Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Lompat ke isi

Gereja Kelahiran

Koordinat: 31°42′15.50″N 35°12′27.50″E / 31.7043056°N 35.2076389°E / 31.7043056; 35.2076389
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gereja Kelahiran
Muka gedung Gereja Kelahiran (kiri) dan biara Kristen Armenia (kanan) pada tahun 2012
PetaKoordinat: 31°42′15.5″N 35°12′27.3″E / 31.704306°N 35.207583°E / 31.704306; 35.207583
Agama
AfiliasiMilik bersama Gereja Katolik Roma, Gereja Ortodoks Yunani, dan Gereja Apostolik Armenia, serta sebagian kecil dimiliki pula oleh Gereja Ortodoks Koptik dan Gereja Ortodoks Suriah[1]
StatusAktif
Lokasi
LokasiBetlehem, Tepi Barat
Koordinat31°42′15.50″N 35°12′27.50″E / 31.7043056°N 35.2076389°E / 31.7043056; 35.2076389
Arsitektur
TipeRomawi Timur (Kaisar Konstantinus Agung dan Kaisar Yustinianus I)
Gaya arsitekturRoman
Peletakan batu pertama325
Rampung565
Nama resmi: Tempat Lahir Yesus: Gereja Kelahiran dan Rute Ziarah, Betlehem
JenisWarisan Budaya
Kriteriaiv, vi
Ditetapkan2012[2]
Nomor referensi1433
NegaraPalestina
KawasanAsia Barat

Gereja Kelahiran atau Gereja Nativitas[a] adalah sebuah basilika di kota Betlehem, daerah Tepi Barat. Di kolong basilika ini terdapat Gua Kelahiran, yakni gua yang diyakini umat Kristen dari berbagai denominasi sebagai tempat lahir Yesus Kristus. Gua Kelahiran adalah situs tertua yang digunakan secara berkesinambungan sebagai tempat ibadat agama Kristen, sementara basilika yang menaunginya adalah gedung gereja besar tertua di Tanah Suci.

Gereja Kelahiran dibangun atas perintah Kaisar Konstantinus Agung selepas lawatan Ibu Suri Helena ke Yerusalem dan Betlehem antara tahun 325 dan 326.[3][4] Gedung gereja ini agaknya dibangun antara tahun 330 dan 333, karena keberadaannya sudah disebut-sebut dalam catatan sejarah dari tahun 333, kendati baru diresmikan pada tanggal 31 Mei 339.[3][4] Musibah kebakaran melanda gedung ini sewaktu pemberontakan-pemberontakan orang Samaria berkecamuk pada abad ke-6, mungkin sekali pada tahun 529. Beberapa tahun kemudian, Kaisar Yustinianus I (memerintah 527–565) membangun kembali gedung ini, tetapi menambahkan selasar atau narteks, dan mengganti area panti imam yang semula berdenah segi delapan dengan transep berdenah salib, lengkap dengan tiga kubah separuh, kendati masih mempertahankan unsur-unsur pokok gedung pertama, yakni satu atrium beserta satu basilika yang menaungi satu panti umat dengan empat serambi samping.[3][4]

Sekalipun bentuk dasarnya tidak berubah sejak dibangun kembali oleh Kaisar Yustinianus I, gedung Gereja Kelahiran sudah berulang kali diperbaiki dan ditambah-tambah, teristimewa pada era Perang Salib, misalnya tambahan dua menara lonceng (sudah tidak ada lagi sekarang ini) dan mosaik-mosaik maupun lukisan-lukisan pada dindingnya (sebagian masih lestari).[5] Dari abad ke abad, satu demi satu bangunan lain dibangun berdempet dengan gedung Gereja Kelahiran. Luas keseluruhan lahan yang ditempati gedung Gereja Kelahiran beserta bangunan-bangunan lain yang berdempet dengannya sekarang ini sudah mencapai kira-kira 12.000 meter persegi. Bangunan-bangunan lain tersebut adalah satu gedung biara Ortodoks Yunani, satu gedung biara Apostolik Armenia, dan satu gedung biara Katolik Roma.[6] Baik gedung biara Ortodoks Yunani maupun gedung biara Apostolik Armenia memiliki menara lonceng sendiri yang baru dibangun pada Zaman Modern.[5]

Cakra bintang perak yang menandai tempat Yesus dilahirkan hilang dicuri orang pada tahun 1847. Ada pihak-pihak yang berpendapat bahwa peristiwa pencurian cakra bintang perak ini adalah salah satu dari sekian banyak faktor penyebab meletusnya Perang Krimea,[7] kendati ada pula pihak-pihak yang berpendapat bahwa Perang Krimea adalah buntut dari permasalahan lain yang jauh lebih besar di Eropa.[8]

Sejak tahun 2012, Gereja Kelahiran terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia, dan menjadi tempat bersejarah pertama yang diakui UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia di wilayah negara Palestina.[9][10]

Di Gereja Kelahiran, masih berlaku Status Quo, yakni kesepakatan antarkomunitas keagamaan yang sudah berjalan selama 250 tahun.[11][12]

Landasan Alkitabiah

[sunting | sunting sumber]

Dari keempat injil kanonik, hanya Injil Matius dan Injil Lukas yang meriwayatkan kelahiran Yesus. Dari kedua injil ini, hanya Injil Lukas yang memerinci peristiwa kelahiran Yesus di Betlehem (Lukas 2:1–7). Namun kendati menyinggung tentang palungan, Lukas tidak menyebut-nyebut ihwal gua.

Dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.

Suasana di dalam Gua Kelahiran, lukisan karya Luigi Mayer

Petilasan pra-Konstantinus (ca. 4 SM – 327 M)

[sunting | sunting sumber]

Petilasan yang disebut sebagai Gua Kelahiran adalah gua yang diduga sebagai tempat Yesus orang Nazaret dilahirkan. Pada tahun 135, Kaisar Hadrianus menitahkan agar lahan di atas gua ini dijadikan tempat orang memuja Adonis, insan fana kekasih Afroditi, dewi kemolekan dan berahi menurut kepercayaan bangsa Yunani Kuno.[13][14] Hieronimus mencatat pada tahun 420 bahwa gua ini pernah dijadikan sanggar pemujaan Adonis, dan lahan di atasnya sengaja ditanami dengan serumpun pohon larangan guna melenyapkan segala kenangan akan Yesus dari ingatan dunia.[13] Beberapa ahli pada Zaman Modern membantah pernyataan Hieronimus. Mereka yakin kalau pemujaan Adonis-Tamuz adalah pangkal keberadaan petilasan ini, dan umat Kristenlah yang kemudian hari mengambil alih serta mengubah sanggar pemujaan Adonis ini menjadi sanggar pemujaan Yesus.[15] Meskipun demikian, gua ini sudah dikait-kaitkan dengan peristiwa kelahiran Yesus semenjak abad ke-2 tarikh Masehi, terbukti dari keterangan yang dikemukakan oleh Yustinus Martir (ca. 100–165) dalam Dialog dengan Trifon sebagai berikut:

Namun waktu anak itu lahir di Betlehem, lantaran tidak berhasil mendapatkan tempat menginap di desa, Yosef menginap di sebuah gua dekat desa. Saat bernaung di gua inilah Maria melahirkan Kristus, yang ia baringkan di dalam sebuah palungan, dan di dalam gua ini pula orang-orang Majus dari tanah Arab menjumpainya.

— Dialog dengan Trifon, bab LXXVIII

Sekitar tahun 248, Origenes orang Aleksandria, ahli teologi Gereja Perdana sekaligus ahli filsafat Yunani (185 – ca. 254), mengemukakan dalam karya tulisnya sebagai berikut:

Di Betlehem, orang mengacu kepada gua ini sebagai tempat ia lahir, dan kepada palungan di dalam gua ini sebagai tempat ia terbaring berbalut kain lampin. Menurut kata orang-orang di situ, termasuk orang-orang yang tidak beriman, sesungguhnya Yesus, sesembahan dan susuhunan orang Kristen, benar-benar dilahirkan di dalam gua ini.

— Melawan Kelsos, jilid I, bab LI

Basilika Konstantinus (327 – 529 atau 556)

[sunting | sunting sumber]

Pembangunan basilika pertama di atas situs ini diprakarsai oleh Ibu Suri Helena, ibunda Kaisar Konstantinus Agung. Pengerjaan dimulai pada tahun 327 di bawah pengawasan Makarios, Uskup Yerusalem, sampai rampung beberapa tahun kemudian.[16] Basilika ini sudah dikunjungi Si Peziarah Bordeaux pada tahun 333,[17] kendati baru diresmikan pada tanggal 31 Mei 339.[18]

Pembangunan gedung pertama Gereja Kelahiran adalah bagian dari proyek pembangunan besar-besaran seusai Konsili Nicea I yang dilaksanakan pada masa pemerintahan Kaisar Konstantinus Agung, yakni proyek pembangunan gedung-gedung gereja di situs-situs yang diyakini berkaitan dengan kehidupan Yesus.[16][19] Tiga bagian pokok dalam rancangan gedung Gereja Kelahiran adalah sebagai berikut: [20]

  1. Area beratap kubah separuh di ujung timur bangunan. Denah area ini berbentuk bidang bersegi banyak (segi lima tidak beraturan, awalnya dirancang menjadi ruangan segi delapan beraturan, tetapi keadaan tidak memungkinkan), lantainya ditinggikan dan diberi lubang dengan garis tengah kira-kira 4 meter, agar orang dapat melihat langsung situs kelahiran Yesus yang berada di bawahnya. Area ini dikelilingi serambi yang didempeti beberapa bilik.[20]
  2. Area basilika yang bersambung dengan area beratap kubah separuh. Denah area ini terbagi menjadi lima jalur sejajar oleh deretan tiang, dan sedikit lebih pendek daripada denah area basilika yang ada saat ini.[20]
  3. Atrium berselasar di depan basilika.[20]

Gedung ini rusak terbakar pada tahun 529 atau 556, semasa pemberontakan-pemberontakan orang Samaria berkecamuk. Agaknya orang Yahudi turut berperang di pihak orang Samaria dalam pemberontakan kali kedua.[6][21]

Basilika Yustinianus (pertengahan abad ke-6)

[sunting | sunting sumber]
Gambar gedung dan pekarangan Gereja Kelahiran dalam sebuah buku terbitan tahun 1487

Gereja Kelahiran dibangun kembali atas perintah Kaisar Yustinianus I pada pertengahan abad ke-6. Bangunan kedua inilah yang berdiri kokoh di Betlehem sampai sekarang.

Pada tahun 614, bala tentara Persia menginvasi Palestina dan menaklukkan Yerusalem atas perintah Syahansyah Khosrau II, tetapi gedung gereja ini luput dari perusakan. Menurut legenda, panglima bala tentara Persia, Syarbaraz, tergugah hatinya melihat gambar Tiga Orang Majus berpakaian pendeta Persia di atas pintu masuk Gereja Kelahiran, sehingga memerintahkan bala tentara Persia untuk tidak merusak gedung itu.[22] [23]

Zaman Perang Salib sampai zaman Mamluk (abad ke-12 – ke-15)

[sunting | sunting sumber]

Gereja Kelahiran digunakan sebagai sasana upacara penobatan raja-raja Yerusalem era Perang Salib sejak tahun 1100 sampai tahun 1131.[24] Bala tentara Salib memugar dan menghias gedung beserta pekarangan Gereja Kelahiran secara besar-besaran,[6][24] mulai dari tahun 1165 sampai tahun 1169.[25]

Orang-orang Turki Khawarizmi menyerang dan merusak Gereja Kelahiran pada bulan April 1244. Serangan ini mengakibatkan kerusakan parah pada struktur atapnya.[26][27] Kadipaten Burgundia mendanai usaha perbaikan atap Gereja Kelahiran pada bulan Agustus 1448.[27] Sumber-sumber daya yang dipakai dalam usaha perbaikan atap Gereja Kelahiran pada tahun 1480 berasal dari beberapa negara; Kerajaan Inggris menyumbangkan timbal, Kerajaan Burgundia menyumbangkan kayu, dan Republik Venesia menyumbangkan tenaga kerja.[22]

Abad ke-19

[sunting | sunting sumber]

Gempa bumi, yang berulang kali terjadi antara tahun 1834 dan 1837, menimbulkan kerusakan yang cukup besar pada bangunan Gereja Kelahiran.[28] Gempa bumi Yerusalem tahun 1834 merobohkan menara lonceng, menghancurkan perabot dan perlengkapan di dalam Gua Kelahiran, serta merusak bagian-bagian lain dari bangunan Gereja Kelahiran.[29] Kerusakan-kerusakan kecil menjadi semakin parah akibat serangkaian gempa susulan pada tahun 1836 dan gempa bumi Galilea tahun 1837.[28][30]

Foto ruang Gereja Kelahiran dari era 1880-an

Pada tahun 1846, kerusakan pada Gereja Kelahiran dan situs di sekelilingnya sudah sangat parah tetapi tak kunjung diperbaiki sehingga rentan terhadap aksi penjarahan. Sebagian besar ubin pualamnya dijarah orang pada awal abad ke-19; banyak diantaranya dijadikan bagian dari bangunan-bangunan lain di kawasan itu, termasuk Haram Asy Syarif (Bukit Haikal) di Yerusalem. Cakra bintang perak penanda tempat lahir Yesus di dalam Gua Kelahiran dicuri orang pada tahun 1846.[31] Gereja Kelahiran mula-mula berada di bawah kewenangan pemerintah Kekaisaran Turki Utsmaniyah, tetapi sekitar hari Natal tahun 1852, Napoleon III memaksa pemerintah Turki untuk mengakui kedaulatan Prancis atas tempat-tempat suci agama Kristen di Tanah Suci.[32] Sultan Turki mengganti cakra bintang perak di Gua Kelahiran, lengkap dengan ukiran kalimat Latinnya, akan tetapi Kekaisaran Rusia mempermasalahkan peralihan kewenangan ini. Rusia menuntut Turki menaati isi Perjanjian Küçük Kaynarca, lantas mengerahkan angkatan bersenjatanya ke daerah sekitar Sungai Donau. Akibatnya, Sultan Turki menerbitkan firman yang membatalkan pengakuan terhadap kedaulatan Prancis, dan mengakui kembali kedaulatan Yunani atas gereja-gereja di Tanah Suci untuk sementara waktu. Segala kemelut ini mengobarkan konflik di antara Kekaisaran Rusia dan Kekaisaran Turki Utsmaniyah sehubungan dengan kewenangan atas tempat-tempat suci agama Kristen di Tanah Suci.

Abad ke-20 sampai sekarang

[sunting | sunting sumber]
Interior Gereja Kelahiran pada era 1930-an
Muka gedung Gereja Kelahiran (pra-1940-an)

Lorong penghubung Gua Santo Hieronimus dengan Gua Kelahiran diperlebar pada bulan Februari 1964, agar lebih leluasa dilalui para pengunjung. Stanley Slotkin, usahawan asal Amerika Serikat, yang saat itu sedang mengunjungi Gereja Kelahiran, membeli pecahan batu gamping, sampah proyek pelebaran lorong, sebanyak lebih dari satu juta butir kerikil tak beraturan dengan panjang kira-kira 5 mm (0,20 in). Kerikil-kerikil itu dijual bebas dalam kemasan salib plastik, dan diiklankan di infomersial-infomersial tahun 1995.[33]

Sekitar 50 orang pejuang Palestina berlindung di dalam Gereja Kelahiran ketika diburu oleh Bala Pertahanan Israel. Orang-orang Kristen di dalam Gereja Kelahiran mengizinkan pejuang-pejuang bersenjata itu berlindung di dalam gedung gereja, bahkan memberi mereka makanan, air minum, serta perlindungan dari pasukan militer Israel yang ditempatkan di luar gedung gereka. Media massa Israel mengabarkan bahwa orang-orang Kristen yang terjebak di dalam gedung gereja telah dijadikan sandera,[34] tetapi warga jemaat yang berada di dalam Gereja Kelahiran mengatakan bahwa para pejuang Palestina bersikap sopan terhadap mereka maupun terhadap gedung gereja.[35]

Tirai Gua Kelahiran terbakar pada tanggal 27 Mei 2014, dan menimbulkan sedikit kerusakan pada gedung gereja.[36]

Para pemilik bersama Gereja Kelahiran melakukan usaha renovasi besar-besaran semenjak bulan September 2013,[37] yang direncanakan tuntas pada tahun 2019 (baca Restorasi (2013–2019)).

Restorasi (2013–2019)

[sunting | sunting sumber]
Status terancam punah
[sunting | sunting sumber]

Gereja Kelahiran dimasukkan ke dalam daftar 100 Situs Paling Terancam Punah tahun 2008 oleh Yayasan Monumen Dunia:

Status terkini Gereja Kelahiran sudah sangat mengkhawatirkan. Balok-balok kayu penyangga atap sudah banyak yang lapuk, dan belum diganti sejak abad ke-19. Rembesan air hujan tidak hanya mempercepat pelapukan kayu dan pengeroposan bangunan, tetapi juga merusak mosaik-mosaik dan lukisan-lukisan buatan abad ke-12 yang menempel pada dinding bangunan. Masuknya air ke dalam bangunan juga berarti bahwa kebakaran akibat listrik sewaktu-waktu mungkin saja terjadi. Andaikata sekali lagi terjadi gempa bumi dengan skala yang sama dengan yang pernah terjadi pada tahun 1834, maka dampaknya akan sangat parah. ... Diharapkan pencantuman Gereja Kelahiran di dalam daftar ini akan menggerakkan usaha pelestariannya, termasuk mendorong terciptanya kerja sama antarpetugas pemelihara gedung Gereja Kelahiran dari pihak Gereja Ortodoks Yunani, Gereja Ortodoks Armenia, dan tarekat Fransiskan, yang tidak pernah terwujud selama ratusan tahun. Pemerintah Israel dan Otoritas Nasional Palestina juga harus bekerja sama untuk melindungi Gereja Kelahiran.[38][39]

Logistik dan pengaturan
[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 2010, Otoritas Nasional Palestina mengumumkan bahwa program pemugaran senilai jutaan dolar akan segera dilaksanakan.[40] Sekalipun mayoritas beragama Islam, rakyat Palestina menghargai Gereja Kelahiran sebagai harta pusaka bangsa sekaligus salah satu situs bersejarah di wilayah Palestina yang paling ramai dikunjungi wisatawan.[41] Presiden Mahmoud Abbas terlibat aktif dalam proyek yang dikepalai oleh Ziad Al Bandak ini.[41] Sebagian dana pemugaran berasal dari sumbangan rakyat Palestina, dan pengerjaan proyek dilaksanakan oleh tim yang beranggotakan orang-orang Palestina dan tenaga-tenaga ahli dari mancanegara.[41]

Proses pemugaran
[sunting | sunting sumber]

Pemugaran tahap awal tuntas pada awal tahun 2016.[41] Jendela-jendela baru sudah dipasang, perbaikan struktur atap sudah dirampungkan, dan karya-karya seni maupun mosaik-mosaik sudah dibersihkan serta direstorasi.[41]

Para pekerja asal Italia yang terlibat dalam proyek pemugaran menemukan mosaik malaikat yang ketujuh pada bulan Juli 2016. Mosaik ini sebelumnya tertutupi lapisan lepa.[42]

Perayaan Natal di Betlehem

[sunting | sunting sumber]

Misa tengah malam yang diselenggarakan oleh umat Kristen Katolik di Betlehem pada Malam Natal disiarkan ke seluruh dunia. Perayaan meriah sudah berlangsung berjam-jam sebelum Misa, diawali dengan acara penyambutan kedatangan Batrik Yerusalem oleh para pejabat dan tokoh masyarakat di gapura kota Betlehem, dekat makam Rahel. Batrik selanjutnya diarak barisan-barisan organisasi kepemudaan menuju Alun-Alun Palungan, tempat khalayak ramai sudah menunggu, dan akhirnya masuk ke dalam Gereja Katolik Santa Katarina untuk memimpin perayaan Misa. Seusai Misa, batrik memimpin jemaat berarak memasuki Gereja Kelahiran. Batrik membawa serta ikon bayi Yesus untuk diletakkan di atas cakra bintang perak, penanda tempat lahir Yesus di Gua Kelahiran, tepat di bawah altar utama Gereja Kelahiran. Pada perayaan Malam Natal Kristen Ortodoks, yang diselenggarakan 13 hari sesudah perayaan Malam Natal Kristen Katolik, kerumunan pengunjung dan jemaat sekali lagi memenuhi Alun-Alun Palungan, kali ini untuk menonton arak-arakan dan acara penyambutan pemuka-pemuka agama dari berbagai komunitas Kristen Ortodoks. Umat Kristen Protestan juga melaksanakan kebaktian Natal di Betlehem, bertempat di gedung gereja Lutheran atau di Gereja Kelahiran, kendati sejumlah komunitas Kristen Protestan lebih suka melaksanakan kebaktian Natal di Bait Sahur, sebuah desa di dekat Betlehem.[43]

Keterangan

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ bahasa Ibrani: כנסיית המולד‎, Knesiat Molad (Gereja Kelahiran); bahasa Arab: كَنِيسَةُ ٱلْمَهْد, Kanisatul Mahd (Gereja Buaian); bahasa Yunani: Βασιλική της Γεννήσεως, Basiliki Tis Geniseos (Basilika Kelahiran); bahasa Armenia: Սուրբ Ծննդյան տաճար, Surb Tsendyan Tahar (Haikal Kelahiran Suci); bahasa Latin: Basilica Nativitatis (Basilika Kelahiran)
  1. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Cust29
  2. ^ "Unesco, Birthplace of Jesus: the Church of the Nativity and the Pilgrimage Route, Bethlehem". UNESCO World Heritage Centre. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-11. Diakses tanggal 1 Juli 2012. 
  3. ^ a b c Cohen, Raymond (2011). "4". Dalam Melanie Hall. Conflict and Neglect: Between Ruin and Preservation at the Church of the Nativity. Towards world heritage: international origins of the preservation movement 1870–1930. Routledge. hlm. 91–108. ISBN 978-1-4094-0772-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-02. Diakses tanggal 2019-12-26 – via https://www.bc.edu/content/dam/files/research_sites/cjl/pdf/CohenEssay_9.30.10.pdf. 
  4. ^ a b c Madden, Andrew (2012). "A Revised Date for the Mosaic Pavements of the Church of the Nativity, Bethlehem". Ancient West & East. 11: 147–190. doi:10.2143/AWE.11.0.2175882. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-09. Diakses tanggal 2019-12-26. 
  5. ^ a b Custodia terrae sanctae, Bethlehem Sanctuary: Menara-menara lonceng Tentara Salib Diarsipkan 31 May 2015 di Wayback Machine.
  6. ^ a b c Shomali, Qustandi. "Church of the Nativity: History & Structure". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-04-11. Diakses tanggal 8 April 2018. Kini, luas keseluruhan lahan yang ditempati kompleks bangunan Gereja Kelahiran sudah mencapai kira-kira 12.000 meter persegi, sudah termasuk gedung biara Latin di sisi utara, gedung biara Yunani di sisi tenggara, dan gedung biara Armenia di di sisi barat daya. Sebuah menara lonceng dan dan bangunan sakristi dibangun berdempet di sudut tenggara basilika ini. 
  7. ^ LaMar C. Berrett (1996). Discovering the World of the Bible. Cedar Fort. hlm. 188. ISBN 978-0-910523-52-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-02. Diakses tanggal 2019-12-26. 
  8. ^ Clive Ponting (2011). The Crimean War: The Truth Behind the Myth. Random House. hlm. 2–3]. ISBN 978-1-4070-9311-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-02. Diakses tanggal 2019-12-26. 
  9. ^ Lazaroff, Tovah (29 June 2012). "UNESCO: Nativity Church heritage site in 'Palestine'". The Jerusalem Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 June 2012. Diakses tanggal 29 June 2012. 
  10. ^ "Birthplace of Jesus: Church of the Nativity and the Pilgrimage Route, Bethlehem". UNESCO. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-01. Diakses tanggal 7 Juli 2019. 
  11. ^ UN Conciliation Commission (1949). United Nations Conciliation Commission for Palestine Working Paper on the Holy Places. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-03-08. Diakses tanggal 2019-12-26. 
  12. ^ Cust, L. G. A. (1929). The Status Quo in the Holy Places. H.M.S.O. for the High Commissioner of the Government of Palestine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-12-05. Diakses tanggal 2019-12-26. 
  13. ^ a b Ricciotti, Giuseppe (1948). Vita di Gesù Cristo. Tipografia Poliglotta Vaticana. hlm. 276 n. 
  14. ^ Maier, Paul L. (2001). The First Christmas: The True and Unfamiliar Story. 
  15. ^ Craveri, Marcello (1967). The Life of JesusPerlu mendaftar (gratis). Grove Press. hlm. 35–37. 
  16. ^ a b Roth, Leland M. (1993). Understanding Architecture: Its Elements, History and Meaning (edisi ke-First). Boulder, CO: Westview Press. hlm. 30, 222. ISBN 0-06-430158-3. 
  17. ^ Custodia terrae sanctae, Bethlehem Sanctuary: Peziarah Tanpa Nama dari Bordeaux Diarsipkan 2015-05-31 di Wayback Machine., diakses 10 April 2018
  18. ^ Jerome Murphy-O'Connor (2008). The Holy Land: An Oxford Archaeological Guide from Earliest Times to 1700. Oxford Archaeological Guides. Oxford: Oxford University Press. hlm. 313. ISBN 978-0-19-923666-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-02. Diakses tanggal 10 April 2018. 
  19. ^ Moffatt, Marian; et al. (2003). A World History of Architecture. 
  20. ^ a b c d Peter Gemeinhardt, Katharina Heyden, ed. (2012). Heilige, Heiliges und Heiligkeit in spätantiken Religionskulturen. Walter de Gruyter. ISBN 9783110283976. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-02. Diakses tanggal 8 April 2018. 
  21. ^ Crown, Alan D.; et al. (1993). A Comparison to Samaritan Studies. hlm. 55. 
  22. ^ a b The Palestine Exploration Fund, The Church of the Nativity, Bethlehem: Zaman Gereja Perdasa Selepas Tahun 529 Diarsipkan 2020-01-28 di Wayback Machine.
  23. ^ Steven Runciman, A History of the Crusades Jld. I: The First Crusade and the Foundations of the Kingdom of Jerusalem Diarsipkan 2023-08-02 di Wayback Machine., hlm. 10, Cambridge University Press, 1987
  24. ^ a b Hazzard, Harry W. (1977). A History of the Crusades. 4. 
  25. ^ Kebatrikan Latin Yerusalem, The Basilica of Nativity: Restoration works continue to reveal hidden jewels Diarsipkan 2019-12-27 di Wayback Machine., terbit 21 Juni 2016, diakses 8 April 2018
  26. ^ "After Centuries, Bethlehem's Church of the Nativity to Get New Roof". 27 November 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-13. Diakses tanggal 2019-12-27. 
  27. ^ a b Pringle, Denys (1993). The Churches of the Crusader Kingdom of Jerusalem. jld. I. 
  28. ^ a b Black, Aden (1851). A Cyclopedia of Biblical Literature. vol. I. 
  29. ^ The Holy Land. Oxford University Press. 2008. 
  30. ^ Smith, George Adam (1907). Jerusalem: the topography, economics and history from the earliest times to A.D. 70. jld. 1. 
  31. ^ Kraemer, Joel L. (1980). Jerusalem: problems and prospectsPerlu mendaftar (gratis). 
  32. ^ Royle. hlm. 19.
  33. ^ Dart, John (12 October 1996). "Rocks of Faith". Los Angeles Times (dalam bahasa Inggris). ISSN 0458-3035. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-04-21. Diakses tanggal 27 Mei 2016. 
  34. ^ "Salinan arsip". Archived from the original on 2011-08-17. Diakses tanggal 2019-12-27. 
  35. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-20. Diakses tanggal 2019-12-27. 
  36. ^ "Fire breaks out at Bethlehem's Church of Nativity". WKBN. Associated Press. 27 May 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-01. Diakses tanggal 2019-12-27. 
  37. ^ "Church of Nativity restoration". United Press International. Washington. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-01-03. Diakses tanggal 17 Desember 2016. 
  38. ^ "Church of the Holy Nativity". World Monuments Fund. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-05. Diakses tanggal 22 Desember 2011. 
  39. ^ Kumar, Anugrah (28 November 2011). "Bethlehem's Nativity Church to Get Overdue Repairs". The Christian Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-12-31. Diakses tanggal 2019-12-27. 
  40. ^ "Topic Galleries". Chicago Tribune. Diakses tanggal 22 Desember 2011. 
  41. ^ a b c d e "Sci/Tech – Science & Technology: Breaking news and opinions". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-21. Diakses tanggal 2019-12-27. 
  42. ^ "Italians find Church of Nativity's 7th angel". Agenzia Nazionale Stampa Associata. Roma. 5 July 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-07-08. Diakses tanggal 8 Juli 2016. 
  43. ^ Rapp, David (2015). The Church of the Nativity in Bethlehem. Apogee. hlm. 28–36. 

Baca juga

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

31°42′15.50″N 35°12′27.50″E / 31.7043056°N 35.2076389°E / 31.7043056; 35.2076389{{#coordinates:}}: tidak bisa memiliki lebih dari satu tag utama per halaman