Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Lompat ke isi

Keraton Kacirebonan

Koordinat: 6°43′31″S 108°33′55″E / 6.72519603028369°S 108.56535929181406°E / -6.72519603028369; 108.56535929181406
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Keraton Kacirebonan
Karaton Kacirebonan

Keraton Kacirebonan
Keraton Kacirebonan
Keraton Kacirebonan di Kotamadya Cirebon
Keraton Kacirebonan
Location within Kotamadya Cirebon
Keraton Kacirebonan di Jawa Barat
Keraton Kacirebonan
Keraton Kacirebonan (Jawa Barat)
Keraton Kacirebonan di Jawa
Keraton Kacirebonan
Keraton Kacirebonan (Jawa)
Keraton Kacirebonan di Indonesia
Keraton Kacirebonan
Keraton Kacirebonan (Indonesia)
Informasi umum
JenisIstana/keraton
AlamatPulasaren, Pekalipan, Cirebon
KotaKota Cirebon
Negara Indonesia
Koordinat6°43′31″S 108°33′55″E / 6.72519603028369°S 108.56535929181406°E / -6.72519603028369; 108.56535929181406
Diresmikan1808; 215 tahun lalu (1808)

Keraton Kacirebonan adalah sebuah bangunan dahulu sebagai tempat para selir para raja dan sultan keraton kasepuhan yang berada di daerah Pulasaren (sekarang jalan Pulasaren, kecamatan Pekalipan, kota Cirebon)[1]. Keraton Kacirebonan dibangun pada sekitar tahun 1800-an[2]. Bangunan kolonial ini banyak menyimpan benda-benda peninggalan sejarah seperti Keris, Wayang, perlengkapan Perang, Gamelan dan lain-lain.

Komplek keraton Kacirebonan tepatnya berada sekitar 1 km sebelah barat daya dari Keraton Kasepuhan dan kurang lebih 500 meter sebelah selatan Keraton Kanoman. Keraton Kacirebonan posisinya memanjang dari utara ke selatan (posisi yang sama dengan keraton-keraton lain di Cirebon) dengan luas tanah sekitar 46.500 meter persegi.[3]

Arsitektur

[sunting | sunting sumber]

Bangunan Kacirebonan masuk ke dalam model gaya percampuran Cina, Bangunan zaman Kolonial dan Tradisional . Bentuk bangunannya seperti bangunan pembesar pada zaman kolonial Belanda dengan pengaruh arsitektur Eropa yang kuat.

Bangunan induk

[sunting | sunting sumber]
Kori Agung keraton Kacirebonan
Paseban keraton Kacirebonan

Setelah wafatnya Sultan Kacirebonan I Sultan Cerbon Amirul Mukminin pada tahun 1814, Ratu Raja Resminingpuri yang merupakan permaisuri dari mendiang almarhum Sultan Kacirebonan I tinggal di area Taman Sari Gua Sunyaragi, tetapi dengan memiliki anak yang masih kecil dan baru berumur lima tahun yaitu Pangeran Raja Madenda Hidayat yang kelak menjadi Sultan Kacirebonan II dia memutuskan untuk membangun sebuah keraton Kacirebonan di Pulosaren dengan uang pensiunan yang selama ini ditolaknya. Pada masa awal pembangunan keraton Kacirebonan Ratu Raja Resminingpuri membuat bangunan induk keraton, Paseban dan Tajug (mushola).[2][3]

  • Bangunan induk keraton sebagai tempat sebagai tempat tinggal sehari-hari sultan beserta keluarganya. Bangunan ini terdiri dari beberapa ruangan antara lain ruang tidur, ruang kerja sultan, pecira, kamar jimat, prabayasa, dapur dan teras (berfungsi sebagai ruang tunggu bila prajurit rendahan ingin menghadap Sultan).
  • Paseban, terdapat dua buah bangunan Paseban di kompleks keraton Kacirebonan, yaitu di barat dan timur, berdenah persegi panjang. Paseban barat menghadap timur ditompang oleh 8 buah tiang dan 4 saka guru (tiang utama) dan merupakan bangunan semi terbuka, dinding sisi barat dan timur dipagari dengan tembok rendah, atapnya berbentuk joglo dengan penutup genteng.
  • Tajug (mushola), terletak di sebelah barat bangunan induk, antara tajug dan paseban dipisahkan oleh tembok namun ada pintu penghubung di sisi barat tembok. Pelataran keraton ke arah selatan pada pagar tembok terdapat gapura kori agung beratap joglo, yaitu pintu agung utama.

Ratu Raja Resminingpuri pun menjadi wali atas puteranya yang masih kecil tersebut. Setelah Pangeran Raja Madenda Hidayat dewasa, Ratu Raja Resminingpuri memberikan tahtanya kepada puteranya tersebut dengan gelar sultan namun hal itu ditolak oleh Belanda. (menurut Besluit hanya Sultan Kacirebonan I saja yang berhak menyandang gelar sultan)

Gedong Ijo

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1875 Pangeran Raja Denda Wijaya yang bergelar Raja Madenda membangun Gedong Ijo dalam komplek keraton Kacirebonan, Gedong Ijo adalah bangunan yang menghadap ke timur dan berdenah persegi panjang. Ruang dalam dibagi tiga, yaitu ruang utara dan ruang selatan yang ditempati oleh keluarga sultan sedangkan ruang tengah kosong.

Pringgowati

[sunting | sunting sumber]

Pada masa kepemimpinannya, Sultan Kacirebonan IV Pangeran Madenda Partadiningrat membangun Pringgowati yaitu ruang tengah yang terdapat benda-benda kebesaran keraton, berfungsi sebagi tempat istirahat sultan. Di sebelahnya terdapat ruang Pinangeran.

Pinangeran

[sunting | sunting sumber]

Ruang Pinangeran adalah ruangan yang berada disebelah Pringgowati, berfungsi sebagai tempat tinggal kerabat sultan dan tempat penyimpanan alat-alat perayaan Muludan.

Kaputran dan Kaputren

[sunting | sunting sumber]

Tempat peristirahatan putra dan putri.

Keraton Kacirebonan sebagai Objek Vital

[sunting | sunting sumber]

Keraton Kacirebonan berserta empat komplek bangunan keraton lainnya yakni, keraton Kasepuhan, keraton Kanoman dan Kaprabonan ditetapkan menjadi objek vital yang harus dilindungi. Penilaian tersebut berdasarkan pertimbangan dari institusi kepolisian, dengan adanya penilaian tersebut maka kepolisian setempat wajib menempatkan personilnya untuk melakukan penjagaan di setiap keraton-keraton tersebut, termasuk diantaranya keraton Kanoman.

Keraton Kacirebonan menjadi salah satu peninggalan benda cagar budaya yang diatur berdasarkan UU. Cagar Budaya Tahun 2010. Keraton Kacirebonan sebagai pusat kesenian dan kebudayaan menjadi bagian daripada ikon Kota Cirebon guna menarik wisatawan (Raden Hamzaiya)

.[4]

Sebagai bentuk realisasi pengamanan objek vital, maka keraton harus dijaga oleh personil kepolisian

Pengamanan, 2 personil,

  • Patroli 2 personil
  • Pengamanan kegiatan keraton, minimal 10 personil (khusus untuk pengamanan kegiatan yang berskala besar, maka diadakan pengamanan penuh yang melibatkan lebih banyak personil kepolisian).

Sebuah keraton bukan kasultanan yang dimana tidak memiliki sultan

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Adeng. 1998. Kota Cirebon sebagai Bandar Jalur Sutra. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta
  2. ^ a b Kusnandar, Dadang. 2012. Cirebon: Silang Peradaban. Bandung : Gapura Publishing
  3. ^ a b "Tim Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. 2011. Keraton Kacirebonan. Bandung: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-10-05. Diakses tanggal 2015-10-08. 
  4. ^ "2014 - Pikiran Rakyat - Empat Keraton di Kota Cirebon Menjadi Objek Vital". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-28. Diakses tanggal 2014-11-29.