Rumah pasif
Rumah pasif adalah jenis bangunan yang direncanakan untuk memaksimalkan penggunaan energi alami seperti angin dan cahaya matahari agar dapat mengurangi ketergantungan pada energi konvensional".[1] Konsep rumah pasif diciptakan pada tahun 1990an oleh Bo Adamson dan Wolfgang Feist.[2][3] Konsep rumah pasif dapat menjaga agar suhu tetap stabil sehingga tidak terlalu bergantung pada pendingin ruangan dan boros biaya operasional.
Konsep
[sunting | sunting sumber]Ketentuan rumah pasif berdasarkan Institut Rumah Pasif (IRP) di Jerman lebih menekankan kepada perencanaan penggunaan energi. Pemanas ruangan tidak boleh melebihi 15 kWh per meter persegi dalam setahun, berbeda dengan rumah konvensional yang hanya membutuhkan 100 Watt per meter persegi. Energi listrik yang digunakan pada semua peralatan domestik seperti pemanas, AC, kulkas tidak dapat melebihi 60 kWh per meter persegi dalam setahun. Pergantian udara tidak boleh lebih dari 10 persen per jam dalam 50 tekanan pascal.[4]
Pembangunan rumah pasif memiliki beberapa standar yang harus dipenuhi. Rumah pasif yang dibangun setidaknya mempunyai isolasi termal yang baik di dinding, atap, dan lantai. Hal ini berfungsi untuk meminimalkan kehilangan panas atau dingin sehingga suhu dalam ruangan tetap stabil dan tidak memerlukan energi tambahan lagi seperti pemanas atau pendingin ruangan. Ventilasi berguna untuk memastikan udara segar yang masuk kedalam rumah dan menyaring udara panas keluar. Bagian lain yang ditambahkan adalah jendela ganda yang berfungsi untuk mengurangi kehilangan panas melalui kaca. Selain itu, rumah pasif dibangun dengan kedap udara sehingga mencegah kebocoran energi.[5]
Karakteristik
[sunting | sunting sumber]Rumah pasif dapat meminimalkan penggunaan energi aktif seperti pendingin ruangan karena menggunakan panel surya dan sistem ventilasi yang baik. Rumah pasif juga memanfaatkan sinar matahari dan menggunakan bahan bangunan yang ramah seperti kayu, serta menggunakan air lebih hemat seperti adanya sistem pengumpulan air hujan.
Perbedaan rumah pasif dan konvensional
[sunting | sunting sumber]Rumah pasif memanfaatkan energi yang bersumber dari bahan alam seperti angin, cahaya matahari, dan yang lainnya, sedangkan rumah konvensional menggunakan energi yang bersumber dari tenaga listrik sehingga dapat menggunakan cahaya lampu, AC, hingga penyejuk ruangan.[6] Rumah pasif mempunyai lima prinsip dasar yaitu penggunaan energi matahari, isolasi dan bridging termal nol, kedap udara, pemanfaatan ruang jendela, serta ventilasi berkinerja tinggi[6].
Rumah pasif dapat digunakan pada berbagai jenis rumah seperti Cape Cod klasik hingga blok apartemen ultra-modern. Adapun kekurangan yang dimiliki oleh rumah pasif adalah menggunakan biaya awal lebih tinggi 5 persen hingga 10 persen jika dibandingkan dengan rumah konvensional karena digunakan pengeluarannya untuk pemasangan panel surya. Selain itu, kekurangan lainnya adalah tidak bisa mengontrol suhu, sedangkan kelebihannya minimnya pembersihan, material lebih awet, dan hemat pengeluaran. [6]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Brilian, Almadinah Putri. "Bisa Jadi Inspirasi! Rumah Ini Bisa Hemat Listrik 95%". detikproperti. Diakses tanggal 2024-12-16.
- ^ "Home". Institute for Housing and the Environment. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 12, 2017. Diakses tanggal December 11, 2017.
- ^ Feist, Wolfgang (September 2006). "15th Anniversary of the Darmstadt - Kranichstein Passive House". PassivHaustagung.de. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 14, 2014. Diakses tanggal December 11, 2017.
- ^ Pamungkas (2021-05-03). "Mengenal Rumah Pasif, Hunian Ramah Energi dan Hemat Listrik". BERNAS.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-16.
- ^ Indonesia, Knight Frank. "Mengenal Rumah Pasif, Standar dan Manfaatnya | KF Map – Digital Map for Property and Infrastructure in Indonesia". kfmap.asia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-16.
- ^ a b c Fadli, Hilda, Ardiansyah , B Alexander (2021). "9 Fakta Menarik tentang Rumah Pasif Hemat Energi". Kompas. Diakses tanggal 16 Desember 2024.