Ikan sumatra
Ikan Sumatra | |
---|---|
Aman
| |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | P. tetrazona
|
Nama binomial | |
Puntius tetrazona | |
Sinonim | |
Barbus tetrazona (Bleeker, 1855) |
Ikan sumatra (Puntius tetrazona) adalah sejenis ikan kecil anggota anak-suku Cyprinidae. Nama tersebut adalah nama perdagangannya sebagai ikan hias. Di Kalimantan Barat dikenal dengan nama ikan berbaju. Dalam bahasa Inggris, ikan ini dikenal sebagai sumatra barb atau tiger barb.
Pemerian
[sunting | sunting sumber]Ikan yang berukuran kecil, dengan panjang total (beserta ekor) mencapai 70mm. Tubuh berwarna kekuningan dengan empat pita tegak berwarna gelap; pita yang pertama melewati mata dan yang terakhir pada pangkal ekor. Gurat sisi tak sempurna, 22–25 buah dengan hanya 8–9 sisik terdepan yang berpori. Batang ekor dikelilingi 12 sisik. Tinggi tubuh sekitar setengah kali panjang standar (tanpa ekor).[1]
Sekitar mulutnya, sirip perut dan ekor berwarna kemerahan. Sirip punggung dan sirip dubur berwarna hitam, namun warna hitam pada sirip punggung dibatasi oleh garis merah.[2] Jenis yang diperdagangkan, selain yang berwarna kekuningan, ada pula individu yang kemerahan, kehijauan dan albino. Jenis yang berwarna kehijauan, yang sebetulnya adalah gejala melanisme pada ikan sumatra, dan yang berwarna albino merupakan hasil dari pembiakan selektif dalam penangkaran untuk meningkatkan nilai jual ikan ini.
Habitat dan penyebaran
[sunting | sunting sumber]Ikan sumatra secara alami menyebar di Semenanjung Malaya (termasuk di wilayah Thailand), Sumatra dan Kalimantan.[2] Di samping itu, ada pula laporan-laporan temuan dari wilayah lain di Asia Tenggara yang sukar dikonfirmasi, apakah ikan-ikan tersebut memang asli setempat atau ikan lepasan yang telah beradaptasi.
Ikan ini sering didapati pada sungai-sungai dangkal berarus sedang, yang jernih atau keruh. Ikan sumatra menyukai pH antara 6.0–8.0, kesadahan air antara 5–19 dGH, dan kisaran temperatur air antara 20–26 °C.[3] Ikan sumatra juga didapati di rawa-rawa, yang mengindikasikan bahwa ikan ini memiliki toleransi yang cukup tinggi terhadap perubahan kualitas air. Rata-rata lama hidup ikan sumatra adalah sekitar 6 tahun.
Manfaat
[sunting | sunting sumber]Ikan sumatra merupakan salah satu ikan akuarium yang memiliki nilai komersial cukup tinggi. Menurut catatan impor ikan hias Amerika Serikat pada tahun 1992, ikan ini menduduki peringkat ke-10 dengan jumlah individu yang diimpor pada tahun itu sebanyak 2,6 juta ekor.[4]
Pemeliharaan di akuarium
[sunting | sunting sumber]Ikan sumatra senang berenang bergerombol. Bila dipelihara dalam jumlah kecil, kurang dari 5 ekor, ikan ini dapat menjadi agresif dan mengganggu ikan-ikan yang lain. Ikan-ikan yang lemah dan kurang gesit dapat menjadi sangat menderita akibat gigitan ikan sumatra yang dominan, yang terutama akan menyerang sirip-siripnya. Dalam kelompok yang besar, agresivitas ikan ini dapat terkendalikan.[2]
Tangkas dan berenang cepat, ikan sumatra dapat dipelihara bercampur dengan ikan-ikan yang sama gesitnya seperti ikan-ikan platis, kerabat lele, atau kerabat ikan macan (Chromobotia macracanthus). Sebaiknya akuarium diisi pula dengan tumbuh-tumbuhan air sebagai tempat untuk bermain. Ikan sumatra bersifat omnivora, dapat diberi makanan kering (buatan) atau mangsa hidup seperti cacing, kutu air atau jentik-jentik nyamuk.
Ikan ini dapat dibiakkan di dalam akuarium. Ikan sumatra betina mengeluarkan antara 150–200 butir sekali bertelur, yang disebarkan di antara tumbuh-tumbuhan air. Telur akan menetas setelah 24 jam, dan anak-anak ikan mulai terlihat aktif setelah 3 hari. Sebagai pakan anak ikan pada minggu-minggu pertama dapat digunakan udang renik.[2]
Jenis yang berkerabat
[sunting | sunting sumber]Status taksonomi jenis ini belum mantap dan masih panjang perdebatan mengenainya. Pada 1855 Pieter Bleeker, ahli ikan bangsa Jerman yang bekerja di Hindia Belanda ketika itu, pertama kali mendeskripsi jenis ini dengan nama Capoëta tetrazona. Akan tetapi pada 1857, Bleeker menggunakan lagi nama-spesifik (specific epithet) yang sama untuk menamai jenis yang lain, yang berkerabat namun tidak begitu mirip, yakni dengan Barbus tetrazona (kini ikan ini dikenal sebagai Puntius rhomboocellatus[1][5]). Sementara itu, untuk menambah keruwetan, pada 1860 Bleeker mengubah nama-spesifik ikan sumatra menjadi Systomus (Capoëta) sumatranus. Baru pada akhir 1930an kekeliruan ini diperbaiki dan nama Barbus tetrazona dikembalikan bagi ikan sumatra.[6]
Jenis lain yang serupa adalah Puntius anchisporus, dengan pola pewarnaan yang amat mirip dengan ikan sumatra. Perbedaannya, P. anchisporus memiliki gurat sisi yang sempurna dan batang ekornya dikelilingi oleh 14 sisik.[7][8]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, S. Wirjoatmodjo. 1993. Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Periplus Edition (HK) Ltd. dan Proyek EMDI KMNKLH Jakarta. hal 60.
- ^ a b c d Sastrapradja, S., A. Budiman, M. Djajasasmita, dan C.S. Kaswadji. 1981. Ikan Hias. LBN - LIPI. Bogor. hal. 98-99.
- ^ Puntius tetrazona pada laman FishBase. Diakses 26 Mei 2009.
- ^ Chapman, F.A. (1994). "An analysis of the United States of America International Trade in Ornamental Fish". CTSA Project Final Report, University of Florida, Department of Fisheries and Aquatic Sciences.: 1–55.
- ^ "Barbus tetrazona". Integrated Taxonomic Information System.
- ^ Alfred, E.R. (1963). "Some colorful fishes of the genus Puntius". Hamilton. 30: 135–142.
- ^ Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, S. Wirjoatmodjo. 1993. op. cit. hal 57.
- ^ Weber, M. and L.F. de Beaufort. 1916. The Fishes of The Indo-Australian Archipelago III:190. E.J. Brill. Leiden.