Koma (komet)
Artikel atau sebagian dari artikel ini mungkin diterjemahkan dari Coma (cometary) di en.wikipedia.org. Isinya masih belum akurat, karena bagian yang diterjemahkan masih perlu diperhalus dan disempurnakan. Jika Anda menguasai bahasa aslinya, harap pertimbangkan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini. Anda juga dapat ikut bergotong royong pada ProyekWiki Perbaikan Terjemahan. (Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat. Lihat pula: panduan penerjemahan artikel) |
Koma dalam astronomi, berasal dari kata "koma" (dari kata bahasa Yunani κόμη, rambut) adalah lapisan samar-samar di sekitar inti komet. ia terbentuk ketika komet melintas dekat Matahari pada orbitnya yang sangat panjang, ketika komet menghangat, bagiannya menyublim. hal ini menyebabkan komet mempunyai penampilan yang tidak jelas ketika dilihat dari teleskop, dan membedakannya dari bintang.
Koma umumnya terbuat dari es dan debu. Air mendominasi sampai 90% dari zat-zat volatil yang mengalir keluar dari nukleus ketika komet berada pada jarak 3-4 SA dari matahari. Molekul induk H2O dirombak terlebih dahulu melalui proses fotodisosiasi dan kemudian menjadi partikel yang jauh lebih kecil dan luas melalui proses fotoionisasi. Angin matahari berperan lebih sedikit daripada proses fotokimia dalam proses perombakan air ini. Partikel debu yang lebih besar akan tertinggal sepanjang bagian orbital komet sedangkan yang lebih kecil akan dijauhkan dari matahari menuju ekor komet oleh tekanan cahaya.
Sekitar sebulan setelah ledakan pada bulan Oktober 2007, komet 17P/Holmes telah memiliki atmosfer debu renggang yang lebih besar daripada Matahari. Komet Besar 1811 juga memiliki koma yang dengan penghitungan kasar diketahui diameternya setara matahari. Meskipun sebuah koma dapat menjadi cukup besar, ukurannya bisa benar-benar berkurang sekitar waktu ia melintasi orbit Mars kira-kira 1.5 AU dari Matahari. Pada jarak ini angin matahari menjadi cukup besar untuk menyingkirkan gas dan debu dari koma dan memanjangkan ekornya.
Stardust adalah misi NASA untuk memperoleh sampel dari koma sebuah komet.
Pada beberapa kasus, sperti Komet Besar 1883, sebuah komet mengembangkan sebuah anti-ekor yang bisa dilihat atau ekor debu, yang menunjuk pada arah yang berbeda dan ketika sudut pandang dan paralaks hanya bisa terlihat pada arah yang berlawanan dari ekor ion normal.
Ukuran
[sunting | sunting sumber]Pada umumnya ukuran koma bertambah besar ketika komet mendekati matahari, dan diameter dari koma pada saat itu bisa sebesar Jupiter, meskipun massa jenisnya sangat rendah. Sekitar satu bulan setelah ledakan pada Oktober 2007, komet 17P/Holmes memiliki atmosfer debu renggang yang lebih besar dari matahari.[1] Komet Besar 1811 juga memiliki koma yang diameternya sama besar dengan matahari.[2] Meskipun koma bisa menjadi sangat besar, ukurannya dapat benar-benar berkurang kira-kira ketika ia melintasi orbit Mars sekitar 1.5 AU dari matahari.[2] Pada jarak ini angin matahari menjadi cukup kuat untuk meniup gas dan debu dari koma, memperbesar ukuran ekor komet.[2]
Sinar X
[sunting | sunting sumber]Komet ditemukan mengeluarkan sinar X pada tahun 1996.[3] Hal ini mengejutkan para peneliti, karena emisi sinar X biasanya diasosiasikan dengan radiasi lubang hitam. Sianr X pada koma diuga berasal dari interaksi antara komet dengan angin matahari: ketika ion bertegangan tinggi terbang melintasi atmosfer komet, mereka bertubrukan dengan atom dan molekul komet, "merobek" satu atau lebih elektron dari komet tersebut. Proses perobekan tersebut menyebabkan terjadinya emisi sinar X dan ultraviolet jauh.[4]
Observasi
[sunting | sunting sumber]With basic Earth-surface based telescope and some technique, the size of the Coma can be calculated.[5] Called the drift method, one locks the telescope in position and measures the time for the visible disc pass through the field of view.[5] That time multiplied by the cosine of comet's declination, times .25 should equal the coma's diameter in arcminutes.[5] If the distance to the comet is known, then the apparent size of the coma can be determined.[5]
Hydrogen gas halo
[sunting | sunting sumber]OAO-2 ('Stargazer') discovered large halos of hydrogen gas around comets.[6] Space probe Giotto detected hydrogen ions at distance of 7.8 million km away from Halley when it did close flyby of the comet in 1986.[7]
Spektrum Koma
[sunting | sunting sumber]Pranala luar
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Jewitt, David (2007-11-09). "Comet Holmes Bigger Than The Sun". Institute for Astronomy at the University of Hawaii. Diakses tanggal 2007-11-17.
- ^ a b c Gary W. Kronk. "The Comet Primer". Cometography.com. Diakses tanggal 2011-04-05.
- ^ "First X-Rays from a Comet Discovered". Goddard Spaceflight Center. Diakses tanggal 2006-03-05.
- ^ "Interaction model – Probing space weather with comets". KVI atomics physics. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-02-13. Diakses tanggal 2009-04-26.
- ^ a b c d David. H. Levy - David Levy's Guide to Observing and Discovering Comets - Page 127
- ^ Orbiting Astronomical Observatory OAO-2
- ^ ESA - Giotto