Budidaya TOMAT
Budidaya TOMAT
Budidaya TOMAT
Pt
Pengendalian
a). Kultur teknis
- Pengaturan waktu tanam. Tomat yang ditanam pada bulan September terserang ringan oleh larva
H. armigera.
- Penanaman varietas toleran, seperti LV 2100 dan LV 2099.
- Penanaman tanaman perangkap tagetes (Tagetes erecta) di sekeliling tanaman tomat.
- Sistem tumpangsari tomat dengan jagung dapat mengurangi serangan H. armigera.
b). Pengendalian fisik / mekanis
- Mengumpulkan dan memusnahkan buah tomat yang terserang H. armigera.
- Pemasangan perangkap feromonoid seks untuk ngengat H. armigera sebanyak 40 buah / ha.
c). Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti : parasitoid telur H. armigera yaitu Trichogramma sp., parasitoid
larva yaitu Eriborus argenteopilosus, dan virus HaNPV sebagai patogen penyakit larva H. armigera.
d). Pengendalian kimiawi
Bila ditemukan ulat buah ≥ 1 larva / 10 tanaman contoh, dapat diaplikasikan insektisida yang efektif
dan diizinkan, antara lain piretroid sintetik (sipermetrin, deltametrin), IGR (klorfuazuron), insektisida
mikroba (spinosad), dan patogen penyakit serangga H. armigera HaNPV 25 LE.
3. Kutu Kebul (Bemisia tabaci Genn.)
Gejala Serangan
• Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh imago
dan nimfa yang mengisap cairan daun, berupa gejala becak
nekrotik pada daun akibat rusaknya sel-sel dan jaringan
daun. Ekskresi kutu kebul menghasilkan madu yang
merupakan media yang baik untuk tempat tumbuhnya
embun jelaga yang berwarna hitam. Hal ini menyebabkan
proses fotosintesa tidak berlangsung normal.
• Selain kerusakan langsung oleh isapan imago dan nimfa,
kutu kebul sangat berbahaya karena dapat bertindak
sebagai vektor virus. Yang dapat menyebabkan kehilangan
hasil sekitar 20 – 100 %. Sampai saat ini tercatat 60 jenis
virus yang ditularkan oleh kutu kebul antara lain :
Geminivirus, Closterovirus, Nepovirus, Carlavirus, Potyvirus,
Rod-shape DNA Virus.
Pengendalian
1. Di lapangan :
a). Kultur teknis
-Menanam pinggiran lahan dengan tanaman jagung atau bunga matahari sebagai
barier dan memperbanyak populasi agens hayati;
- Pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman bukan inang (terutama bukan famili
Solanaceae seperti tomat, cabai, kentang dan Cucurbitaceae seperti mentimun).
Pergiliran tanaman harus satu hamparan, tidak perorangan, serentak dan seluas
mungkin;
- Sanitasi lingkungan, terutama untuk mengendalikan gulma daun lebar babadotan
dan ciplukan yang dapat menjadi tanaman inang virus;
- Tumpang sari antara tanaman sayuran, cabai atau tomat dengan tagetes untuk
mengurangi risiko serangan;
d). Pengendalian kimiawi
- Dalam hal cara lain tidak dapat menekan populasi hama, dapat digunakan insektisida yang efektif,
terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian antara lain Applaud 10 WP (buprofesin 10%), Confidor 5
WP (imidakloprid 5%), Mitac 200 EC (amitraz 200 g/l), dan Orthene 75 SP (asefat 75%);
- Penyemprotan diusahakan mengenai daun bagian bawah. Perlu dihindari penggunaan pestisida
secara berlebihan, karena dapat mendorong meningkatnya populasi kutu kebul;
- Penggunaan pestisida nabati seperti : nimba, tagetes, eceng gondok, atau rumput laut untuk
mengendalikan kutu kebul
2. Di rumah kaca
a). Pengendalian hayati
-Kalau memungkinkan dilakukan pelepasan serangga tabuhan E. formosa sebagai parasit
nimfa sebanyak 5 ekor/tanaman tomat; dan kumbang predator M. sexmaculatus
-Tingkat parasitasi mencapai 40 - 50 %;
-Parasit nimfa E. formosa sangat peka terhadap insektisida;
b). Pengendalian fisik / mekanik
-Sisa tanaman terserang dimusnahkan / dibakar di tempat terpisah/khusus supaya tidak
menjadi sumber penularan ke tanaman lain;
-Pemasangan perangkap likat kuning baik jumlah maupun ketinggiannya disesuaikan
dengan luas rumah kaca dan keadaan pertanamannya;
c). Pengendalian kimiawi
- Untuk pengendalian kutu kebul dewasa pada kondisi populasi tinggi, dapat dilakukan
pengasapan dengan insektisida kimia sintesa efektif dan diizinkan Menteri Pertanian, antara
lain Mitac 200 EC (amitraz) yang dapat diaplikasikan dengan fogger (campuran larutan
semprot solar); sedangkan Applaud 10 WP (buprofesin 10%), Confidor 5 WP (imidakloprid
5%), dan Orthene 75 SP (asefat 75%) tidak dianjurkan digunakan dengan larutan semprot
solar;
-Pada kondisi populasi rendah, dapat digunakan pestisida nabati nimba, tagetes, eceng
gondok, atau rumput laut untuk mengendalikan kutu kebul (cara pembuatan dan
penggunaan nimba lihat pada
d). Pencegahan
-Perlu dijaga jangan sampai terjadi serangan baru kutu kebul ke dalam rumah kaca.
4.Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
Gejala Serangan
• Larva yang masih kecil merusak daun dengan
meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas,
transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Larva
instar lanjut merusak tulang daun.
• Gejala serangan pada buah ditandai dengan timbulnya
lubang tidak beraturan pada buah tomat. Biasanya
larva berada di permukaan bawah daun, menyerang
secara serentak berkelompok.
• Serangan berat menyebabkan tanaman gundul karena
daun dan buah habis dimakan ulat, umumnya terjadi
pada musim kemarau.
Pengendalian
a). Kultur teknis
- Sanitasi lahan dari gulma,
- Pengolahan tanah yang intensif.
b). Pengendalian fisik / mekanis
- Pembutitan, mengumpulkan larva atau pupa dan bagian tanaman yang
terserang kemudian memusnahkannya,
- Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40 buah per
hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah pertanaman sejak tanaman
berumur 2 minggu.
c). Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti : patogen Sl-NPV (Spodoptera litura – Nuclear
Polyhedrosis Virus), cendawan Cordisep, nematoda Steinernema sp., predator
Sycanus sp., Andrallus spinideus, Selonepnis geminada, parasitoid Apanteles sp.,
Telenomus spodopterae, Microplistis similis, dan Peribeae sp.
d). Pengendalian kimiawi
Dalam hal cara lain tidak dapat menekan populasi hama, digunakan insektisida
yang efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian apabila berdasarkan hasil
pengamatan tanaman contoh, intensitas serangan mencapai lebih atau sama
dengan 12,5 % per tanaman contoh.
5. Lalat Pengorok Daun (Liriomyza
huidobrensis Blanchard)
• Daun yang terserang memperlihatkan gejala bintik-
bintik putih akibat tusukan ovipositor, dan berupa
liang korokan larva yang berkelok-kelok.
Gejala Serangan
• Dampak langsung serangan : pada permukaan bawah daun
berwarna keperak-perakan, daun mengering atau keriput.
Pada serangan berat, daun, pucuk serta tunas menggulung ke
dalam dan timbul benjolan seperti tumor dan pertumbuhan
tanaman terhambat, kerdil bahkan pucuk mati.
• Dampak secara tidak langsung : trips merupakan vektor
penyakit virus mosaik dan virus keriting. Gejala serangan awal
timbul akibat hama menghisap cairan permukaan bawah daun
dan atau bunga ditandai oleh bercak-bercak keperakan
mengkilat, daun akan menjadi keriting atau bersembelit dan
keriput. Jika serangan terjadi pada awal pertanaman maka
akan terjadi gejala fatal berupa penyakit kerdil (dwarfing) dan
pada akhirnya layu dan kemudian akan mati.
Pengendalian
a). Kultur teknis
-Penggunaan mulsa plastik yang dikombinasikan dengan tanaman perangkap
caisin dapat menunda serangan yang biasanya terjadi pada umur 14 hari
setelah tanam menjadi 41 hari setelah tanam.
-Membakar sisa jerami/mulsa yang dipakai selama pertanaman sebelumnya.
-Sanitasi dan pemusnahan bagian tanaman yang terserang.
b). Pengendalian fisik / mekanis
Penggunaan perangkap likat warna biru, putih atau kuning sebanyak 40 buah
per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang ditengah pertanaman sejak
tanaman berumur 2 minggu. Setiap minggu perangkap diolesi dengan oli atau
perekat. Perangkap kilat dipasang dengan ketinggian ± 50 cm (sedikit di atas
tajuk tanaman).
c). Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami predator kumbang Coccinella repanda, Amblysius
cucumeris, Orius minutes, Arachnidea dan patogen Entomophthora sp.
d). Pengendalian kimiawi
Dalam hal cara lain tidak dapat menekan populasi hama, dapat digunakan
insektisida yang efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian, apabila
berdasarkan hasil pengamatan tanaman contoh, intensitas serangan mencapai
lebih atau sama dengan 15 % per tanaman contoh.
7. Kutu Daun Persik
(Myzus persicae Sulz.)
• Gejala Serangan
• Dampak langsung serangan : tanaman menjadi keriput,
tumbuh kerdil, warna daun kekuningan, terpuntir, layu dan
mati. Kutu biasanya berkelompok di bawah permukaan
daun, menghisap cairan daun muda dan bagian tanaman
yang masih muda (pucuk). Eksudat yang dikeluarkan kutu
mengandung madu, sehingga mendorong tumbuhnya
cendawan embun jelaga pada daun yang dapat
menghambat proses fotosintesa.
Gejala Serangan
• Buah yang terserang ditandai oleh lubang titik coklat
kehitaman pada bagian pangkalnya, tempat serangga
dewasa memasukkan telur.
• Umumnya telur diletakkan pada buah yang agak
tersembunyi dan tidak terkena sinar matahari
langsung, pada buah yang agak lunak dengan
permukaan agak kasar.
• Larva membuat saluran di dalam buah dengan
memakan daging buah serta menghisap cairan buah
dan dapat menyebabkan terjadi infeksi oleh OPT lain,
buah menjadi busuk dan jatuh ke tanah sebelum larva
berubah menjadi pupa.
Pengendalian
a). Kultur teknis
- Pencacahan (pembongkaran) tanah sekitar tanaman agar kepompong
yang berada di dalam tanah terkena sinar matahari, terganggu hidupnya
dan akhirnya mati,
- Sanitasi buah yang terserang baik yang gugur maupun yang masih berada
di pohon, dikumpulkan dan dimusnahkan dengan cara dibakar atau
dibenamkan dalam tanah.
b). Pengendalian fisik / mekanis
Penggunaan perangkap dengan atraktan Metil Eugenol (ME) atau minyak
Melaleuca brachteata (MMB) dengan dosis 1 ml / perangkap sebanyak 40
buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 yang dipasang di tengah
pertanaman sejak tanaman berumur 2 minggu. Setiap 2 minggu atraktan
diganti.
c). Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami parasitoid famili Braconidae (Biosteres sp.,
Opius sp.), predator famili Formicidae (semut), Arachnidae (laba-laba),
Staphylinidae (kumbang), Dermaptera (cecopet).
d). Pengendalian kimiawi
Jika cara lain tidak dapat menekan populasi hama, dapat digunakan
insektisida yang terdaftar dan diizinkan Menteri
9. Tungau Kuning (Polyphagotarsonemus latus Banks)
Gejala Serangan
• Hama mengisap cairan tanaman dan
menyebabkan kerusakan sehingga terjadi
perubahan bentuk menjadi abnormal seperti
daun menebal dan perubahan warna daun
menjadi tembaga / kecoklatan, terpuntir,
menyusut serta keriting, tunas dan bunga
gugur. Pada awal musim kemarau biasanya
serangan bersamaan dengan serangan trips
dan kutu daun.
Pengendalian
a). Kultur teknis
Sanitasi dengan mengeradikasi bagian tanaman
terserang dan memusnahkannya.
b). Pengendalian hayati
Pemanfaatan musuh alami yaitu predator Amblyseius
cucumeris.
c). Pengendalian kimiawi
Dalam hal cara lain tidak dapat menekan populasi
hama, dapat digunakan pestisida yang efektif,
terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian ,
apabila berdasarkan hasil pengamatan tanaman
contoh, intensitas serangan mencapai lebih atau sama
dengan 15 % per tanaman contoh.
B. PENYAKIT
1. Layu Fusarium
(Fusarium oxysporum (Schlecht.)
Gejala Serangan
- Gejala awal tulang-tulang daun sebelah atas menjadi pucat, tangkai daun
merunduk dan tanaman menjadi layu.
- Tanaman biasanya layu mulai dari daun bagian bawah dan anak tulang daun
menguning. Bila infeksi berkembang, tanaman menjadi layu dalam 2 – 3 hari
setelah infeksi.
-Jika tanaman sakit dipotong dekat pangkal batang akan terlihat gejala cincin
coklat dari berkas pembuluh. Warna jaringan akar dan batang menjadi coklat.
-Tempat luka infeksi tertutup hifa yang berwarna putih seperti kapas.
-Pada tanaman muda, penyakit dapat menyebabkan tanaman mati secara mendadak,
karena kanker yang melingkar pada pangkal batang. Bila serangan terjadi pada saat
pertumbuhan tanaman sudah maksimum, maka tanaman masih dapat menghasilkan
buah. Namun bila serangan sudah sampai pada batang, maka buah kecil akan gugur.
Pengendalian
a). Kultur teknis
- Penggunaan benih sehat,
- Pergiliran tanaman,
- Perbaikan drainase, agar tidak terjadi genangan air dan
kelembaban yang tinggi,
- Sanitasi dengan mengeradikasi tanaman terserang dengan cara
dicabut dan dimusnahkan.
b). Pengendalian hayati
Pemanfaatan agens hayati Trichoderma spp. dan Gliocladium spp.
yang diaplikasikan pada kantong pesemaian sebanyak 5 gram per
kantong, 3 hari sebelum penanaman benih atau bersamaan dengan
penanaman benih. (Penggunaan agens hayati Trichoderma spp.
dan Gliocladium spp.
c). Pengendalian kimiawi
Dalam hal cara lain tidak dapat menekan serangan penyakit, dapat
digunakan fungisida yang efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri
Pertanian .
2.Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum
sinonim Pseudomonas solanacearum)
Gejala Serangan
Gejala Serangan
• Patogen dapat menyerang bibit dan tanaman muda. Gejala dapat
terjadi pada daun, batang, dan buah. Pada daun terdapat bercak
-bercak kecil bulat, bersudut, dan berwarna coklat tua sampai
hitam. Di sekitar bercak nekrotik terdapat halo sempit. Pada
serangan berat banyak terdapat bercak, daun menjadi layu dan
gugur sebelum waktunya.
• Bercak pada batang dan tangkai tanaman tampak gelap, lonjong
memanjang dan membesar yang mempunyai lingkaran-lingkaran
terpusat, dan dikenal dengan nama “busuk leher”..
• Gejala pada buah umumnya melalui batang atau calyx. Terjadi
bercak coklat gelap atau hitam dengan lingkaran-lingkaran
terpusat. Buah yang terinfeksi permukaannya menjadi sedikit
kempot dan pecah-pecah, akan gugur sebelum masak.
Pengendalian
a). Kultur teknis
- Penggunaan benih sehat,
- Untuk mencegah terbawanya jamur oleh biji
dapat dilakukan disinfestasi benih.
b). Pengendalian fisik / mekanis
Mengeradikasi tanaman terserang dengan cara
dicabut dan dimusnahkan.
c). Pengendalian kimiawi
Apabila kerusakan tanaman > 25 %, dapat
diaplikasikan fungisida efektif, terdaftar dan
diizinkan Menteri Pertanian
5. Rebah Kecambah, Busuk Pangkal Batang
(damping off, collar rot : Rhizoctonia solani Kuhn.)
Gejala Serangan
• Penyakit terjadi pada pembibitan dan tanaman muda yaitu
terjadinya gejala pembusukan, tanaman terkulai lalu mati.
• Gejala awal terjadi pada pangkal batang dekat permukaan
tanah, berair dan memar, adanya pembusukan dengan
warna coklat kemerahan. Pembusukan dimulai dari lapisan
luar batang, kemudian berkembang menjadi cekung,
kanker berwarna coklat dan batang menjadi terpilin. Dalam
kondisi yang menguntungkan penyakit dapat berkembang
ke bagian atas maupun bawah tanaman. Bila tanaman
sembuh kembali, batang di sekitar luka tadi mengeras
seperti kawat dan pertumbuhannya terhambat.
• Serangan meningkat bila kelembaban udara tinggi atau
pada musim hujan.
Pengendalian
a). Kultur teknis
- Penggunaan benih sehat,
- Tanaman terserang dicabut dan dimusnahkan, lalu disulam (penyulaman
dilakukan sampai tanaman berumur 2 minggu),
- Penjarangan atap pesemaian dan penyiraman dilakukan pada pagi hari
untuk mengatur kelembaban.
b). Pengendalian fisik / mekanis
-Tanaman yang terserang rebah kecambah dicabut dan dimusnahkan.
c). Pengendalian hayati
-Pemanfaatan agens antagonis Trichoderma spp. dan Gliocladium spp.
yang diaplikasikan pada kantong pesemaian sebanyak 5 gram per
kantong, 3 hari sebelum penanaman benih atau bersamaan dengan
penanaman benih, (Penggunaan agens hayati Trichoderma spp. dan
Gliocladium spp.
d). Pengendalian kimiawi
- Penggunaan fungisida efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian
6.Cucumber Mosaic Virus (CMV)
Gejala Serangan
• Helai daun mengalami “vein clearing”, dimulai
dari daun-daun pucuk, berkembang menjadi
warna kuning yang jelas, tulang daun menebal
dan daun menggulung ke atas (cupping).
• Infeksi lanjut menyebabkan daun-daun
mengecil dan berwarna kuning terang,
tanaman kerdil dan tidak berbuah.
Pengendalian
Usaha pengendalian penyakit virus kuning (khususnya dengan pestisida) terutama ditujukan kepada serangga
vektornya, karena sampai saat ini tidak ada pestisida yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian yang
dapat mematikan virus.
Langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit virus kuning, antara lain ;
- Menggunakan bibit tanaman yang sehat (tidak mengandung virus) atau bukan berasal dari daerah terserang ;
- Pengerodongan pesemaian dengan kain kassa/nylon untuk menghindari serangan vektor, dan di lapangan
dengan menanam “companion planting” jagung dan tagetes (Tagetes erecta) ;
- Pemasangan perangkap likat kuning (40 buah/ha) ;
- Penggunaan mulsa plastik perak yang memantulkan sinar untuk menolak kedatangan vektor dan memutus
siklus hidup (stadia pupa) ;
- Melakukan rotasi / pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang virus (terutama bukan dari famili
solanaceae seperti tomat, cabai, kentang, tembakau, dan famili cucurbitaceae seperti mentimun). Rotasi
tanaman akan lebih berhasil apabila dilakukan paling sedikit dalam satu hamparan, tidak perorangan,
dilakukan serentak tiap satu musim tanam, dan seluas mungkin ;
- Melakukan sanitasi lingkungan, terutama mengendalikan tumbuhan pengganggu/gulma berdaun lebar dari
jenis babadotan, gulma bunga kancing, dan ciplukan yang dapat menjadi tanaman inang virus;
- Pemanfaatan musuh alami, dengan melepas parasitoid dan predator secara berkala, antara lain Menochilus
sexmaculatus atau melepas parasitoid Encarcia formosa (1 ekor setiap 4 tanaman/minggu, selama 8 – 10
minggu) ;
- Penggunaan pestisida nabati nimba, tagetes, eceng gondok atau rumput laut ;
- Eradikasi tanaman sakit, yaitu tanaman yang menunjukkan gejala segera dicabut dan dimusnahkan supaya
tidak menjadi sumber penularan ke tanaman lain yang sehat ;
TEKNOLOGI PENERAPAN PHT
PADA TANAMAN TOMAT
1. Budidaya Tanaman Sehat
1. Gunakan bibit tomat yang sehat dan yang tahan / toleran terhadap OPT seperti :
- Artaloka, Mirah, Opal, Zamrud, toleran terhadap penyakit layu bakteri.
- LV 2100 dan LV 2099, tahan terhadap H. armigera.
2. Untuk menghindari serangan hama H. armigera atau kutu kebul, di sekeliling
pertanaman tomat ditanami dua baris tanaman Tagetes erecta atau jagung
sebagai tanaman perangkap.
3. Pemupukan berimbang dengan :
- Pupuk kandang sapi (30 ton/ha) atau kira-kira 1 kg/lubang tanam.
- Pupuk buatan : pupuk majemuk NPK (15 : 15 : 15) dengan dosis 1000 – 1200
kg/ha atau pupuk tunggal dengan Urea (125 kg/ha), ZA (300 kg/ha), (TSP (250
kg/ha) dan KCl (200 kg/ha).
4. Gunakan mulsa plastik berwarna hitam – perak sebelum bibit tomat ditanam
atau
mulsa jerami dipasang ketika tanaman tomat berumur dua minggu.
5. Penggunaan perangkap dengan atraktan untuk menekan serangan hama yang
dipasang di tengah pertanaman sebanyak 40 buah per hektar sejak tanaman
berumur 2 minggu.
2. Pengendalian Hayati
Beberapa jenis musuh alami / agens hayati pada tanaman
tomat antara lain :
• H. armigera : parasitoid telur (Trichogramma sp.) dan
parasitoid larva (Eriborus argenteopilosus) serta patogen
penyakit larva (HaNPV).
• B. tabaci : predator (Scymnus sp., Menochillus sp. dan
Amblyseius sp.)
• L. huidobrensis : parasitoid (Hemiptarsenus varicornis).
• Ulat grayak (S. litura) : Sl-NVP, nematoda Steinernema sp.
• Layu bakteri, layu Fusarium, rebah kecambah :
Trichoderma spp., Gliocladium spp., Pseudomonas
fluorescens.
3. Pengamatan Mingguan
• Cara penarikan contoh bentuk – U atau sistem
diagonal. (Bentuk – U biasanya digunakan untuk
pertanaman tomat yang sempit atau pada petak
pertanaman yang memanjang.
Skema pengambilan tanaman contoh secara sistematis bentuk – U :
Skema pengambilan tanaman contoh secara sistematis bentuk diagonal :
Jumlah tanaman contoh : 10 tanaman setiap 0,2
ha atau 50 tanaman contoh / ha.
• Pengamatan tanaman contoh :
a. Hama :
- Jumlah larva Helicoverpa armigera per 10
tanaman contoh.
b. Penyakit :
- Hitung jumlah bercak aktif P. infestans pada
tanaman contoh.
- Jumlah larva Meloidogyne spp. / kg contoh
tanah (dilakukan sebelum tanam).
D. Pengendalian Secara Mekanis dengan
Perangkap Likat
• Untuk ngengat H. armigera : setelah tanaman
tomat berumur dua minggu, dipasang
perangkap Feromonoid Seks (sex pheromone)
sebanyak 40 buah perangkap / ha.
• Untuk L. huidobrensis, B. tabaci : gunakan
perangkap likat berwarna kuning sebanyak 40
buah / ha.
E. Pengendalian Secara Kimiawi
a. Untuk hama :
· Gunakan jenis insektisida yang efektif/selektif bila populasi hama
mencapai / melampaui Ambang Pengendalian (AP), yaitu :
- Untuk hama ulat buah Helicoverpa armigera (AP = 300
larva/tanaman contoh) dengan ekstrak daun Lantana sp. atau ekstrak
biji sirsak, atau formulasi insektisida Protiofos atau Bacillus
thuringiensis var. aizawai (Florbac).
b. Untuk penyakit :
· Meloidogyne spp. (AP = 300 larva/kg contoh tanah), gunakan
nematisida Furadan 3 G (30 kg/ha).
· Busuk daun (P. infestans) :
Gunakan fungisida yang efektif bila AP tercapai :
- AP P. infestans = 1 bercak aktif per 10 tanaman contoh.
- Strategi penggunaan fungisida Kontak (K) – Sistemik (S) :
K – K – S – K – K – S - dan seterusnya.
Contoh fungisida kontak adalah Dithane M-45 80 WP, dan fungisida
sistemik adalah Ridomilgold MZ 4/64 WP.