Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Antibiotik

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 69

Click icon to add picture

ANTIBIOTIK
ANTIBIOTIK BETA-LAKTAM
 Antibiotik beta laktam merupakan golongan
antibiotika yang pertama kali ditemukan.
Meskipun sampai sekarang banyak golongan
antibiotika dengan berbagai variasi sifat dan
efektivitasnya terhadap bakteri, namun
demikian antibiotika ini masih sering
dipergunakan sebagai obat pertama dalam
mengatasi suatu infeksi.
TURUNAN PENISILIN

 Penisilin merupakan
kelompok antibiotika Beta
Laktam yang telah lama
dikenal. Pada tahun 1928 di
London, Alexander Fleming
menemukan antibiotika
pertama yaitu Penisilin dan
penggunaannya untuk
pertama kali oleh Florey,
Chain dan Abraham untuk
menolong pasien dengan
infeksi staphylococcal dan
streptococcal.
SIFAT-SIFAT YANG DIMILIKI OLEH
PENISILIN ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
1. Menghambat atau membunuh patogen tanpa merusak
inang (host).
2. Bersifat bakteriosidal dan bukan bakteriostatik.
3. Tidak menyebabkan resistensi pada kuman.
4. Berspektrum luas, yaitu dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Gram-positif dan bakteri Gram-
negatif.
5. Tidak bersifat alergenik atau menimbulkan efek
samping bila digunakan dalam jangka waktu yang lama.
6. Tetap aktif di dalam plasma, cairan badan, atau
eksudat.
7. Larut di dalam air dan bersifat stabil.
8. Bacteriosidal level, di dalam tubuh cepat dicapai dan
dapat bertahan untuk waktu yang lama.
PENGGOLONGAN PENISILIN
Penisilin dapat dibagi menjadi dua golongan
utama, yaitu:
1. Penisilin biosintetik, diproduksi dengan
cara melakukan rekayasa pada penisilin
untuk menghasilkan penisilin yang mampu
melawan aktivitas bakteri Gram-negatif.
2. Penisilin semisintetik, banyak dari
campuran ini telah dikembangkan untuk
mempunyai keuntungan atau manfaat yang
berbeda dari Penisilin G, seperti spektrum
aktivitas ditingkatkan (efektivitas melawan
bakteri Gram-negatif).
KLASIFIKASI PENISILIN
Berdasarkan aktivitas antimikrobanya klasifikasi turunan penisilin
dibagi menjadi lima kelompok, yaitu :
1. Penisilin G dan penisilin V yang sangat aktif terhadap kokus gram
positif, tetapi mudah dihidrolisir oleh penisilanase. Sehingga
obat ini tidak aktif terhadap sebagian besar strain stafilokokus.
2. Penisilin retensi penisilanase seperti metisilin, nafsilin, oksasilin,
kloksasilin, diklosasilin, kurang sensitif terhadap mikroorganisme
yang sensitif terhadap penisilin G, tetapi merupakan obat pilihan
terhadap Staphylococcus aureus penghasil penisilanase.
3. Ampisilin, amoksisilin dan hetasilin termasuk satu grup penisilin
dimana aktivitas antimikrobanya lebih luas termasuk mikroba
gram negatif seperti Hemofilus influenza, Eshericia coli,
Prosteus mirabilis.
4. Karbenislin, tikarsilin, dan azlosilin digunakan untuk
Pseudomonas, Enterobacter, dan spesies Proteus.
5. Grup penisilin baru. Mezlosin dan piperasilin berguna untuk
Klebsiela dan mikroorganisme gram negatif tertentu.
HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS
TURUNAN PENISILIN
1. Aktivitas antibakteri penisilin bergantung pada
keutuhan cincin β-lactam.
2. Terbukanya cincin β laktam mengakibatkan seluruh
aktivitas hilang.
3. Penisilin yang tahan asam karena ada gugus penarik
elektro (missal: gugus fenoksi) yang terikat pada
rantai samping amino.
4. Untuk penisilin dengan spektrum luas (ampisilin,
amoksisilin, karbenisilin, tikarsilin, azlosilin,
mezlosilin, pipersilin) penembusan obat melalui
pori saluran protein membran terluar bakteri gram
negatif menjadi lebih luas karena ada gugus
hidrofil, seperti -NH2, -COOH dan –SO3H pada rantai
samping.
TURUNAN SEFALOPORIN
 Antibiotik β-laktam, struktur dasar mirip dengan
penisilin → cincin β-laktam (sefem)
 Stereokimia isomer sefalosporin alami
digambarkan sebagai berikut :
HUBUNGAN STRUKTUR DAN
AKTIVITAS
1. Turunan sefalosporin berbeda gugus-gugus pada
C-7 cincin sefem → untuk mengubah spektrum
aktivitas
2. Gugus pendorong elektron pada C-3
meningkatkan resonansi enamin → reaktivitas
cincin β-laktam terhadap sisi aktif dalam
biosintesis peptidoglikan meningkat → aktivitas
antibakteri meningkat.
3. Substitusi gugus metoksi pada posisi C-7
seperti pada sefamisin, meningkatkan
ketahanan senyawa terhadap β-laktamase.
SEFALOSPORIN GENERASI I
 Digunakan diklinik sejak 1960-1970
 Spektrum antibakteri sempit, terutama aktif
terhadap cocci, kecuali enterococci, E coli, K.
pneumonia, P. mirabilis, Salmonella sp, dan Shigella
sp.
 Tahan terhadap β-laktamase luar sel yang dihasilkan
oleh S. aureus, tetapi tidak tahan bila dihasilkan
oleh bakteri gram negatif.
 Waktu paro eliminasinya relatif pendek dan
kemampuan menembus cairan serebrospinal rendah.
 Contoh : sefadroksil, sefazolin, sefasetril, sefaleksin,
sefaloridin, sefalotin Na, sefapirin dan sefradin.
SEFALOSPORIN GENERASI II
 Digunakan diklinik sejak 1970
 Spektrum antibakteri = generasi I, tetapi
lebih aktif terhadap bakteri gram negatif
enterik.
 Waktu paro eliminasinya = generasi I, dan
kemapuan untuk menembus cairan
serebrospinal lebih baik.
 Contoh : sefaktor, sefamandol, nafat,
sefotetan di-Na, sefbuperazon, sefmetazol,
sefoksitin, sefuroksin Na dansefuroksim
aksetil.
SEFALOSPORIN GENERASI III
 Diperkenalkan untuk penggunaan klinik tahun 1980
 Spektrum antibakteri lebih luas dibanding generasi
II.
 Aktif terhadap bakteri gram negatif yang telah
resisten.
 Kurang aktif terhadap gram positif.
 Lebih tahan terhadap β-laktamase.
 Contoh : sefmenoksin HCL, sefiksim, sefpirom,
sefprozil, sefodizim, sefotaksim Na, seftazidim,
seftizoksim Na, seftibuten, seftriakson Na,
sefminox, sefoperazon Na, sefotiam, sefpimizol,
sefsulodin, sefpodoksim, sefetamet dan
moksalaktam.
SEFALOSPORIN GENERASI IV
 Diperkenalkan untuk penggunaan klinik sejak
1995.
 Spektrum antibakteri lebih luas dibanding
generasi III.
 Aktif terhadap bakteri gram negartif yang telah
resisten.
 Lebih tahan terhadap β-laktamase.
 Contoh : sefepim dan sefirom.
GUGUS-GUGUS PENTING DALAM SEFALOSPORIN
KLASIK YANG TERIKAT PADA POSISI C-3:
1. Asetiloksimetil (-CH₂OCOCH₃) → dihidrolisis
menghasilkan sefalosporin dengan efek
antibakteri lebih rendah. Contoh :
sefotaksim, sefasetril, sefalotin dan sefapirin.
2. Karmamoiloksimetil (-CH₂OCOCH₂) →
senyawa stabil terhadap proses metabolisme
sehigga kadar obat dalam darah lebih tinggi
dan rekoveri urin lebih baik. Contoh :
sefoksitin dan sefuroksim.
3. Metil → mencegah reaksi sefalosporin pada
posisi 3 dan menghambat metabolismenya.
Contoh : sefadroksil, sefaleksin dan sefradin.
GUGUS-GUGUS PENTING PADA
POSISI C-7
1. Fenilglisin terasetitlasi → ketahanan terhadap β-
laktamase meningkat dan aktivitas terhadap gram
negatif meningkat.
Contoh : sefamandol dan moksalaktam.
2. Asetilamino heterosiklik (eg: aminotiazolilmetoksi-
iminoasetilamino) → ketahana terhadap β-laktamase
meningkta dan aktivitas terhadap gram negatif
meningkat.
Contoh : sefmenoksim, sefodizim, sefotaksim,
seftazidim, sefmenoksim dan seftriakson.
3. Asetil mono dan disubstitusi → sedikit menunjang
ketahanan terhadap β-laktamase, aktivitas terhadap
gram negatif meningkat.
Contoh : sefalotin dan sefapirin.
TURUNAN Β-LACTAMS NON
SIKLIK
1. Asam Amidinopenisilanat
2. Asam Penisilanat
3. Karbapenem
4. Oksapenem
5. β-Lactams monosiklik
ASAM AMIDINOPENISILANAT
 Struktur Asam Amidinopenisilanat berhubungan
dengan penisilin. Aktivitasnya cukup efektif terhadap
bakteri gram negative, termasuk
Enterobacteriaceae.
 Kombinasi dengan antibiotika β-lactam lain
menunjukkan efek sinergis karena turunan ini teikat
oleh protein bakteri yang berbeda.
 Contoh: Amdinosilin, Bakmesilinam, dan Pivmesilinan
STRUKTUR TURUNAN
ASAM AMIDINOPENISILANAT
1. Amdinosilin, merupakan senyawa yang
tidak tahan terhadap asam dan tidak di
absorbsi oleh saluran cerna, sehingga
diberikan secara injeksi IV atau IM. Dosis :
10 mg/kg BB setiap 4 jam, untuk infeksi
yang berat.

2. Bakmesilinam dan Pivmesilinam,


merupakan ester ganda amdinosilin. Bentuk
pra-obat yang dapat diberikan secara oral.
Obat mudah diabsorbsi di saluran cerna dan
di tubuh segera terhirolisis melepaskan
senyawa induk aktif. Dosis oral : 400 mg 3-
4 dd.
ASAM PENISILANAT
 Turunan asam penisilanat didapat dari hasil modifikasi
digunakan sebagai penghambat enzim B-Laktamase.
Biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi atau
digabungkan dengan B-lactam klasik seperti ampisilin
atau amoksisilin
 Contoh : Sulbaktam, Pivsulbaktam, dan Sultamisilin
STRUKTUR TURUNAN
ASAM PENISILANAT
1. Sulbaktam, merupakan turunan
asam penisilanat yang pertama kali
digunakan dalam klinik. Pada
umumnya obat diberikan secara
parenteral karena absrobsi oleh
saluran cerna rendah.

2. Pivsulbaktam, adalah pra-obat


sulbaktam yang dapat diberikan
secara oral. Obat mudah di absorbs
oleh saluran cerna, dan di tubuh
segera terhidrolisis melepaskan
senyawa induk aktif.
KARBAPENAM
 Analog penisilin alami, yaitu atom S pada cincin tiazolidin diganti
dengan ikatan rangkap dan gugus metilen. Karbapenam
mengandung atom S tidak dalam cincin tetapi terikat oleh atom
C3.
 Aktivitas antibakteri karbapenam tergantung pada tegangan cincin
dan efek elektronik dari ikatan rangkap yang berdekatan. Adanya
subtituen di sekeliling berfungsi untuk memodifikasi lipofilita,
meningkatkan stabilitas terhadap β-lactamase dan menunjang
pengikatan dengan enzim sasaran sehingga menghasilkan senyawa
antibakteri dengan aktivitas serupa dengan sefalosporin
 Contoh : Asparenomisin A, imipenem, Karpetimisin C, dan asam
olivanat.
STRUKTUR TURUNAN
KARBAPENAM
1. Asparenomisin A dan
imipenem, antibiotika dengan
spectrum luas dan aktif
terhadap bakteri gram positif
dan gram negative.

2. Karpetimisin C dan asam


olivanat mengandung gugus
sulfat yang dapat
meningkatkan aktivitasnya
sebagai penghambat β-
lactamase.
OKSAPENEM
 Salah satu turunan β-lactams
nonklasik, contohnya asam
klavulanat. Asam kluvalanat dapat di
isolasi dari Streptomyces
clavuligerus, mempunyai aktivitas
antibakteri rendah tetapi sangat
aktif sebagai deactivator β-
lactamase yang dihasilkan oleh
bakteri yang tahan terhadap penisilin
atau sefalosporin. Asam klavulanat
digunakan dalam bentuk kombinasi
dengan turnan penisilin, untuk
memperpanjang efek antibakterinya.
TURUNAN Β-LACTAMS MONOSIKLIK

 Salah satu turunan β-lactams nonklasik, contohnya


nokarsidin A, Astreonam, sulfazesin.
 Nokarsidin A dihasilkan oleh Nicordia uniformis,
mengandung gugus oksimino dalam bentuk konfigurasi sin
dan rantau samping D-3-amino-3-karboksipropil yang
berperan terhadap aktivitas antibakterinya. Tidak adanya
gugs dan rantai samping diatas menyebabkan senyawa
kehilangan aktivitasnya. Nokarsidin A efektif terhadap
bakteri gram positif dan gram negative, Neisseria sp. ,
Proteus sp., Pseudomonas auruginosa dan Euschereria coli.
TURUNAN Β-LACTAMS MONOSIKLIK
 Astreonam adalah turunan monobaktam yang mempunyai
stabilitas tinggi terhadap β-lactamase, adanya gugus
sulfamat yang bersifat elektronegatif kuat dan gugus
hidrofil lain meningkatkan aktivitas β-lactams. Pemasukan
gugus 4 metil meningkatkan stabilitas terhadap β-
lactamase.
 Sulfazesin adalah turunan monobaktam yang efektif
terhadap bakteri gram negative terutama
Enterobacteriaceae, adanya gugus α-metoksi meningkatkan
stabilitas terhadap β-lactamase tetapi menurunkan
stabilitas terhadao hidrolisis kimia.
STRUKTUR TURUNAN
Β-LACTAMS MONOSIKLIK
 Terima Kasih
TURUNAN AMFENIKOL
 Turunan amfenikol adalah antibiotik yang terdiri
kloramfenikol dan senyawa analognya.
Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun
1947 dari Streptomyces venezuelae. Golongan ini
mencakup senyawa induk kloramfenikol maupun
derivat-derivatnya yakni kloramfenikol
palmitat, natrium suksinat dan tiamfenikol.
Antibiotika ini aktif terhadap kuman Gram positif
dan Gram negatif maupun ricketsia, klamidia,
spirokaeta dan mikoplasma.
KLORAMFENIKOL
 Antibiotik ini yang mempunyai
spektrum yang luas, berasal
dari jamur Sterptomyces
Struktur kimia kloramfenikol
venezuelae, dan sekarang telah
dapat dibuat secara sintetik
dilaboratorium. Dalam
keaadaan murni, kloramfenikol
berupa kristal bentuk jarum
atau lempeng memanjang,
warna putih keabu-abuan, tidak
berbau dan rasanya pahit.
kloramfenikol sukar larut dalam
air, mudah larut dalam metanol,
etanol, etil asetat dan aseton;
serta tidak larut dalam benzene.
 Pada konsentrasi tinggi kadang-kadang bersifat
bakterisid terhadap kuman-kuman tertentu.
 Spektrum antibakterial kloramfenikol meliputi D.
pneumoniae, Str. pyogenes, Streptococus viridans,
Neiserria, Haemophilus, Bacillus spp, Listeria,
Bartonella, Mycoplasma dan kuman anaerob.
 Beberapa starin kuman D. Pneumoniae, H.
influenzae, dan N. meningitidis bersifat resisten;
Staphylococcus aureus umumnya sensitif, sedang
Entero bacteriaceae banyak yang telah resiten.
SIFAT FARMAKOLOGI
KLORAMFENIKOL
 Penetrasi baik ke SSP.
 90% terkonjugasi dengan glukuronida di hati,
metabolitnya diekskresikan dengan cepat ke dalam urine.
 Fenitoin dan Barbiturat menyebabkan peningkatan
metabolisme.
 Aktif terhadap banyak strain bakteri Gram positif dan
Gram negatif, riketsia, anaerob, klamida dan
mikoplasma.
TIAMFENIKOL
 Tiamfenikol adalah antibiotik
spektrum luas yang mempunyai
Struktur kimia tiamfenikol cara kerja seperti kloramfenikol.
Tiamfenikol kurang aktif
dibandingkan dengan
kloramfenikol, namun sama
efektifnya dan efek bakterisidnya
lebih baik terhadap Haemophilus
spp dan Neisseria spp. Tiamfenikol
bekerja dengan cara berikatan
dengan ribosom bakteri secara
reversible sehingga menghambat
sintesis protein dan bakteri yang
peka, yang pada akhirnya
menghambat pertumbuhan bakteri.
TURUNAN TETRASIKLIN

 Tetrasiklin merupakan agen antimikrobial hasil biosintesis


yang memiliki spektrum aktivitas luas.
 Turunan tetrasiklin:
 Generasi pertama meliputi tetrasiklin,
oksitetrasiklin, klortetrasiklin.
 Generasi kedua merupakan penyempurnaan dari
sebelumnya yaitu terdiri dari doksisiklin, minosiklin.
 Tetrasiklin bersifat amfoter arena
mengandung gugus bersifat asam (hidroksil)
dan basa (dimetilamino).
 Dengan asam kuat membentuk garam asam
yang mudah larut dalam air dan cukup stabil,
melalui protonasi gugus dimetilamino.
Dengan basa kuat (NaOH, KOH, atau Ca(OH)2)
garam basa, yang tidak stabil dalam larutan
air.
 Tetrasiklin mengandung gugus OH dan C=O
dapat membentuk ikatan H intramol dan
mebentuk kompleks dengan garam Ca, Fe
atau Mg tidak boleh diberikan bersama-sama
dengan susu dan antasida.
Mekanisme kerja :
Tempat kerja turunan tetrasiklin adalah ribosom 30-s
bateri dan mencapai sasaran melalui dua proses yaitu:
 Difusi pasif melalui pori hidrofil pada membran terluar
sel
 Sistem transpor aktif melalui membran sitoplasma
tedalam, dengan bantuan pembawa protein periplasma

Tetrasiklin mengikat secara spesifik dan reversible ribosom


30-s, menghambat jalan masuk aminoasil-tRNA ke tempat
aseptor A pada kompleks mRNA-ribosom, menghalangi
penggabungan asam amino ke rantai peptida sehingga
menghambat sintesis protein.
Aksi yang ditimbulkannya adalah bakteriostatik yang luas
terhadap gram positif, gram negatif, chlamydia,
mycoplasma, bahkan rickettsia.
HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS
TURUNAN TETRASIKLIN
1. Gugus farmakofor dengan aktivitas biologis penuh adalah senyawa
semisintetik sansiklin karena mengandung struktur yang dibutuhkan
untuk pembentukan khelat dan mempunyai peran penting pada
transpor turunan tetrasilin ke dalam sel bakteri dan penghambatan
biosintesa protein di dalam sel.
2. Struktur yang penting dalam aktivitas antibakteri turunan tetrasiklin
adalah:
a) Pengaturan linier dari empat cincin, merupakan prasyarat untuk
menimbulkan aktivitas biologis.
b) Konfigurasi pusat kiral pada C4, C4a dan C12a sangat penting untuk
aktivitas.
c) Sistem planar fenol diketon pada cincin BCD
d) Sistem elektron π yang berbeda ( gugus fenoldiketon dan
trikarbonilmetan). Gugus 4-dimetilamino untuk membentuk ion
Zwitter agar obat dapat terdistribusi optimum dalam tubuh dan
aktivitas in vivo. Hilangnya gugus dapat mengurangi aktivitas.
e) Gugus karbonil pada C2
3. Aktivitas akan meningkat bila :
a. Substituen yang dapat meningkatkan kemampuan donor
elektron dari gugus fenoldiketon
b. Modifikasi pada C6 dan C7 menghasilkan turunan yang
mempunyai stabilitas kimia lebih besar, memperbaiki sifat
farmakokinetik dan meningkatkan aktivitas

4. Aktivitas akan menurun bila :


a. Penambahan atau pengurangan jumlah cincin dan
pembukaan cincin akan menghilangkan aktivitas.
b. Penambahan atau pengurangan gugus farmakofor akan
menyebabkan penurunan atau hilangnya aktivitas

5. Semua turunan tetrasiklin pada pH fisiologis mempunyai


bentuk konfigurasi yang sama, gugus dimetilamino berada di
bawah sistem yang planar dan kemungkinan membentuk ikatan
hidrogen dengan gugus OH pada cincin C12a
HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS TURUNAN
TETRASIKLIN
AMINOGLIKOSIDA
 Suatu antibiotika dengan struktur kimia yang bervariasi,
mengandung basa deoksistreptamin atau streptidin dan
gula amino 3-aminoglukosa, 6-aminoglukosa, 2,6
diaminoglukosa, garosamin, D-glukosamin,L-N-
metilglukosamin, neosamin dan purpurosamin
 Umumnya bersifat bakterisid
 Dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram-positif
dan Gram negative serta efektif terhadap mikobakteri.
 Dalam bentuk garam sulfat untuk hidroklorida bersifat
mudah larut dalam air.
 Tidak diabsorbsi oleh saluran cerna sehingga untuk
pemakaian sistematik tidak dapat diberikan secara oral
dan harus diberikan secara parenteral, biasanya melalui
njeksi intramuscular.
Turunan aminoglikosida adalah antibiotika
dengan spectrum luas, efektif terhadap basil
garam-negatif, seperti E. coli, Enterobacter
sp., Klebsiella sp., Proteus sp., salmonella
sp., Shigella sp., Serratia sp.
Beberpa diantaranya , seperti streptomisin
dan kanamisin efektif terhadap
Mycobacterium tuberculosis.
TURUNAN AMINOGLIKOSIDA

1. Streptomisin
2. Kanamisin
3. Gentamisin
4. Neomisin
5. Tobramisin
6. Amikasin
7. Netilmisin
8. Dibekasin
9. Spektinomisin
10. Firamisetin
HUBUNGAN STRUKTUR DAN AKTIVITAS

 Pada umumnya turunan aminoglikosida


mengandung tiga cincin yang dihubungakan
melalui jembatan eter . Sebagai contoh adalah
strutur kanamisin
MODIFIKASI PADA CINCIN I
Cincin I sangat penting untuk aktivitas oleh karena merupakan
sasaran utama dalam penginaktifkan enzim bakteri dan
menenntukan karateristik luas spectrum antibakteri.
 Gugus-gugus amino pada 6’ dan 2’ berhubungan dengan
kekuatan antibakteri. Kanmisin A yang mengandung kedua
gugus tersebut lebih aktif dibandng kanamisin B (6’-amino,
2’- hidroksil) atau kanamisin C (6’-hidroksil, 2’-amino).
 Metilasi pada posisi C-6’ menyebabakan senyawa tahan
terhadap proses asetilasi enzimatik dari gugus 6’-amino tanpa
menurunkan aktivitas antibalteri secara bermakna.
 Hilangnya gugus 3’hidroksil atau 4’-hidroksil atau keduanya
tdak menurunkan kemampuan anti bakteri kanamisin.
Gentamisin, netilmisin, dan sisomisin tidak mengandung gugus
tersebut, sehingga tidak diinaktifkan oleh enzim
fosfotranferase, tetapi kemampuan antiiotik untuk mengikat
ribosombakteri berkurang.
MODIFIKASI PADA PADA CINCIN II

Cincin II sangat sensitive terhadap perubahan struktur,


modifikasi gugus fungsional akan menghilangkan
aktivitas antibakteri, kecuali :
 Asetilasi pada gugus I-amino dari kanamisin.
Menghasilkan amikasin, tidak menyebabkan hilangnya
aktivitas
 N-etilasi dari sisomisin, menghasilkan netilmisin,
memperpanjang masa kerja senyawa induk karena
than terhadap penginaktifkan oleh beberapa enzim
endogen
 Hilangnya atom O dari gugus 5-hidroksil sisomisin,
mengasilkan 5-deoksisisomisin, menyebabkan
senyawa tahan terhadap enzim yang mengasetilasi
gugus 3-amino
MODIFIKASI PADA CINCIN III
Gugus fungsional pada cincin III dapat diganti tanpa
menimbulkan penurunan aktivitas yang bermakna.
 STRUKTUR LAINNYA
MAKROLIDA

Sejarah makrolida diawali pada awal 1970-an, ketika perusahaan


Sankyo dan Merck berhasil mengisolasi milbemisin dan avermektin
yang memiliki struktur mirip, dan ternyata efektif digunakan sebagai
insektisida. Keduanya merupakan hasil fermentasi yang
memanfaatkan Streptomyces yang berbeda. Makrolida adalah salah
satu kelas poliketida. Makrolida merupakan sekelompok obat
(khususnya antibiotik) yang aktivitasnya disebabkan karena
keberadaan cincin makrolida, cincin lakton besar yang berikatan
dengan satu atau lebih gula deoksi, biasanya cladinose dan
desosamine. Cincin laktonnya biasanya tersusun dari 14-, 15-, atau
16- atom.
MEKANISME KERJA
 Golongan makrolida menghambat sintesis protein bakteri padaribosomnya
dengan jalan berikatan secara reversibel dengan Ribosom subunit50S’.
 Sintesis protein terhambat karena reaksi-reaksi translokasi aminoasil
danhambatan pembentuk awal sehingga pemanjangan rantai peptide
tidak berjalan.
 Macrolide bisa bersifat sebagai bakteriostatik atau bakterisida,
tergantung antaralain pada kadar obat serta jenis bakteri yang dicurigai.
 Efek bakterisida terjadipada kadar antibiotika yang lebih tinggi,
kepadatan bakteri yang relatif rendah,dan pertumbuhan bakteri yang
cepat.
 Aktivitas antibakterinya tergantung padapH, meningkat pada keadaan
netral atau sedikit alkali.
 Meskipun mekanisme yang tepat dari tindakan makrolid tidak jelas,
telahdihipotesiskan bahwa aksi mereka makrolid menunjukkan dengan
menghambat sintesis protein pada bakteri dengan cara berikut:
 1.Mencegah Transfer peptidil tRNA dari situs A ke situs P
 2.Mencegah pembentukan peptida tRNA
 3.Memblokir peptidil transferase.
 4.Mencegah perakitan ribosom
POLIPEPTIDA

• Antibiotik polipeptida mempunyai struktur sangat kompleks,


mengandung polipeptida yang biasa membentuk suatu siklik.
Sumber utama turunan antibiotika ini adalah Bacillus sp. dan
Streptomyces sp.
• Polipeptida berasal dari Bacillus polymixa.
• Bersifat bakterisid berdasarkan kemampuannya melekatkan
diri pada membran sel bakteri sehingga permeabilitas
meningkat dan akhirnya sel meletus.
PENGGUNAAN POLIPEPTIDA
Penggunaan antibiotika polipeptida dibedakan dalam tiga
kelompok, yaitu :
1. Antibiotika yang bersifat asam, mengandung gugus karboksilat
bebas dan menunjukan bagian struktur yang nanosiklik.
2. Antibiotika yang bersifat basa, mengandung gugus amino
bebas dan juga menunjukan bagian stuktur yang nonsiklik.
3. Antibiotika yang bersifat netral, tidak mempunyai gugus
karboksilat dan amino bebas, karena strukturnya dalam bentuk
siklik, atau gugus reaktif diatas dinetrlkanmelalui formilasi

 Antibiotika polipeptida pada umumnya mempunyai spektrum


aktivitas sempit.
 contoh: gramisidin hanya aktif terhadap bakteri Gram-positif
sedang polimiksin hanya aktif terhadap bakteri Gram-negatif
MEKANISME KERJA
 Antibiotika polipeptida menyebabkan ketidakteraturan strkutur
membrane sitoplasma dan kehilangan fungsinya sebagai
rintangan permeable struktur membrane sitoplasma, sehingga
Ion-ion yang secara normal ada dalam sel akan ke luar dan
menyebabkan bakteri mengalami kematiaan.
 Gramisidin membentuk saluran transmembran (“pori”), dimana
ion-ion keluar-masuk secara difusi melalui “pori” yang berbeda
sehingga membrane kehilangan fungsinya sebagai rintangan
yang permeable.
 Basitrsin dapat mengambat secara langsung enzim peptidoglikan
sintetase dan menyebabkan hambatan pembentukan dinding sel
bakteri sehingga bakteri mengalami kematian. Pada tingkat
molekul basitrasin berinteraksi secar khas dengan turunan
pirofosfat dari undekaprenil alcohol tersebut menyebabakan
kerusakan membrane. Pada kadar tinggi basitran dapat
menimbulakn ketidak teraturaan membrane.
TURUNAN LINKOSAMIDA
 Turunan linkosamida adalah antibiotik yang
mengandung sulfur, dikarakterisasi oleh 4 – alkil
asam pipekolat atau asam higrat yang terikat
pada alkil 6-amino-α-tiooktopiranosida melalui
sambungan amida. Turunan ini mengandung
gugus yang bersifat basa, yaitu N-pirolidin atau
N-Piperidin dan dapat membentuk garam yang
mudah larut dalam air.
MEKANISME KERJA
 Turunan Linkosamida dapat mengikat secara kuat ribosom subunit 50-S
bakteri dan menghambat reaksi enzim peptidil transferase sehingga
mencegah pembentukan ikatan peptida dan menghambat sintesis
protein bakteri
 Linkosamid bersifat bakteriostatik, tetapi dapat juga bersifat
bakterisid, tergantung pada kadar antibiotika, organisme penyebab
dan besarnya inokulum
 Linkosamid aktif terhadap sebagian besar bakteria gram positif dan
negatif yang anaerobik
 Turunan Linkosamida dapat mengikat secara kuat ribosom subunit 50-S
bakteri dan menghambat reaksi enzim peptidil transferase sehingga
mencegah pembentukan ikatan peptida dan menghambat sintesis
protein bakteri
 Linkosamid bersifat bakteriostatik, tetapi dapat juga bersifat
bakterisid, tergantung pada kadar antibiotika, organisme penyebab
dan besarnya inokulum
 Linkosamid aktif terhadap sebagian besar bakteria gram positif dan
negatif yang anaerobik
TURUNAN POLIEN

 Antibiotik golongan makrolida polien: antibiotik


untuk pengobatan infeksi jamur sistemik sebagai
antijamur spektrum luas.
 Contoh: Erythromycin, Azythromycin,
Amphotericyn, Amphotericyn B (AmB) dan
Nystatin
AMFOTERISIN B

Antibiotik makrolida polien yang memiliki efek


paling baik untuk pengobatan infeksi jamur
sistemik.
Akan tetapi penggunaannya dibatasi karena
pertimbangan sifat nefrotoksik dan kelarutannya
yang rendah.
 Farmakokinetik: sangat sedikit diserap melalui saluran
cerna, diberikan secara IV, distribusi ke cairan pleura,
peritoneal, sinovial dan akuosa. Ekskresi melalui ginjal
sagat lambat
 Indikasi: mikosis sistemik seperti koksidiodomikosis, para
koksidiodomikosis, aspergilosis, kandidiosi, blastomikosi,
histoplasmosis
 Efek samping: demam dan menggigil, gangguan ginjal,
hipotensi, anemia, efekneurologik, tromboflebitis
 Penderita yang diobati amphotericyn B harus dirawat
dirumahsakit karena perlu pengamatan yang ketat
selama pemberian obat
 Mekanisme kerja: berikatan kuat dengan ergosterol yang
terdapat pada membran sel jamur sehingga
menyebabkan kebocoran dari membran sel, dan akhirnya
lisis.
S44HP

 Penggunaan AmB dan nystatin masih terbatas karena sifat nefrotoksik


dan kelarutan yang rendah didalam air.
 Efek merugikan yang muncul demam, menggigil dan mual. S44HP
(28,29-didehydronystatin A1) merupakan analogue nystatin heptena
yang disintesis melalui manipulasi genetik dari enzim nystatin
polyketide synthase didalam bacterium stretomyces nourse.
 S44HP menunjukkan aktifitas antijamur yang lebih besar daripada
nystatin A1, dan sama dengan AmB.
 Struktur S44HP sangat mirip dengan AmB, hanya berbeda pada letak
gugus hidroksi pada Carbon nomer 7 sampai 10.
MEKANISME AKSI
 Dengan memblok translokasi fase elongasi pada sintesa protein.
 Sedangkan pada jamur dapat bekerja dengan menghambat sintesa ergosterol
pada dinding sel fungi sehingga mengalami kebocoran yang berpengaruh pada
kematian sel jamur.
 Membran sel jamur terutama dengan adanya ergosterol (suatu komponen sterol
yang sangat penting dan utama pada membran bakteri) sangat mudah diserang
oleh antibiotika turunan polien.
 Panjang Molekul antibiotik polien molekul sama dengan lesitin, suatu komponen
membran jamur, sementara sistem ikatan rangkap terkonjugasinya kurang lebih
sama dengan molekul ergosterol.
 Bila kedua molekul bertemu pada membran sel jamur, terjadi interaksi hidrofob
dan sistem ikatan rangkap akan menggantikan interaksi fosfolipid (lycitin),
akibatnya sintesis ergosterol terhambat.
 Kompleks polien, ergosterol yang terjadi dapat membentuk suatu pori, dan
melalui pori tersebut konstituen ensensial sel jamur, seperti ion K, fosfat
anorganik, asam karboksilat, asam amino, dan ester fosfat, bocor ke luar
sehingga menyebabkan hambatan pertumbuhan dan kematian sel jamur.
TIPE REAKSI SINTESIS 23 SENYAWA
TURUNAN S44HP
1. Amidasi pada Karboxyl C16 menghasilkan senyawa
2 sampai 16
2. Reductive alkylation dari amino group
menghasilkan senyawa 17 sampai 20
3. Reaksi penataan ulang amadori (Amadori
Rearagement) dari N-glycosylderivatives
menghasilkan senyawa 21-23
4. N-aminoacylation menghasilkan senyawa 24.
SKEMA SINTESIS SENYAWA-SENYAWA
TURUNAN S44HP
TURUNAN ANSAMISIN
 Turunan ansamisin pada umumnya dihasilkan oleh
Streptomyces sp. dikarakterisasi oleh adanya
struktur siklik yang mengandung gugus aromatik dan
jembatan makrosiklik alifatik panjang, yang
dinamakan ansa, diantara posisi dua inti aromatik
yang tidak saling berdekatan.
 Pada umumnya turunan ansamisin menimbulkan
toksisitas tinggi dan yang digunakan dalam klinik,
yaitu Rifampisin.
RIMFAMPISIN
 Rifampisin bersifat bakterisid, dapat membunuh
kuman semi-dormant yang tidak dapat dibunuh oleh
isoniazid.
 Mekanisme kerja, Berdasarkan perintangan spesifik
dari suatu enzim bakteri Ribose Nukleotida Acid
(RNA)-polimerase sehingga sintesis RNA terganggu.
MEKANISME KERJA
 Rifampisin menghambat DNA-dependent RNA polimerase pada
sel-sel bakteri dengan mengikatversi beta-subunit, sehingga
mencegah transkripsi RNA dan selanjutnya untuk terjemahan
pada protein.
 Sifat lipofilik yang membuat calon yang baik untuk mengobati
bentuk meningitis tuberkulosis, yang membutuhkan distribusi
ke sistem saraf pusat dan penetrasi melalui sawar darah-otak.

Hubungan Struktur dan Aktivitas


ANTRASIKLIN
Antibiotik yang didapat dari kultur Streptomyces peucetius,
biasa digunakan sebagai antinkanker
Mekanisme kerja :
 Antrasiklin berikatan dengan membran sel mempengaruhi
fluiditas dan transpor ion.
 Inhibisi sintesis DNA dan RNA dengan interkalasi antara basa
DNA oleh inhibisi topoisomerase II dan obstruksi steril. Doksu-
rubisin menginterkalasi pada titik lokal ″uncoiling″ dari ikatan
heliks ganda.
 Meskipun mekanisme aksi yang pasti belum diketahui
mekanismenya, diduga melalui ikatan langsung DNA (in-
terkalasi) dan inhibisi pembentukan DNA (topoisomerase II)
yang selanjutnya memblokade sintesis DNA dan RNA dan
fragmentasi DNA.
 Doksorubisin merupakan logam khelat yang kuat, kompleks
logam doksorubisin dapat mengikat DNA dan sel membran
dan menghasilkan radikal bebas yang akan merusak DNA dan
membran sel dengan cepat.
HUBUNGAN STRUKTUR DENGAN
AKTIFITAS
 Bagian struktur yang terlihat pada mekanisme
kerja tingkat molekul adalah cincin B dan C seba-
gai interkalator, cincin A dan gugus gula amino.
 Antibiotika tersebut mengikat dobel heliks DNA
secara kuat dengan menginterkalasi gugus kromo-
for planar (pada cincin B dan C) pada dua pasan-
gan basa kompleks antibiotika - DNA ini ditunjang
oleh interaksi antara subsituen pada cincin A (gu-
gus gula amino) dengan celah kecil dari heliks.

Anda mungkin juga menyukai