muntah selama kehamilan memiliki risiko lebih tinggi untuk

303
mengalami gejala tersebut (Jarvis & Nelson-Piercy, 2022). Faktor nutrisi

Defisiensi vitamin B6, zinc, dan magnesium dapat berkontribusi terhadap

mual dan muntah pada kehamilan (Jarvis & Nelson-Piercy, 2022). Faktor

metabolik Perubahan metabolisme tubuh, seperti peningkatan kadar asam

lambung dan penurunan motilitas lambung, dapat menyebabkan mual dan

muntah (Lacroix et al., 2021).

Identifikasi penyebab yang spesifik dapat membantu penanganan yang

tepat untuk mengurangi gejala tersebut. Selain penanganan farmakologi,

Ny. FB juga mendapatkan penanganan nonfarmakologi yaitu Akupresur

memberikan rangsangan dengan menggunakan jari pada titik-titik meridian

tubuh yang bertujuan untuk mempengaruhi organ tubuh tertentu dengan

merangsang aliran energi tubuh (Sari dan Hindratni, 2022, hal: 35). Manfaat

akupresur yaitu untuk membantu pengelolaan stress dan meningkatkan

relaksasi. Penekanan dilakukan secara perlahan-lahan sampai ditemukan

titik meridian yaitu kondisi dimana tubuh merasakan tidak nyaman, nyeri,

pegal, panas dan gatal. Memberikan penekanan pada titik accupoint

meridian kandung kemih dan meridian du di punggung akan menstimulasi

sel saraf sensorik disekitar titik akupresur kemudian diteruskan ke medula

spinalis, mesensefalon dan komplek pituitari hipothalamus yang ketiganya

dirangsang untuk melepaskan hormon endorphin yang dapat memberikan

rasa rileks. Dengan adanya hormon endorpin tubuh akan merasa rileks.

Manfaat akupresur merupakan terapi dengan prinsip healing touch yang

lebih menunjukan prilaku caring pada responden, sehingga dapat

memberikan perasaan tenang, nyaman, perasaan yang lebih diperhatikan

304
yang dapat mendekatkan hubungan terapeutik antara peneliti dan responden

(Sari dan Hindratni, 2022, hal: 35).

Teknik pijat akupresur adalah turunan dari ilmu akupunktur. Adapun

tekniknya yaitu: Terletak pada titik neiguan, stimulasi titik Neiguan ini

dilakukan pada posisi telapak tangan menghadap ke atas lemaskan bahu dan

tarik nafas panjang. Titik ini berada pada garis tengah lengan bawah, dua

ibu jari menuju siku dari lipatan pergelangan tangan. Titik ini berlokasi

diantara tendon yaitu tlexor carpi radialis dan otot palmaris longus, kira-kira

3 jari diatas lipatan tangan. Usap melingkar titik tekan dengan kuat namun

lembut. Mual yang dirasakan mungkin akan berkurang, dengan waktu

kurang lebih 3-5 menit. Ketuk kedua pergelangan tangan di titik tekanannya

dengan lembut. Mengetuk pergelangan tangan beberapa kali secara cepat

dan sambil tarik nafas panjang. Lakukan gerakan ini sampai sekiranya

merasa lebih nyaman Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan

pijat akupresur menurut Sobari, 2020: Pertamakali yang harus diperhatikan

adalah kondisi umum si penderita. Pijat akupresur tidak boleh dilakukan

terhadap orang yang: dalam keadaan yang terlalu lapar, dalam keadaan

terlalu kenyang. dalam keadaan terlalu emosional (marah, sedih, khawatir).

Selain kondisi penderita, ruangan untuk terapi akupresur pun harus

diperhatikan: suhu ruangan jangan terlalu panas atau terlalu dingin.

Sirkulasi udara baik, tidak terlalu pengap dan tidak melakukan pemijatan di

ruang berasap. Terapi bisa dilakukan dalam posisi duduk atau berbaring

dengan tenang, tidak dalam keadaan tegang. Pada kunjungan ke 6 Ny. FB

pada pemeriksaan fisik ditemukan lila 23 cm yang menyatakan Ny. FB

305
KEK. Penanganan pada Ny. FB, KIE makanan bergizi dan kolaborasi

dengan dokter Asuhan Kebidanan Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)

yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan

lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan

sendiri). Proses ini dimulai dari kontraksi uterus dan terjadi dilatasi serta

penipisan leher rahim (serviks) sehingga janin dapat turun ke jalan lahir dan

akhirnya dilahirkan (Manuaba, 2010). Terdapat beberapa jenis persalinan,

antara lain: Persalinan Spontan Persalinan ini terjadi secara alami tanpa

adanya intervensi, melalui tenaga ibu sendiri dengan atau tanpa amniotomi

(perobekan ketuban) (Oxorn & Foote, 2010). Persalinan Buatan Persalinan

buatan adalah persalinan yang terjadi karena adanya intervensi medis,

seperti induksi persalinan atau sectio caesarea (Wiknjosastro, 2010).

Persalinan Preterm Persalinan ini terjadi pada kehamilan kurang dari 37

minggu (Oxorn & Foote, 2010). Persalinan Postterm Persalinan yang terjadi

pada kehamilan lebih dari 42 minggu (Wiknjosastro, 2010). Persalinan

dengan Tindakan Persalinan ini memerlukan tindakan seperti ekstraksi

vakum, ekstraksi forseps, atau sectio caesarea (Oxorn & Foote, 2010).

Persalinan sectio caesarea merupakan persalinan buatan yang dilakukan

dengan cara melakukan insisi pada dinding perut dan dinding rahim untuk

mengeluarkan janin. Prosedur ini dilakukan dengan berbagai indikasi,

antara lain: Disproporsi Sefalopelvik Kondisi ini terjadi ketika terdapat

ketidaksesuaian antara ukuran kepala janin dengan panggul ibu, sehingga

persalinan pervaginam sangat berisiko bagi ibu dan janin (Cunningham et

al., 2022). Gawat Janin Tanda-tanda gawat janin seperti denyut jantung

306
janin abnormal, mekonium kental, dapat menjadi indikasi untuk melakukan

SC demi keselamatan janin (Cunningham et al., 2022). Plasenta Previa

Plasenta yang menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir menjadi indikasi

dilakukannya SC untuk mencegah perdarahan hebat (Cunningham et al.,

2022). Menurut pedoman dari American College of Obstetricians and

Gynecologists (ACOG, 2020), penatalaksanaan TBC pada kehamilan juga

mencakup:"Pertimbangan kelahiran caesar jika terdapat risiko penularan

TBC aktif saat persalinan, serta pemberian ASI dengan pengawasan ketat

jika ibu mendapat pengobatan TBC yang adekuat

Pada kasus Ny. FB tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus. Ny.

FB persalinan tindakan Sectio Caesar. Tindakan yang dilakukan di

puskesmas adalah tindakan pra rujukan yaitu: Bidan yang akan merujuk,

Alat dan bahan yang dibawa pada saat merujuk, Keluarga yang

mendampingi ibu adalah suami dan saudaranya, Surat rujuksn ysng ditulis

oleh dokter puskesmas, buku KIA dan hasil pemeriksaan USG, Obat-obatan

yang dibawa oksitosin, cairan infus, Kendaraan yang dipakai adalah

ambulance, Uang sudah disiapkan berupa tubulin, Darah sudah disiapkan 2

orang saudara yang mempunyai golongan darah yang sama dengan ibu. Ny.

FB dirujuk ke RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD atas permintaan sendiri,

sehingga terjadi kesenjangan antara teori dan kasus.

2) Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Bayi yang dilahirkan melalui sectio caesarea memiliki risiko tertentu

yang perlu diperhatikan. Namun, pada umumnya ciri-ciri bayi baru lahir

normal tetap sama, baik dilahirkan secara pervaginam maupun sectio

caesarea. Ciri-ciri bayi baru lahir normal: Berat Badan Berat badan normal

307
bayi baru lahir adalah 2500-4000 gram (Kliegman et al., 2020). Panjang

Badan Panjang badan normal bayi baru lahir berkisar 48-53 cm (Kliegman

et al., 2020). Lingkar Kepala Lingkar kepala normal bayi baru lahir adalah

33-35 cm (Kliegman et al., 2020). Kulit Kulit bayi baru lahir normal

berwarna kemerahan, berkilau, dan tidak kering (Kliegman et al., 2020).

Refleks Bayi baru lahir normal memiliki beberapa refleks seperti refleks

mengisap, mencari, dan menggenggam (Kliegman et al., 2020). Tanda-

tanda Vital Tanda-tanda vital bayi baru lahir normal adalah denyut jantung

120-160 kali/menit, pernapasan 30-60 kali/menit, dan suhu tubuh 36,5-

37,5°C (Kliegman et al., 2020). Meskipun demikian, bayi yang dilahirkan

secara sectio caesarea memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah

pernapasan, hipoglikemia, dan gangguan suhu tubuh (Chu et al., 2021).

Oleh karena itu, pemantauan yang lebih ketat diperlukan pada bayi yang

dilahirkan secara sectio caesarea. Pada kasus by. Ny. FB yang lahir dengan

tindakan Sectio Caesar sehingga tindakan perawatab bayi baru lahir di

lakukan di rumah sakit.

Pemberian Profilaksis Isoniazid "Bayi yang terpapar TBC dari ibu

mereka harus menerima profilaksis isoniazid selama 6 bulan, kecuali jika

ada bukti infeksi TBC aktif. Profilaksis ini dapat mencegah perkembangan

penyakit TBC." (World Health Organization, 2018). Pada kasus bayi Ny.

FB terjadi kesenjangan kasus dan teori karena bayi Ny. FB tidak

mendapatkan profilaksis isoniazid

Pelayanan Kesehatan bayi baru lahir menurut Permenkes 21 tahun

2021 paling sedikit 3 kali meliputi: 1 (satu) kali pada periode 6 (enam) jam

sampai dengan 2 (dua) hari pascapersalinan; 1 (satu) kali pada periode 3

308
(tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari pascapersalinan; dan 1 (satu) kali

pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh delapan) hari

pascapersalinan. Pada by.Ny. FB dilakukan kunjungan rumah. Pada

kunjungan 1 (periode kunjungan nifas ke 2) usia bayi 4 hari, data subyektif:

ibu mengatakan bayi lahir dengan selamat pada tanggal 04-04-2024 sore,

melalui cara operasi, bayi sering menangis karena basah dan saat ini bayi

diberi tambahan susu formula karena sejak di RSUD bayi sudah diberi susu

formula selain ibu cemas jika ASI tidak cukup sehingga ibu melanjutkan

memberikan susu formula selain ASI. Data Obyektif: keadaan umum;

semua pemeriksaan dalam batas normal. Masalah: Bayi mendapatkan

tambahan susu formula. Hal ini membuat kesenjangan antara teori dan

kasus karena pada bayi baru lahir Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi

terbaik bagi bayi baru lahir. ASI mengandung zat gizi yang sesuai dengan

kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal

(WHO, 2021). Selain itu, ASI juga mengandung antibodi yang membantu

melindungi bayi dari infeksi (Victora et al., 2016). Inisiasi menyusu dini

(IMD) dalam satu jam pertama setelah kelahiran sangat penting untuk

merangsang produksi ASI dan membantu bayi mendapatkan kolostrum

yang kaya akan zat kekebalan tubuh (UNICEF, 2021). Setelah IMD,

pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan tanpa

tambahan makanan atau minuman lain sangat direkomendasikan

(Kemenkes RI, 2020).

Jika ibu mengalami kesulitan menyusui atau terpisah dari bayinya,

relaktasi dapat dilakukan untuk memulai kembali produksi ASI. Relaktasi

adalah proses menstimulasi kembali produksi ASI setelah berhenti

309
menyusui (Balogun et al., 2021). Beberapa cara relaktasi yang efektif

adalah (Patel et al., 2019): asuhan yang diberikan pada by.ny EL ada

perbaikan posisi dan perlekatan, KIE pada ibu untuk menghentikan

pemberian susu formula dan melanjutkan untuk memberi ASI saja sampai

bayi berusia 6 bulan. Pada kunjungan ke 2 dan ketiga by. ny, EL tidak ada

keluhan yang signifikan dan pada pemeriksaan bayi dalam batas normal

selain itu bayi hanya diberi ASI saja. Berat badan bayi naik 500gram

3) Asuhan Kebidanan Nifas

Pelayanan Kesehatan bagi ibu berdasarkan Permenkes 21 tahun 2021

dilakukan paling sedikit 4 kali yang meliputi: 1 kali pada 6 jam-2 hari pasca

persalinan (KF1), 3 hari-7 hari pasca persalinan (KF 2), 1 kali pada 8 hari-

28 hari pasca persalinan (KF 3) dan 1 kali pada 29 hari-42 hari pasca

persalinan (KF 4). Pada kasus Ny. FB kunjungan nifas 1 dilakukan di

rumah sakit dengan perawatan ibu nifas pasca Sectio Caesar. Kunjungan

rumah pada Ny. FB dilakukan sesuai dengan distribusi waktu KF 2- KF 4.

Kebutuhan Ny. FB pada saat kunjungan adalah perawatan luka post

SC dengan tehnik kering sampai luka sembuh. Pada kasusu Ny. FB

ditemukan ibu memberikan susu formula karena merasa cemas jika ASInya

tidak cukup untuk ebutuhan bayi sehinga penangan yang diberikan adalah

KIE manfaat ASI saja dengan mendukung ibu untuk hanya memberikan

ASI saja dan menghentikan pemberian susu formula. Selain itu dilakukan

pijat oksitosin pada Ny. FB untuk memberi manfaat Meningkatkan

produksi ASI "Pijat oksitosin dapat meningkatkan kadar hormon prolaktin

dan oksitosin yang berperan dalam produksi dan pengeluaran ASI."

(Susanti et al., 2022). Selain itu dilakukan hipnobreatsfeeding yang sangat

310
bermanfaat untuk: mengurangi stres dan kecemasan "Hipnobreastfeeding

terbukti dapat mengurangi tingkat stres dan kecemasan ibu saat menyusui,

terutama bagi ibu baru yang masih beradaptasi dengan proses menyusui."

(Kurniasari, 2020) selain itu Meningkatkan produksi ASI

"Hipnobreastfeeding dapat meningkatkan produksi ASI dengan merelaksasi

pikiran dan tubuh ibu sehingga menstimulasi pelepasan hormon prolaktin

dan oksitosin yang berperan dalam produksi ASI." (Mambor &

Suryadarma, 2016) dan mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan saat

menyusui "Dengan menggunakan teknik relaksasi, hipnobreastfeeding

dapat mengurangi rasa sakit atau ketidaknyamanan yang sering dialami ibu

saat menyusui, seperti puting lecet atau pembengkakan payudara." (Jayanti

& Widyawati, 2019).

Menganjurkan pada ibu dengan TB paru harus menggunakan masker

selama menyusui dan setiap kali berinteraksi dengan bayi dalam jarak

dekat." (Dhingra et al., 2022) selain itu sebaiknya dikombinasikan dengan

tindakan pencegahan lain seperti ventilasi udara yang baik dan pemberian

profilaksis TB pada bayi." (Knapper et al., 2020).

Pada kunjungan nifas tidak di temukan tanda-tanda infeksi, involusio

uteri berjalan normal. Involusi uteri merupakan proses penyusutan uterus

kembali ke ukuran semula seperti sebelum hamil. Proses ini terjadi secara

bertahap dan melibatkan kontraksi otot-otot uterus serta penurunan

vaskularisasi. Involusi uteri yang normal berlangsung sebagai berikut:

segera setelah persalinan, uterus mengalami kontraksi yang menyebabkan

uterus menjadi bundar dan keras (globular dan keras),pada hari ke-6 pasca

persalinan, tinggi fundus uteri kira-kira setinggi pusat. Pada akhir minggu

311
ke-2 pasca persalinan, tinggi fundus uteri kira-kira setinggi pinggul dan

setelah 6 minggu pasca persalinan, uterus telah kembali pada ukuran normal

dan berada di dalam rongga panggul (Cunningham et al., 2022). Hal

involusio normal berjalan sesuai pada kasus Ny. FB sehingga tidak terjadi

kesenjangan antara kasus dan teori

Pada kasus Ny. FB pengeluaran lochea berjalan sesuai tahapan waktu

pengeluran. Lochea adalah cairan vagina yang dikeluarkan selama masa

nifas. Pengeluaran lochea normal terjadi dalam beberapa tahap: lochea

rubra (hari ke-1 hingga ke-3 pasca persalinan): berwarna merah tua karena

adanya bekuan darah dan sisa jaringan plasenta. lochea sanguinolenta (hari

ke-4 hingga ke-7): berwarna merah muda karena merupakan campuran

darah dan lendir serviks, lochea serosa (hari ke-8 hingga ke-14): berwarna

kuning atau kecokelatan karena mengandung serum, sel darah putih, dan

sisa jaringan desidua, lochea alba (setelah 2 minggu): berwarna putih

karena hanya mengandung sel-sel epitel dan bakteri vagina (Berghella et

al., 2022), sehingga tidak terjadi kesenjangan teori dan kasus .

4) Asuhan Kebidanan KB

Pada kunjungan terakhir masa nifas menjelaskan pada ibu Penggunaan

kontrasepsi pasca persalinan atau Post-Partum Contraception (PPC) penting

untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan memberikan jarak

kelahiran yang optimal. Terdapat beberapa metode kontrasepsi yang dapat

digunakan pasca persalinan, seperti: Metode Amenore Laktasi (MAL),

Kontrasepsi Hormonal (pil, suntik, implant)Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

(AKDR), Metode Kalender, Metode Barier (kondom) pada kasus ini Ny. FB

memilih untuk mengikuti metode implant. Pada tanggal 20 Mei 2024, Ny.
312
FB dinyatak untuk mengikuti metode kontrasepsi implant dan melakukan

pemasangan di UPTD Puskesmas Ainiba.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Asuhan kebidanan komperhensif pada Ny. FB telah dilakukan mulai dari

masa kehamilan dengan usia kehamilan 9 minggu 4 hari sampai dengan menjadi

akseptor KB

1. Pengumpulan data subjektif Ny. FB mulai dari hamil, bersalin, bayi

baru lahir, neonatus dan masa nifas telah dilaksanakan dan tidak

terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus.

2. Pengkajian data objektif Ny. FB mulai dari hamil, bersalin, bayi

baru lahir, neonatus dan masa nifas telah dilaksanakan tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan kasus.

313
3. Analisa data yang didapatkan sesuai dengan asuhan yang diberikan

sehingga bisa dijadikan sebagai penegak diagnosa. Sehingga tidak

ditemukan adanya kesenjangan

4. Penatalaksanaan asuhan kebidanan komperhensif telah dilakukan

sesuai dengan kebutuhan Ny. FB sehingga tidak ditemukan adanya

kesenjangan antara teori dan kasus.

5. Pendokumentasian asuhan kebidanan komperhensif telah

dilaksanakan sesuai dengan langkah Varney dan SOAP.

2. SARAN
1. Bagi Penulis

Diharapkan dapat terus menerapkan asuhan kebidanan secara komperhensif

dalam melakukan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang bidan.

2. Bagi Lahan Praktik

Diharapkan Puskesmas Gunung Tabur dapat meningkatkan kualitas

pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), khususnya dalam memberikan

informasi tentang perubahan fisiologis dan asuhan yang diberikan pada ibu

hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan pelayanan kontrasepsi dalam

batasan Continuity of Care.

3. Bagi Institusi

Diharapkan institusi dapat menerapkan pendidikan asuhan kebidanan secara

Continuity of Care dengan tepat dalam proses belajar mengajar dan

memperbaiki praktik pembelajaran menjadi efektif dan efisien.

314
DAFTAR PUSTAKA
Nuraini, L., & Israwati, R. (2019). Kejadian Keputihan pada Ibu Hamil di
Puskesmas Kampus Universitas Esa Unggul. Jurnal Kebidanan, 9(2), 145-150.

Suryati, S. (2019). Hubungan Usia dan Kehamilan dengan Kejadian Keputihan


pada Ibu Hamil di Puskesmas Pembantu Kelurahan Utan Kayu Jakarta Timur. Jurnal
Ilmiah Kebidanan Indonesia, 9(3), 137-144.

Wiastri, R., Lestari, H., & Sari, E. P. (2021). Hubungan Keputihan dengan Kejadian
Ketuban Pecah Dini pada Ibu Hamil. Jurnal Kebidanan Malahayati, 7(1), 85-93.

Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta: Kemenkes


RI. Manuaba, I.B.G., Manuaba, I.A.C., & Manuaba, I.B.G.F. (2012). Pengantar Kuliah
Obstetri. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Saifuddin, A.B. (2014). Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta: Bina
Pustaka.

315
Sarwono, P. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Sukarni, I. & Margareth, Z.H. (2013). Kehamilan, Persalinan, dan Nifas.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Dhingra, V., Kaur, S., Aggarwal, N., & Goyal, D. (2022). Tuberculosis in
Pregnancy. Indian Journal of Tuberculosis, 69(1), 44-52.

Knapper, C., Chan, O., & Sie, S. (2020). Management of tuberculosis during
pregnancy and lactation. Current Opinion in Infectious Diseases, 33(3), 243-249.

Mathad, J. S., & Gupta, A. (2017). Tuberculosis in Pregnant and Postpartum


Women: Epidemiology, Management, and Research Gaps. Clinical Infectious Diseases,
65(11), 1923-1933.

Balogun, O. O., Dagvadorj, A., & Yourkavitch, J. (2021). Relactation: A


systematic review and meta-analysis of prevalence, associated factors, and outcomes.
Maternal & Child Nutrition, e13182.

Sumber: Hamranani, S. S., & Nugraheni, F. S. (2022). Efektivitas


hipnobreastfeeding terhadap produksi ASI ibu postpartum. Jurnal Kebidanan, 12(1), 24-31.

Iswari, N. M. D. P., Widyawati, M. N., & Suryani, N. N. (2021). Efektivitas hipnoterapi


terhadap penurunan nyeri pasca bedah seksio sesarea. Jurnal Kebidanan, 11(1), 33-41.

Lestari, U. P., Sulistyawati, S., & Rahmawati, N. A. (2021). Pengaruh


hipnobreastfeeding terhadap produksi ASI pada ibu postpartum. Jurnal Kebidanan, 11(2),
153-160.

Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pengelolaan Air Susu Ibu di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI.

Patel, P., Ansari, I., & Sadasivam, B. (2019). Relactation: A programmatic


approach and case reports from India. Indian Pediatrics, 56(8), 671-674.

UNICEF. (2021). Breastfeeding. Retrieved from


https://www.unicef.org/nutrition/breastfeeding

Victora, C. G., Bahl, R., Barros, A. J., França, G. V., Horton, S., Krasevec, J., ... &
Rollins, N. C. (2016). Breastfeeding in the 21st century: Epidemiology, mechanisms, and
life

Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pengelolaan Air Susu Ibu di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI.

316
Ma, Y., Wallace, L. L., & Qiu, L. Q. (2022). Effects of postnatal home visits on
rates and duration of exclusive breastfeeding: A systematic review and meta-analysis.
International Breastfeeding Journal, 17(1), 1-13.

Żelaźniewicz, A., Pawłowski, B., & Arendt-Dziurdzikowska, S. (2022). The


association between maternal breastfeeding difficulties and breastfeeding duration is
mediated by maternal distress. Midwifery, 104, 103197.

Fitri, A., Agustini, N., & Nisa, K. (2022). Efektivitas aromaterapi lavender terhadap
penurunan nyeri luka operasi pascabedah seksio sesarea. Jurnal Kesehatan, 13(1), 76-84.

Rahayu, D. T., Mardiyanti, I., & Yunitasari, E. (2022). Risk factors for postpartum
hemorrhage in cesarean section deliveries. Jurnal Ners, 17(2), 157-163.

Sari, D. N. I., Lipoeto, N. I., & Lubis, Z. (2021). Urinary retention and its
management in post-cesarean section patients. Journal of Maternal and Child Health, 6(6),
645-653.

Sulistyowati, S., Rokhanawati, D., & Mufdlilah, M. (2021). Surgical site infection
in post-cesarean section patients: A systematic review. International Journal of Nursing and
Health Services (IJNHS), 4(3), 377-387.

Sumber: Hariyanti, T., Kurniyati, E. M., & Nastiti, A. A. (2022). The effect of
early mobilization on the risk of deep vein thrombosis in post-cesarean section patients.
Jurnal Ners, 17(1), 38-43.

Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas


Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI.

Rahayu, D. T., Mardiyanti, I., & Yunitasari, E. (2022). Risk factors for postpartum
hemorrhage in cesarean section deliveries. Jurnal Ners, 17(2), 157-163.

Sari, D. N. I., Lipoeto, N. I., & Lubis, Z. (2021). Urinary retention and its
management in post-cesarean section patients. Journal of Maternal and Child Health, 6(6),
645-653.

Sulistyowati, S., Rokhanawati, D., & Mufdlilah, M. (2021). Surgical site infection
in post-cesarean section patients: A systematic review. International Journal of Nursing
and Health Services (IJNHS), 4(3), 377-387.

Teknik perawatan luka kering ini bertujuan untuk menjaga luka tetap bersih dan
kering serta mencegah kontaminasi yang dapat menyebabkan infeksi.

Sumber: Hariyanti, T., Kurniyati, E. M., & Nastiti, A. A. (2022). The effect of
early mobilization on the risk of deep vein thrombosis in post-cesarean section patients.
Jurnal Ners, 17(1), 38-43.

Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas


Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI.

317
Wulandari, R., Dewi, Y. S., & Mardhiyah, A. (2022). Pengaruh Teknik Perawatan
Luka Kering Terhadap Proses Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea. Jurnal
Keperawatan, 14(1), 57-64.

Andina, Vita. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press

Anik, M. 2015. Asuhan Ibu Nifas dan Asuhan Ibu Menyusui. In Media. Bogor

Diana, S. (2017).Model Asuhan Kebidanan. Surakarta: CV Kekata Grup.

Elisabeth Swi Walyani. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Pustakabarupress. Yogyakarta.

Fitriana ,dkk (2018). Asuhan Persalinan Konsep Persalinan Komprehensif Dalam


Ashan Kebidanan. Yogyakarta : PT.Pustaka Baru Press

Gultom, L., & Hutabarat, J. (2020). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Sidoarjo: Zifatama

Jawara.

Irianti, & dkk. (2013). Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta. CV Sagung Seto.

Irmawati, Mae. 2017. Asuhan Kebidanan Komperhensif.


http://repository.ump.ac.id/1858/7/Mae%20Irmawati%20BAB%20II.pdf (diakses 10 Maret
2030)

Jenni, M & Sandra, G. 2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan. In Media. Bogor.

Kemenkes R.I. 2016. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

Marmi. 2014. Asuhan Neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.

Meihartati, T. (2018) 1000 Hari Pertama Kehidupan. Yogyakarta: Deepublish.

Munthe, J. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Berkesinambungan (Continuity of


Care). Jakarta: Trans Info Media.

Naomy, M.T. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. In Media.
Jakarta.

318
Prawirohardjo Sarwono (2016). Buku Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Profil Kesehatan Kabupaten Belu (2022). Profil Kesehatan Kabupaten Berau S :


Dinas Kesehatan.

Sarwono.2014..Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Syaiful, Y., & Fatmawati, L. (2019). Asuhan Keperawatan Kehamilan. Surabaya: CV


Jakad Publishing.

Topo,Azkah. 2019. 60 Langkah APN.

https://www.academia.edu/9704904/60_langkah_APN (diakses 10 Maret 2030)

Trisnawati, F. (2010).Asuhan Kebidanan Panduan Lengkap Menjadi Bidan


Profesional I. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Walyani, A. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: PT. PUSTAKA


BARU.

Varney H, Kriebs JM dan Gegor C. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta:
EGC.

Walyani, E. S., & Purwoastuti, E. (2017). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Walyani, S. .., & Purwoastuti, E. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Andina, Vita. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press

Anik, M. 2015. Asuhan Ibu Nifas dan Asuhan Ibu Menyusui. In Media. Bogor

Diana, S. (2017).Model Asuhan Kebidanan. Surakarta: CV Kekata Grup.

Elisabeth Swi Walyani. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Pustakabarupress. Yogyakarta.

319
Fitriana ,dkk (2018). Asuhan Persalinan Konsep Persalinan Komprehensif Dalam
Ashan Kebidanan. Yogyakarta : PT.Pustaka Baru Press

Gultom, L., & Hutabarat, J. (2020). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Sidoarjo: Zifatama
Jawara.

Irianti, & dkk. (2013). Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta. CV Sagung Seto.

Pijat oksitosin bermanfaat untuk merangsang produksi hormon oksitosin yang


berperan dalam kontraksi uterus dan pengeluaran ASI. Teknik ini aman dan efektif untuk
membantu proses involusi uterus dan memperlancar produksi ASI.

Sumber: Aini, N., Iswarni, I., & Kusyati, E. (2021). Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap
Kontraksi Uterus pada Ibu Post Partum. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 12(1),
146-153.

Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pelayanan Kesehatan Maternal di Fasilitas Kesehatan


Rujukan. Jakarta: Kemenkes RI.

Sulistiyowati, T., & Nugraheny, E. (2022). Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Involusi
Uterus dan Produksi ASI pada Ibu Post Partum. Jurnal Keperawatan, 14(1), 101-110.

Susanti, N., Rahmawati, I., & Dian, I. P. (2022). Efektivitas Pijat Oksitosin terhadap
Peningkatan Produksi ASI pada Ibu Post Partum. Jurnal Kebidanan dan Kesehatan
Tradisional, 7(1), 1-10

Dhingra, V., Kaur, S., Aggarwal, N., & Goyal, D. (2022). Tuberculosis in Pregnancy.
Indian Journal of Tuberculosis, 69(1), 44-52. Kemenkes RI. (2021). Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Kemenkes RI.

Knapper, C., Chan, O., & Sie, S. (2020). Management of tuberculosis during
pregnancy and lactation. Current Opinion in Infectious Diseases, 33(3), 243-249.

Mathad, J. S., & Gupta, A. (2017). Tuberculosis in Pregnant and Postpartum Women:
Epidemiology, Management, and Research Gaps. Clinical Infectious Diseases, 65(11),
1923-1933.

Weldner, B. M. (2021). Ultrasound determination of fetal presentation. UpToDate.


https://www.uptodate.com/contents/ultrasound-determination-of-fetal-presentation

320
Hofmeyr, G. J., & Hodnett, E. D. (2013). Abdominal decompression in labor.
Cochrane Database of Systematic Reviews, (3).
https://doi.org/10.1002/14651858.CD008789.pub2

Ayres-de-Campos, D., Spong, C. Y., & Chandraharan, E. (2015). FIGO consensus


guidelines on intrapartum fetal monitoring: Cardiotocography. International Journal of
Gynecology & Obstetrics, 131(1), 13-24. https://doi.org/10.1016/j.ijgo.2015.06.020

Reinebrant, H. E., Piruraj, V., Rajalakshmi, R., Wahlin, A., Thakor, H., Bucher, S., ...
& Söderhäll, S. (2016). Evaluation of the REMOS fetal heart sound monitor in a simulated
delivery setting. BMC Pregnancy and Childbirth, 16(1), 1-8.
https://doi.org/10.1186/s12884-016-1074-3

ACOG (American College of Obstetricians and Gynecologists). (2020). Fetal heart


rate monitoring during labor. https://www.acog.org/clinical/clinical-guidance/practice-
bulletin/articles/2020/08/fetal-heart-rate-monitoring-during-labor

Reinhard, J., Riedl, D., Pichler, G., & Schaffer, L. (2022). Fetal heart rate monitoring
during labor: A review. Frontiers in Pediatrics, 10, 869296.
https://doi.org/10.3389/fped.2022.869296

Hofmeyr, G. J., & Hodnett, E. D. (2013). Abdominal decompression in labor.


Cochrane Database of Systematic Reviews, (3).
https://doi.org/10.1002/14651858.CD008789.pub2

Pemeriksaan Tekanan Darah Pada Ibu Hamil Sebagai Upaya Mengendalikan


Hipertensi dalam Kehamilan. (2023). SWAGATI: JOURNAL OF COMMUNITY
SERVICE – VOL.1, NO. 2, JULY 2023.

Tugas Akhir: Literature Review Hubungan Usia dan Riwayat Hipertensi dengan
Kejadian Hipertensi Gestasional pada Ibu Hamil. (2022). Index of /akasia

Sumber: Manuaba, I. B. G. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB


untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Oxorn, H., & Foote, W. R. (2010). Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.

321
Wiknjosastro, H. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L., Spong, C.Y., Dashe, J.S., Hoffman,
B.L...Casey, B.M. (2022). Williams Obstetrics 25th Edition. New York: McGraw-Hill
Education.

Silver, R.M. & Landon, M.B. (2021). Cesarean Delivery. In: Gabbe's Obstetrics:
Normal and Problem Pregnancies 8th Edition. Philadelphia: Elsevier

Santana, D.S., Cecatti, J.G., Guinsburg, R., Laoraj, Y.L., Poliquin, V., Cooper, D.,
Bhutta, Z.A. (2022). Caesarean Sections and Adverse Intrapartum and Early Neonatal
Outcomes in Twin Pregnancies. EClinicalMedicine, 45, 101308.

Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L., Spong, C.Y., Dashe, J.S., Hoffman,
B.L...Casey, B.M. (2022). Williams Obstetrics 25th Edition. New York: McGraw-Hill
Education.

Berghella, V., Lockwood, C.J., Barss, V.A., & Berghella, M. (2022). Obstetric
Evidence Based Guidelines, 4th Edition. Boca Raton: CRC Press.

Sumber: Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L., Spong, C.Y., Dashe, J.S.,
Hoffman, B.L. Casey, B.M. (2022). Williams Obstetrics 25th Edition. New York:
McGraw-Hill Education.

Berghella, V., Lockwood, C.J., Barss, V.A., & Berghella, M. (2022). Obstetric
Evidence Based Guidelines, 4th Edition. Boca Raton: CRC Press.

Silver, R.M. & Landon, M.B. (2021). Cesarean Delivery. In: Gabbe's Obstetrics:
Normal and Problem Pregnancies 8th Edition. Philadelphia: Elsevier.

Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Silver, R.M. & Landon, M.B. (2021). Postpartum Care. Dalam: Gabbe's Obstetrics 8th
Ed. Elsevier

Kliegman, R.M., et al. (2020). Nelson Textbook of Pediatrics, Edisi 21. Philadelphia:
Elsevier

322
WHO (2018). Inisiasi Menyusu Dini. https://www.who.int/activities/Early-initiation-
of-breastfeeding

Aprillia (2023). Tahapan Inisiasi Menyusu Dini. Jurnal Kebidanan 7(1):12-18 [3]
UNICEF (2022).

Langkah-langkah Inisiasi Menyusu Dini


https://www.unicef.org/breastfeeding/index_98197.html

Ramadani (2021). Manfaat Inisiasi Menyusu Dini. Jurnal Kesehatan Masyarakat


5(2):34-42

Kemenkes RI (2020). Pedoman Inisiasi Menyusu Dini.


https://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_No_HK_01_07_MENKES_455
5_2020.pdf

UNICEF (2022). Newborn Care. https://www.unicef.org/parenting/newborn-car

WHO (2022). Newborn Care Components.https://www.who.int/activities/newborn-


care

Syam et al (2021). Early Initiation of Breastfeeding. J Perinat 15(3):28-35

Sulistiyowatiningsih et al (2018). Mother's Breastfeeding Support. J Nutr Food Sci


11(3):672.

Lassi et al (2015). Essential Newborn Care Components. BMC Public Health


15(Suppl 2):S11.

Kemenkes RI (2017). Petunjuk Teknis Imunisasi.


http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_Nomor_HK_02_07_MENKES_
413_2017.pdf

Kemenkes RI (2020). Pedoman Skrining Hipotiroidisme Kongenital.


https://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_No._HK_.01_.07_MENKES_4
645_2020.pdf

WHO(2021). Newborn Hearing Screening.


https://www.who.int/publications/i/item/9789240030985

323
Salim et al (2022). Congenital Cataract Screening. J Ophthalmic Vis Res 17(1):66-72.

Kemper et al (2021). Screening for Critical Congenital Heart Disease. JAMA


325(6):586-594.

CDC (2022). Newborn Screening Process.


https://www.cdc.gov/newbornscreening/process.html

Wilson et al (2023). Principles and Practice of Newborn Screening. Int J Neonatal


Screen 9(1):10.

WHO (2022). Newborn Danger Signs. https://www.who.int/teams/sexual-and-


reproductive-health-and-research/areas-of-work/newborn-health/newborn-danger-signs

Edmond et al (2008). Delayed Breastfeeding Initiation and Infant Survival. Pediatrics


122:e380–e386.

Baqui et al (2009). Newborn Care Interventions and Neonatal Survival. Pediatrics


123:e616–e625.

Park et al (2018). Neonatal Intestinal Obstruction. Korean J Pediatr 61(12):405-411.

Gizaw et al (2017). Neonatal Hypothermia and Associated Factors Among Newborns


Admitted to NICU. J Neonatal Biol 6:262.

Karumbi et al (2013). Community Education and Umbilical Cord Infection. Cochrane


Database Syst Rev 10:CD008767.

Kemenkes RI (2020). Pedoman Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir.


https://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_No._HK_.01_.07_MENKES_4
13_2020.pdf

BKKBN (2020). Pengertian Keluarga Berencana.


https://www.bkkbn.go.id/detailpost/pengertian-keluarga-berencana

Kemenkes RI (2022). Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana.


https://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__21_Th_2022_Ttg_Penyele
nggaraan_Pelayanan_KB.pdf

324
WHO (2023). Family Planning. https://www.who.int/teams/sexual-and-reproductive-
health-and-research/areas-of-work/family-planning

BKKBN (2019). Tujuan Program Keluarga Berencana. https://e-korreksita.com/wp-


content/uploads/2019/04/Tujuan-Program-Keluarga-Berencana.pdf

UNFPA (2021). Family Planning. https://www.unfpa.org/family-planning

Kemenkes RI (2020). Manfaat Ber-KB.


https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Manfaat-ber-
KB_1587035876.pdf

USAID (2022). Family Planning and Reproductive Health.


https://www.usaid.gov/global-health/family-planning

WHO."Standards for Improving Quality Maternity Care." 2016.

ICM. "Essential Competencies for Midwifery Practice." 2019.

Kemenkes RI. "Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Ibu." 2021. Varney, et al.
"Varney's Midwifery." 6th ed. Jones & Bartlett, 2019.

Pai, M., Behr, M. A., Dowdy, D., Dheda, K., Divangahi, M., Boehme, C. C., ... &
Swaminathan, S. (2016). Tuberculosis. Nature Reviews Disease Primers, 2(1), 1-23.

World Health Organization. (2022). Tuberculosis: Key Facts.


https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/tuberculosis

Heemskerk, D., Caws, M., Marais, B., & Farrar, J. (2015). Tuberculosis in adults and
children. Springer.

World Health Organization. (2018). Tuberculosis and Maternal Health.

Centers for Disease Control and Prevention. (2016). Treatment of Tuberculosis in


Breastfeeding Mothers.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Pedoman Nasional Pengendalian


Tuberkulosis.

325
Centers for Disease Control and Prevention. (2016). Management of Infants Born to
Mothers with Tuberculosis.

American Academy of Pediatrics. (2018). Management of Infants Born to Mothers


with Tuberculosis.

UNICEF. (2019). Caring for Newborns in the Presence of Tuberculosis.

Koren, G., & Bozzo, P. (2022). Nausea and vomiting of pregnancy: A therapeutic
overview. Journal of Population Therapeutics and Clinical Pharmacology, 29(1), e13-e28.

Gupta, A., Bhosale, R., Kinikar, A., Gupte, N., Bharadwaj, R., Kagal, A., ... & Sastry,
J. (2016). Maternal tuberculosis: A risk factor for mother-to-child transmission of human
immunodeficiency virus. Journal of Infectious Diseases, 213(3), 358-363

Loto, O. M., & Awowole, I. (2016). Tuberculosis in pregnancy: A review. Journal of


Pregnancy, 2016, 7608216.

Bishara, S., Alfarah, S., Barqawi, H., Amir, H., Al-Khatib, M., & Adas, R. A. (2021).
Management of tuberculosis during pregnancy: A comprehensive review. American
Journal of Perinatology Reports, 11(3), e194-e201.

Mathad, J. S., & Gupta, A. (2017). Tuberculosis in pregnant and postpartum women:
Epidemiology, management, and research gaps. Clinical Infectious Diseases, 64(11),
1532-1540.

326
LAMPIRAN

327

Anda mungkin juga menyukai