John Stott
John Stott | |
---|---|
Lahir | London, Inggris | 27 April 1921
Meninggal | 27 Juli 2011 Lingfield, Surrey, Inggris | (umur 90)
Kebangsaan | Britania Raya |
Pendidikan | Trinity College, Cambridge, Ridley Hall Theological College |
Tahun aktif | 1945–2010 |
Situs web | www |
Penghargaan | |
John Robert Walmsley Stott (27 April 1921 – 27 Juli 2011) atau dikenal dengan John Stott adalah seorang tokoh Kristen asal Inggris, dikenal di berbagai penjuru dunia sebagai pengkhotbah, penginjil, dan penulis.[1][2] Menurut Majalah Time di Amerika Serikat tahun 2005, John Stott masuk sebagai salah satu dari "100 tokoh paling berpengaruh di dunia".[1] Selama bertahun-tahun ia menjabat sebagai rektor dari Gereja All Souls di London.[1] Ia juga menjadi pemimpin para penginjil Inggris bagi misi Kristen di seluruh dunia, salah satunya menjadi perancang terbentuknya Pengakuan Lausane di Pilipina pada tahun 1974.[1] Dia menjabat sebagai direktur London Institute for Contemporary Cristianity, Insitut di Inggris yang memberi perhatian bagi perkembangan kekristenan, salah satu peran penting bagi negara-negara dunia ketiga.[1]
Di mata S. Douglas Birdsall sebagai Ketua Eksekutif Pergerakan Lousanne, Stott merupakan seorang gembala, pemimpin, sekaligus sahabat.[2] Stott sangat menyukai lagu Messiah karya Händel.[2] Ia juga bersahabat sangat akrab dengan Billy Graham, seorang tokoh penginjil lain.[2] Mereka sangat berjasa pada Pengakuan Lausane di Pilipina.[2][3]
Riwayat Hidup Ringkas
[sunting | sunting sumber]John Stott lahir pada tahun 27 April 1921, anak dari Sir Arnold Stott dan Lady Lili Stott.[2] Ayahnya mendidik dengan penuh kasih sayang.[2] Di rumahnya, ia mendapatkan rasa humor dengan cerita Saki yang sering ia baca kala masih anak-anak hingga terbahak-bahak.[2] Dia bergabung di Sekolah Minggu Gereja All Souls.[2] Pendidikannya di St. Barnabas agaknya mempengaruhinya sebagai orang yang taat dan berintegritas.[2] Di mata Sekretarisnya, Lambeth MA, yang selama 55 tahun mendampinginya, ia merupakan orang yang penuh iman, apa yang ia pikirkan tentang kebaikan, ia lakukan dengan sepenuh hati.[2]
John Stott menghembuskan nafas terakhir pada sore hari, 27 Februari 2011 di College of St Barnabas, Surrey, Inggris, tempat ia terakhir mengajar dan menjadi imam.[2]
Kehidupan pribadi
[sunting | sunting sumber]Stott tidak menikah seumur hidupnya. Ia berkata, "Karunia hidup bujangan adalah lebih merupakan pekerjaan daripada pemberdayaan, meskipun dapat dipastikan Allah itu setia dalam menunjang mereka yang dipanggil-Nya."[4]
Cara bersantai Stott yang favorit adalah mengamati burung-burung; bukunya The Birds Our Teachers didasarkan pada hobby ini.[5]
Kontroversi
[sunting | sunting sumber]Stott secara publisk mendukung ide anihilasionisme, yaitu keyakinan bahwa neraka adalah pembakaran habis menjadi ketiadaan,[6] bukan penyiksaan kekal secara sadar (pendekatan tradisional Evangelikal). Ia tidak bersikap dogmatik atas posisinya, tetapi memegang secara tentatif, hanya bersikeras bahwa pendapat itu seharusnya diterima sebagai salah satu opsi evangelikal yang sah[7] Ini menjadi debat hangat dalam evangelikal Kristen pada umumnya: sejumlah penulis mengkritik Stott secara keras, sedangkan yang lain mendukung pandangannya ini.[8] Stott juga mendukung penahbisan diakon dan presbiter perempuan, meskipun ia tidak percaya mereka harus berada dalam posisi pimpinan.
Anti-Sionisme
[sunting | sunting sumber]Stott menyatakan oposisinya yang kuat atas Sionisme: "Sionisme politik dan sionisme Kristen merupakan anatema terhadap iman Kristen ... Israel sejati hari ini bukanlah orang Yahudi atau orang Israel, melainkan orang yang percaya Mesias, bahkan jika mereka orang kafir ..."[9]
Karya
[sunting | sunting sumber]John Stott memiliki ketertarikan yang sangat kuat dalam bidang misi, Alkitab, Perjanjian Baru, Iman, dan doktrin gereja.[1] Karya-karyanya sangat banyak, beberapa di antaranya,[1]
- The Authentic of Jesus
- Baptism & Fulness
- Basic Christianity
- Christian Mission in the Modern World
- Evangelical Essentials (bersama David Edwards)
- The Gospel and the End of Time
- The Message of Ephesians
- The Message of Galatians
- The Message of 2 Timothy
- The Message of the Sermon on the Mount
- The Spirit, The Church, and The World
- Your Mind Matters
Buku lainnya yang berhubungan dengan pernikahan dan isu masa kini,[1]
- Homosexual Partnerships
- Marriage and Divorce
Karya tambahan lainnya,[1]
- The Authority of the Bible
- Becoming Christian
- Being a Christian
Gagasan-gagasan John Stott
[sunting | sunting sumber]Menurut Hickinbotham, Ketua Wyckliffe Hall, Oxford, dalam perkuliahan John Stott, mengatakan tentang empat prinsip dalam memperlakukan Alkitab (Injil) dalam misi dunia masa kini.[10] Bagaimana pesan-pesan Injil itu dapat memiliki peran bagi orang-orang pada zaman yang berbeda dengan kasus-kasus dan persoalan yang sering kali tak terpecahkan atau mengalami kebuntuan.[10] Antara lain
- Biblis, artinya, bacalah dengan saksama Alkitab dan jujurlah, apa sesungguhnya yang Alkitab ingin katakan, Tuhan mau bicara apa melalui Alkitab.[10]
- Terang, atau jelas, ia mengajak orang untuk benar-benar melihat persoalan secara mendalam, walau banyak hal yang ambigu dan kabur, yaitu dengan menghadapinya secara teologis penuh nalar dan tepat.[10]
- Adil atau fair, keterbukaan terhadap kritik konteks masa kini penting, dan di sana seorang Injili harus mampu menjelaskan betapa Alkitab memiliki jawaban atas setiap tantangan zaman.[10]
- Konstruktif, sebuah tulisan teologis harus konstruktif, sopan, hangat, dan tidak jauh dari kehidupan sehari-hari, di kala orang bergumul dengan iman dan persoalan konkret.[10] Keterbukaan manusia untuk disapa Tuhan melalui Alkitab, melalui peristiwa penyelamatan Yesus Kristus menjadi penting bagi orang Kristen sebagai upaya positif dan ekumenis (artinya terbuka untuk hidup bersama-sama atau tidak ekslusif terhadap orang lain).[10]
Isu tentang Persembahan Kristen menurut John Stott
[sunting | sunting sumber]Dalam buku Living Church (Gereja yang Hidup), John Stott menyatakan prinsip-prinsip persembahan orang Kristen,[11] di antaranya,
- Persembahan orang Kristen adalah ungkapan syukur atas limpahan rahmat dari Allah, prinsipnya, Allah kita yang menganugerahi kita hidup dan pengampunan adalah Allah yang murah hati (2 Korintus 8:1-6)[11]
- Persembahan orang Kristen merupakan kharisma (kasih karunia Roh Kudus), prinsipnya, semua orang Kristen dipanggil untuk menjadi murah hati (2 Korintus 8:7).[11]
- Persembahan Kristen menyumbang nilai-nilai kesetaraan, prinsipnya supaya yang kaya tidak kelebihan, yang miskin tidak berkekurangan (2 Korintus 8:13-15).[11]
- Persembahan Kristen harus diawasi secara teliti, prinsipnya uang mudah disalahgunakan, sehingga perlu adanya pengawasan supaya orang tidak mudah tergoda untuk menyalahgunakan persembahan (2 Korintus 8:16-24).[11]
- Persembahan Kristen dapat dibangkitkan dengan persaingan sehat (2 Korintus 9:5).[11]
- Persembahan Kristen menyerupai tuaian (2 Korintus 9:6-12).[11]
- Persembahan Kristen memiliki makna simbolis (2 Korintus 9:13).[11]
- Persembahan Kristen menyuburkan ucapan syukur kepada Tuhan (2 Korintus 9:11b-15).[11]
Pengakuan Lousanne
[sunting | sunting sumber]John Stott berjasa sebagai ketua perumus Pengakuan Lousanne di Pilipina pada bulan Juli 1974. Pekabaran Injil mendesak dilakukan oleh misi Kristen, salah satu Pengakuan Lousanne,[3]
Kami anggota gereja Yesus Kristus dari 150 bangsa lebih... sangat tergerak oleh apa yang Allah lakukan pada zaman kami ini, tergerak untuk menyesal karena kegagalan-kegagalan kami dan ditentang oleh tugas penginjilan yang belum selesai. Kami percaya bahwa Injil adalah kabar baik dari Allah untuk seluruh dunia: dan kami bertekad oleh anugerah-Nya unutk menyatakan kepada umat manusia dan menjadikan murid-murid bagi-Nya dari setiap bangsa.[3]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f g h i (Inggris) John R. W. Stott., The Cross of Christ, Illionis: Intervarsity Press, 1986
- ^ a b c d e f g h i j k l (Inggris)Christ Wright el al., John Stott: Pastor, Leader, and Friend, Masachussetts: Lausane Movement, Hal. 9-10 Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "Wright et all" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ a b c (Indonesia)Tony Lane., Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005, Hal. 284-287
- ^ Albert Hsu, Singles at the Crossroads, Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1997. p178.
- ^ Article in Why I am still an Anglican, Continuum, 2006, p7.
- ^ Essentials, John Stott and David Edwards
- ^ John Stott: "the ultimate annihilation of the wicked should at least be accepted as a legitimate, biblically founded alternative to their eternal conscious torment.", dikutip dalam Packer, James I. (Spring 1997). "Evangelical Annihilationism in Review" (PDF). Reformation & Revival. 6 (2). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-04-06. Diakses tanggal 31 January 2013.
- ^ Dudley-Smith, Timothy (1999). John Stott: A Global Ministry. Leicester: Inter-Varsity Press. ISBN 978-0-85111-983-0.[halaman dibutuhkan]
- ^ Wagner, Don (January 1995). Anxious for Armageddon. US: Herald Press. hlm. 80-4. ISBN 9780836136517.
- ^ a b c d e f g (Inggris) John R.W. Sott., Christian Mission in the Modern World, Illionis: Intervasity Press, 2008, Hal. 10-13
- ^ a b c d e f g h i (Indonesia)John R.W. Stott., The LIving Church, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007, hal. 105-124