Mt. Jailolo is a B type volcano that has never erupted after 1600. Seismic activities around Mt.... more Mt. Jailolo is a B type volcano that has never erupted after 1600. Seismic activities around Mt. Jailolo have never been recorded until the swarm in November 2015. Several studies have been done to determine thecause of the swarm, but it is not certain whether the cause of the swarm is tectonic or volcanic activities. The study of attenuation characteristics has never been carried out in the area around Mt. Jailolo. Attenuation characteristics are important to provide the medium information which seismic waves pass through and it can also be applied to the volcanic areas as preliminary disaster mitigation. The main objective of this study is to analyze attenuation characteristics often expressed by Quality factor (Q-factor) of P and S seismic wave (Qα and Qβ), which are inversely proportional to attenuation factor (1/Q). Calculations of Qα and Qβ are obtained using coda normalization method. The study area location is around Mt. Jailolo at 127.3◦ - 127.6◦E and 0.9◦ - 1.2◦ N. Data h...
Intense swarm seismicity took place before the 2017 Mount Agung eruption in Bali (Indonesia). How... more Intense swarm seismicity took place before the 2017 Mount Agung eruption in Bali (Indonesia). However, the earthquake sequences were not well documented. In addition, there was a substantial delay between the peak of the seismic activity (late September) and the onset of the impending eruption (late November). We applied waveform-based hypocenter relocation and matched filter technique (MFT) to enhance the earthquake catalog of the swarm associated with the eruption. We detect fourteen times more events (5,803) than the routine catalog (407) from 1 August 2017 to 1 December 2017. The intense swarm initiated on 20 September 2017 at ~09:00 UTC, and the peak of the swarm occurred during 22-24 September with 1,473 events. The updated spatiotemporal evolution of the swarm seismicity shed light on the processes involved in a volcano reawaking and highlighted the use of MFT in volcano monitoring with existing regional seismic networks.
The triggering mechanism of swarm-like seismicity in the Java Island of Indonesia is generally no... more The triggering mechanism of swarm-like seismicity in the Java Island of Indonesia is generally not well understood. Understanding earthquake swarm phenomena and monitoring in various tectonic settings can be improved by the detection of micro-earthquakes; however, such a catalog is not available due to various reasons including the existing limited seismic network and using an outdated algorithm for events detection. In this study, we analyze the seismic waveforms and explore the detection capability of small earthquakes during the August 2019 earthquake sequence near Mt. Salak (West Java) by using the known matched filter technique (MFT) and relocated events as templates. We analyze continuous waveforms from seven broadband seismic stations in a 150 km radius around the source center and for a ~1 month of data. Our derived complete catalog enables us to analyze the frequency-magnitude distribution of the sequence as well as the spatiotemporal evolution of micro-seismicity. The six ...
The triggering mechanism of swarm-like seismicity in the Java Island of Indonesia is generally no... more The triggering mechanism of swarm-like seismicity in the Java Island of Indonesia is generally not well understood. Understanding earthquake swarm phenomena and monitoring in various tectonic settings can be improved by the detection of micro-earthquakes; however, such a catalog is not available due to various reasons including the existing limited seismic network and using an outdated algorithm for events detection. In this study, we analyze the seismic waveforms and explore the detection capability of small earthquakes during the August 2019 earthquake sequence near Mt. Salak (West Java) by using the known matched filter technique (MFT) and relocated events as templates. We analyze continuous waveforms from seven broadband seismic stations in a 150 km radius around the source center and for a ~1 month of data. Our derived complete catalog enables us to analyze the frequency-magnitude distribution of the sequence as well as the spatiotemporal evolution of micro-seismicity. The six ...
Buletin Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2020
ABSTRAK Pulau Lombok merupakan salah satu wilayah yang termasuk dalam zona seismik aktif. Aktifny... more ABSTRAK Pulau Lombok merupakan salah satu wilayah yang termasuk dalam zona seismik aktif. Aktifnya seismisitas di Pulau Lombok semakin ditandai dengan adanya rangkaian gempabumi Lombok 2018 yang diawali dengan gempabumi berkekuatan M 6,4 pada tanggal 29 Juli 2018, diikuti oleh gempabumi kuat M 6,8 pada tanggal 5 Agustus 2018, dan M 6,9 pada tanggal 19 Agustus 2018. Gempabumi tersebut dirasakan hingga VIII MMI di Lombok Utara. Sebanyak 564 orang menjadi korban jiwa dalam peristiwa gempabumi tersebut. Berbagai upaya mitigasi perlu dilakukan untuk meminimalisasi dampak dari korban gempabumi di masa selanjutnya. Salah satu upaya mitigasi adalah dengan mempelajari potensi distribusi gempabumi susulan yang dapat terjadi setelah gempabumi kuat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari distribusi potensi gempabumi susulan melalui analisis perubahan Coulomb stress dari tiga gempabumi kuat yang terjadi di Lombok. Penelitian ini menggunakan 296 data gempabumi magnitudo M ≥ 4 pada kurun waktu 29 Juli-19 September 2018 yang terjadi di Lombok pada koordinat 7,8 ○-9,2 ○ LS dan 115,6 ○-117,2 ○ BT. Relokasi gempa menggunakan metode Double Difference dilakukan sebelum melakukan analisis Coulomb stress. Hasil penelitian distribusi Coulomb stress menunjukkan bahwa sebagian besar gempabumi berada pada wilayah peningkatan stress atau berada pada lobus positif. Sehingga perhitungan perubahan Coulomb stress yang berasosiasi dengan slip gempabumi sangat bermanfaat khususnya dalam penelitian distribusi gempabumi susulan. ABSTRACT Lombok Island is one of the areas included in the active seismic zone. The active seismicity on the island of Lombok is increasingly marked by the existence of Lombok earthquake sequences in 2018 which began with an earthquake of magnitude M 6.4 on
Penentuan lokasi hiposenter adalah salah satu parameter penting gempa bumi. Keakuratan
lokasi hi... more Penentuan lokasi hiposenter adalah salah satu parameter penting gempa bumi. Keakuratan lokasi hiposenter gempa bumi dipengaruhi oleh model kecepatan gelombang seismik yang digunakan dalam proses perhitungan. Oleh karena itu, model kecepatan gelombang seismik lokal dengan tingkat akurasi tinggi sangat diperlukan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat model kecepatan gelombang seismik lokal dan relokasi hiposenter gempa bumi daerah Palu dan sekitarnya dalam rentang koordinat 0.61 LS - 1.95 LS dan 120.7 BT - 119.6 BT. Metode solusi masalah model kopel hypocenter-velocity dari Kissling (1995) digunakan dalam penelitian ini. Relokasi hiposenter menggunakan prinsip Joint Hypocenter Determination (JHD). Data gempa bumi diperoleh dari katalog gempa bumi BMKG. Sebanyak 179 event dalam periode Januari 2014 hingga Oktober 2016 digunakan dalam penelitian. Data waktu tiba gelombang P yang dipilih berasal dari 15 stasiun pencatat yang berjarak kurang dari 800 km. Penelitian model kecepatan gelombang seismik lokal satu dimensi dan relokasi hiposenter daerah Palu dan sekitarnya berhasil dilakukan. Hasil relokasi hiposenter yang didapat lebih akurat. Nilai RMS (Root Mean Square) residual hingga iterasi ke-13 adalah 0.685843 dengan gap rata-rata sebesar 143. Kata kunci: gelombang P, hiposenter, model kecepatan, RMS
Abstrak.Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai percepatan tanah maksimum atau
Peak Ground Acce... more Abstrak.Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai percepatan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA) adalah faktor lokal yang dapat berupa keadaan geologi atau karakteristik suatu wilayah. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan nilai PGA pada suatu wilayah terkait perbedaan karakteristik geologi. Nilai PGA pada umumnya didapatkan dari hasil observasi rekaman akselerograf, namun dikarenakan keterbatasan alat akselerograf pada suatu wilayah, maka perhitungan PGA dilakukan dengan pendekatan empiris. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rumus empiris Donovan, Mc. Guirre, dan M.V. Mickey terhadap kecocokan nilai PGA pulau Bali berdasarkan peta guncangan tanah, baik berupa Shakemap maupun peta Seismic Hazard pulau Bali. Penelitian menggunakan 738 data parameter gempa bumi dari katalog BMKG dan USGS pada rentang waktu Januari 1963 hingga Oktober 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan dua metode empiris lainnya, metode empiris Donovan adalah pendekatan empiris paling baik yang dapat digunakan untuk menghitung nilai PGA di Pulau Bali. Kata kunci :PGA, Metode empiris, Shakemap, Peta Seismic Hazard
Abstract. Palu-Koro fault is exist in Central Sulawesi fault system which consists of complex lef... more Abstract. Palu-Koro fault is exist in Central Sulawesi fault system which consists of complex left-lateral strike-slip fault zones located within the triple junction area between the Pacific, Indo-Australian and Eurasian plates. Understanding the occurrence or characteristics of an earthquake can be done by the analysis of 'Butterfly Pattern' which is one description of the relationship between Static Coulomb stress transfer and aftershock sequence of large earthquake. An earthquake was occurred at 18th August 2012 in Palu, Central Sulawesi Indonesia. With hypocenters position on the land and has a strike-slip mechanism, this Mw 6.3 earthquake caused several damage around Palu city. In this study, we examined the relationship between static coulomb stress and the distribution of Palu Koro earthquake aftershock on August 18, 2012. We do earthquake relocations with using double difference and waveform cross correlation together to provide a better, precisely and refined aftershocks distribution. To provided a better phase onset observation, P and S arrival times were manualy picked using SAC programs (Seismic Analysis Code) and we generated bandpass filtering 2-8 Hz previously to displayed the local seismic signal clearly. The predicted Static Coloumb stress were generated by Coloumb3.3 program. We succesfully relocated 86 events and constrained the RMS residual < 10 ms. Unexpected, we obtained a relative small correlation between relocated aftershock and Static Coloumb Stress generated by 18 August 2012 Mw 6.3 Palu-Koro earthquake. Seemingly, the increased stress field from the mainshock uncapable to raising aftershock significantly. In further, transfered only 0.5 bar of stress which is very small compared to local site stress and not too affected to background seismicity. To analizing the possible hazards and risks from the next earthquake sequence should be better examining another factor than predicted Static Coloumb stress alone.
Metode HVSR dapat digunakan untuk estimasi frekuensi natural yang tidak bergantung sumber dan wak... more Metode HVSR dapat digunakan untuk estimasi frekuensi natural yang tidak bergantung sumber dan waktu (Bonnefoy-Claudet, 2006). Sedangkan untuk estimasi amplifikasi dipengaruhi oleh sumber, walaupun pengaruhnya sangat kecil (Nakamura, 2008).
Salah satu struktur geologi yang dijumpai pada batuan sebagai hasil dari gaya-gaya yang bekerja p... more Salah satu struktur geologi yang dijumpai pada batuan sebagai hasil dari gaya-gaya yang bekerja pada batuan adalah kekar. Kekar terbentuk akibat dari gagalnya sebuah batuan untuk menahan elastisitasnya dari stress yang mengenai suatu batuan.
versi PPT telah dibuat oleh Berlian Utaminingtyas, bisa kunjungi laman academia edunya jika ingin versi PPT. Jangan lupa mencantumkan referensi :)
After a long sleep for 54 years, now we are surprised by the presence of seismic activities of Mo... more After a long sleep for 54 years, now we are surprised by the presence of seismic activities of Mount Agung that has recorded since September 2017. We can't prevent the eruption, however we can observe magma movement in the body of volcanos. Hypocenters distribution is an important information that can be used to reveal the magma movement in the body of volcano. For a more accurate hypocenter, we did relocation of earthquake hypocenter that has occured in Mount Agung area, periode September-November 2017 (Catalog data from BMKG). We used Double Difference method that compute in HypoDD program. We success relocated 331 from 415 events that occured since September-November 2017 in Mount Agung area. The hypocenter distribution looks more accurate and earthquakes are located under Mount Agung with range depths 3-42 km. The dominant hypocenter distribution lies to the southwest of Mount Agung, ie toward the middle between Mount Agung and Mount Batur. Magma is going move toward the surface or in brittle zones of Mount Agung. The small eruption has occured in Mount Agung, so we expected a higher probabilty for a large eruption can be occure following these small eruptions.
Abstrak. Hiposenter adalah salah satu parameter penting dari gempa bumi. Persebaran hiposenter sa... more Abstrak. Hiposenter adalah salah satu parameter penting dari gempa bumi. Persebaran hiposenter salah satunya sering digunakan untuk mitigasi bencana, pun untuk mengetahui karakteristik seismisitas suatu daerah. Tingkat akurasi penentuan hiposenter sangat dipengaruhi oleh model kecepatan gelombang seismik. Setiap wilayah memiliki model kecepatan yang berbeda terkait struktur bawah permukannya juga berbeda. Artinya, sangat diperlukan suatu model kecepatan lokal untuk menunjang tingkat akurasi hiposenter yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan model kecepatan lokal 1 dimensi wilayah Papua, sebagai salah satu wilayah dengan tingkat seismisitas yang sangat aktif. Model kecepatan diperoleh menggunakan metode inversi Coupled Hypocenter-Velocity yang dijalankan menggunakan program Velest 3.3. Data yang digunakan berasal dari katalog gempa BMKG, sebanyak 392 kejadian gempa bumi di Papua pada tahun 2017. Digunakan sebanyak 24 stasiun jaringan BMKG. Model kecepatan inisial yang digunakan adalah model kecepatan 1 dimensi IASP91. Hasil penelitian menunjukkan kecepatan gelombang seismik lebih cepat dari model kecepatan IASP91 pada kedalaman hingga 7 km, lebih lambat hingga kedalaman 20 km, dan lebih cepat hingga kedalaman 171 km. Nilai RMS residual hingga iterasi ke-6 adalah 0.682643 dengan GAP rata-rata sebesar 190. Kata kunci : Hiposenter, model kecepatan, metode inversi Coupled Hypocenter-Velocity Abstract. Hypocenter is one of the important parameters of an earthquake. Hypocenteral dissemination is often used for disaster mitigation, even to know seismicity characteristics of a region. The accuracy of the hypocenter determination is strongly influenced by the seismic wave velocity model. Each region has a different speed model associated with the structure under its surface a local velocity model is necessary to support the accuracy of hypocenter determination. This study aims to determine the local velocity model of one dimension of Papua region, as one region with a very active level of seismicity. The velocity model is obtained using the coupled hypocenter-velocity inversion method that is run using the Velest 3.3 program. The data used comes from BMKG earthquake catalog, as many as 392 earthquake events in Papua in 2017. Used as many as 24 stations BMKG network. The initial velocity model used is the IASP91 velocity model. The results show that the seismic wave velocity is faster than the IASP91 velocity model at a depth of up to 7 km, slower to a depth of 20 km, and faster to a depth of 171 km. The residual RMS value until the 6th iteration is 0.682643 with an average GAP of 190. 1. Pendahuluan Tatanan tektonik Papua dipengaruhi oleh pertemuan pergerakan lempeng Indo-Australia yang bergerak ke utara dan lempeng Pasifik yang bergerak ke arah Barat (Ibrahim, 2010). Selain itu, tatanan tektonik Papua juga dipengaruhi oleh adanya sistem pensesaran atau patahan aktif, seperti sesar Sorong dan sesar-sesar lokal. Hal tersebut adalah penyebab utama aktifnya seismisitas di wilayah Papua, yang ditandai dengan seringnya terjadi gempa bumi, baik gempa berkekuatan kecil, sedang pun kuat. Salah satu parameter penting gempa bumi adalah hiposenter. Persebaran hiposenter sangat bermanfaat untuk mitigasi bencana, termasuk untuk mengetahui karakteristik seismisitas suatu daerah (Ikmahtiar, 2017). Adanya pengetahuan tentang karakteristik seismisitas pada suatu daerah dapat menjadi langkah awal dalam analisis PSHA (Probabilistic Seismic Hazard Analysis). Terkait pentingnya akurasi dari sebuah hiposenter, maka perlu ditinjau pengaruh yang dapat menjadi tolak ukur kualitas hiposenter. Model kecepatan gelombang seismik adalah parameter penting yang sangat berperan dalam penentuan hiposenter.
Berisi definisi kekar, klasifikasi kekar, kekar yang berhubungan dengan struktur dan pengukuran k... more Berisi definisi kekar, klasifikasi kekar, kekar yang berhubungan dengan struktur dan pengukuran kekar
Mt. Jailolo is a B type volcano that has never erupted after 1600. Seismic activities around Mt.... more Mt. Jailolo is a B type volcano that has never erupted after 1600. Seismic activities around Mt. Jailolo have never been recorded until the swarm in November 2015. Several studies have been done to determine thecause of the swarm, but it is not certain whether the cause of the swarm is tectonic or volcanic activities. The study of attenuation characteristics has never been carried out in the area around Mt. Jailolo. Attenuation characteristics are important to provide the medium information which seismic waves pass through and it can also be applied to the volcanic areas as preliminary disaster mitigation. The main objective of this study is to analyze attenuation characteristics often expressed by Quality factor (Q-factor) of P and S seismic wave (Qα and Qβ), which are inversely proportional to attenuation factor (1/Q). Calculations of Qα and Qβ are obtained using coda normalization method. The study area location is around Mt. Jailolo at 127.3◦ - 127.6◦E and 0.9◦ - 1.2◦ N. Data h...
Intense swarm seismicity took place before the 2017 Mount Agung eruption in Bali (Indonesia). How... more Intense swarm seismicity took place before the 2017 Mount Agung eruption in Bali (Indonesia). However, the earthquake sequences were not well documented. In addition, there was a substantial delay between the peak of the seismic activity (late September) and the onset of the impending eruption (late November). We applied waveform-based hypocenter relocation and matched filter technique (MFT) to enhance the earthquake catalog of the swarm associated with the eruption. We detect fourteen times more events (5,803) than the routine catalog (407) from 1 August 2017 to 1 December 2017. The intense swarm initiated on 20 September 2017 at ~09:00 UTC, and the peak of the swarm occurred during 22-24 September with 1,473 events. The updated spatiotemporal evolution of the swarm seismicity shed light on the processes involved in a volcano reawaking and highlighted the use of MFT in volcano monitoring with existing regional seismic networks.
The triggering mechanism of swarm-like seismicity in the Java Island of Indonesia is generally no... more The triggering mechanism of swarm-like seismicity in the Java Island of Indonesia is generally not well understood. Understanding earthquake swarm phenomena and monitoring in various tectonic settings can be improved by the detection of micro-earthquakes; however, such a catalog is not available due to various reasons including the existing limited seismic network and using an outdated algorithm for events detection. In this study, we analyze the seismic waveforms and explore the detection capability of small earthquakes during the August 2019 earthquake sequence near Mt. Salak (West Java) by using the known matched filter technique (MFT) and relocated events as templates. We analyze continuous waveforms from seven broadband seismic stations in a 150 km radius around the source center and for a ~1 month of data. Our derived complete catalog enables us to analyze the frequency-magnitude distribution of the sequence as well as the spatiotemporal evolution of micro-seismicity. The six ...
The triggering mechanism of swarm-like seismicity in the Java Island of Indonesia is generally no... more The triggering mechanism of swarm-like seismicity in the Java Island of Indonesia is generally not well understood. Understanding earthquake swarm phenomena and monitoring in various tectonic settings can be improved by the detection of micro-earthquakes; however, such a catalog is not available due to various reasons including the existing limited seismic network and using an outdated algorithm for events detection. In this study, we analyze the seismic waveforms and explore the detection capability of small earthquakes during the August 2019 earthquake sequence near Mt. Salak (West Java) by using the known matched filter technique (MFT) and relocated events as templates. We analyze continuous waveforms from seven broadband seismic stations in a 150 km radius around the source center and for a ~1 month of data. Our derived complete catalog enables us to analyze the frequency-magnitude distribution of the sequence as well as the spatiotemporal evolution of micro-seismicity. The six ...
Buletin Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2020
ABSTRAK Pulau Lombok merupakan salah satu wilayah yang termasuk dalam zona seismik aktif. Aktifny... more ABSTRAK Pulau Lombok merupakan salah satu wilayah yang termasuk dalam zona seismik aktif. Aktifnya seismisitas di Pulau Lombok semakin ditandai dengan adanya rangkaian gempabumi Lombok 2018 yang diawali dengan gempabumi berkekuatan M 6,4 pada tanggal 29 Juli 2018, diikuti oleh gempabumi kuat M 6,8 pada tanggal 5 Agustus 2018, dan M 6,9 pada tanggal 19 Agustus 2018. Gempabumi tersebut dirasakan hingga VIII MMI di Lombok Utara. Sebanyak 564 orang menjadi korban jiwa dalam peristiwa gempabumi tersebut. Berbagai upaya mitigasi perlu dilakukan untuk meminimalisasi dampak dari korban gempabumi di masa selanjutnya. Salah satu upaya mitigasi adalah dengan mempelajari potensi distribusi gempabumi susulan yang dapat terjadi setelah gempabumi kuat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari distribusi potensi gempabumi susulan melalui analisis perubahan Coulomb stress dari tiga gempabumi kuat yang terjadi di Lombok. Penelitian ini menggunakan 296 data gempabumi magnitudo M ≥ 4 pada kurun waktu 29 Juli-19 September 2018 yang terjadi di Lombok pada koordinat 7,8 ○-9,2 ○ LS dan 115,6 ○-117,2 ○ BT. Relokasi gempa menggunakan metode Double Difference dilakukan sebelum melakukan analisis Coulomb stress. Hasil penelitian distribusi Coulomb stress menunjukkan bahwa sebagian besar gempabumi berada pada wilayah peningkatan stress atau berada pada lobus positif. Sehingga perhitungan perubahan Coulomb stress yang berasosiasi dengan slip gempabumi sangat bermanfaat khususnya dalam penelitian distribusi gempabumi susulan. ABSTRACT Lombok Island is one of the areas included in the active seismic zone. The active seismicity on the island of Lombok is increasingly marked by the existence of Lombok earthquake sequences in 2018 which began with an earthquake of magnitude M 6.4 on
Penentuan lokasi hiposenter adalah salah satu parameter penting gempa bumi. Keakuratan
lokasi hi... more Penentuan lokasi hiposenter adalah salah satu parameter penting gempa bumi. Keakuratan lokasi hiposenter gempa bumi dipengaruhi oleh model kecepatan gelombang seismik yang digunakan dalam proses perhitungan. Oleh karena itu, model kecepatan gelombang seismik lokal dengan tingkat akurasi tinggi sangat diperlukan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat model kecepatan gelombang seismik lokal dan relokasi hiposenter gempa bumi daerah Palu dan sekitarnya dalam rentang koordinat 0.61 LS - 1.95 LS dan 120.7 BT - 119.6 BT. Metode solusi masalah model kopel hypocenter-velocity dari Kissling (1995) digunakan dalam penelitian ini. Relokasi hiposenter menggunakan prinsip Joint Hypocenter Determination (JHD). Data gempa bumi diperoleh dari katalog gempa bumi BMKG. Sebanyak 179 event dalam periode Januari 2014 hingga Oktober 2016 digunakan dalam penelitian. Data waktu tiba gelombang P yang dipilih berasal dari 15 stasiun pencatat yang berjarak kurang dari 800 km. Penelitian model kecepatan gelombang seismik lokal satu dimensi dan relokasi hiposenter daerah Palu dan sekitarnya berhasil dilakukan. Hasil relokasi hiposenter yang didapat lebih akurat. Nilai RMS (Root Mean Square) residual hingga iterasi ke-13 adalah 0.685843 dengan gap rata-rata sebesar 143. Kata kunci: gelombang P, hiposenter, model kecepatan, RMS
Abstrak.Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai percepatan tanah maksimum atau
Peak Ground Acce... more Abstrak.Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai percepatan tanah maksimum atau Peak Ground Acceleration (PGA) adalah faktor lokal yang dapat berupa keadaan geologi atau karakteristik suatu wilayah. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan nilai PGA pada suatu wilayah terkait perbedaan karakteristik geologi. Nilai PGA pada umumnya didapatkan dari hasil observasi rekaman akselerograf, namun dikarenakan keterbatasan alat akselerograf pada suatu wilayah, maka perhitungan PGA dilakukan dengan pendekatan empiris. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rumus empiris Donovan, Mc. Guirre, dan M.V. Mickey terhadap kecocokan nilai PGA pulau Bali berdasarkan peta guncangan tanah, baik berupa Shakemap maupun peta Seismic Hazard pulau Bali. Penelitian menggunakan 738 data parameter gempa bumi dari katalog BMKG dan USGS pada rentang waktu Januari 1963 hingga Oktober 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan dua metode empiris lainnya, metode empiris Donovan adalah pendekatan empiris paling baik yang dapat digunakan untuk menghitung nilai PGA di Pulau Bali. Kata kunci :PGA, Metode empiris, Shakemap, Peta Seismic Hazard
Abstract. Palu-Koro fault is exist in Central Sulawesi fault system which consists of complex lef... more Abstract. Palu-Koro fault is exist in Central Sulawesi fault system which consists of complex left-lateral strike-slip fault zones located within the triple junction area between the Pacific, Indo-Australian and Eurasian plates. Understanding the occurrence or characteristics of an earthquake can be done by the analysis of 'Butterfly Pattern' which is one description of the relationship between Static Coulomb stress transfer and aftershock sequence of large earthquake. An earthquake was occurred at 18th August 2012 in Palu, Central Sulawesi Indonesia. With hypocenters position on the land and has a strike-slip mechanism, this Mw 6.3 earthquake caused several damage around Palu city. In this study, we examined the relationship between static coulomb stress and the distribution of Palu Koro earthquake aftershock on August 18, 2012. We do earthquake relocations with using double difference and waveform cross correlation together to provide a better, precisely and refined aftershocks distribution. To provided a better phase onset observation, P and S arrival times were manualy picked using SAC programs (Seismic Analysis Code) and we generated bandpass filtering 2-8 Hz previously to displayed the local seismic signal clearly. The predicted Static Coloumb stress were generated by Coloumb3.3 program. We succesfully relocated 86 events and constrained the RMS residual < 10 ms. Unexpected, we obtained a relative small correlation between relocated aftershock and Static Coloumb Stress generated by 18 August 2012 Mw 6.3 Palu-Koro earthquake. Seemingly, the increased stress field from the mainshock uncapable to raising aftershock significantly. In further, transfered only 0.5 bar of stress which is very small compared to local site stress and not too affected to background seismicity. To analizing the possible hazards and risks from the next earthquake sequence should be better examining another factor than predicted Static Coloumb stress alone.
Metode HVSR dapat digunakan untuk estimasi frekuensi natural yang tidak bergantung sumber dan wak... more Metode HVSR dapat digunakan untuk estimasi frekuensi natural yang tidak bergantung sumber dan waktu (Bonnefoy-Claudet, 2006). Sedangkan untuk estimasi amplifikasi dipengaruhi oleh sumber, walaupun pengaruhnya sangat kecil (Nakamura, 2008).
Salah satu struktur geologi yang dijumpai pada batuan sebagai hasil dari gaya-gaya yang bekerja p... more Salah satu struktur geologi yang dijumpai pada batuan sebagai hasil dari gaya-gaya yang bekerja pada batuan adalah kekar. Kekar terbentuk akibat dari gagalnya sebuah batuan untuk menahan elastisitasnya dari stress yang mengenai suatu batuan.
versi PPT telah dibuat oleh Berlian Utaminingtyas, bisa kunjungi laman academia edunya jika ingin versi PPT. Jangan lupa mencantumkan referensi :)
After a long sleep for 54 years, now we are surprised by the presence of seismic activities of Mo... more After a long sleep for 54 years, now we are surprised by the presence of seismic activities of Mount Agung that has recorded since September 2017. We can't prevent the eruption, however we can observe magma movement in the body of volcanos. Hypocenters distribution is an important information that can be used to reveal the magma movement in the body of volcano. For a more accurate hypocenter, we did relocation of earthquake hypocenter that has occured in Mount Agung area, periode September-November 2017 (Catalog data from BMKG). We used Double Difference method that compute in HypoDD program. We success relocated 331 from 415 events that occured since September-November 2017 in Mount Agung area. The hypocenter distribution looks more accurate and earthquakes are located under Mount Agung with range depths 3-42 km. The dominant hypocenter distribution lies to the southwest of Mount Agung, ie toward the middle between Mount Agung and Mount Batur. Magma is going move toward the surface or in brittle zones of Mount Agung. The small eruption has occured in Mount Agung, so we expected a higher probabilty for a large eruption can be occure following these small eruptions.
Abstrak. Hiposenter adalah salah satu parameter penting dari gempa bumi. Persebaran hiposenter sa... more Abstrak. Hiposenter adalah salah satu parameter penting dari gempa bumi. Persebaran hiposenter salah satunya sering digunakan untuk mitigasi bencana, pun untuk mengetahui karakteristik seismisitas suatu daerah. Tingkat akurasi penentuan hiposenter sangat dipengaruhi oleh model kecepatan gelombang seismik. Setiap wilayah memiliki model kecepatan yang berbeda terkait struktur bawah permukannya juga berbeda. Artinya, sangat diperlukan suatu model kecepatan lokal untuk menunjang tingkat akurasi hiposenter yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan model kecepatan lokal 1 dimensi wilayah Papua, sebagai salah satu wilayah dengan tingkat seismisitas yang sangat aktif. Model kecepatan diperoleh menggunakan metode inversi Coupled Hypocenter-Velocity yang dijalankan menggunakan program Velest 3.3. Data yang digunakan berasal dari katalog gempa BMKG, sebanyak 392 kejadian gempa bumi di Papua pada tahun 2017. Digunakan sebanyak 24 stasiun jaringan BMKG. Model kecepatan inisial yang digunakan adalah model kecepatan 1 dimensi IASP91. Hasil penelitian menunjukkan kecepatan gelombang seismik lebih cepat dari model kecepatan IASP91 pada kedalaman hingga 7 km, lebih lambat hingga kedalaman 20 km, dan lebih cepat hingga kedalaman 171 km. Nilai RMS residual hingga iterasi ke-6 adalah 0.682643 dengan GAP rata-rata sebesar 190. Kata kunci : Hiposenter, model kecepatan, metode inversi Coupled Hypocenter-Velocity Abstract. Hypocenter is one of the important parameters of an earthquake. Hypocenteral dissemination is often used for disaster mitigation, even to know seismicity characteristics of a region. The accuracy of the hypocenter determination is strongly influenced by the seismic wave velocity model. Each region has a different speed model associated with the structure under its surface a local velocity model is necessary to support the accuracy of hypocenter determination. This study aims to determine the local velocity model of one dimension of Papua region, as one region with a very active level of seismicity. The velocity model is obtained using the coupled hypocenter-velocity inversion method that is run using the Velest 3.3 program. The data used comes from BMKG earthquake catalog, as many as 392 earthquake events in Papua in 2017. Used as many as 24 stations BMKG network. The initial velocity model used is the IASP91 velocity model. The results show that the seismic wave velocity is faster than the IASP91 velocity model at a depth of up to 7 km, slower to a depth of 20 km, and faster to a depth of 171 km. The residual RMS value until the 6th iteration is 0.682643 with an average GAP of 190. 1. Pendahuluan Tatanan tektonik Papua dipengaruhi oleh pertemuan pergerakan lempeng Indo-Australia yang bergerak ke utara dan lempeng Pasifik yang bergerak ke arah Barat (Ibrahim, 2010). Selain itu, tatanan tektonik Papua juga dipengaruhi oleh adanya sistem pensesaran atau patahan aktif, seperti sesar Sorong dan sesar-sesar lokal. Hal tersebut adalah penyebab utama aktifnya seismisitas di wilayah Papua, yang ditandai dengan seringnya terjadi gempa bumi, baik gempa berkekuatan kecil, sedang pun kuat. Salah satu parameter penting gempa bumi adalah hiposenter. Persebaran hiposenter sangat bermanfaat untuk mitigasi bencana, termasuk untuk mengetahui karakteristik seismisitas suatu daerah (Ikmahtiar, 2017). Adanya pengetahuan tentang karakteristik seismisitas pada suatu daerah dapat menjadi langkah awal dalam analisis PSHA (Probabilistic Seismic Hazard Analysis). Terkait pentingnya akurasi dari sebuah hiposenter, maka perlu ditinjau pengaruh yang dapat menjadi tolak ukur kualitas hiposenter. Model kecepatan gelombang seismik adalah parameter penting yang sangat berperan dalam penentuan hiposenter.
Berisi definisi kekar, klasifikasi kekar, kekar yang berhubungan dengan struktur dan pengukuran k... more Berisi definisi kekar, klasifikasi kekar, kekar yang berhubungan dengan struktur dan pengukuran kekar
Uploads
Papers by Emi Ulfiana
lokasi hiposenter gempa bumi dipengaruhi oleh model kecepatan gelombang seismik yang
digunakan dalam proses perhitungan. Oleh karena itu, model kecepatan gelombang seismik
lokal dengan tingkat akurasi tinggi sangat diperlukan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk membuat model kecepatan gelombang seismik lokal dan relokasi hiposenter gempa
bumi daerah Palu dan sekitarnya dalam rentang koordinat 0.61 LS - 1.95 LS dan 120.7 BT -
119.6 BT. Metode solusi masalah model kopel hypocenter-velocity dari Kissling (1995)
digunakan dalam penelitian ini. Relokasi hiposenter menggunakan prinsip Joint Hypocenter
Determination (JHD). Data gempa bumi diperoleh dari katalog gempa bumi BMKG.
Sebanyak 179 event dalam periode Januari 2014 hingga Oktober 2016 digunakan dalam
penelitian. Data waktu tiba gelombang P yang dipilih berasal dari 15 stasiun pencatat yang
berjarak kurang dari 800 km. Penelitian model kecepatan gelombang seismik lokal satu
dimensi dan relokasi hiposenter daerah Palu dan sekitarnya berhasil dilakukan. Hasil relokasi
hiposenter yang didapat lebih akurat. Nilai RMS (Root Mean Square) residual hingga iterasi
ke-13 adalah 0.685843 dengan gap rata-rata sebesar 143.
Kata kunci: gelombang P, hiposenter, model kecepatan, RMS
Peak Ground Acceleration (PGA) adalah faktor lokal yang dapat berupa keadaan
geologi atau karakteristik suatu wilayah. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan nilai
PGA pada suatu wilayah terkait perbedaan karakteristik geologi. Nilai PGA pada
umumnya didapatkan dari hasil observasi rekaman akselerograf, namun dikarenakan
keterbatasan alat akselerograf pada suatu wilayah, maka perhitungan PGA dilakukan
dengan pendekatan empiris. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rumus empiris
Donovan, Mc. Guirre, dan M.V. Mickey terhadap kecocokan nilai PGA pulau Bali
berdasarkan peta guncangan tanah, baik berupa Shakemap maupun peta Seismic
Hazard pulau Bali. Penelitian menggunakan 738 data parameter gempa bumi dari
katalog BMKG dan USGS pada rentang waktu Januari 1963 hingga Oktober 2017.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan dua metode empiris lainnya,
metode empiris Donovan adalah pendekatan empiris paling baik yang dapat digunakan
untuk menghitung nilai PGA di Pulau Bali.
Kata kunci :PGA, Metode empiris, Shakemap, Peta Seismic Hazard
located within the triple junction area between the Pacific, Indo-Australian and Eurasian plates. Understanding the occurrence or
characteristics of an earthquake can be done by the analysis of 'Butterfly Pattern' which is one description of the relationship
between Static Coulomb stress transfer and aftershock sequence of large earthquake. An earthquake was occurred at 18th August
2012 in Palu, Central Sulawesi Indonesia. With hypocenters position on the land and has a strike-slip mechanism, this Mw 6.3
earthquake caused several damage around Palu city. In this study, we examined the relationship between static coulomb stress
and the distribution of Palu Koro earthquake aftershock on August 18, 2012. We do earthquake relocations with using double
difference and waveform cross correlation together to provide a better, precisely and refined aftershocks distribution. To provided
a better phase onset observation, P and S arrival times were manualy picked using SAC programs (Seismic Analysis Code) and
we generated bandpass filtering 2-8 Hz previously to displayed the local seismic signal clearly. The predicted Static Coloumb
stress were generated by Coloumb3.3 program. We succesfully relocated 86 events and constrained the RMS residual < 10 ms.
Unexpected, we obtained a relative small correlation between relocated aftershock and Static Coloumb Stress generated by 18
August 2012 Mw 6.3 Palu-Koro earthquake. Seemingly, the increased stress field from the mainshock uncapable to raising
aftershock significantly. In further, transfered only 0.5 bar of stress which is very small compared to local site stress and not too
affected to background seismicity. To analizing the possible hazards and risks from the next earthquake sequence should be
better examining another factor than predicted Static Coloumb stress alone.
versi PPT telah dibuat oleh Berlian Utaminingtyas, bisa kunjungi laman academia edunya jika ingin versi PPT. Jangan lupa mencantumkan referensi :)
Drafts by Emi Ulfiana
Teaching Documents by Emi Ulfiana
lokasi hiposenter gempa bumi dipengaruhi oleh model kecepatan gelombang seismik yang
digunakan dalam proses perhitungan. Oleh karena itu, model kecepatan gelombang seismik
lokal dengan tingkat akurasi tinggi sangat diperlukan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk membuat model kecepatan gelombang seismik lokal dan relokasi hiposenter gempa
bumi daerah Palu dan sekitarnya dalam rentang koordinat 0.61 LS - 1.95 LS dan 120.7 BT -
119.6 BT. Metode solusi masalah model kopel hypocenter-velocity dari Kissling (1995)
digunakan dalam penelitian ini. Relokasi hiposenter menggunakan prinsip Joint Hypocenter
Determination (JHD). Data gempa bumi diperoleh dari katalog gempa bumi BMKG.
Sebanyak 179 event dalam periode Januari 2014 hingga Oktober 2016 digunakan dalam
penelitian. Data waktu tiba gelombang P yang dipilih berasal dari 15 stasiun pencatat yang
berjarak kurang dari 800 km. Penelitian model kecepatan gelombang seismik lokal satu
dimensi dan relokasi hiposenter daerah Palu dan sekitarnya berhasil dilakukan. Hasil relokasi
hiposenter yang didapat lebih akurat. Nilai RMS (Root Mean Square) residual hingga iterasi
ke-13 adalah 0.685843 dengan gap rata-rata sebesar 143.
Kata kunci: gelombang P, hiposenter, model kecepatan, RMS
Peak Ground Acceleration (PGA) adalah faktor lokal yang dapat berupa keadaan
geologi atau karakteristik suatu wilayah. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan nilai
PGA pada suatu wilayah terkait perbedaan karakteristik geologi. Nilai PGA pada
umumnya didapatkan dari hasil observasi rekaman akselerograf, namun dikarenakan
keterbatasan alat akselerograf pada suatu wilayah, maka perhitungan PGA dilakukan
dengan pendekatan empiris. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rumus empiris
Donovan, Mc. Guirre, dan M.V. Mickey terhadap kecocokan nilai PGA pulau Bali
berdasarkan peta guncangan tanah, baik berupa Shakemap maupun peta Seismic
Hazard pulau Bali. Penelitian menggunakan 738 data parameter gempa bumi dari
katalog BMKG dan USGS pada rentang waktu Januari 1963 hingga Oktober 2017.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan dua metode empiris lainnya,
metode empiris Donovan adalah pendekatan empiris paling baik yang dapat digunakan
untuk menghitung nilai PGA di Pulau Bali.
Kata kunci :PGA, Metode empiris, Shakemap, Peta Seismic Hazard
located within the triple junction area between the Pacific, Indo-Australian and Eurasian plates. Understanding the occurrence or
characteristics of an earthquake can be done by the analysis of 'Butterfly Pattern' which is one description of the relationship
between Static Coulomb stress transfer and aftershock sequence of large earthquake. An earthquake was occurred at 18th August
2012 in Palu, Central Sulawesi Indonesia. With hypocenters position on the land and has a strike-slip mechanism, this Mw 6.3
earthquake caused several damage around Palu city. In this study, we examined the relationship between static coulomb stress
and the distribution of Palu Koro earthquake aftershock on August 18, 2012. We do earthquake relocations with using double
difference and waveform cross correlation together to provide a better, precisely and refined aftershocks distribution. To provided
a better phase onset observation, P and S arrival times were manualy picked using SAC programs (Seismic Analysis Code) and
we generated bandpass filtering 2-8 Hz previously to displayed the local seismic signal clearly. The predicted Static Coloumb
stress were generated by Coloumb3.3 program. We succesfully relocated 86 events and constrained the RMS residual < 10 ms.
Unexpected, we obtained a relative small correlation between relocated aftershock and Static Coloumb Stress generated by 18
August 2012 Mw 6.3 Palu-Koro earthquake. Seemingly, the increased stress field from the mainshock uncapable to raising
aftershock significantly. In further, transfered only 0.5 bar of stress which is very small compared to local site stress and not too
affected to background seismicity. To analizing the possible hazards and risks from the next earthquake sequence should be
better examining another factor than predicted Static Coloumb stress alone.
versi PPT telah dibuat oleh Berlian Utaminingtyas, bisa kunjungi laman academia edunya jika ingin versi PPT. Jangan lupa mencantumkan referensi :)