Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Histamin Antihistamin

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

ANTIHISTAMIN

KELOMPOK 1

• ANDI SEPTIANI
• AYU WANDIRA
• DWINDA MULYA SARI
• HALIMAH TUSSADIAH
• MARLINA ISKANDAR
• MUHAMMAD HABIBURRAHMAN
• PIKKE ASPILANTARI
• SISKA
• TRI ANGGRIANI
A. Histamin
Histamin adalah senyawa normal yang ada dalam
jaringan tubuh, yaitu pada jarinan sel mast dan pereda
ran basofil, yang berperan terhadap berbagai proses fi
siologis yang penting.
Histamin merupakan produk dekarboksilasi dari a
sam amino histidin.
Pelepasan histamin terjadi akibat:
1. Rusaknya sel
2. Senyawa kimia
3. Reaksi hipersensitivitas
4. Sebab lain (thermal, mekanik, dan ra
diasi)

Alergen: spora, debu, sinar UV, cuaca,


racun, deterjen, enzim proteolitik (trips
in), zat warna, obat, makanan.
B. Antihistamin
Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi a
tau menghilangkan kerja histamin dalam tubuh melalui
mekanisme penghambatan bersaing pada reseptor H-1,
H-2 dan H-3. Efek antihistamin umumnya tidak dapat m
encegah produksi histamin. Antihistamin bekerja teruta
ma dengan menghambat secara bersaing interaksi hista
min dengan reseptor khas.
Berdasarkan hambatan pada reseptor khas, antihistamin dibagi men
jadi tiga kelompok yaitu;
1. antagonis H1, terutama digunakan untuk pengobatan gejala-ge
jala akibat reaksi alergi
2. antagonis H2, digunakan untuk mengurangi sekresi asam lamb
ung pada pengobatan penderita tukak lambung.
3. antagonis H3, sampai sekarang belum digunakan untuk pengo
batan, masih dalam penelitian lebih lanjut dan kemungkinan be
rguna dalam pengaturan sistem kardiovaskular, pengobatan ale
rgi dan kelainan mental.
1. H-1 blockers
Antagonis H1 sering disebut juga antihistamin klasik, adalah seny
awa yang dalam kadar rendah dapat menghambat secara bersaing kerja hist
amin pada jaringan yang mengandung reseptor H1. Digunakan untuk ; alerg
i, antiemetic, antimabuk, antiparkinson, antibatuk, sedative, antipsikotik, da
n anastesi setempat.
Hubungan struktur dan aktifitas antagonis H1
Secara umum antagonis H1 digunakan dalam bentu
k garam-garam HCl, sitrat, fumarat, fosfat, suksinat,
tartrat dan maleat untuk meningkatkan kelarutan d
alam air. Berdasarkan struktur kimianya antagonis H
1 dibagi ke dalam enam kelompok yakni :
(1) turunan eter aminoalkil
(2) turunan etilendiamin
(3) turunan alkilamin
(4) turunan piperazin
(5) turunan fenotiazin
(6) turunan lain-lain.
Ada pula antagonis H1 generasi kedua yang
dikembangkan untuk mengurangi efek sedasi dan e
fek kolinergik dan adrenergic yang tidak diinginkan
dari antagonis H1 generasi pertama (anhistamin kla
sik).
1. Turunan eter aminoalkil

Struktur umum : Ar(Ar’-CH2)CH-O-CH2-CH2- N(CH3)2

Pemasukan gugus Cl, Br, dan OCH3 pada posisi para cincin aromati
k juga meningkatkan aktivitas dan menurunkan efek samping
Pemasuka gugs CH3 pada posisi para cincin aromatik meningkatkan
aktivitas. Pada posisi orto menghilangkan efek antagonis H1 dan me
ningkatkan aktivitas antikolinergik
Memiliki aktivitas antikolinergik karena mempunyai struktur mirip den
gan eter aminoalkohol (senyawa pemblok kolinergik)
2. Turunan etilendiamin
Rumus umum ; Ar(Ar’)N-CH2-CH2-N(CH3)2
Merupakan antagonis H1 dengan keefektifan yang cukup
tinggi, meskipun penekan system saraf dan iritasi lambu
ng cukup besar.
Hubungan struktur antagonis H1 turunan etilen diamin dijelaskan sebagai
berikut :
• Tripelnamain HCl, mempunyai efek antihistamin sebanding dengan dif
enhidramin dengan efek samping lebih rendah.
• Antazolin HCl, mempunyai aktivitas antihistamin lebih rendah dibandi
ng turuan etilendiamin lain.
• Mebhidrolin nafadisilat, strukturnya mengandung rantai samping amio
propil dalam system heterosiklik karbolin dan bersifat kaku.

CONTOH TURUNAN ETILENDIAMIN


3. Turunan alkilamin

• Rumus umum ; Ar(Ar’)CH-CH2-CH2-N(CH3)2

• Merupakan antihistamin dengan indeks terapetik


(batas keamanan ) cukup tinggi dengan efek
samping dan toksisitas yang relatif rendah.
• Pemasukan gugus klor/brom pada posisi para
cincin aromatik feniramin maleat akan
meningkatkan aktivitan antihistamin
• Isomer dekstro klorfeniramin maleat
mempunyai aktivitas yang lebih besar
dibanding campuran rasematnya
4. Turunan Piperazin

X: gugus H, Cl
R : CH2 – R2

• Efek antihistamin sedang dengan


awal kerja lambat dan masa kerja
panjang ± 9-24 jam
• Penggunaan: Antiemetik, antimual,
antivertigo, serta mengurangi gejala
alergi seperti urtikaria
Obat profilaksis & mabuk perjalanan
Garam laktatnya : injeksi I.M
Dosis lazim: oral 50 mg/4-6 jam
I.M : 50 mg/4-6 jam

Penggunaan
• Urtikaria
• Hay fever
• Alergi lainnya
5. Turunan fenotiazin

Selain mempunyai efek antihistamin, golongan ini juga


mempunyai aktivitas tranquilizer, serta dapat mengadakan p
otensiasi dengan obat analgesik dan sedatif.
Pemasukan gugus halogen atau C pada posisi 2 dan per
panjangan atom C rantai samping akan meningkatkan aktivi
tas tranquilizer dan menurunkan efek antihistamin
Hubungan struktur antagonis H1 turunan fenontiazin
dijelaskan sebagai berikut :
1. Prometazin, merupakan antihistamin H1 dengan aktivitas
cukupan dengan masa kerja panjang.
2. Metdilazin HCl(tacaryl),digunakan terutama sebagai
antipruritik.
3. Mekuitazin. Antagonis H1 yang kuat dengan masa kerja
panjang dan digunakan untuk memperbaiki gejala alergi
4. Oksomemazin, mekanismenya sama seperti mekuitazin
5. Pizotifen hydrogen fumarat, sering digunakan sebagai
perangsang nafsu makan.
6. Turunan lain-lain

1. Siproheptadin HCl 2. Azatadin maleat


– Struktur berhubungan den
gan fenotiazin; atom S pa – Aza isomer dari siproh
da cincin trisiklik diganti d eptadin dengan cara
engan -CH=CH- dan N di
ganti dengan atom C sp2 mereduksi ikatan rang
– Efek: antiserotonin, antimi kap C10 dan C11
grain, perangsang nafsu m
akan, dan transquilizer.
ANTAGONIS H1 GENERASI KEDUA

• ≠ efek sedasi pd dosis tx penetrasi SSP buruk & afinitas terhadap


reseptor histamin pusat, kolinergik & adrenergik rendah
• Antagonis H1 kerja lama (> 12 jam) selektif karena disosiasi
lambat pada reseptornya.
• Sedikit afinitas terhadap reseptor muskarinik, serotonik / adrenergik
(gugus difenilmetilpiperidin).
• Interaksi : antifungi imidazol (ketokonazol, itrakonazol, flukonazol) &
AB makrolida (Eritromisin, Klaritromisin) Menghambat
metabolisme: kadar obat proaritmia
• Blocker reseptor H1 selektif (antihistamin ≈
terfenadin)
• Efek antikolinergik ≠ signifikan.
• Interaksi : ≠ abnormalitas ritme jantung
• Hanya 5 % dari total dosis yg
dimetabolisme sisanya diekskresi dalam
empedu & urin
• T ½ 14 jam
• Dosis lazim, Oral : 60 mg b.i.d
ANTAGONIS H2

• Struktur serupa dengan histamin; menga


ndung cincin imidazol atau bioisosterikn
ya, tetapi berbeda pada panjang gugus r
antai samping.
• Pada interaksi obat dengan reseptor H2,
cincin imidazol atau bioisosteriknya terik
at pada sisi reseptor khas melalui ikatan
dipol, sedang rantai samping yang panja
ng dan tidak bermuatan terikat melalui i
katan hidrofob dan kekuatan van der Wa
als pada reseptor tidak khas.
Hubungan Struktur dan Aktivitas

1) Modifikasi pada cincin


2) Modifikasi pada rantai samping
3) Modifikasi pada gugus N
5
1
4
2
3
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai