Hawar
Dalam pertanian, hawar adalah salah satu dari gejala serangan suatu patogen tumbuhan. Serangan hawar ditandai dengan perubahan penampilan tumbuhan secara cepat, diawali dengan layu pada sebagian besar jaringan (terutama daun), kemudian diikuti klorosis yang cepat (hanya beberapa hari), menjadi coklat, lalu kematian jaringan di bagian permukaan.[1] Gejala awal dapat berupa suatu lesi/bercak melingkar di daun yang semakin lama semakin membesar.
Hawar kebanyakan menyerang daun atau bunga (sehingga sering disebut sebagai hawar daun) dan menyebabkan kerugian besar karena penyakit ini menyerang mendadak dan menyerang areal yang luas. Penyebabnya bisa berasal dari bakteri, fungi (jamur), atau protista (Oomycetes). Gejala layu mendadak muncul akibat tersumbatnya pembuluh tapis (floem) oleh koloni organisme patogen, lalu terjadi ekspansi serangan ke jaringan sasaran.
Sejumlah penyakit tumbuhan penting yang menunjukkan gejala hawar adalah sebagai berikut:
- Hawar daun kentang dan busuk (umbi) kentang, juga hawar daun tembakau, disebabkan oleh Oomycetes Phytophthora infestans (Mont.) de Bary, dan menyebabkan Kelaparan Besar Irlandia di pertengahan abad ke-19. Akibat wabah ini, penduduk Irlandia berkurang 30% dan terjadi emigrasi besar-besaran dari Irlandia ke Amerika Serikat.
- Hawar daun jagung, disebabkan fungus Cochliobolus heterostrophus (Drechs.) Drechs, anamorf Bipolaris maydis (Nisikado & Miyake)
- Hawar Alternaria atau bercak kering/coklat, yang menyerang kentang dan tomat, disebabkan oleh fungus kosmopolit Alternaria (terutama A. solani)
- Hawar daun pir, menyerang antara lain pir, apel, dan raspberry, disebabkan bakteri Erwinia amylovora (Burrill) Winslow et al., dan merupakan salah satu penyakit paling merugikan.
- Hawar daun bakteri yang menyerang padi, disebabkan oleh Xanthomonas oryzae (Uyeda & Ishiyama) Dowson.[2]
Hawar yang sudah meluas atau menyerang sebagian besar tubuh tumbuhan tidak dapat diatasi dan satu-satunya jalan adalah dengan pemusnahan (dibakar). Jika masih terbatas sebarannya, hawar dapat dikendalikan dengan sanitasi (menjaga kebersihan areal pertanaman), drainase yang baik (karena penyebab biasanya tumbuh pada keadaan lembap), dan aplikasi pestisida yang sesuai dengan petunjuk.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Agrios, George N. Plant Pathology. 5th ed. Burlington, MA: Elsevier Academic Press, 2005.
- ^ Oda, M., Sekizawa, Y., and Watanabe, T. 1966. Phenazines as Disinfectants Against Bacterial Leaf Blight of the Rice Plant. Applied Microbiology 14(3):365-367.