Jacques Derrida
Jacques Derrida (/ˈdɛrɪdə/; bahasa Prancis: [ʒak dɛʁida]; lahir sebagai Jackie Élie Derrida;[1] 15 Juli 1930 – 8 Oktober 2004) adalah seorang filsuf kontemporer Prancis yang dianggap sebagai pengusung tema dekonstruksi di dalam filsafat pascamodern.[2] Pemikirannya juga disampaikan melalui filsafat bahasa. Christopher Norris dalam tulisannya yang berjudul Derrida (1987) berasumsi bahwa filosofi Derrida utamanya bertemakan tentang tulisan.[2]
Riwayat Hidup
[sunting | sunting sumber]Jacques Derrida lahir di Aljazair pada tangggal 15 Juli 1930.[2] Pada tahun 1949 ia berpindah ke Prancis, di sana ia tinggal sampai akhir hayatnya.[2] Ia mengajar di École Normale Supérieure di Paris.[2] Orang tuanya yang bernama Aimé Derrida dan Georgette Sultana Esther Safar, menikah pada tahun 1923 dan pindah ke St.Agustinus di Aljazair pada tahun 1925.[2] Pada tahun yang sama, Rene Derrida (anak Aimé dan Georgette) lahir dan empat tahun kemudian Paul Derrida (adik Rene) lahir.[2] Namun, tiga bulan kemudian Paul meninggal.[2] Pada tahun 1930 Jackie Derrida lahir.[2] Di kemudian hari ia menyebut dirinya "Jacques".[2] Sepanjang hidupnya ia curiga bahwa ia hanya menjadi pengganti atau pelengkap ketiadaan Paul, kakaknya.[2] Derrida adalah seorang keturunan Yahudi.[2] Ia pernah mendapat gelar doctor honoris causa di Universitas Cambridge.[2] Pada tanggal 9 Oktober 2004, ia meninggal di usia 74 tahun karena penyakit kanker.[2]
Pemikiran
[sunting | sunting sumber]Derrida sangat dipengaruhi oleh filsuf Edmund Husserl dan ahli bahasa Ferdinand de Saussure.[2] Buku pertama Derrida berasal dari proyeknya menerjemahkan karya Husserl yang berjudul The Origin of Geometry.[2] Di dalam bukunya yang berjudul Of Grammatology, Derrida menyampaikan pandangannya terhadap pemikiran Saussure mengenai definisi bahasa.[2] Ia mengatakan bahwa Saussure memberikan esensi manusia kepada bahasa.[2] Logosentrisme dan fonosentrisme adalah paham yang berusaha dikritik Derrida.[2] Menurutnya, kelemahan logosentrisme adalah menghapus dimensi material bahasa, dan kelemahan fonosentrisme adalah menomorduakan tulisan karena memprioritaskan ucapan.[2]
Dekonstruksi
[sunting | sunting sumber]Derrida menjelaskan dekonstruksi dengan kalimat negasi.[3] Menurutnya dekonstruksi bukan suatu analisis dan bukan kritik, bukan suatu metode, bukan aksi maupun operasi.[3] Singkatnya, dekonstruksi bukanlah suatu alat penyelesaian dari “suatu subjek individual atau kolektif yang berinisiatif dan menerapkannya pada suatu objek, teks, atau tema tertentu”.[3] Dekonstruksi adalah suatu peristiwa yang tidak menunggu pertimbangan, kesadaran, atau organisasi dari suatu subjek, atau bahkan modernitas.[3] Derrida mengadaptasi kata dekonstruksi dari kata destruksi dalam pemikiran Heidegger.[4] Kata dekonstruksi bukan secara langsung terkait dengan kata destruksi melainkan terkait kata analisis yang secara etimologis berarti "untuk menunda"-sinonim dengan kata men-dekonstruksi.[4] Terdapat tiga poin penting dalam dekonstruksi Derrida, yaitu: pertama, dekonstruksi, seperti halnya perubahan terjadi terus-menerus, dan ini terjadi dengan cara yang berbeda untuk mempertahankan kehidupan; kedua, dekonstruksi terjadi dari dalam sistem-sistem yang hidup, termasuk bahasa dan teks; ketiga, dekonstruksi bukan suatu kata, alat, atau teknik yang digunakan dalam suatu kerja setelah fakta dan tanpa suatu subyek interpretasi.[3]
Différance
[sunting | sunting sumber]Derrida menunjukkan kelemahan dari ucapan untuk mengungungkapkan makna dengan menggunakan kata différance, suatu terminologi yang sebenarnya tidak terdapat dalam khazanah bahasa Prancis.[3] Differance berasal dari kata difference yang mencakup tiga pengertian, yaitu:[5]
- to differ—untuk membedakan, atau tidak sama sifat dasarnya;
- differe (Latin)-- untuk menyebarkan, mengedarkan;
- to defer—untuk menunda.
Dalam pengucapannya, tidak terdengar perbedaan, tetapi perbedaan pemakaian huruf ‘a’ untuk mengganti huruf ‘e’ hanya akan terlihat dalam tulisan.[5] Hal ini dilakukan Derrida untuk menunjukkan peleburan makna dari tiga pengertian dalam kata difference yang tidak dapat dilakukan oleh logosentrisme dan fonosentrisme.[5] Melalui tulisan terjadi otonomisasi teks.[5] Dekonstruksi adalah suatu peristiwa yang tidak menunggu pertimbangan, kesadaran, atau organisasi dari suatu subjek, atau bahkan modernitas.[3] Menurut Derrida bahasa bersumber pada teks atau “Tulisan”.[6] Tulisan adalah bahasa yang maksimal karena tulisan tidak hanya terdapat dalam pikiran manusia, tetapi konkret di atas halaman.[6] Tulisan memenuhi dirinya sendiri karena Tulisan terlepas dari penulisnya begitu ia berada di ruang halaman.[6] Ketika dibaca, Tulisan langsung terbuka untuk dapat dipahami oleh pembacanya.[6]
Pshyche
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1987, Derrida mengeluarkan kumpulan esainya dalam teks yang berjudul Pshyche.[2] Dasar dari risalah ini adalah untuk menyatakan seberapa besar kemungkinan untuk membicarakan (yang Lain).[2] Menurut Derrida, sikap yang tepat terhadap (yang Lain) adalah menunggu, menginginkan, dan bersiap bagi masa depan, yaitu dari mana (yang lain) itu berasal.[2] (Yang Lain) tidak berasal dari masa kini.[2] Untuk menjelaskan mengenai sikap menunggu dan bersiap, Derrida kembali mengutip dari tulisan sebelumnya yang berjudul structure dan Sign and Play.[2] (Yang Lain) itu datang sebagai bencana, tidak peduli baik atau buruk, kedatangannya akan terlalu asing untuk dihasilkan oleh realitas.[2]
Khora
[sunting | sunting sumber]Khora adalah salah satu tulisan Derrida yang ditulis untuk memperingati Jean-Pierre Vernant, sejarawan strukturalis dari Yunani.[2] Khora adalah suatu kata yang muncul dalam tulisan yang berjudul Timaeus, salah satu bagian dari tulisan trilogi Plato yang berjudul The Republic.[2] Kata ini dikaitkan dengan bagian yang membahas kosmologi dan asal dari alam semesta.[2] Makna khora menurut Plato adalah tempat yang kosong yang tidak dapat berisi, namun memiliki kecenderungan untuk memiliki isi.[2]
Karya-karya penting
[sunting | sunting sumber]Karya-karya penting Jacques Derrida:
- La voix et le phenomène (1967)
- L'écriture et la différance (1967)
- De la grammatologie (1967)
- Marges de la philosophie (1972)
- Glas (1974)
- Éperons: les styles de Nietzsche (1978)
- De l'esprit: Heidegger et la question (1987)
- Spectres de Marx (1993)
- Force de loi (1994)
- Voyous (2003)
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Peeters, Benoît (2012). Derrida: A Biography. Polity. hlm. 12–13.
Jackie was born at daybreak, on 15 July 1930, at El Biar, in the hilly suburbs of Algiers, in a holiday home. [...] The boy's main forename was probably chosen because of Jackie Coogan ... When he was circumcised, he was given a second forename, Elie, which was not entered on his birth certificate, unlike the equivalent names of his brother and sister.
OCLC 980688411 - ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad (Inggris) Jason Powell. 2006. Jacques Derrida: A Biography. London: Continuum. 50, 11, 149, 158.
- ^ a b c d e f g (Inggris)Dawne McCance. 2009. Derrida on Religion: Thinker of Difference. London: Equinox Publshing. Hlm 22
- ^ a b (Inggris)Jacques Derrida. 2000. Dissemination. London: The Athlone Press. Hlm xiv
- ^ a b c d (Inggris)Vincent B. Leitch. 1983. Deconstructive Criticism: an Advance Introduction. New York: Columbia University Press. Hlm. 41
- ^ a b c d (Indonesia) Benny H. Hoed. 'Derrida VS Strukturalisme De Saussure' dalam Majalah BASIS No.11- 12, November-Desember 2007. 27.