Papers by Christine G Toelle
Tulisan ini akan memaparkan beberapa tinjauan mengenai perempuan perupa yang turut secara aktif b... more Tulisan ini akan memaparkan beberapa tinjauan mengenai perempuan perupa yang turut secara aktif berperan dalam menorehkan karya dalam sejarah seni rupa Indonesia. Eksistensi moral dan kesadaran mengenai etika beranjak dari adanya pendidikan dasar yang baik. Pendidikan dan pengetahuan selalu beranjak dari hasil pengalaman dan catatan sejarah manusia, dan sejarah yang bias akan turut menghasilkan paradigma yang bias pula. Kecenderungan masyarakat untuk membiasakan budaya yang melemahkan posisi dan peran perempuan dalam masyarakat, penulis yakini sebagai sebab dari ketimpangan sosial yang merajalela dalam beragam jenis komunitas dalam masyarakat Indonesia. Kebiasaan ini tentunya tidak akan muncul bilamana pendidikan serta pengetahuan yang benar mengenai sejarah perempuan-perempuan besar diceritakan dalam proses pendidikan. Berangkat dari seorang mahasiswi seni rupa, penulis tidak dapat melepaskan diri dari paparan cerita mengenai peran-peran perempuan perupa yang dapat begitu besar memberikan dampak bagi kebaikan seni rupa ke depannya. Kebaikan ini dapat diwujudkan dalam pembebasan perempuan dari kebiasan sosial, yakni kesempatan untuk menempati posisi yang sama dengan laki-laki. Kemudian kebaikan ini juga dapat dilihat sebagai contoh yang baik dan benar sebagai bentuk dari women empowerment bagi perempuan perupa mau pun perempuan lainnya yang berkecimpung dalam medan sosial seni rupa.
Perihal pasar sendiri secara umum dipahami sebagai sebuah kondisi lingkungan, fisik mau pun non-f... more Perihal pasar sendiri secara umum dipahami sebagai sebuah kondisi lingkungan, fisik mau pun non-fisik tempat terjadinya proses jual beli. Sedangkan medan seni rupa kita dipahami mampu untuk ada dan berjalan hingga kini oleh pemberdayaan seniman yang ada di Indonesia sendiri. Tidak terlepas di dalamnya sebuah jejaring yang diciptakan dari tiga unsur utama, yakni produsen - distributor - konsumen. Sedari dahulu, sesungguhnya kondisi pasar atau transaksi ini sudah ada, namun bentuknya saja yang tidak selalu sama.
Mengambil latar dari periodisasi tahun 1970 hingga 1980-an, penulis melihat keberadaan menarik da... more Mengambil latar dari periodisasi tahun 1970 hingga 1980-an, penulis melihat keberadaan menarik dari dua unsur seni rupa yang sangat berbeda, dan pada akhirnya menarik dua unsur ini kedalam kajian komparatif. Bukan hanya muncul sebagai corak gaya berkesenian, namun juga dua unsur ini muncul sebagai bentukan kultur yang berjalan dari 1960 awal hingga menembus abad milenial. Unsur tersebut merupakan spritualitas keislaman dan pan-sensualisme. Secara literasi saja artian dari kedua nama unsur ini sudah sangat berbeda, tertimbang pula nilai-nilai atau sifat dan esensi-esensi dari pelakunya, berikut dibawah akan dipaparkan lebih lanjut oleh penulis.
Salah satu seniman pada masa perjuangan yang nampak sebagai seorang pejuang kerakyatan adalah Hen... more Salah satu seniman pada masa perjuangan yang nampak sebagai seorang pejuang kerakyatan adalah Hendra Gunawan yang lahir di Bandung 11 Juni 1918. Selama periode berkaryanya, Hendra mengemukakan ide-ide politis mengenai kesejahteraan rakyat dan tidak pernah melepaskan diri dari tema-tema tersebut. Dalam sebuah katalog lelang milik Christie's tahun 2007, Hendra disebutkan sebagai seorang perupa yang memulai karirnya sejak muda dengan menjadi pelukis properti latar teater. Dirinya juga mulai menekuni lukisan-lukisan pemandangan alam dari bangku Sekolah Menengah Pertama.
Sigmund Freud telah melakukan begitu banyak penelitian dalam usahanya membongkar proses pembentuk... more Sigmund Freud telah melakukan begitu banyak penelitian dalam usahanya membongkar proses pembentukan alam pikiran manusia. Salah satu penelitiannya yang paling dikenal adalah psiko-analisa, menjelaskan betapa banyak faktor yang berperan dalam pembentukan diri dan identitas seorang manusia.
Salah satu perupa kontemporer yang dikenal dengan karya-karyanya yang kerap mengangkat identitas dirinya, mau pun orang-orang sekitarnya adalah Zico Albaiquni. merupakan seorang perupa kelahiran Bandung tahun 1987, yang dibesarkan dengan tradisi Suku Sunda dan tatanan Agama Islam. Dalam karya-karyanya, Zico Albaiquni seringkali mengangkat beragam bentuk asas yang menjadikan identitasnya, seperti tradisi-tradisi Sunda dan ajaran agam Islam tersebut. Hal ini ditemukan cukup kontradiktif dengan medium kekaryaannya yang menggunakan proses melukis sebagai mediasi ekspresinya, mengingat bahwa tradisi seni lukis ini sendiri datang dari tradisi eropa yang jauh dari tradisi yang membentuk identitas Zico.
Spiritualitas Keislaman dalam sejarah seni rupa Indonesia dimulai dari masa awal seni rupa modern... more Spiritualitas Keislaman dalam sejarah seni rupa Indonesia dimulai dari masa awal seni rupa modern atau seni lukis baru masuk ke perkembangan medan seni rupa Indonesia. Menurut Yustiono (2004) dalam tabel Periodisasi Seni Rupa Modern Indonesia, titik kemunculan seni Spiritual Keislaman adalah pada akhir dekade 1970-an. Secara global, modernitas seringkali dinilai menentang unsur-unsur seni religius, sedangkan kemajuan estetika yang menentang unsur-unsur kemanusiaan turut berkembang di Barat. Namun dalam aplikasinya dapat dilihat kenyataan-kenyataan dimana cukup banyak seniman modern yang menggunakan spiritualitas sebagai jalur masuk untuk mencapai kesenian yang tertingi, Vassily Kandinsky contohnya mengakui keberadaan spiritualitas dalam seni rupa mampu memperbaiki kebudayaan Barat yang kian bobrok, juga Piet Mondrian yang mencoba mensejajarkan semesta dalam kanvasnya dan menggambarkan tatanan spiritual dalam bentuk-bentuk formal.
Adaptasi ekspresionisme di Indonesia dimulai dari seniman-seniman terkemuka tahun 1940 hingga 196... more Adaptasi ekspresionisme di Indonesia dimulai dari seniman-seniman terkemuka tahun 1940 hingga 1960an, bersamaan dengan munculnya gaya Realisme di Seni Lukis Indonesia. Sanento Yuliman sendiri berpendapat bahwa pada masa ini terdapat dua kutub yang berdiri terpisah dalam proses pengkaryaan, mereka yang melukis dengan sumber objektif sekitar dunia dunia tempat mereka tinggal, dunia sosial, dan dunia yang nampak, mengedepankan indera dan kesan atau tanggapan dari keberadaan lingkungan yang sudah ada. Kedua, adalah kutub yang mencari visualisasi subjektif atau "dunia dalam" pelukis, watak mereka, tempramen, emosi, imajinasi dan seluruh proeses kejiwaan yang diolah dan dengan demikian mengubah kesan dan tanggapan mereka.
Pada nalarnya, semua seni dalam pengkaryaannya menyajikan fungsi sosial, mengingat tujuan pembuat... more Pada nalarnya, semua seni dalam pengkaryaannya menyajikan fungsi sosial, mengingat tujuan pembuatannya guna disajikan di depan tatanan penonton. Proses pembuatan suatu karya memang mungkin dilandaskan pada nilai-nilai personal, namun respon yang diharapkan untuk menanggapinya ialah respon sosial dari masyarakat. Namun memang, pengertian semacam ini sering di rekonsidirasi sebagai suatu cara pandang yang terlalu luas dan belum dispesifikasikan.
Sebagai jawaban dari pandangan semacam itu, Edmund Burke Feldman memberikan pandangan yang lebih terspesifikasi, penyempitan mengenai pandangan sosial dan fungsinya dalam proses berkarya seni, dalam beberapa keadaan dimana: (1) Seni tersebut memberikan pengaruh pada tingkah laku individu secara kolektif, (2) Dibuat untuk ditampilkan atau digunakan oleh publik, (3) Menjelaskan aspek-aspek kolektif dalam kehidupan, yang membuat para penikmatnya merasakan partisi mereka dalam pembahasan isu tersebut.
Salah satu perupa yang dikenal dengan gaya-gaya sosialis realisnya adalah Djoko Pekik. Visualisas... more Salah satu perupa yang dikenal dengan gaya-gaya sosialis realisnya adalah Djoko Pekik. Visualisasi dari karya-karyanya tidak hanya mendomestifikasi dan mengganti bentuk-bentuk kerakyatan seperti perupa rakyat pada masanya, namun juga memberikan kesan perjuangan yang kuat pada kesetaraan kelas dalam visualisasinya. Djoko pekik lahir 2 Januari di Grobogan, Purwodadi, Jawa Tengah tahun 1937. Dalam sebuah artikel di Java Desindo, biografi Djoko Pekik diceritakan sebagai seorang perupa yang tumbuh bukan dari golongan masyarakat kelas menengah ke atas, namun dari kalangan keluarga petani yang kemudian mengharuskannya untuk bekerja sedari kecil. Dalam sebuah wawancara oleh media Java Desindo, Djoko Pekik mengaku cita-cita tertingginya adalah menjadi seorang kepala desa dan memiliki seperangkat gamelan. Namun seperti banyak perupa pada umurnya, seperti Affandi yang memulai karir sebagai pelukis poster teater atau Affandi sebagai peluks latar belakang seni pertunjukan, Djoko Pekik juga turut serta dalam seni pertunjukan lokal, serta mulai menggambar dan membuat kostum-kostum tradisi miliknya sendiri.
Nama Olafur Eliasson muncul sebagai satu dari sekian perupa kontemporer dalam kurasi "The Contemp... more Nama Olafur Eliasson muncul sebagai satu dari sekian perupa kontemporer dalam kurasi "The Contemporary Art Book" garapan Charlotte Bonham Carter dan David Hodge (2009:72). Di dalam buku ini, biografi singkat dari Olafur Eliasson berisikan cerita hidupnya. Lahir di Copenhagen, Denmark di tahun 1967, beliau sempat menempu pendidikan di Royal Danish Academy of Fine Arts di Copenhagen. Dikenal sebagai seorang seniman multi-media yang memiliki ketertarikan kuat pada pembuatan instalasi-instalasi berskala besar, dengan beberapa kesempatan juga bekerja menggunakan media fotografi dan sculpting. Karya-karya dari Eliasson membentuk gabungan-gabungan dari sains, seni, dan aspek alam. Keseluruhan unsur tadi direalisasikannya dalam aplikasi elemen-elemen seperti permainan cahaya, temperatur, tekanan udara, dan lain sebagainya. Eliasson menjadikan tendensi kekaryaannya ini sebagai aktualisasi diri dalam perupa karya multi-sensory dengan skala yang kebanyakan memang selalu begitu megah.
Penulisan makalah ini dilakukan oleh penulis dalam bulan kelimanya melakukan pendidikan formal pe... more Penulisan makalah ini dilakukan oleh penulis dalam bulan kelimanya melakukan pendidikan formal perihal pendalaman seni dan pembagiannya pada cabang-cabang media dan praktisi. Dalam pembelajarannya penulis menyadari keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, disertai keterbatasan kurikulum yang memberikan waktu pendalaman formal hanya pada permukaan pengetahuan sekitar segmentasi-segmentasi media berkesenian ini. Namun, tetap begitu banyak pemikiran dan hasil diskusi yang akhirnya menuntun keberadaan pengertian ini pada lebih banyak kemunculan paradoks secara personal maupun eksternal. Sekiranya pembatasan dasar pada media seni ini sudah dapat didalami oleh penulis serta kawanan mahasiswa lainnya, dalam penulisan makalah individu ini dipilihlah opsi pembahasan " Dematerialisasi Seni dan Tubuh sebagai Media ". Dalam konteks media sendiri, sebelumnya akan penulis jabarkan pandangan personalnya secara singkat, menyesuaikan resapannya akan jam-jam kuliah media seni yang telah dihadiri. Media sendiri memiliki fungsi yang sangat krusial dalam penerapan seni dalam peradaban. Seni dapat dilaksanakan, dimanfaatkan, bahkan disampaikan hanya melalui media yang dipilih oleh para seniman itu sendiri. Tanpa efektifitas fungsi media yang digunakan oleh seniman, sesungguhnya penyampaian seni sebagai nilai tidak lagi dianggap terjalani sebagai suatu fungsi yang benar. Penggunaannya oleh seniman seringkali digunakan sebagai idiom dalam mengartikan intensinya, beberapa ingin menyampaikan kisah, gagasan personal, nilai-nilainya sebagai individu, atau bahkan kritik mengenai isu-isu sosial.
Miniature painting , dipilih sebagai sebagai topik dengan beragam alasan, salah satunya adalah j... more Miniature painting , dipilih sebagai sebagai topik dengan beragam alasan, salah satunya adalah jenis lukisan ini sendiri merupakan genre yang muncul dan berkembang pesat pada akhir abad ke-16. Secara lokasi perkembangannya pun masih berkisar di daerah Persia Timur dan di segmentasikan seringkali dalam seni lukis dari timur India.
Talks by Christine G Toelle
Wot Batu, sebuah situs karya terbaru dari Sunaryo, seorang seniman Indonesia yang tanpa diragukan... more Wot Batu, sebuah situs karya terbaru dari Sunaryo, seorang seniman Indonesia yang tanpa diragukan merupakan salah seorang senior atau panutan dalam ranah Seni Rupa Indonesia. Tempat ini baru dibuka bagi umum pada pengawal tahun dua ribu enam belas, setelah peresmiannya pada September 2015 lalu. Sebuah situs besar di atas lahan dua ribu meter persegi, yang diisi beragam macam instalasi berlatar belakang media batu. Penulis pertama datang ke tempat ini sebagai satu dari beberapa mahasiswa, dengan tujuan berpartisipasi sebagai tenaga lepas harian yang bekerja sebagai exhibition guide. Sebagai seorang calon exhibition guide , pada masa itu penulis turut merasakan pengalaman 'jalan-jalan' dalam situs Wot Batu melalui arahan pemandu sebelumnya. Namun dalam makalah ini penulis akan menekankan bahwa semua tulisan, atau ulasan pada makalah ujian akhir semester mata kuliah psikologi seni ini akan terlepas penuh dari framing atau acuan dan patokan utama kuratorial yang disampaikan dalam tur pertama kebanyakan pengunjung situs Wot Batu. Ulasan makalah penulis akan sepenuhnya bergantung pada pengalaman pertama penulis datang dan melihat dengan mata kepala sendiri situs Wot Batu yang namanya baru dikenal akhir-akhir ini. Penulis melepaskan opini sejauh mungkin dari cerita latar belakang dibentuknya setiap instalasi batu yang ada dalam situs Wot Batu, serta pengaruh pendapat dasar dari cerita kuratorial Wot Batu sendiri.
Book Reviews by Christine G Toelle
Ulasan buku Sanento Yuliman: Seni Lukis Indonesia Baru / Sebuah Pengantar
Buku ini merupakan salah satu karya dari Adam Geczy, seorang penulis dan pelaku seni di Australia... more Buku ini merupakan salah satu karya dari Adam Geczy, seorang penulis dan pelaku seni di Australia. Semasa penulisan hingga selesainya, buku ini disebut sebagai salah satu anti-tesis dari sebegitu banyaknya disiplin ilmu yang dikaitkan dengan keberadaan seni, dan kemudian seni diperluas dalam pandangan yang dikenal dengan budaya visual. Sebagai "gembala", buku ini mengajak pembacanya untuk lagi menelaah seni sebagai disiplin yang satu, namun menggunakan pendekatan-pendekatan yang berbeda, dari ritual hingga fungsi moneter.
Conference Presentations by Christine G Toelle
Complementing Paper for Maharani Mancanagara’s Panel Presentation in AESCIART, 2022
Uploads
Papers by Christine G Toelle
Salah satu perupa kontemporer yang dikenal dengan karya-karyanya yang kerap mengangkat identitas dirinya, mau pun orang-orang sekitarnya adalah Zico Albaiquni. merupakan seorang perupa kelahiran Bandung tahun 1987, yang dibesarkan dengan tradisi Suku Sunda dan tatanan Agama Islam. Dalam karya-karyanya, Zico Albaiquni seringkali mengangkat beragam bentuk asas yang menjadikan identitasnya, seperti tradisi-tradisi Sunda dan ajaran agam Islam tersebut. Hal ini ditemukan cukup kontradiktif dengan medium kekaryaannya yang menggunakan proses melukis sebagai mediasi ekspresinya, mengingat bahwa tradisi seni lukis ini sendiri datang dari tradisi eropa yang jauh dari tradisi yang membentuk identitas Zico.
Sebagai jawaban dari pandangan semacam itu, Edmund Burke Feldman memberikan pandangan yang lebih terspesifikasi, penyempitan mengenai pandangan sosial dan fungsinya dalam proses berkarya seni, dalam beberapa keadaan dimana: (1) Seni tersebut memberikan pengaruh pada tingkah laku individu secara kolektif, (2) Dibuat untuk ditampilkan atau digunakan oleh publik, (3) Menjelaskan aspek-aspek kolektif dalam kehidupan, yang membuat para penikmatnya merasakan partisi mereka dalam pembahasan isu tersebut.
Talks by Christine G Toelle
Book Reviews by Christine G Toelle
Conference Presentations by Christine G Toelle
Salah satu perupa kontemporer yang dikenal dengan karya-karyanya yang kerap mengangkat identitas dirinya, mau pun orang-orang sekitarnya adalah Zico Albaiquni. merupakan seorang perupa kelahiran Bandung tahun 1987, yang dibesarkan dengan tradisi Suku Sunda dan tatanan Agama Islam. Dalam karya-karyanya, Zico Albaiquni seringkali mengangkat beragam bentuk asas yang menjadikan identitasnya, seperti tradisi-tradisi Sunda dan ajaran agam Islam tersebut. Hal ini ditemukan cukup kontradiktif dengan medium kekaryaannya yang menggunakan proses melukis sebagai mediasi ekspresinya, mengingat bahwa tradisi seni lukis ini sendiri datang dari tradisi eropa yang jauh dari tradisi yang membentuk identitas Zico.
Sebagai jawaban dari pandangan semacam itu, Edmund Burke Feldman memberikan pandangan yang lebih terspesifikasi, penyempitan mengenai pandangan sosial dan fungsinya dalam proses berkarya seni, dalam beberapa keadaan dimana: (1) Seni tersebut memberikan pengaruh pada tingkah laku individu secara kolektif, (2) Dibuat untuk ditampilkan atau digunakan oleh publik, (3) Menjelaskan aspek-aspek kolektif dalam kehidupan, yang membuat para penikmatnya merasakan partisi mereka dalam pembahasan isu tersebut.